Anda di halaman 1dari 93

IMPLEMENTASI PERDES BERINGIN TINGGI NOMOR 4 TAHUN

2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN


DESA UNTUK PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi


Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
dalam Bidang Ilmu Pemerintahan
Fakultas Syari'ah

Oleh:
HARDI
SIP.151976

Pembimbing

Dr. Bahrul Ulum, S.Ag.,MA


Dr. Irmawati Sagala, S.I.P., M.Si

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
1444H/2022M
.

ii
iii
“MOTTO”

Artinya : “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk


mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman
dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. (QS. Al-
Baqarah : 205)

iv
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin

Segala puji bagi Allah SWT, dan bersholawat kepada Rasulullah SAW.

Dengan rahmatNya aku bermunajat mengucapkan rasa syukurku untuk

setiap langkah yang diridhoiNya, dan setiap kesempatan yang ada pada

diriku. Kupersembahkan sebuah bingkisan awal perjalanan hidpku

untuk orang-orang yang berjasa dalam hidupku.

Kedua orang Tua


Terimakasih ibunda Silawati dan ayahandaku Hamirin, terimakasih atas
do’a-do’a kalian disepertigamalam untukku, terimakasih untuk slalu
memberi semangat yang tak henti dalam hidupku, semoga Ibu dan Ayah
selalu diberikan kesehatan serta umur panjang. terimakasih tak terhingga
untuk disetiap tetes keringat dalam membesarkanku.

Ayah Ibu

TERIMAKASIH

v
Nama : Hardi
Nim : SIP151976
Judul : Implementasi Perdes Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun 2016
tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa untuk
Peningkatan Perekonomian Masyarakat.
Abstrak: Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana Implementasi
Penerapan Peraturan Desa Beringin Tinggi dan bagaimana kondisi masyarakat
sebelum dan sesudah adanya Peraturan Desa Beringin Tinggi tentang pengelolaan
hutan. Penelitian menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : Pertama untuk melihat
Implementasi penerapan peraturan desa dalam menjaga kelestarian hutan,
pemerintah desa dan pengurus pengelola hutan didampingi Warsi melakukan
kegiatan patroli rutin 3 bulan sekali, untuk memantau perkembangan pengelolaan
hutan dan mencegah terjadinya kerusakan hutan. Dengan itu masyarakat harus
memanfaatkan hutan tanpa merusak keasrian hutan, jika ada yang melanggar
peraturan yang sudah dibuat maka akan diberikan sangsi-sangsi sesuai dengan
peraturan yang sudah dibuat. Kedua untuk melihat kondisi ekonomi masyarakat
sebelum dan sesudah adanya peraturan desa, dampak positif dari penerapan
peraturan desa tentang pengelolaan hutan masyarakat sudah bisa membuka hutan
untuk berkebun mampu mengambil hasil hutan, tanpa takut di razia, karena
masyarakat sudah mempunyai izin secara sah dari pemerintah. Dampak terhadap
ekonomi adalah pendapatan masyarakat meningkat, karena sudah bisa
memanfaatkan hasil hutan, dan menikmati hasil berkebun seperti kopi, kulit
manis, dan daun nilam. Dari hasil kebun masyarakat sudah bisa membangun
rumah, membeli kendaraan dan memenuhi kebutuhan lain.

Kata Kunci : Pengelolaan dan pemanfaatan hutan, Kesejahteraan ekonomi,


Hutan Desa, Peraturan Desa.

vi
Name : Hardi
Nim : SIP151976
Title : Implementation of the Beringin Tinggi Village Regulation Number 4 of 2016
concerning the Management and Utilization of Village Forests to Improve the
Community’s Economy.

Abstract: This script aims to see how Implementation the application of the Beringin Tinggi
village regulations is and how the condition of the community before and after the Beringin
Tinggi village regulation on forest management is applied. The research uses a qualitative
approach with data collection methods through observation, interviews, and documentation.
Based on the results of the study, the following results were obtained : First, to see the
effectiveness of implementing village regulations in preserving forests, the village
government and forest management officers accompanied by Warsi carried out routine
patrols every 3 months , to monitor the development of forest management and prevent forest
damage, take advantage of the forest without destroying the beauty of the forest, if anyone
violates the rules that have been made, they will be given sanctions in accordance with the
regulations that have been made. Second, to look at the economic condition of the community
before and after the village regulation was issued, the impact of the implementationof the
village regulation on forest management was that the community had been able to open the
forest for gardening and was able to take forest products, without fear of being raided,
because the community already had a valid permit from the govermment. The impact to
economy is that people’s incomes increase, because already able to take advantage of forest
products, and enjoy gardening products such as coffee, cinnamon, and patchhouli leaves.
From the results of the garden, the community has been able to build houses, buy vehicles
and fulfill other needs.

Keywords : Forest management and utilization, Economic welfare, Village forest, Village
regulations.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan bagitu banyak nikmat berupa taufik dan hidayah kepada penulis
pada saat ini. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan untuk baginda
Rosulullah SAW untuk jalan hidup dan agamanya, idola utama bagi para
muslimin yang telah mencurahkan hidupnya untuk menyempurnakan akhlak dan
menjadi rahmat bagi semua umat.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Perdes Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun
2016 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa untuk Peningkatan
Perekonomian Masyarakat, telah kami susun dalam memenuhi kewajiban untuk
memperoleh gelar sarjana (S.I) di Universitas Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Alasan pemilihan judul ini, karena di Desa Beringin Tinggi terdapat hutan yang
sangat luas untuk dikelola, dahulu masyarakat kesulitan dalam mengelola dan
memanfaatkan areal hutan. Oleh karena itu masyarakat banyak mencari pekerjaan
di luar dan merantau untuk menambah pendapatan. Setelah terbitnya peraturan
desa tentang pengelolaan dan pemanfaatan hutan masyarakat sudah bisa
mengelola hutan untuk menanam, dan mengambil hasil hutan untuk membangun
rumah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data maupun dalam
penyusunannya. Berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama dalam
bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, skripsi ini dapat diselaikan
dengan baik. Oleh karena itu, penulis ucapkan kata terima kasih kepada semua
pihak turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi. MA., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag.,M.H selaku Dekan Fakultas Syari‟ah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.IR., Ph.D dan Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani
S.H., M.Hum, dan Bapak Dr. H. Ishaq, SH,M. Hum selaku wakil Dekan 1.11

viii
ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.................................... Error! Bookmark not defined.

“MOTTO”............................................................................................................ iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................. v

Abstrak ................................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A.latar belakang masalah .................................................................. 12

b.Rumusan masalah ............................................................................. 6

C.Batasan Masalah...............................................................................7

D.Tujuan dan kegunaan penelitian......................................................8

Manfaat penelitian...............................................................................8

E,Kerangka Teori.................................................................................9

F.Tinjauan Pustaka.............................................................................25

BAB II METODE PENELITIAN ..................................................................... 26

A.waktu dan tempat penelitian .......................................................... 27

` B.Pendekatan Penelitian....................................................................29

C.Jenis dan Sumber data ................................................................... 29

x
D.Teknik pengumpulan data ............................................................. 28

E.Teknik Analisis data ...................................................................... 29

F.Jadwal penelitian ........................................................................... 30

G.Sistematika penulisan .................................................................... 31

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................. 34

A.Sejarah Desa Beringin Tinggi: ...................................................... 38

B.Keadaan Geografis dengan Demografis Desa Beringin Tinggi : .. 39

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN .................................. 42

A. Implementasi Peraturan Desa Beringin Tinggi No 4 tahun 2016


tentang Pengolahan dan Pemanfaatan Hutan Desa .................... 44

B. Dampak Positif dari Pengelolaan Hutan Desa Terhadap


Peningkatan Ekonomi Masyarakat…………………...………….54

BAB V …………………………………………………………………………………66

A.Kesimpulan .................................................................................... 66

B.Saran...............................................................................................67

Daftar Pustaka…………………………………………………………………69

Lampiran............................................................................................................. 75

Lampiran............................................................................................................. 76

CURICULUM VITAE ....................................................................................... 75

xi
DAFTAR TABEL

Tabel I : Kedudukan Peraturan Desa .....................................................................23

Tabel II : Pergantian Kepala Desa dari tahun ke tahun ..........................................30

Tabel III : Jumlah Pekerjaan Menurut KK. ............................................................. 32

Tabel IV : Penggarapan Hutan Desa Sebelum Ada Perdes .....................................43

Tabel V : Jenis Tanaman Masyarakat ....................................................................43

Tabel VI : Pekerjaan dan Pendapatan sebelum ada Perdes .....................................47

Tabel VII : Pekerjaan dan Pendapatan sesudah adanya perdes ............................... 48

Tabel VIII : Pembangunan rumah sebelum dan sesudah adanya Perdes ..................57

Tabel IX : Pendidikan sebelum dan sesudah ada Perdes ........................................58

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Struktur Pemerintahan Desa ......................................................33

Gambar II : Struktur Lembaga Pengelola Hutan ..........................................37

Gambar III : Gambar Daftar Kehadiran Pengurus Desa dan Masyarakat ......39

Gambar IV : Gambar Kegiatan Patroli dan Mebuat patok Perbatasan Desa ..42

Gambar V : Gambar Tanaman kulit Manis dan Kopi ...................................44

Gambar VI : Gambar PLTMH .......................................................................51

Gambar VII : Gambar Rumah Bapak Rinzal ...................................................52

Gambar VIII : Gambar Hasil Perkebunan Buah Kopi yang siap dijual ............53

Gambar IX : Gambar Rumah Bapak Mardison ..............................................54

Gambar X : Gambar Rumah Bapak Soni ......................................................55

Gambar XI : Gambar Rumah dan mobil Bapak Deli .....................................56

Gambar XII : Dokumentasi………………………………………………………….66

xiii
xiv
DAFTAR SINGKATAN

Perdes : Peraturan Desa

LPHD : Lembaga Pengelola Hutan Desa

PLTMH : Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

Warsi : Pendamping Desa

HD : Hutan Desa

HPT : Hutan Produksi Terbatas Bumdes

BUMD : Badan Usaha Milik Desa

HPH : Hak Pengelola Hutan

PHBM : Pengelolaan sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

LMDH : Lembaga Masyarakat Desa Hutan

HKM : Hutan Kemasyarakatan

HTR : Hutan Tanaman Rakyat

IPHPS : Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Hutan sebagai modal dasar pembangunan Nasional memiliki

manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan Bangsa

Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi,

secara seimbang dan dinamis. Untuk itu hutan harus diurus dan

dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi

kesejahteraan masyarakat, baik generasi sekarang maupun

generasi yang akan datang.1 Dalam rangka memperoleh manfaat

yang optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi kesejahteraan

masyarakat, maka pada prinsipnya semua hutan dan kawasan hutan

dapat dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan sifat dan

karateristik dan kerentanannya, serta tidak merubah fungsi

pokoknya.

Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 49

tahun 2008 dijelaskan bahwa Hutan Desa (HD) merupakan hutan

negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan

desa serta belum dibebani izin/hak. Tujuan dari penyelenggaran HD

ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara

berkelanjutan.2 Dalam program hutan desa pun diarahkan sesuai

prinsip-prinsipnya bahwa :

1
TakdirRahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2013), Hlm,164.
2
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 49, Tahun 2008 tentang Hutan Desa.

1
2

1. Tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan desa.

2. Ada keterkaitan masyarakat terhadap sumber daya hutan, karena

hutan

3. mempunyai fungsi sosial, ekonomi, budaya dan ekologis.3

Daerah Kabupaten Merangin terdapat hutan yang begitu luas dan

masih terjaga oleh masyrakat, rata-rata pendapatan masyarakat

dikabupten merangin dari hasil hutan. oleh karena itu masyarakat

harus mampu mengelola dan memanfaatkan hutan tanpa merusak

keasrian hutan agar bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu yang

panjang. Hutan yang ada di Kabupaten Merangin dikelola melalui 2

mekanisme perhutanan sosial yakni : hutan desa dan hutan adat.

Hutan desa merupakan hutan yang dikelola oleh masyarakat guna

untuk menunjang perekonomian masyarakat. Khususnya di Desa

Beringin Tinggi masyarakat sekitar hutan desa (HD) Beringin Tinggi

Provinsi Jambi adalah etnis melayu yang sejak dahulu hidup

berdampingan dan memanfaatkan hutan. Hutan desa beringin tinggi

sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi terbatas eks HPH PT.

NTC dan Salestra II. Sebelum menjadi hutan desa masyarakat

pada waktu itu melakukan aktifitas dalam hutan negara, walaupun

secara adminitrasi masuk ke dalam Desa Beringin Tinggi namun

masyarakat dilarang membuka lahan bahkan sering razia, semasa

masih hak pengelola hutan (HPH) masyarakat susah untuk berkebun

3
Pietsau Amafnini, tahun 2012, Hutan Desa, Jakarta, Hlm,32.
3

karena secara administrasi masuk ke dalam desa tapi secara

kepemilikan itu adalah milik negara, dilihat dari kawasan hutan Desa

Beringin Tinggi itu bagusnya menjadi hutan desa bukan hutan adat

karena statusnya HPT, Setelah itu terbitlah SK dari menteri tahun

2011, dan diperkuat dengan SK Gubernur Jambi tahun 2013 dengan

nomor : 275/KEP. GUB/DISHUT-4. 2013 tersebut juga didorong

oleh keinginan masyarakat untuk terus melestarikan fungsi-fungsi

dan manfaat hutan. Setelah adanya hutan desa, LPHD (Lembaga

Pengelola hutan desa) bersama kepala desa, BPD, Masyarakat

membuat peraturan tentang membukadan mengelola hutan menjadi 2

zona pertama zona pemanfaatan dan yang ke 2 zona lindung. Maka

terbitlah Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun 2016

tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa Beringin Tinggi.

Berdasarkan Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun

2016 tentang Pengelolaan Dan Pemanfaatan Hutan Desa Beringin

Tinggi, pengelolaan hutan Desa Beringin Tinggi dilakukan oleh

seluruh masyarakat Desa Beringin Tinggi di desa dengan tetap

memperhatikan kelestarian kawasan hutan desa, pemanfaatan yang

dilaksanakan oleh “Lembaga Pengelola Hutan Desa” (LPHD) dengan

mengedepankan hukum dan adat istiadat setempat yang tidak

bertentangan dengan peraturan Perundang-undangan. Pengelolaan

hutan Desa dilakukan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif

yang berlandasan musyawarah dan mufakat sebagaimana yang


4

dimaksud untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

kepentingan pembangunan desa.4

Menurut Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun 2016

Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa Beringin Tingi.

Pengelolaan dan pemanfaatan pada hutan harus mengikuti ketentuan

sebagai berikut :

a. Masyarakat Desa Beringin Tinggi mengelola dan

memanfaatkan areal hutan desa maksimal 2 ha / KK

b. Pemanfaatan areal sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dipersiapkan oleh masyarakat desa dalam jangka waktu selama 3

tahun.

c. Dalam pengelolaan di utamakan sesap masyarakat, bagi

masyarakat yang mempunyai sesap dalam petak kelola maka

diutamakan menggarap sesap 1 ha dan dibolehkan menambah

hutan 1 Ha.

d. Bagi masyarakat yang tidak mempunyai sesap dalam kawasan

hutan desa dibolehkan untuk membuka rimbo/hutan dengan

catatan pakai undian.

e. Tanaman utama yang di bolehkan dalam kawasan hutan desa

yaitu tanaman kehutanan seperti karet, surian, gaharu,

merantih dan jenis kayu kehutanan lainnya dan bisa

ditumpangsarikan dengan tanaman kehidupan seperti kopi, nilam,

4
Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun 2016, tentang Pengelolaan Dan
Pemanfaatan Hutan Desa Beringin Tinggi.
5

padi, kulit manis dan tanaman palawija lainnya.

f. Setiap masyarakat yang akan mengelola lahan di dalam hutan

desa dengan kawasan rimbo/hutan maka akan dikenakan uang

sebesar Rp 50.000,-/ ha yang akan digunakan untuk pengukuran

luasan yang akan dikelola.5

g. Pengelolaan lahan ini berlaku untuk zona kelola/pemanfaatan

dalamkawasan hutan desa.

Sebelum adanya Perdes Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa, masyarakat belum

mempunyai pedoman/izin yang sah untuk membuka dan mengelola

kawasan hutan, karena masyarakat pada waktu itu melakukan

aktivitas dalam kawasan hutan negara walaupun secara adiministrasi

masuk ke desa. Oleh sebab itu dengan tidak mempunyai izin untuk

membuka kawasan hutan tentunya hal tersebut sangat berdampak

pada perekonomian masyarakat, karena mayoritas penduduk Desa

Beringin Tinggi adalah petani.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan penulis

tertarik untuk melakukan kajian secara mendalam terhadap

permasalahan yang terjadi dalam bentuk skripsi dengan mengangkat

judul “Implementasi Perdes Beringin Tinggi Nomor 4 tahun 2016

tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa untuk

Peningkatan Perekonomian Masyarakat”.

5
Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun 2016, tentang Pemanfaatan Dan
Pengelolaan Hutan Desa Beringin Tinggi.
6

B. Rumusan masalah

Dari uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah

di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ingin penulis

dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4

Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan desa?

2. Dampak positif dari pengelolaan hutan desa terhadap peningkatan

ekonomi masyarakat ?

C.Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan salah satu langkah untuk

memberikan arah yang hendak diteliti menjadi jelas dan mudah

dipahami. Selain itu, batasan masalah dalam penelitian juga diperlukan

untuk lebih memusatkan perhatian pada permasalahan yang hendak

diteliti. Sesuai dengan kajian masalah yang di teliti, dalam penelitian

ini penulis hanya membahas bagaimana “Implementasi Perdes

Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan

Pemanfaatn Hutan Desa untuk Peningkatan Perekonomian

Masyarakat”.

D.Tujuan dan kegunaan penelitian

3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas,

maka tujuandari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Penerapan Peraturan


7

Desa Beringin Tinggi No 4 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan

Pemanfaatan Hutan Desa.

b. Untuk mengetahui bagaimana dampak ekonomi masyarakat

sebelum dan sesudah adanya Peraturan Desa Beringin Tinggi

Nomor 4 Tahun 2016.

Manfaat penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas,

maka manfaatpenelitian ini adalah :

c. Menjadi referensi di dalam melaksanakan penelitian yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

d. Memberi pengetahuan tentang manfaat serta kelayakan adanya

hutan desa di masing-masing desa kepada individu atau

kelompok yang mengelola hutan desa.

e. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis

sekaligus sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana

srata satu (s1) Program Studi Ilmu Pemerintahan di Univeraitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

E.Kerangka Teori

1. Kebijakan Publik

a. Definisi Kebijakan Publik

Menurut Anderson kebijakan adalah suatu tindakan yang

mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku

untuk memecahkan suatu masalah. Bentuk kebijakan publik dalam


8

bentuknya yang positif didasarkan ketentuan hukum dan wewenang, tujuan

kebijakan adalah dapat dicapainya kesejahteraan masyarakat melalu produk

kebijakan yang dibuat pemerintah.6 Kebijakan publik adalah apapun

yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan, pemerintah memilih

sesuatu maka harus ada tujuan dan kebijakan Negara tersebut harus

meliputi semua tindakan pemerintah atau pejabat. Kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah harus memberikan perubahan besar, dengan

demikian kebijakan menurut Dye adalah merupakan upaya untuk

memahami:

a. Apakah yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasi

permasalahan masyarakatnya.

b. Apa penyebab atau yang mempengaruhinya dan

c. Apa dampak dari kebijakan tersebut jika dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan.

Dengan memahami pendapat para pakar tentang kebijakan,

terdapat butir- butir yang merupakanciri penting dalam kebijakan

yaitu:

1. Kebijakan adalah suatu tindakan pemerintah yang mempunyai

tujuan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

2. Kebijakan dibuat melalui tahap-tahap yang sistematis sehingga

semua variable pokok dari semua permasalahan yang akan

dipecahkan tercangkup.

6
Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,M.Si, Tahun 2015, tentang Pemahaman Kebijakan Publik
Formasi, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik. Hlm,3.
9

3. Kebijakan perlu dievaluasi sehingga diketahui berhasil atau

tidaknyadalam menyelesaikan masalah.

b. Tahapan Kebijakan Publik

Riant Nugroho D mengatakan bahwa kebijakan publik tidak

selalu mudah dibuat, mudah dilaksanakan dan mudah dikendalkan,

karena kebijakan publik dalam praktik ketatanegaraan dan

kepemerintahan pada dasarnya terbagi dalal tiga prinsip yaitu

:pertama, dalam konteks bagaimana merumuskan kebijakan publik

(formulasi kebijakan), kedua, bagaimana kebijakan publik tersebut di

implementasikan dan ketiga, bagaimana kebijakan publik tersebut di

evaluasikan.7

Perumusan atau formulasi kebijakan publik merupakan salah satu

tahap dari rangkaian proses pembuatan dan pelaksanaan suatu

kebijakan publik. Dalam memahami proses perumusan kebijakan perlu

memahami masalah dan aktor- aktor yang terlibat dalam proses

perumusan kebijakan. Pemahaman terhadap masalah dapat membantu

menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiaognosis

penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan yang memungkinkan

memamdukan pandangan yang bertentangan dan rancangan peluang

kebijakan baru. Perumusan masalah merupakan sumber dari kebijakan

publik dengan pemahaman dan indentifikasi masalah yang baik maka

perencanaan kebijakan dapat disusun, perumusan masalah dilakukan

7
Dr. Arifin Tahir, M.Si, Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah, (Gorontalo : PT. Pustaka Indonesia Perss. Tahun 2014). Hlm,20.
10

oleh mereka yang terkena masalah atau orang lain yang mempunyai

tanggung jawab dan pembuat kebijakan harus mempunyai kapasitas

untuk itu. Implementasi kebijakan publik diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan. Lebih sederhana pengertian

implementasi publik dalam kamus Webster menyajikan alat bantu

untuk melaksanakan, menimbulkan dampak/berakibat sesuatu.

Implementasi suatu kebijkan publik sangat bergantung pada rumusan

kebijakan yang disusun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Geogre C Edwards III, pelaksanaan kebijakan dapat

diartikan sebagai dari tahapan proses kebijaksanaan, yaitu posisinya

berada diatas tahapan penyusunan kebijaksanaan tersebut (output,

outcome). Lebih lanjut, Edwards mengidentifikasikan aspek-aspek

yang diduga kuat yang berkontribusi pada pelaksanaan kebijakan

yaitu : komunikasi, sumberdaya, disposisi atau sikap pelaksanaan dan

struktur birokrasi. Keempat aspek mempengaruhi aspek pelaksanaan

kebijakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan demikian kebijakan publik pada intinya meliputi tujuan

dan nilai- nilai dan praktik. Berdasarkan definisi-definisi tersebut,

maka kebijakan publik memiliki kondep-konsep sebagai berikut :

1. Kebijakan publik berisi tujuan, nilai-nilai dan praktik/pelaksanaanya.

2. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah bukan

organisasi swasta.

3. Kebijakan publik tersebut menyangkut pilihan yang dilakukan


11

atau tidak.

Dengan demikian berbagai penjelasan diatas akan memuat 3 elemen yaitu :

1. Indefinikasi dari tujuan yang ingin dicapai.

2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.

3. Penyedian berbagai infut untuk memungkinkan pelaksanaan

secara nyata dari taktik atau strategi.

Teori implementasi kebijakan publik pertama, implementasi

membawa ke suatu hasil (akibat) melengkapi dan menyelesaikan.

Kedua implementasi melaksanakan sesuatu. Ketiga implementasi

membawa, menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi.

Sehingga secara etimologis implementasi dimaksud sebagai suatu

aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian masalah untuk

memperoleh hasil.

Evaluasi kebijakan publik ditujukan untuk melihat sebab-

sebab kegagalan suatu kebijakan publik atau untuk mengetahui

apakah kebijakan publik yang telah dijalankan meraih dampak yang

diinginkan. Artinya, evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk

menilai “manfaat” suatu kegiatan publik yang telah dijalankan.

Secara umum evaluasi kebijakan publik dapat dikatakan sebagai

kegiatan yang mencangkup substansi, implementasi dan dampak.

Ada dua macam evaluasi kebijakan publik di antaranya :


12

a. Untuk menemukan konsekuensi-konsekuensi apa yang

ditimbulkan oleh suatu kebijakan publik dengan cara

menggambarkan dampaknya.

b. Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan

publik berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya.8

2. Peraturan Desa

a. Definisi Peraturan Desa

Secara historis, desa telah diatur dalam beberapa

peraturan tentang desa, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948

tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-

undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok- pokok Pemerintahan

Daerah, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja

Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya

Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia. Dalam

pelaksanaannya, pengaturan mengenai desa tersebut belum dapat

mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat Desa

yang hingga saat ini sudah berjumlah sekitar 73.000 (tujuh puluh

tiga ribu) desa dan sekitar 8.000 (delapan ribu) kelurahan.9 Hal ini

menjadi dasar pertimbangan yuridis lahirnya Undang- Undang

8
Kamal Alamsyah, Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Media Citra
Mandiri 2016). Hlm,79.
9
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, tentang Desa.
13

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Berlakunya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa (selanjutnya disebut UU Desa), menggantikan Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang tidak

memuaskan bagi para kepala desa dan aparatur desa, demikian juga

dengan kelembagaan pemerintahan desa, ternyata masih terbatas

kapasitasnya untuk melaksanakan pelayanan publik, membangkitkan

potensi dan memberdayakan masyarakat. Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa antara lain mengatur tentang kedudukan

dan Jenis desa, penataan desa, kewenangan desa, penyelenggaraan

pemerintahan desa, hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa,

keuangan desa dan aset desa serta pembangunan desa dan

pembangunan kawasan perdesaan. Untuk menjalankan tugas dan

fungsinya pemerintah desa bisa membuat peraturan desa. Peraturan

Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh

Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan

Permusyawaratan Desa.10 Peraturan desa merupakan penjabaran

lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang tinggi dengan

memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat.

Masyarakat desa merupakan bentuk komunitas yang dapat

mengurus dirinya sendiri Selain itu, dalam era otonomi daerah saat

ini, desa diberikan kewenangan yang lebih luas dalam mengatur dan

10
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, tentang Desa.
14

mengurus kepentingan masyarakat. Dalam rangka ini, sejumlah

Peraturan Desa harus dibuat untuk mengefektifkan implementasi

kewenangan tersebut. Pentingnya Peraturan desa ini juga bertujuan

untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,

serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Akan

tetapi, peraturan desa yang dibuat hendaknya mempertimbangkan

keutuhan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakannya. Untuk

itu, maka proses penyusunan peraturan desa harus memperhatikan

aspirasi masyarakat.

b. Posisi peraturan desa dalam hierarki peraturan perundang undangan

Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) UU No. 6 tahun 2014 tentang

Desa dinyatakan bahwa jenis peraturan di desa terdiri atas Peraturan

Desa, peraturan bersama Kepala Desa, dan peraturan Kepala Desa.

Dalam perspektif yuridis formal, peraturan desa bukan bagian dari

produk hukum daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 1 tahun 2014 tentang Pembentukan Produk

Hukum Daerah, produk hukum daerah berbentuk peraturan meliputi

peraturan daerah atau nama lainnya, peraturan kepala daerah

(perkada), peraturan bersama kepala daerah, peraturan DPRD, dan

berbagai keputusan meliputi keputusan kepala daerah, keputusan


15

DPRD, keputusan pimpinan DPRD dan keputusan kepala badan

kehormatan DPRD. Konsekuensinya pembentukan peraturan desa

tidak mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun 2014. Hal ini sejalan dengan UU No. 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dimana

Peraturan Desa tidak masuk dalam produk hukum daerah. Hal ini

bertolak belakang dengan Pasal 7 ayat (2) huruf c Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa peraturan desa

merupakan bagian dari Peraturan Daerah (artinya : produk hukum

daerah) yang termasuk jenis dan hierarki peraturan perundang-

undangan.

Apabila peraturan desa tidak ditinjau dari berbagai peraturan

perundang undangan, peraturan desa memiliki kedudukan yang

berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1 berikut ini:

Tabel.1
Kedudukan Peraturan Desa ditinjau dari Peraturan

Perundang-undangan.

No Dasar Hukum Kedudukan peraturan desa


1 UU No tahun Termasuk jenis dan hierarki
2004 peraturan Undangan bagian
perundang ( Pasal dari
7
2 UU No. 32 tahun Diakui keberadaan peraturan desa
2004
yang dibuat
16

3 UU No. 12 tahun Tidak termasuk dalam hierarki


2011 Perundang udangan namun
peraturan (Pasal 8) merupakan salah satu peraturan
perundang- undangan yang diakui
keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum
4 UU No.6 tahun Perundangan-undangan yang lebih
2014 undangan yang tinggi atau dibentuk berdasarkan
di ( pasal 1 angka 7) kewenangan sebagai peraturan
perundang- undang. Di tetapkan
oleh
5 UU No. 23 tahun Tidak diakomodir hanya mengatur
2014tentang desa

6 PP No.43 tahun Tidak diakomordirkan hanya


2014 tata cara mengatur Penyusun peraturan desa.
(pasal) 83 s/d pasal Sudah tidak berlaku lagi.
84

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa peraturan desa

dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu sebagai produk hukum dan

produk politik. Undang- undang Nomor 10 tahun 2004 tentang

pembentukan peraturan perundang- undangan dan Undang-undang

Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-

undangan memandang peraturan desa sebagai produk hukum.

Undang- undang 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

memandang peraturan desa sebagai produk politik bukan produk

hukum. Sementara Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 melihat

peraturan desa sekaligus dua sisi baik sebagai produk hukum maupun

produk politik
17

2. Otonomi Desa

a. Pengertian Dan Tujuan Otonomi Desa

Secara etimologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca

yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahhiran. Dari

perspektif geografis, desa atau village diartiakan sebagai a groups of

hauses or shops in a country area, smaller than a town. Desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk

mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan

adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten.

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, yaitu urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat, berdasarkan hak asal-usul

dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh

dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Otonomi

desa bertujuan untuk mencapai tujuan di atas, pemerintah desa harus

mampu melakukan inovasi-inovasi. Inovasi merupakan kunci untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing daerah, dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah wajib melakukan inovasi. Pelayanan publik yang

inovatif akan meningkatkan pelayanan, pemberdayaan masyarakat,

pertumbuhan ekonomi, dan daya saing yang semakin tinggi. Untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inovasi, selain diperlukan


18

untuk meningkatk an daya saing daerah dan meningkatkan kualitas

kesejahteraan masyarakat, pada dasarnya juga merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari reformasi birokrasi.

Pentingnya inovasi saat ini ditandai dengan telah diterbitkannya

Undang - Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah yang memberikan peluang pemerintah daerah untuk

melakukan inovasi. Tepatnya pada pasal 386 yang menyatakan

bahwa ”dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi”.

Ino vasi yang dimaksud adalah semua bentuk pembaharuan dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang berpedoman pada prinsip

sebagai berikut: peningkatan efisiensi, perbaikan efektivitas,

perbaikan kualitas pelayanan, tidak ada konflik kepentingan,

berorientasi kepada kepentingan umum, dilakukan secara terbuka,

memenuhi nilai-nilai kepatutan, dan dapat dipertanggung jawabkan

hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.

b. Pengelolaan Hutan Desa Sebagai Strategi Peningkatan

Perekonomian

Sektor kehutanan merupakan penyumbang devisa terbesar kedua

di Indonesia setelah sektor migas. Oleh karena itu keberadaan hutan di

Indonesia perlu dipertahankan dan dalam pengelolaan serta

pemanfaatannya perlu meningkatkan aspek kelestarian. Hutan juga

dapat memberikan manfaat langsung maupun tak langsung bagi


19

kehidupan mahkluk hidup di muka bumi ini. Pemanfaatan hutan

adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan memanfaatkan

jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan hutan-hutan non-

kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara

optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap

menjaga kelestariannya di Indonesia, pemanfaatan hutan diatur dalam

Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.

Izin pemanfaatan merupakan izin yang diterbitkan oleh pejabat yang

berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan,

izin usaha pemanfaatan hasil kayu atau bukan kayu, ataupun izin

pemungutan hasil hutan kayu atau bukan kayu pada hutan yang telah

diberikan izin.

Sebagaimana Peraturan mentri kehutanan Nomor : P.55/Menhut-

11/2011 bahwa pengembangan dan pengelolaan hutan tanaman

rakyat harus memperoleh izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu

pada hutan tanaman rakyat ( IUPHHK-HTR) dimana izin usaha

tersebut diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan tanaman pada

tahun produksi yang diberikan oleh Bupati (an. Menteri Kehutanan )

kepada perorangan atau koperasi. Selanjutnya Rimbun Daun (2011)

menjelaskan bahwa kebijakan pembangunan hutan tanaman rakyat

pada intinya adalah memberikan peluang kepada masyarakat dalam

kegiatan pembangunan hutan, tanaman, atas : Akses Legal, yang


20

diwujudkan dalam pemberian surat keputusan izin usaha pemanfaatan

hasil hutan kayu pada hutan tanaman rakyat .

Tujuan utama pemanfaatan hutan ialah untuk memberdayakan

masyarakat atau mensejahterakan masyarakat. Bagi para pemegang

izin usaha pemanfaatan hutan dikenakan pungutan sebagai peganti

nilai intrinsik dari hasil hutan yang telah mereka dapatkan. Tata

hutan dan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan

merupakan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah

Republik Indonesia. Dalam setiap pemanfaatan hutan wajib disertai

dengan izin pemanfaatan hutan. Jangka waktu pemanfaatan pada hutan

lindung menurut Undang-Undang paling lama sepuluh tahun. Menurut

Undang-Undang dalam pemanfaatan hutang lindung yang diberikan

perizinan paling luas hanya 50 hektar.

Pengelolaan hutan Negara oleh masyarakat sering disebut dengan

istilah perhutanan sosial, sedangkan perhutanan Sosial adalah Sistem

pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan

negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan masyarakat

setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan

lingkungan dan dinamika sosial budaya. Pemerintah untuk periode

2015-2019 mengalokasikan 12,7 juta ha untuk Perhutanan Sosial,

melalui

1. Hutan Kemasyarakatan (HKm), izin yang diberikan adalah IUP

HKM atauIzin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan.


21

2. Hutan Tanaman Rakyat (HTR), izin yang diberikan adalah

IUPHHK- HTRatau izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Hutan Tanaman Rakyat.

3. Hutan Adat (HA), tenurialnya adalah Penetapan Pencantuman Hutan


Adat.

4. Kemitraan Kehutanan (KK) dalam bentuk KULIN KK

atau Pengakuan Perlindungan Kemitraan Kehutanan dan IPHPS

atau Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial diPulau Jawa

Permohonan HPHD, IUP HKm dan IUPHHK HTR dapat

ditujukan melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

atau Gubernur setempat.

Defenisi kesejahteraan dalam konsep dunia moderen

adalah sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi

kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan makanan , pakaian, tempat

tinggal, air minum yang bersih serta izin pengelolaan hutan Negara

oleh rakyat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kesempatan untuk melanjutkan Pendidikan dan memiliki pekerjaan

yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga

status social yang mengantarkan pada status social yang sama

terhadap sesame warga lainnya.11 Kesejahteraan masyarakat

merupakan tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia dalam upaya mewujudkan

11
M.Taufik Berutu, Kesejateraan Ekonomi Petani Tradisional Bawang Merah di
Harangol. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Tahun
2017.Hlm,35.
22

kesejahteraan masyarakat, pemerintah mengupayakan banyak hal aik

dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang bersifat distributive hingga

kebijakan regulative.

Kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam paradigma pembangunan ekonomi, pemangunan

ekonomi dikatakan berhasil jika ingkat kesejahteraan masyarakat

semakin baik. Kesejahteraan dan ketimpangan dalam kehidupan

masyarakat di akibatkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi yang

tampa disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut

Badrudin, kesejahteraan masyarakat yaitu suatu kondisi yang

menunjukkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat

dri standar kehidupan masyarakat.12

Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu keadaan terpenuhinya

kebutuhan dasar yang terlihat dari rumah yang layak, tercukupinya

kebutuhan akan sandang (pakaian) dan pangan (makanan), pendidikan,

dan kesehatan, atau keadaan dimana seseorang mampu

memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu dan

kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmani dan rohani.13

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009, kesejahteraan

social yaitu kondisi yang menunjukkan bahwa terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual dan social warga negara agar dapat hidup layak serta

12
Lia Ratnasari, “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Distribusi
Pendapatan di Indonesia”. E-Jurnal Prespektif Ekonomi dan Pembangunan Daerah, Tahun 2016.
13
Michael P. Todaro and Stephen C. Smith, “Economic Development, Twelfth Edn”.
Pearson Addison Wesley, Bostom, 2014.
23

mampu mengembangkan diri.14

F.Tinjauan Pustaka

Dalam suatu penelitian tidak terlepas dari perolehan dan melalui

referensi buku-buku atau literatur studi tentang pengelolaan dan

pemanfaatan hutan desa, di lakukan untuk memenuhi atau

mempelajari serta mengutip pendapat- pendapat dari para ahli yang

ada hubungan dengan permasalahan yang diteliti. Sepanjang

penelitian-penelitian mengambil buku-buku, skripsi, tesis, dan artikel

yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan hutan desa. Dari

berbagai penelitian yang penulis telusuri yaitu :

Pertama penelitian yang dilakukan Andri Kurniawan Fakultas

Ekonomi. Mahasiwa Universitas Negeri Semarang pada Tahun 2011.

Penelitian ini berjudul implementasi program pengelolaan hutan

bersama masyarakat dikawasan KPH Telawa. (Studi Kasus di LMDH

sumber rezeki makmur sejati, trubus dan lestari dan yowosono).

Pembahasan penelitiannya tentang banyak sekali ditemukan

permasalahan tentang pengelolaan hutan gagalnya pelaksanaan

PHBM antara lain upah pengelolaan hutan belum transparan dalam

kegiatan pengelolaan hutan, jarak tanaman pokok rapat sehingga

mengurangi luas tanaman tumpangsari bantuan peralatan pertanian

yang jumlah kurang memadai dan mengganggu kelestarian. Hutan.15

14
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan Sosial.
15
Andri Kurniawan, Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) Di Kawasan KPH Telawa, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Semarang,
2011.
24

Kesimpulan nya terjadi permasalahan tentang pengelolaan hutan,

kurang transfaransi upah pengelolaan hutan sehinggi menganggu

kelestarian hutan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ina Marina Fakultas

Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Tahun 2011. Penelitian ini

berjudul Analasis Konflik Sumberdaya Hutan dikawasan Gunung

Halimun Salak Bogor. pembahasan penelitiannya menyangkut konflik

yang terjadi anatara masyarakat dengan pemerintah yang mana terjadi

ketika pihak taman Nasional menganggap bahwa kawasan Taman

Nasional Gunung Halimun Salak sebagai milik Negara karena

tidak terbebani hak atas tanah.16 Kesimpulannya terjadinya konflik di

kawasan hutan gunung halimun salak bogor karena masyarakat punya

hak atas pemilikan tanah, dan pemerintah gunung halimun salak

sebagai milik negara.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Hefri Oktoyoki dari

Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan Sekolah Pasca sarjana

Institut Pertanian Bogor Tahun 2016. Penelitiannya menjelaskan

tentang kelembagaan adat atau yang disebut dengan ninik mamak di

Kerinci, selaku pemangku adat sangat memiliki peran penting dalam

mengelola sumberdaya hutan sebagai sumber ekonomi bagi

masyarakat adat desa Kerinci Selaku lembaga adat yang sangat ditaati

oleh masyarakat adat, lembaga adat memberikan aturan terakait

16
Ina Marina, Analisis Konflik Sumberdaya Hutan dikawasan Gunung Halimun Salak
Bogor, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian, Bogor, Januari Tahun 2011.
25

hutan yang boleh dikelola oleh masyarakat adapun batas-batas hutan

yang dilarang sehingga demikian tidak merusak atau tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar.17

Perbedaan dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada

Implementasi pemerintah desa dalam pengelolaan dan pemanfaatan

hutan desa. Dilihat dari kajiannya tentu saja terdapat perbedaan

dengan penelitian di atas, penulis membahas tentang dampak

peraturan desa terhadap perekonomian masyarakat dan bagaimana

penerapan peraturan desa tentang pengelolaan hutan dan juga

membahas tentang hambatan dalam pengelolaan dan pemanfaatan

hutan desa Beringin Tinggi. Dan juga dari segi pembahasan penulis

memahami tentang pengelolaan dan pemanfaatan hutan desa dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Beringin Tinggi,

Kecamatan Jangkat Timur, Kabupaten Merangin.

17
Hepri Oktoyoki, Peran Penting dalam Mengelola Sumberdaya Hutan sebagai Sumber
Ekonomi bagi Masyarakat Adat Kerinci, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2016.
26

BAB II
METODE PENELITIAN

A.Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Merangin Desa Beringin

Tinggi pada tanggal 10 Februari 2021 dan hanya berfokus pada

Pengelolaan dan pemanfaatan hutan desa bagi kesejahteraan

masyarakat. Dan sudah lama penulis mengamati bagaimana

kehidupan masyarakat setelah adanya peraturan hutan desa. Pilihan

pertama yaitu untuk mengetahui bagaimana dampak sebelum dan

sesudah adanyaperdes terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat

B.Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu

pendekatan lapangan secara langsung oleh peneliti sendiri. Menurut

Soerjono Soekarto penelitian deskriptip adalah penelitian yang

bermaksud memberikan data yang diteliti mungkin tentang manusia,

keadaan atau gejala-gejala lainnya.18 Sedangkan menurut Sugiono

mengatakan bahwa metode deskriptip adalah suatu metode yang

digunakan untuk menggambar atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang

lebih luas.19 Jadi dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa

yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual. Dan penelitian

18
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi ,(Jambi: Fakultas Syari’ah, 2012).Hlm,42.
19
Https://idtesis.com/metode-deskriptip-,diakses 19 Februari 2021.
27

ini lebih mengarah pada gambaran mengenai pengelolaan dan

pemanfaatan hutan desa terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data

primer dan data sekunder.

a. Data primer

Menurut Suharsimi Arikunto, pengertian data

primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak

pertama kepada pengumpulan data yang biasanya

melalui wawancara, jejak dan lain-lain.20

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa sumber data primer merupakan sumber data

yang langsung memberikan data yang biasanya

melalui wawancara.

b. Data sekunder

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

data sekunder adalah data yang di peroleh seseorang

peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi

melalui sumber lain, baik lisan maupun tulisan.

Menurut Sugiono, mendefinisikan data sekunder

adalah sumber data yang diperoleh secara membaca,

mempelajari dan memahami melalui media lain yang

bersumber dari literatur, buku-buku serta dokumen. Jadi

20
Jurnal Riset Akuntansi-volume VIII/N).2/Oktober 2016, Hlm,11.
28

dapat dikatakan bahwa data sekunder adalah yang digunaka

dari sumber-sumber yang terpercaya baik dari data ataupun

mengutip dari sumber lain seperti:

1. Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4

Tahun 2016 Tentang Pengelolaan dan

pemanfaatan Hutan Desa.

2. Buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi.

3. Internet.

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah

subjek dari mana data tersebut dapat diperoleh memiliki

informasi kejelasan tentang bagaimana mengambil data

tersebut diolah. Sumber/objek data dalam penelitian ini

meliputi Kantor kepala Desa Beringgin Tinggi Kecamatan

Jangkat Timur, Kabupaten Merangin. Diperoleh atau

dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi.

D.Teknik Pengumpulan Data

c. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati peristiwa

lapangan.

d. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang bertukar


29

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontribusikan makna dan data tertentu. Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih mendalam teknik

pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang

diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada

pengetahuan dan keyakinan pribadi.21

Berikut ini sebagian tokoh masyarakat yang akan di wawancara


:

1. Kepala Desa Beringin Tinggi : 1 orang

2. Kepala Dusun : 3 orang

3. Seksi Kesejahteraan : 1 orang

4. Ketua LPHD : 1 orang

5. Ketua BPD : 1 orang

6. Pendamping Desa atau Warsi : 1 orang

7. Masyarakat :

10 orang

Jumlah semua wawancara : 18 orang.

e. Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincoln, mendefinisikan

pengertian dokumentasi yaitu setiap bahan yang tertulis

21
Ibid.Hlm,190-191.
30

atau film. Dan pengumpulan data dilakukan dengan

meneliti catatan-catatan tertulis, seperti dokumen, buku,

dan catatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan hutan baik dalam media cetak maupun

media sosial cara ini dilakukan terutama pada studi

awal penelitian yang memperjelas masalah yang akan

diteliti.

E.Teknik Analisis Data

a.Reduksi Data

Reduksi data ialah aktifitas dalam memilih dan memilah

data yang relavan untuk disajikan. Mereduksi data yang

diperoleh dari hasil wawancara, data wawancara ini telah yang

telah direkam kemudian di transkipkan dengan tujuan memudahkan

peneliti memilih data-data yang sesuai untuk di analisis. Mereduksi

data yaitu data yang diambil merupakan data penting tentang

Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa Beringin Tinggi

Kecamatan Jangkat Timur Kabupaten Merangin.

b.Penyajian Data

Data yang disajikan secara sistematis agar lebih mudah dan

memahami karya ilmiah tentang pengelolaan dan pemanfaatan hutan

desa di Desa Beringgin Tinggi Kecamatan Jangkat Timur Kabupaten

Merangin.
31

c.Penarik Kesimpulan

Kesimpulan merupakan hasil akhir sebuah penelitian yang

disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Kesimpulan yang baik

adalah jawaban atas perumusan masalah atau pertanyaan penelitian.

Dalam kesimpulan dikemukakan secara singkat dan padat tentang

kebenaran dan terbuktinya suatu hipotesis atau sebaliknya,

Kesimpulan ini merupakan data yang mengenai dengan data

yang bersangkutan dengan Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan

Desa.

F.Jadwal Penelitian
Tahun 2022
N
Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus
0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1
pengajuan Judul x

2
Pembuatan Proposal x

Perbaikan Proposal x
3
dan Seminar

4 Surat Izin Riset x

5 Pengumpulan Data x

Pengolahan dan
6
Analisis Data x
32

7
Pembuatan Laporan x

Bimbingan dan
8
Perbaikan x

Agenda dan Ujian


9
Skripsis x

1 Perbaikan dan x

0 Penjilidan

G.Sistematika Penulisan

Agar penulisan proposal skripsi tidak keluar dari pembahasan

maka penulis membuat sistemamtika penulisan proposal skripsi ini

dan menjadi ringkasan dari pembahsan-pembahasan yang ada di

setiap babnya seperti berikut ini :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, kerangka teori dan tinjauan

pustaka.

BAB II : Metode Penelitian yaitu membahas mengenai

pendekatan penelitian, lingkup penelitian, jenis dan

sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis

data Lokasi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB III : Gambaran Umum membahas tentang sejarah


33

hutan Desa Beringin Tinggi kecamatan Jangkat Timur

yang berisikan letak dan geografis, ekonomi, agama

dan pendidikan.

BAB IV : Pembahasan yang akan menjawab rumusan

masalah yang ada di dalam penelitian ini yaitu

tentang pengelolaan dan pemanfaatan hutan desa

serta kendala dan upaya yang dilakukan di Desa

Beringin Tinggi kecamatan Jangkat Timur

Kabupaten Merangin.

BAB V : Penutup dalam bab ini berisikan tentang

kesimpulan dan hasil penelitian serta saran-saran

terkait dengan dampak pengelolaan dan pemanfaatan

hutan Desa Beringin Tinggi.

.
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.Sejarah Desa Beringin Tinggi

Pada zaman dahulu desa Beringin Tinggi, terdapat beberapa dusun

di dalamnya yaitu, Tebat Lungkung, Koto Melilo, Koto Berigi dan

Sungai Tenang. Kemudian dari hasil musyawarah Tuo-tuo cedik

pandai bersama tokoh masyarakat, disepakati beberapa dusun tersebut

dijadikan satu desa menjadi desa Beringin Tinggi. Alasan Tuo-tuo

cedik pandai bersama tokoh masyarakat memberi nama desa Beringin

Tinggi, bermuara dari keberadaan pohon beringin yang sangat

tinggi yang menurut ceritanya daun beringin tersebut jatuh sampai ke

desa tetangga.

Tabel.2.

Pergantian kepala desa dari tahun ke tahun di


Desa Beringin Tinggi:

1. Pada tahun 1920 s/d tahun 7. Pada Tahun 1969-1974


1930 M Desa Beringin Denaudo yangbernama
Tinggi dipimpin oleh Rio Abdurrahim Mentinya Bernama
Pemarap, yang bernama Asta.
sejuntah dan merangkap
jabatan menti kasumbo.
2. Pada tahun 1930-1937 M. 8. Pada tahun 1975-1980 Rio
Dipimpin oleh Daim,dengan Denaudoyang bernama Ali
Menti Kasumbonya bernama Sahak
Takip. Mentinya bernama M.Dahlan.

34
3. Pada tahun 1938-1945 Rio 9. Pada tahun 1982 terjadinya
Denaudo yang bernama H. perubahan
Hasan Menti Kasumbonya peraturan pemerintah, Dusun
bernama Arsad. Beringin Tinggi menjadi Desa
Beringin Tinggi yang
sebelumnya dipimpin Rio
Denaudo menjadi kepala desa,
jabatan Menti dirubah menjadi
Kepala Dusun, Kepala Desa
bernama Ali Sahak

4. Pada tahun 1946-1952 10. Pada tahun 1994-2002 nama


dipimpin oleh Arsad Kepala
Mentinya Bernama Murap. Desa M. Darwan Dusun
dimekar menjadi dua : 1. Dusun
Sungai Seluang, yang dipimpin
oleh Sipar Ali.
5. Pada tahun 1953-1960 11. Pada tahun 2009-2014
yang KepalaDesa
di pimpin Rio Denaudo yang M. Thairin Kepala Dusun
bernama Murap mentinya SungaiSeluang
sasjuanda Kepala
Dusun
6. Pada tahun 1961-1968 Rio 12. Pada tahun 2014-2016 PJSKepala
Deaudo yang bernama kaip Desa Ali Warti sebagai Kepala
Mentinya Bernama Rasika. DusunSungai Seluang
Sasjuanda dan Kepala

35
13. Pada tahun 2016-2021 Kepala
Desa
M. Thairin dan pada tahun
2017 terjadi Mekar Dusun
menjadi tiga yaitu : yaitu
Dusun yang baru Mekar
bernama Harapan Maju nama
Kepala Dusun Sahrial Kepala
DusunSungai Seluang
Zulkifli, dan Kepaladusun
Koto melilo Abusro sampai
Sumber data : Arsip Desa Beringin Tinggi.

36
37

B.Keadaan Geografis dan Demografis Desa Beringin Tinggi

Desa Beringin Tinggi Memiliki luas wilayah 12 Km ⅔ dengan

batas-batasdesa sebagai berikut Sebelah Utara berbatasan dengan

Wilayah Desa Jangkat.

1. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Batang Asai.

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Desa Kabu

Dan DesaPematang pauh.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Desa

Sungai Keradakkecamatan Batang Asai Kabupaten

Sarolangun.

Tabel.3.
Jumlah pekerjaan menurut KK
.
NO Pekerjaan Jumlah Kepala keluarga
1 Petani 140
2 Pedagang 11
3 Buruh Lepas 30
4 Pegawai 4
5 Tukang Kayu 13
6 Honorer 11
7 Lanjut usia tidak bekerja 19
Jumlah 228

Berdasarkan tabel di atas dari segi pekerjaan masyarakat paling

banyak berkerja sebagai petani dan pedagang. Pertanian utama

adalah : kopi, nilam, kulit manis. Kemudian jumlah penduduk Desa

Beringin Tinggi Kecamatan Jangkat Timur Kabupaten Merangin


38

terdiri dari berbagai suku Seperti : Melayu (penduduk asli), Jawa,

Minang dan lain sebagainya. Desa Beringi Tinggi memiliki jumlah

penduduk 927 Jiwa, dimana 408 orang laki-laki dan prempuan 519.

C.Tata Pemerintahan

Struktur organisasi Pemerintah Desa Beringin Tinggi

Kecamatan JangkatTimur Kabupaten Merangin adalah sebagai

berikut

Gambar.1.

STRUKTUR PEMERINTAHANDESA BERINGIN TINGGI

Kepala Desa
M. THAIRIN
SEKRETARIS
DESA HAMIRIN

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA URUSAN KEPALA URUSAN


PEMERINTAHAN KESEJAHTERAAN UMUM KEUANGAN
ARPAN PEMBANGUNAN JENROHADI AKTAR
M. SUARMAN SAPUAN

KADUS SUNGAI KADUS KOTO KADUS HARAPAN


SELUANG MELILO MAJU
ZULKIFLI ABUSRO SAHRIAL

KETUA RT 1 KETUA RT II
KETUA RT III KETUA RT IV
ARDIN RIRI SUSANTO
AMIN JAYA MANSUR

Desa Beringin Tinggi memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :

a. Visi Desa Beringin Tinggi adalah :

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT DESA BERINGIN TINGGI YANG MAJU

DANMANDIRI TAHUN 2016-2022”


39

b. Misi Desa Beringin Tinggi adalah :

1. Mewujudkan pemerintahan desa beringin tinggi

yang efektif danefesien dalam rangka mengoptimalkan

pelayanan kepada masyarakat.

2. .Meningkatkan derajat hidup masyarakat melalui upaya

peningkatanpelayanan kesehatan desa.

3. Mengembangkan sektor pertanian dan sektor usaha

industry kecil yang berwawasan lingkungan.

4. Mengembangkan pentingnya peningkatan sumberdaya

manusia melalui dukungan wajib belajar 9 tahun.

D. Deskripsi Hutan Desa Beringin Tinggi

Hutan Desa adalah hutan Negara secara kawasan di Desa

Beringin Tinggi dinamakan HPT ( hutan produksi terbatas) batas HPT

lubuk pekak hamparannya mulai dari Desa Talang Tembago sampai

ke Desa Jangkat, kawasan itu adalah kawasan HPT lubuk Pekak,

sebelum tahun 2009 pemerintah memberi izin HPH (Hak Pengusaha

Hutan) melalui PT. NTC untuk mengusai hutan. Sistimnya adalah

tebang kayu tanpa menanam. Masyarakat pada waktu itu melakukan

aktifitas dalam hutan negara, walaupun secara adminitrasi masuk ke

dalam desa beringin tinggi namun masyarakat dilarang menanam

membuka lahan bahkan sering razia. Oleh karena itu masyarakat

susah untuk berkebun walaupun secara administrasi masuk ke dalam

desa tapi secara kepemilikan itu adalah milik Negara.


40

Pada tahun 2009 masuk izin PT DAM ( Duta Alam Makmur)

anak dari Sinar Mas Grup izinnya kurang lebih 45000 Ha, untuk 5

Kecamatan 17 Desa Termasuk Desa Beringin Tinggi, masuknya izin

PT DAM beberapa NGO bergabung membuat PMKM (poros

masyarakat kehutanan merangin). Tujuannya untuk mengajak

Masyarakat melalui pemerintah untuk partisipatif ke desa- desa

untuk menolak PT DAM. bekerjasama dengan masyarakat karena

dasar penolakan itu tidak bisa dari beberapa gabungan NJO jadi

dalam PMKM itu masuklah walhi, Pundi Sumatera, Gita Buana

masuk ke desa-desa memberikan sosialisasi ke pada masyarakat.

Pada waktu itu tahun 2009 Kementrian kehutanan dari 17 desa

dibawalah 2 desa yang mewakili Kepala Desa Beringin tinggi dan

Kepala Desa Durian Mukut didampingi oleh beberapa orang dari

PMKM dan NGO untuk menolak PT. DAM untuk menguasai hutan.

Dan pada akhirnya izin dari PT. DAM itu dicabut, kemudian PMKM

bergerak untuk pengusulan hutan desa Kawasan hutan Desa Beringin

Tinggi itu bagusnya menjadi hutan desa bukan hutan adat karena

statusnya HPT. Setelah itu terbitlah SK dari Menteri tahun 2011 dan

HPHD dari Gubernur tahun 2013 tentang Pengelolaan Hutan menjadi

2 zona : Pertama, Zona pemanfaatan dan yang ke Dua, Zona lindung.

Maka Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa Beringin Tinggi.22

22
Arsip Desa Beringin Tinggi.
41
42

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A.Implementasi Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4tahun

2016 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Desa.

Implementasi kebijakan merupakan hal yang krusial

dalam proses kebijakan. Suatu kebijakan atau program harus

diimplementasikan agar mempunyai dampak atau sesuatu yang diiginkan.

Setelah tahapan implementasi program, maka biasanya dilakukan kegiatan

evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan dari kebijakan

publik telah tercapai dan apakah dampak yang muncul setelah kebijakan

publik tersebut bisa memberikan perubahan.

Peraturan Desa (Perdes) Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun 2016

dibuat oleh pemerintah desa dalam rangka mengatur teknis

pengelolaan hutan desa yang berstatus hutan produksi terbatas

melalui SK dari Menteri Tahun 2011, dan diperkuat dengan SK

Gubernur Jambi Tahun 2013 dengan Nomor : 275/KEP.

GUB/DISHUT-4. Sebagai sebuah kebijakan, Perdes ini perlu

dievaluasi terkait dengan proses implementasi yang dilakukan oleh

pemerintah dan pencapaian dari tujuan Perdes tersebut.

Secara rinci, Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4 Tahun

2016 mengatur prosedur, tata cara pengelolaan, kelembagaan, hak dan

kewajiban masyarakat dalam pengelolaan hutan Desa Beringin Tinggi.


43

Tujuan Perdes ini adalah agar terciptanya kepastian hukum dalam

pengelolaan hutan desa oleh masyarakat Desa Beringin Tinggi,

untuk melindungi dan menjaga kelestarian serta memanfaatkan

hutan desa sesuai peraturan yang berlaku. Dalam penerapan peraturan

desa tentang pengelolaan dan pemanfaatan hutan desa, pemerintah

desa Beringin Tinggi bekerja sama dengan LSM yaitu Warsi untuk

mendampingi masyarakat dalam mengelola hutan.

Sesuai dengan amanat Perdes, pemerintah desa membuat

KPHD Tahun 2016, dimana kepengurusan KPHD periode pertama

berlangsung sampai dengan akhir tahun 2019. Hal ini sesuai masa

jabatan yang telah diterapkan dalam Perdes. Saat ini KPHD yang

bertugas adalah kepengurusan periode kedua dengan masa jabatan

dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2022.

Gambar.2.
Struktur Lembaga Pengelola Hutan Desa

KETUA
ARKASI

WAKIL KETUA
ZULKIFLI

SEKRETARIS BENDAHARA
WARTAWAN RETNA
44

Seksi Pengawasan dan Pengamanan Kawasan

KETUA
ARPEN

TARMIZI SEH NAMADI SEPIAN

Seksi Pengembangan Ekowisata dan Jasa Lingkungan

KETUA
ANDRI

NELI DILIS MADIAN

Seksi Pengembangan Usaha Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Kayu
(HHK)

KETUA
ANDRI

ARDIANA
HARMUN EF RIANI

Pembentukan pengurus KPHD dilakukan melalui musyawarah

desa yang dihadiri oleh aparat desa meliputi Pemdes, BPD, LPM,

tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda serta masyarakat Desa


45

Beringin Tinggi. Rapat pembentukan pengurus KPHD peratama

dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2016. Adapun daftar peserta

rapat dapat di lihat pada gambar berikut :


46

Gambar.3. Daftar kehadiran pengurus-pengurus desa, dan masyarakat.


47

Setelah terbentuknya struktur pengurus hutan desa, maka lebih

mudah dalam hal untuk menerapkan peraturan tentang pengelolaan hutan

desa. Menurut Bapak M. Thairin selaku kepala desa Beringin Tinggi.

“…dengan dibentuknya pengurus LPHD, diharapkan mampu


membantu pemerintah desa dalam menerapkan Perdes dan juga
bisa bekerjasama dengan masyarakat untuk menjaga hutan agar
hutan tetap terjagakelestarian dan keasriannya.23

Sejauh ini Peraturan Desa Beringin Tinggi sudah berjalan dengan

semestinya walaupun masih ada sebagian masyarakat yang masih

melanggar apa yang telah ditetapkan. Namun pemerintah desa beserta

dengan LPHD terus melakukan upaya agar masyarakat mau mengikuti dan

mentaati peraturan tentang hutan desa seperti, membuka lahan 2 ha per

KK, tidak merusak keasrian kawasan hutan agar hutan tersebut dapat

dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama, agar perekonomian

masyarakat semakin meningkat.

Setelah adanya kepengurusan Lembaga Pengelola hutan desa

(LPHD) bersama Kepala Desa dan BPD membuat Peraturan tentang

membuka hutan menjadi dua zona, pertama zona pemanfaatan dan

yang kedua zona lindung. Dalam pengelolaan dan pengawasan

kawasan hutan desa, pemerintah desa juga bekerjasama dengan pihak

Warsi.

Wawancara dengan Bapak Supri sebagai pendamping desa

23
Wawancara dengan Bapak M. Thairin selaku Kepala Desa Beringin Tinggi, 10 Februari
2021.
48

dari Warsi dijelaskan :

“...Dengan diberinya izin untuk mengelola hutan desa


Beringin Tinggi seluas 308 Ha, maka pemerintah desa
Beringin Tinggi beserta masyarakat boleh memanfaatkan hutan
tersebut dengan ketentuan harus mengikuti peraturan yang telah
dibuat secara bersama.”24

Wawancara dengan Bapak Arkasi selaku ketua LPHD menyatakan :

“...Masyarakat boleh mengelola dan memanfaatkan hutan


maksimal 2 ha/KK dalam jangka waktu selama 3 tahun, dan
harus melapor terlebih dahulu ke LPHD desa Beringin
Tinggi”.25

Warsi bekerjasama dengan LPHD untuk mengefektivitaskan

peraturan desa tentang pengelolaan dalam areal hutan, maka LPHD

membuat patok perbatasan agar masyarakat desa Beringin

Tinggi mengetahui perbatasan areal hutan dengan hutan desa tetangga.

Wawancara dengan Bapak Ridi sebagai anggota LPHD mengatakan :

“...Kami bekerjasama dengan Warsi dan dibantu


masyarakat turun langsung ke areal hutan desa untuk membuat
patok perbatasan hutan desa dengan hutan desa tetangga, dan juga
patroli rutin dalam 3 bulan satu kali guna untuk mengawasi
pengelolaan hutan agar tidak ada yang melanggar sesuai peraturan
desa.”26

24
Wawancara dengan Bapak Supri selaku Pendamping Desa (Warsi) Desa Beringin
Tinggi, 10 Februari 2021.
25
Wawancara dengan Bapak Arkasi selaku Ketua LPHD Desa Beringin Tinggi, 10
Februari 2021.
26
Wawancara dengan Bapak Ridi selaku Anggota LPHD Desa Beringin Tinggi, 10
Februari 2021.
49
50

Gambar.4. Kegiatan patroli dan membuat patok perbatasan desa.

Setelah batas-batas hutan desa jelas, masyarakat dapat

membuka dan mengelola hasil hutan sesuai aturan. Sejak

dikeluarkan Perdes setelah pembukaan lahan semankin meningkat

luas tanah yang dibuka secara keseluruhan sejak sebelum adanya

peraturan desa bisa dilihat pada tabel berikut:


51

Tabel.4.
Pengarapan hutan desa sebelum ada peraturan desa.

Jumlah Kk yang
No Tahun Luas tanah
membuka lahan

1. Tahun 2013 30 KK 80 HK

2. Tahun 2014 40 KK 120 HK

3. Tahun 2015 60 KK 150 HK

4. Tahun 2016 80 KK 180 HK

Sumber Data Sekretaris Desa Tahun 2008.

Lahan yang dibuka dapat digunakan masyarakat dapat

bercocok tanam seperti ketentuan yang sudah disepakati terkait

tanaman yang boleh ditanam sudah ada dalam peraturan desa yang

disetujui oleh masyarakat. Pembukaan lahan digunakan untuk

perkebunan Padi, Kulit manis, Kopi, Karet, sayuran dan tanaman

lainnya, dengan komposisi seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tabel.5.
Jenis tanaman masyarakat.
Padi 80%

Kulit manis 60%

Kopi 80%

Karet 50%

Sayuran 80%

Sumber data : Sekretaris Desa Beringin Tinggi.


52

Gambar.5. Tanaman kulit manis dan kopi.

Untuk memantau areal hutan, LPHD dan petugas secara rutin

melakukan patroli setiap tiga bulan. Tujuan dari patroli rutin adalah

pemerintah desa bisa melihat perkembangan pengelolaan hutan, agar

masyarakat tidak melanggar praturan yang dibuat seperti membakar

hutan, merusak keasrian hutan penjagaan perlu dilakukan karena tidak

terjaganya hutan maka dampak yang akan terjadi kedepan sangat

merugikan bagi kehidupan masyarakat seperti banjir, longsor, dan

mencemarkan air bersih. Agar tidak terjadinya hal yang tidak inginkan
53

maka sama-sama menjaga keasrian hutan, sehingga bisa dikelola

untuk generasi yang sekarang maupun generasi yang akan datang. Hal

ini sesuai dengan ajaran Islam. sebagaimana firman-Nya dalam surat

Al-Baqarah ayat 11 :

yang Artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah


kamu membuat kerusakan dimuka bumi”mereka menjawab”
sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan
perbaikan”.
Surat Ar-Rum Ayat 41 :

yang Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut


disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebagaian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)”.

Selama ini kendala yang dirasakan oleh Pemerintah desa dalam

menerapkan peraturan tentang membuka lahan adalah :

1. Kurangnya kerjasama masyarakat dengan pengurus hutan

2. Kebanyakan masyarakat masih berpedoman dengan kondisi

sebelum adanya Perdes karena kurangnya sosialisasi.

3. Masyarakat lebih sering mengedepankan sistem kekeluargaan dalam

menyelesaikan masalah yang ada di desa.

4. Ketidaktahuan Masyarakat akan pentingnya menjaga kawasan

hutan27.

Bisa dilihat dari poin di atas ada beberapa kendala yang

dihadapi pemerintah desa dalam menerapkan peraturan desa, oleh

27
Wawancara dengan Bapak Arkasi selaku Ketua KPHD Desa Beringin Tinggi, 10
Februari 2021.
54

kerena itu pemerintah desa harus lebih memperhatikan dan

mengarahkan masyarakat dalam hal pentingnya dalam menjaga

hutan, membuka lahan sesuai isi Perdes. Adapun tugas pemerintah

desa mengajak masyarakat untuk memahami tujuan dari

terbentuknya Peraturan Desa yang telah dibuat bersama. Dengan

menjaga keasrian hutan tentunya banyak manfaat yang di dapatkan

oleh masyarakat.

B.Dampak Positif dari Pengelolaan Hutan Desa Terhadap

Peningkatan Ekonomi Masyarakat.

Suatu kebijakan harus mampu memberikan perubahan atau

dampak baik kepada masyarakat, di antaranya adalah perubahan

ekonomi dan perubahan pada mata pencaharian. Mely G. Tan,

mengatakan untuk melihat kondisi ekonomi dapat dilihat dari

tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan dan penghasilan28. Dari segi

pendapatan masyarakat jika pendapatan meningkat tentunya bisa

mengurangi angka kemiskinan. Masyarakat harus bisa menemukan

mata pencaharian baru sebagai mata pencaharian dalam memenuhi

segala kebutuhan hidup.

Masyarakat Desa Beringin Tinggi umumnya bekerja sebagai

petani artinya pekerjaan ini sebagai sumber nafkah utama dalam

rumah tangga bagi masyarakat tersebut. Sebelum adanya peraturan

desa masyarakat sudah ada membuka dan mengelola lahan hutan,

28
Susanto Koentjaraningrat, 1981 dalam Kayupa 2016.
55

namun jumlahnya sedikit. Berdasarkan wawancara dengan Bapak M.

Thairin selaku kepala Desa Beringin Tinggi mengatakan :

“...Sebelum adanya peraturan desa tentang membuka lahan


masyarakat desa beringin tinggi sangat sulit untuk berkebun,
sehingga sebagian masyarakat pada waktu itu pergi merantau
salah satunya menjadi TKI di Malaysia atau bekerja menjadi
buruh di desa tetangga demi mencukupi kebutuhan rumah tangga
dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Tidak ada pilihan lain
selain harus keluar dari desa untuk mencari nafkah.”29

Berdasarkan wawancara di atas bisa dilihat bagaimana

kesulitan masyarakat dalam mencari pekerjaan. Dari segi pendapatan

masyarakat sangat minim. Oleh karena itu tentunya tidak dapat cukup

untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sedangkan mata pencarian

masyarakat hanya bergantung pada hutan, jika masyarakat tidak bisa

memanfaatkan hutan tentunya pendapatan dan pekerjaan kurang. Bisa

di lihat pendapatan sebelum adanya peraturan desa pada tabel berikut

ini :

Tabel.6.
Pekerjaan dan pendapatan
sebelum adanya peraturan
desa
No Pekerjaan Sebelum adanya Pendapatan perbulan Persen
Perdes Penduduk
1. Petani Rp. 200-500 Ribu 30%

2. Buruh Rp. 150-200 Ribu 20%

3. TKI Rp. 500-800 Ribu 50%

29
Wawancara dengan Bapak M.Thairin selaku Kepala Desa Beringin Tinggi, 10 Februari
2021.
56

Sumber Data Arsip Kantor Desa Beringin Tinggi tahun 2008.

Dari segi pekerjaan masyarakat rata-rata paling banyak

bekerja sebagai petani dengan pendapatan hanya Rp.200-500.000

perbulan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan

pendapatan di bawah standar. Setelah adanya peraturan desa tentang

membuka hutan pekerjaan dan pendapatan masyarakatpun

meningkat dari sebelum adanya peraturan desa. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya peraturan desa mampu memberikan

perubahan yang berdampak baik bagi kehidupan masyarakat.

Penjelasan tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel.7.

Pekerjaan dan pendapatan setelah adanya peraturan desa.

No Pekerjaan Setelah adanya Pendapatan per-bulan Persen


perdes Penduduk
1. Petani Rp.500-1.000.000 70%

2. Pedagang Rp. 500-1.000.000 70%

3. Buruh Rp. 300 50%

4. Toke Rp.500-1.000.000 70%

Tabel di atas menunjukkan adanya beberapa perubahan seperti


perubahan pekerjaan dan meningkatnya pendapatan setelah adannya
Peraturan desa. Pendapatan sampai Rp.500-1.000.000 meningkat
70% dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan yang layak dalam
kehidupan sehari-hari dan mampu mengurangi angka kemiskinan.
Pemerintah desa harus selalu memantau masyarakat. Potensi sumber
57

daya yang ada di desa perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan


penghasilan masyarakat tenaga kerja yang produktif perlu dibimbing
agar bisa memiliki penghasilan yang meningkatkan kesejahteraan
hidup. Pemerintah desa dan perangkat desa sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan mempunyai perananan dan juga
kedudukan yang sangat penting dalam pemerintahan desa dalam
menjaga desa dan kawasan milik desa.

Manfaat pengelolaan hutan desa yang diungkapkan oleh

Bapak Taidi Abri selaku Ketua BPD Desa Beringin tinggi :

“...Masyarakat desa beringin tinggi lebih mudah untuk membuka


dan mengelola hutan yang penting harus mengikuti peraturan
yang telah dibuat, sehingga masyarakat dapat membuka lahan
memanfaatkan hasil hutan seperti menanam Kopi, Nilam, Kulit
Manis, Padi, Surian dan tanaman produksi lainnya. Dari hasil
tanaman tersebut masyarakat bisa menambah pendapatan dari
segi ekonomi.

Dari hasil wawancara di atas bahwa banyaknya terjadi perubahan

yang dirasakan oleh masyarakat, baik dari pengelolaan maupun

pemanfaatan hutan. Masyarakat sangat beruntung mendapatkan

solusi dari kesulitan yang dirasakan sesudah adanya peraturan desa

tentang membuka dan mengelola hutan, menurut wawancara dengan

salah satu masyarakat dengan Bapak Kaprizal :

“...Menurut saya sebagai petani sangatlah terbantu dengan


adanya peraturan tersebut, karena setelah adanya peraturan
masyarakat mempunyai pedoman dalam hal untuk membuka dan
mengelola hutan, kalau dulu saya tidak berani membuka lahan
karena takut kena razia dan kalaupun saya berani itupun buka
lahan sedikit hanya cukup untuk menanam sayur. Tapi sekarang
setelah adanya peraturan hutan desa saya sudah membuka lahan
untuk menanam kopi dan kulit manis untuk mencukupi
kebutuhan sekarang dan yang akan datang.”
58

Beliau melanjutkan

“...dengan adanya peraturan desa tentang hutan selain bisa


mengelola kamijuga memanfaatkan areal hutan dengan
mendirikan Pembangkit listriktenaga mikro hidro (PLTMH)
untuk lampu penerangan dalam desa, dulusebelum ada
PLTMH masyarakat disini cuma mengandalkan alat
penerangan seadanya (Plito). Setelah adanya PLTMH masyarakat
khususnyabisa menambah pengasilan dengan berjualan dan
anak-anak juga bisabelajar pada malam hari”.30

Berdasarkan wawancara di atas, dengan adanya peraturan

desa tentang membuka dan mengelola hutan banyak sekali

membantu masyarakat dalam hal menanggulangi keterbatasan dan

keluhan-keluhan yang dirasakan oleh masyarkat. Sebelum adanya

peraturan desa dibidang pertanian, tingkat kemiskinan di Desa

Beringin Tinggi yang masih tinggi yaitu 45% saat ini angka

kemiskinan menurun menjadi 75%. Selain upaya peningkatan

penghasilan petani masyarakat juga mendapatkan pemahaman dalam

diri mereka mengenai betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan.

Betapa pentingnya kelestarian hutan masyarakat mulai aktif dalam

memelihara kawasan hutan yang berada di dekat Desa Beringin

Tinggi.

Selain itu manfaat areal hutan yang ditingkatakan dengan

mendirikan pembangkit listrik tenaga mikro hidro ( PLTMH).

PLTMH di bangun pada tahun 2017, selain untuk penerangan listrik

juga salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat.

30
Wawancara dengan Bapak Kafrizal selaku Petani/Pekebun, 10 Februari 2021.
59

Penerangan rumah masyarakat dengan memanfaatkan hutan

membangun ( PLTMH ), bisa dilihat dari gambar bawah ini.

Gambar.6. Pembangunan PLTMH

Selain itu peningkatan ekonomi bisa dilihat dari segi

kemampuan pengeluaran seperti pembangunan penduduk maupun

pembelian alat transportasi seperti motor, mobil dan lainnya.

Berdasarkan data yang didapat dari Kepala Dusun dan beberapa

masyarakat ditanya bagaimana kondisi ekonomi setelah adanya

peraturan desa, dan apa saja hasil selama mengelola hutan.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Zulkifli selaku kepala

dusun sungai seluang mencangkup RT 01 dan 02 Desa Beringin

Tinggi :
60

“...Setelah adanya peraturan desa dampak perubahan yang


nampak dikalangan masyarakat adalah masyarakat bisa
memperbaiki perekonomian dalam rumah tangganya dan
masyarakat tidak perlu lagi keluar dari desa untuk mencari
nafkah, karena sekarang masyarakat bisa bekerja di desa
seperti menjadi tukang bangunan dan juga bisa memanfaatkan
hasil dari hutan”.31
Adapun hasil wawancara dengan beberapa masyarakat
Dusun Sungai Seluang Rt 01 dan Rt 02 tentang dampak dari
penerapan peraturan desa tentang pengelolaan dan pemanfaatan
hutan desa. Menurut wawancara dengan bapak Rinzal Selaku
masyarakat Beringin Tinggi :
“...Sebelum ada peraturan desa tentang mengelola
hutan saya berkerja sebagai buruh di desa-desa tetangga pada
tahun 2013-2015. Dan Semenjak adanya peraturan desa
tentang mengelola hutan, saya sekarang tidak lagi mencari
kerja diluar, karena sekarang saya sudah bisa membuka
lahan pada tahun 2016 dan menanam kulit manis, kopi, dan
sayur-sayuran. pada Tahun 2019 saya sudah bisa menikmati
hasil berkebun, dan sekarang sudah bisa membangun
rumah, dan pendapatan juga sudah membaik”.32
Gambar.7. Foto rumah Bapak Rinzal

31
Wawancara dengan Bapak Zulkifli selaku Kepala Dusun Sungai Seluang mencangkupi
Rt, 01 dan 02 Desa Beringin Tinggi. 10 Februari 2021.
32
Wawancara dengan Bapak Rinzal Tokoh Masyarkat. 14 Februari 2021.
61

Dilanjut wawancara dengan Bapak Firman. Rt 01.

“... Pada tahun 2011 dulu saya berkerja sebagai kuli


bangunan di desa lain tidak menetap dan berpindah-pindah,
dan tahun 2016 saya kembali ke desa beringin tinggi untuk
menetap dan berkebun. Selain berkebun saya juga menjadi
tukang/ kuli bangunan, Dan alhamdulillah pendapatan
semakin membaik dari sebelumnya”.33

Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Jamuri Rt 01.

“…saya datang ke desa Beringin Tinggi pada tahun


2010, karena pada dasarnya saya berasal dari pulau jawa
yang menikah disini. Dulu awal saya masuk ke desa ini saya
merasa sangat sulit untuk mencari pekerjaan karena profesi
saya adalah kuli bangunan, pada saat itu masyarakat di
beringin tinggi jarang ada yang membangun rumah karena
faktor ekonomi rendah, pendapatan kurang dan hanya cukup
untuk makan sehari-hari. Setelah masyarakat mendapatkan
izin untuk memanfaatkan dan mengelola hutan disitulah
perekonomian mulai membaik, masyarakat bisa
memanfaatkan hasil hutan guna untuk membangun rumah,
dan saya bisa kembali melanjutkan profesi saya sebagai kuli
bangunan dengan membangun rumah warga desa guna untuk
menambah pendapatan ekonomi keluarga saya”.34

Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Arpan Rt 02.

“...Pekerjaan saya sekarang sebagai petani, selain petani


saya juga bisnis (Toke), dengan membeli/menampung hasil
perkebunan masyarakat seperti kopi, kulit manis dan hasil
dari hutan lainnya. Kemudian dijual kembali ke pembeli di
desa tentangga, dengan begitu saya bisa meningkatkan
perekonomian keluarga”.35

33
Wawancara dengan Bapak Firman selaku Tukang Bangunan, 16 Februari 2021.
34
Wawancara dengan Bapak Jamuri selaku Kuli Bangunan. 20 Februari 2021.
35
Wawancara dengan Bapak Arpan selaku Toke (Pembeli barang). 20 Februari 2021.
62

Gambar.8. Foto hasil perkebunan buah kopi yang siap dijual.


Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Hamdan, Rt 02.

“Dengan adanya perdes tentu sangat membantu ekonomi


masyarakat khususnya dibidang pertanian, masyarakat sudah
bisa menikmati hasil perkebunan untuk mencukupi
kebutuhan baik itu untuk sekarang dan yang akan datang”.36

Kemudian dilanjutkan wawancara dengan Bapak Abusro


selaku Kepala Dusun Koto Melilo dan beberapa masyarakat dari RT
03 dan 04.
“...Saya selaku Kepala Dusun Koto Melilo yang
mencangkup dari RT 03 dan 04 saya sangat merasakan
perubahan yang terjadi ditengah masyarakat, dengan adanya
peraturan tentang membuka lahan, masyarakat sekarang
sudah bisa leluasa untuk membuka dan mengelola hutan
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat tentunya dalam
membuka lahan masyarakat harus mengikuti peraturan yang
telah dibuat dan disepakati bersama sehingga dari hasil
membuka lahan diharapkan bisa menambah baik itu dari segi
ekonomi, sosial maupun pendidikan dalam bermasyarakat”.37

36
Wawancara dengan Bapak Hamdan, Rt, 02. 21 Februari 2021.
37
Wawancara dengan Bapak Abusro, selaku Kepala Dusun Koto Melilo. 21 Februari
2021.
63

Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Mardison, Rt 03.

“...Setelah diberlakukannya peraturan desa tentang


membuka dan mengelola hutan, sekarang saya bisa dengan
mudah untuk mengelola dan memanfaatkan hasil dari hutan
dan tidak sama seperti dulu, kalau dulu seingat saya sangat
sulit bahkan tidak berani untuk membuka hutan secara
terang-terangan dikarnakan pada waktu itu masih sering
razia, jadi saya tidak berani. Tapi kalau sekarang selain bisa
membuka hutan saya juga bisa memanfaatkan hasil dari
hutan seperti mengambil kayu untuk membangun rumah”.38

Gambar.9. Foto rumah Bapak Mardison


Dilanjutkan dengan Bapak Hamilin, Rt 03.
“Dari tahun 2009 saya menjadi guru SD (honorer), kalau
cuma mengandalkan gaji dari guru, sedangkan gaji bisa
dikatakan sangat rendah tentu itu tidak cukup untuk
kebutuhan keluarga, setelah adanya perdes tentu sangat
membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat desa karena
selain mengajar saya juga berkebun”.39

Dilanjutkan dengan RT 04 wawancara dengan Bapak Soni


“...Saya selaku masyarakat sangat berterimakasih dengan
pemerintah desa yang bekerja sama dengan pemerintah
pusat, karena telah memberikan solusi yang sangat berati bagi
kehidupan khususnya didesa beringin tinggi, saya sekarang
alhamdulillah sudah bisa membangun rumah dan membuka
usaha kecil-kecilan, mungkin kalau tidak ada peraturan desa
tentang membuka lahan mungkin sekarang saya masih
bekerja di malaysia sebagai TKI.”40

38
Wawancara dengan Bapak Mardison, Rt 03. 23 Februari 2021.
39
Wawancara dengan Bapak Hamilin, selaku Guru SD. 24 Februari 2021.
64

Gambar.10. Foto rumah Bapak Soni

Kemudian dilanjutkan dengan Bapak Sahrial selaku Kepala


Dusun Harapan Maju dan masyarkat dari Rt 05.

“...Dulu di Desa Beringin Tinggi itu cuman ada dua


dusun yang pertama Dusun Sungai Seluang dan Dusun Koto
Melilo, dan alhamdulillah sekarang bertambah menjadi tiga
dusun yaitu Dusun Harapan Maju, walaupun dusun ini
masih dikategorikan masih baru namun pembangunan seiring
berjalannyawaktu semakin bertambah khususnya rumah yang
baru ditempati, tentunya hal tersebut tidak lepas hasil dari
mengelola hutan, karena maysarakat mayoritas adalah petani,
dengan bertani masyarakat bisa membangun perekonomian
dan bisa menyambung pendidikan bagi anak-anak yang
bersekolah baik itu dari tingkat yang paling bawah maupun
sampai sarjana”.40

40
Wawancara dengan Bapak Sahrial, selaku Kepala Dusun Harapan Maju. 27 Februari
2021.
65

Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Deli Rt 05.

“...Saya sangat merasakan dampak yang terjadi setelah


adanya peraturan desa tentang membuka dan mengelola
hutan, dulu saya sangat sulit untuk mendapatkan
penghasilan, mungkin diKecamatan Jangkat Timur hampir
semua sudah saya masuk untuk mencari peluang dalam
pekerjan baik itu jadi buruh lepas, tukang kayu maupun
tukang bangunan, karena pada saat itu tidak ada pilihan
lain dalam menambah penghasilan. Tapi sekarang
semenjak dikeluarkannya peraturan desa saya bisa kembali
ke desa dengan bertani dengan menanam kulit manis, kopi
dan tanaman lainnya yang bisa menambah penghasilan
ekonomi dalam keluarga, dan sekarang saya sudah bisa
membangun rumah dan membeli mobil guna untuk
mempermudah dalam hal meningkatkan penghasilan.”41

Gambar.11. Foto rumah dan mobil Bapak Deli.

41
Wawancara dengan Bapak Deli selaku Pekerja buruh harian. 27 Februari 2021.
66

Tabel.8.

Tabel pembangunan rumah sebelum dan sesudah adanya


peraturan desa
NO Pembangunan rumah Pembangunan rumah setelah
sebelumAdanya peraturan adanya
desa peraturan desa

1. Tahun 4 rumah Tahun 2018 8 rumah


2014
2. Tahun 7 rumah Tahun 2019 11 rumah
2015
3. Tahun 3 rumah Tahun 2020 16 rumah
2016
Sumber data Sekretaris Desa Beringin Tinggi.

Bisa dilihat dari tabel diatas, data dari tahun ke tahun

pembangunan terus meningkat. Hasil dari hutan sangat berpengaruh

terhadap ekonomi masyarakat di Desa Beringin Tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian baik itu dari data maupun observasi

langsung ke lapangan, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di

Desa Beringin Tinggi sudah meningkat. Kemampuan pengeluaran

terlihat dalam aspek pendidikan sebelum dan sesudah adanya

Perdes. Setelah adanya pengelolaan hutan desa, kemampuan

masyarakat Desa Beringin Tinggi sudah meningkat yaitu sudah bisa

membiayai anak-anak mereka sekolah sebagian besar sampai tamat

SMA peningkatan akses pendidikan bisa dilihat pada tabel di bawah

ini.
67

Tabel.9.

Pendidikan sebelum dan sesudah adanya Perdes

NO Tingkat Jumlah Sebelum ada Jumlah sesudah adanya

Pendidikan Perdes Perdes

1. SD 70 % 90%

2. SMP 50% 75%

3. SMA 40% 70%

4. SARJANA 20% 50%

Sumber data : Sekretaris Desa Beringin Tinggi.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari segi pendidikan

sebelum ada Perdes pendidikan sangat rendah, rata-rata hanya tamat SD

hal itu dikarenakan keterbatasan biaya. Setelah adanya Perdes angka

pendidikan meningkat dari sebelumnya, yang mana dulunya hanya

tamatan SD, sekarang sudah banyak yang sekolah SMA sampai Sarjana.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada

uraiansebelumnya maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi Penerapan Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 4

Tahun 2016 tentang Pemanfaatan dan Pengelolaan Hutan Desa

memberikan perubahan yang sangat baik untuk masyarakat dalam

segi sosial dan ekonomi masyarakat. Sebelum adanya peraturan

desa tentang membuka hutan, masyarakat sangat kesulitan dalam

membuka dan memanfaatkan hasil dari hutan. Setelah adanya

peraturan desa banyak sekali perubahan-perubahan yang

dirasakan oleh masyarakat seperti, masyarakat sudah mulai

membuka lahan dan mengambil hasil dari hutan guna untuk

menambah perekonomian masyarakat, sebelum adanya peraturan

desa ekonomi masyarakat masih dikategorikan rendah dan angka

kemiskinan yang tinggi karena rata-rata masyarakat adalah petani.

Setelah adanya peraturan desa dengan memanfaatkan hasil hutan

kini masyarakat sudah bisa membangun rumah, membeli mobil,

motor, dan membiayai anak- anak untuk bersekolah baik dari

tingkat menengah maupun sampai sarjana.

2. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah

desa dan dibantu oleh warsi/pendamping desa dalam menjaga

68
kelestarian hutan Pertama, Membuat patok desa yang berbatasan

dengan kawasan hutan desatetangga. Kedua, Melakukan patroli

rutin satu kali dalam tiga bulan guna. Ketiga, Memberikan

sanksi bagi masyarakat yang melanggar.

B.Saran

1.Diharapkan adanya upaya dari pemerintah desa dan

masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan kawasan hutan

dengan baik.

2.Perlunya meningkatkan disiplin dan memberikan sangsi

terhadap masyarakat bila ada yang melanggar tanpa

terkecuali.

Harapan untuk kedepannya, dengan diberikannya izin untuk

mengelola hutan di Desa Beringin Tinggi diharapkan masyarakat mampu

bekerjasama dengan pemerintah desa dalam menjaga dan mengelola hutan

desadenganbaik,

69
70

.
DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur
Al-Qur‟an

Agus Budhi Prasetyo, Serba-serbu Hutan Desa (HD), Jakarta 2016.

Andri Kurniawan, Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM ) Di Kawasan KPH Telawa, 2011 Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Anton Beker, Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian, Yogyakarta : Kanisius,

2005.

Arifin Tahir, M.Si, Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah, Gorontalo 201.

Charles O.Jones, Pengantar Kebijakan Publik, Jakarta : Rajawali Press, 1991.

Didit

Herlianto, Manajemen Keuangan Desa, Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2017.

Dyah Mutiarin, Arif Zainudin, Manajemen Birokrasi dan Kebijakan, Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2014.

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah.

Jakarta PT.Grasindo. 2005.

Hansjurg Steinlin. Menuju Kelestarian Hutan, Jakarta, Yayasan Obor

Indonesia 1988.

Jorowati Simarmata Dan Magdalena, Kedudukan Peraturan Desa

Dalam Kerangka Otonomi Desa Berdasarkan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2018.

71
72

Kamal Alamsyah, Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi, Media Citra

Mandiri Press Bandung 2016.

Ni‟matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa “Dalam Konstitusi Indonesia Sejak

Kemerdekaan Hingga era Reformasi”, Malang: Setara Press, 2015.

Pietsau Amafnini, Hutan Desa, Jakarta, 2012.

Sayuti Una., MH Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, Jambi Fakultas

Syariah Tahun 2014.

B. Undang-undang

Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-


Pokok Agraria.
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Desa Beringin Tinggi Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan dan
Pemanfaatan Hutan Desa.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 49 Tahun 2008, tentang Hutan Desa.

C. Artikel / Skripsi

Abdullah Ramdan, “Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik, Jurnal


Publik Vol.11 2017.
Eduardus Raja, Strategi Pengembangan Usaha Pengelolaan Hutan Tanaman
Rakyat (HTR) Di Desa Bumi Beringin Kecamatan Luwuk Kabupaten
Banggai, Pasca Sarjana Universitas Tadulako.
Hepri Oktoyoki, Peran penting dalam Mengelola Sumberdaya Hutan sebagai
Sumber Ekonomi bagi Masyarakat Adat Kerinci, Sekolah Pasca Sarjana
Institu Pertanian Bogor Tahun 2016.
Imroaturrosidah, Konflik Sosial dalam Masyarakat Desa ( Studi Kahsus Desa
Pulatan Kecamatan Nogasari Kabupaten Boyolali), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiah Surakarta 31
Maret 2015.

Ina marina, Analisa Konflik Sumberdaya Hutan dikawasan Gunung Halimun


73

Salak Bogor, fakultas Ekologi Manusia Insitut Pertanian, Bogor Januari


Tahun 2011.
M. Taufik Berutu, Kesejahteraan Ekonomi Petani Tradisional Bawah Merah di
Harangol, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Negeri Sumatera Utara
Medan, Tahun 2017.
Redi Ahmad , Uasaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPIL), Penyerapan atau
penyimpanan karbon hutan dalam perdagangan karbon hutan, volume
1, Nomor2, September 2015.
Supono, Pengelolaan hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kolaborasi antara
Masyarakat Desa Hutan dengan Perum Perhutani dalam Pengelolaan
Sumberdaya Hutan di Jawa), 3 Oktober 2016
74

Lampiran I :

Daftar Pertanyaan Wawancara

A. Kepala Desa

1. Bagaimana sejarah hutan desa Beringin Tinggi?


2. Apa manfaat hutan desa bagi masyarakat?
3. Bagaimana kondisi masyarakat dalam membuka dan mengelola hutan

sebelum dan sesudah adanya peraturan desa?

4. Apa sebab munculnya peraturan desa?


5. Bagaimana kebutuhan perdes tentang pengelolaan dan pemanfaatan hutan desa?
6. Apa faktor penghambat implementasi perdes di Desa Beringin Tinggi?

B. Pendamping Desa (Warsi)

1. Bagaimana masyarakat mengelola hutan tanpa merusak ke asrian

hutan?

2. Bagaimana langkah-langkah pemerintah desa dan Warsi dalam

mengefektivitaskan peraturan desa tentang hutan ?

3. Apa alasan masyarakat membuka lahan melebihi dari apa yang tlah

ditetapkan dalam peraturan desa?

C. Lembaga pengelola Hutan Desa (LPHD)

1. Apakah pendatang baru boleh merambah hutan?

2. Berapa luas hutan Desa Beringin Tinggi?

3. Berapa luas hutan yang boleh dibuka oleh masyarakat ?


D. Masyarakat

1. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap peraturan desa?

2. Apakah masyarakat terbantu dengan adanya peraturan desa?


3. Apa saja yang bisa dimanfaatkan dalam kawasan hutan setelah adanya

peraturan desa ?
75

Lampiran II

Daftar Informan.

1. M. Thairin : Kepala Desa Beringin Tinggi

2. Hamirin : Sekretaris Desa

3. Supri : Pendamping Desa (Warsi)

4. Taidi Abri : Ketua BPD

5. Arkasi : Ketua LPHD

6. Ridi : Anggota LPHD

7. Zulkifli : Kepala Dusun Sungai Seluang

8. Abusro : Kepala Dusun Koto Melilo

9. Sahrial : Kepala Dusun Harapan Maju

10. Kafrizal : Tokoh Masyarakat

11. Rinzal : Tokoh Masyarakat

12. Firman : Tokoh Masyarakat

13. Arpan : Tokoh Masyarakat

14. Mardison : Tokoh Masyarakat

15. Soni : Tokoh Masyarakat

16. Deli : Tokoh Masyarakat

17. Jamuri : Tokoh Masyarakat

18. Hamdan : Tokoh Masyarakat


76

Lampiran III

Dokumentasi

Kepala Desa dan Ketua LPHD beserta Anggota dan Pendamping

desa(Warsi).
77

CURICULUM VITAE
Nama : Hardi

Tempat Tanggal Lahir : Beringin Tinggi, 26 Maret 1996

Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Syariah

No Hp : 082178468479

Alamat : Desa Beringin Tinggi, RT.05, Kecamatan Jangkat Timur,

Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

Nama Orang Tua

Ayah : Hamirin

Ibu : Silawati

Riwayat Pendidikan

Sekolah Dasar : SDN 71/VI Beringin Tinggi

Sekolah Menegah Pertama : MTsS Al-Munawwaroh Sungai Misang Bangko

Sekolah Menengah Atas : SMAN 7 Merangin


78

Anda mungkin juga menyukai