Makalah Perundang2
Makalah Perundang2
OLEH :
1
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
ISMAIL
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat Rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan ini yang ber judul “PENEGAKAN HUKUM
TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING DI DESA BAYUR KECAMATAN
SEMPAJA UTARA”
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya
laporan ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Penulis
3
ABSTRACT
Increasing cases of illegal logging, including illegal logging, illegal timber trade,
encroachment and abuse of authority to permit the use of wood, on a small scale
and large scale in an organization. Bayur Village is one area that has abundant
natural resource potential, including forests. Basically most of the Bayur people
work as farmers, but the high price of wood and the large market demand for
wood, many people think that the timber business will provide greater benefits
than the work as a farmer. so, many people are involved in this illegal logging
activity. The purpose of this study is to determine law enforcement against illegal
logging crimes in the Bayur jurisdiction based on Law no. 18 of 2013 concerning
the prevention and eradication of forest destruction. The results of this study are
law enforcement against illegal logging activities in the jurisdiction of Bayur
Village. Based on Law No.18 of 2013 concerning the Prevention and Eradication
of forest destruction carried out by North Samarinda Police, investigators of civil
servants from the Samarinda forestry service and the Indonesian national army,
jagawana, Bangkinang state prosecutor. In enforcing the law, protection related to
Pre-emptive efforts, repressive efforts, formed a special team to eradicate illegal
logging, due to the high crime of illegal logging in Bayur Village.
4
DAFTAR ISI
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ideology penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam tertuang dalam Pasal 33
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya ayat
(4) yang secara tegas menentukan bahwa perekonomian Nasional di
selenggarakan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, Berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.Saat ini
Indonesia termasuk Negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia,
mencapai sekitar 680.000 hektar per tahun, yang mengakibatkan Indonesia
kehilangan keanekaragaman hayati yang cukup besar dan menghasilkan emisi gas
rumah kaca tertinggi ketiga di dunia. Deforestrasi mulai menjadi masalah serius
pada tahun 1997. Saat itu terdapat konsesi pembalakan hutan (illegal logging),
yang awalnya bertujuan untuk mengembangkan system produksi kayu dan
akhirnya terus melaju menuju degradasi hutan yang serius. Akibatnya, negara
dirugikan miliaran bahkan triliunan rupiah. Selain itu, pembalakan liar (illegal
logging) juga berdampak pada aspek lingkungan yaitu berupa terjadinya bencana
banjir, erosi dan kekeringan yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan
masyarakat serta mengganggu perekonomian negara, serta melemahkan supremasi
hukum yang mendorong terjadinya korupsi, konflik sosial dan penggunaan
sumber daya alam yang tidak efesien. Dalam Pasal 12 huruf (k) Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
telah secara tegas menyatakan bahwa setiap orang dilarang menerima, membeli,
menjual, menerima tukar, menerima titipan dan atau memiliki hasil hutan yang di
ketahui berasal dari pembalakan liar. Ketentuan pidana mengenai kejahatan illegal
logging juga telah diatur dalam Pasal 87 ayat (1) huruf a dan ayat (4) huruf a
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan. Pada ayat (1) huruf a menyatakan bahwa: “Orang perseorang
yang dengan sengaja menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima
titipan, dan atau memiliki hasil hutan yang diketahui berasal dari pembalakan liar
sebagaimana di maksud dalam pasal 12 huruf k dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).” Kemudian pada ayat (4)
huruf a, menyatakan bahwa: “Korporasi yang menerima, membeli, menjual,
menerima tukar, menerima titipan, dan/atau memiliki hasil hutan yang diketahui
berasal dari pembalakan liar sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf k,
6
dipidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun serta pidana denda paling sedikit Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
dan paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).” Pada
dasarnya di Desa Bayur terdapat tim khusus dalam menangani tindak pidana
illegal logging, diantaranya terdiri dari TNI, Dinas Kehutanan Samarinda,
Kepolisian Resor Samarinda , Kejaksaan Negeri Bangkinang, dan Pengadilan
Negeri Bangkinang, yang di bentuk.5 Meskipun demikian penegakan terhadap
pelaku illegal logging tampak belum memberikan efek Perlindungan dan Penataan
Kawasan Hutan Dinas Kehutanan Samarinda, Hari Jumat 16 Oktober 2019,
Bertempat di Dinas Kehutanan Samarinda. jera karena masih terdapatnya sawmil-
sawmil illegal yang beroperasi di jnbeberapa daerah yang ada di Kabupaten
Kampar. Berdasarkan latar belakang seperti telah di uraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul:
“Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tidaka Pidana Illegal Logging di
Wilayah Hukum Desa Bayur Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan”.
B. Rumusan Masalah
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
• Teori Tindak Pidana
Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaar feit”. Biasanya
tindak pidana di sinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin
yakni kata delictum. Delik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan
pelanggaran terhadap Undang-Undang tindak pidana. Dalam sistem
hukum Indonesia, suatu perbuatan merupakan tindak pidana atau perilaku
melanggar hukum pidana hanyalah apabila suatu ketentuan pidana yang
telah ada menentukan bahwa perbuatan itu merupakan tindak pidana.
Tindak pidana illegal logging termasuk delik biasa yaitu terjadinya suatu
perbuatan yang tidak perlu ada pengaduan, tetapi justru laporan atau
karena kewajiban aparat negara untuk melakukan tindakan
9
B. Kerangka Konseptual
• Hukum adalah rangkaian kaidah atau norma yang mengatur tingkah laku
dan perbuatan manusia dalam hidup masyarakat.
• Penegakan hukum adalah tindakan untuk mencapai kebenaran dan
keadilan.
• Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan di ancam dengan
pidana oleh Undang-Undang.
• Illegal logging adalah kegiatan penebangan kayu yang tidak legal, tidak
sah, tidak resmi, tidak menurut hukum, atau melanggar hukum.
• Deforestasi adalah kegiatan penebangan kayu komersial dalam skala besar.
• Degradasi adalah kemunduran, kemerosotan, penurunan, dan sebagainya.
• Pencegahan perusakan hutan adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menghilangkan kesempatan terjadinya perusakan hutan.
• Pemberantasan perusakan hutan adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menindak secara hukum terhadap pelaku perusakan hutan baik langsung
tidak langsung, maupun yang terkait lainnya.
10
BAB III
METODOLOGI
A. Metode Penilitian
a. Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan
bersama Presiden.18
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis, yaitu melihat
pengaruh berlakunya hukum positif terhadap kehidupan masyaraka,
sehingga mampu mengungkap efektifitas berlakunya hukum dalam
masyarakat
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah hukum Desa Bayur, Sempaja
Utara karena daerah ini merupakan salah miliki potensi kegiatan
illegal logging yang tinggi serta di karenakan wilayah ini masih
memiliki banyak kawasan hutan.
11
E. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dengan
pengumpulan data dari responden, instrumen penelitian dengan
wawancara dengan para pihak yang ada hubungannya dengan
permasalahan yang penulis teliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai studi
kepustakaan serta Peraturan Perundang-Undangan, buku-buku
literatur serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian ini. Di antaranya terdiri dari:
1. Bahan Hukum Primer, yaitu Undang-Undang yang berhubungan
dengan penelitian.
2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan penelitian yang bersumber
dari penelitian para sarjana, buku, dan jurnal yang berkaitan dengan
pokok pembahasan yang akan diteliti.
3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan untuk mendukung bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder.
12
BAB IV
A. Analisis Data
Dalam penelitian hukum ini analisis data yang digunakan adalah analisis
kualitatif yaitu data tidak dianalisis dengan mengunakan statistik ataupun
sejenisnya, namun menguraikan secara deskriptif dari data yang telah
diperoleh serta menarik kesimpulan secara deduktif.
o Tindakan Preventif
Tindakan ini meliputi kegiatan dengan melakukan patroli.
Patroli ini dilakukan hampir setiap hari secara menyeluruh
di setiap daerah yang ada di Desa Bayur yang diduga rawan
terjadinya kegiatan illegal logging.
o Tindakan Represif
Tindakan ini berupa penegakan hukum dengan
menjatuhkan hukuman, diantaranya adalah:
B. Melakukan penyelidikan
Penyelidik yang mengetahui atau mendapat laporan atau pengaduan terkait
terjadinya suatu tindak pidana illegal logging wajib melakukan
penyelidikan atas perintah penyidik. Dalam hal tertangkap tangan,
penyelidik harus segera melakukan tindakan dalam rangka penyelidikan
tanpa menunggu perintah penyidik terlebih dahulu.
i. Melakukan penyidikan
13
Dalam hal melakukan penyidikan terhadap tindak pidana illegal logging, penyidik
tidak hanya berasal dari pihak kepolisian akan tetapi juga berasal dari PPNS Dinas
Kehutanan sebagaimana dijelaskan dalam pasal 29 undang- undang nomor 18
tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan.
ii. Penangkapan
iii. Penahanan
iv. Penuntutan
v. Pemeriksaan dipersidangan
14
disampaikan melalui pejabat rumah tahanan negara. Dalam hal terdakwa telah
dipanggil secara sah namun tidak hadir dipersidangan tanpa alasan yang sah,
maka perkara dapat diperiksa dan diputus tanpa hadirnya terdakwa. Putusan yang
dijatuhkan tanpa kehadiran terdakwa diumumkan oleh penuntut umum pada papan
pengumuman pengadilan, kantor pemerintah daerah atau memberitahukan kepada
terdakwa atau kuasanya
Luasnya Wilayah
Luasnya wilayah dan kawasan hutan yang ada di Desa Bayur mengakibatkan
aparat penegak hukum mengalami kesulitan dalam melakukan pengawasan
terhadap seluruh daerah yang ada di Desa Bayur. Akibatnya, kejahatan illegal
logging kurang mendapatkan pantauan dari pihak penegak hukum, sehingga
membuat pelaku dapat dengan mudah melakukan aksinya.
Faktor Masyarakat
Keterbatasan Aparat Penegak Hukum yang Ada di Desa Bayur serta koordinasi
yang kurang baik. Di Polres Samarinda hanya terdapat 5 orang penyidik
sedangkan di Dinas Kehutanan hanya terdapat 3 orang PPNS serta 12 polisi hutan.
Hal ini tentu menyebabkan tidak terimbanginya penanganan tindak pidana yang
terjadi didaerah tersebut.
15
Kebanyakan kendaraan yang dimiliki hanya berupa kendaraan biasa yang hanya
dapat digunakan pada jalan yang kondisi baik, sedangkan jalan menuju kawasan
hutan tersebut rata-rata dalam kondisi buruk dan harus dilalui dengan kendaraan
khusus, terlebih pada saat musim hujan. Sedangkan biasanya kegiatan ini
berlangsung di ujung-ujung kawasan dan sangat sulit untuk dijangkau.Hal ini
tentu sangat mengganggu jalannya operasi dan membuat pihak aparat penegak
hukum hanya dapat melakukan operasi pada musim-musim tertentu saja. Keadaan
seperti ini sering dimanfaatkan oleh pelaku tindak pidana illegal logging dalam
melakukan kejahatannya.
Untuk melancarkan aksinya dalam melakukan pengangkutan kayu, saat ini pelaku
banyak menggunakan becak. Aktifitas ini bisa kita lihat hampir setiap hari di jalan
Raya Bangkinang. Kayu yang diangkut diduga berasal dari beberapa kawasan
hutan yang sudah diolah sebelumnya pada kawasan hutan tersebut. Sekali
angkutnya becak tersebut diperkirakan mengangkut kayu
16
Bertempat Di polres samarinda TKP, biaya bongkar, dan pengamanan barang
bukti. Kemudian proses lelang yang memakan waktu cukup lama menyebabkan
hilangnya nilai jual barang bukti terutama barang bukti kayu. Hal ini dikarenakan
kayu yang telah disita tidak mempunyai tempat penyimpanan sendiri
menyebabkan kayu mudah rusak yang biasanya karena cuaca.Selain itu tidak
adanya anggaran untuk pengamanan barang bukti kayu membuat petugas merasa
kebingungan mencari tempat untuk penyimpanan kayu tersebut guna menghindari
hilangnya barang bukti sebelum proses persidangan dan pelelangan selesai. Untuk
barang bukti kayu sendiri membutuhkan tempat yang luas, sedangkan di setiap
area instansi penegak hukum di Desa Bayur sendiri tidak memiliki area luas yang
dapat menampung barang bukti kayu tersebut.
Salah satunya kasus yang terjadi di Stanum, 12 tual kayu jenis arang-arang yang
ditangkap oleh aparat dinas kehutanan di kawasan Kampung Stanum
Bangkinang, kayu tersebut ditemukan di komplek lingkungan salah satu
perusahaan yang ada disana. Setelah di selidiki, rupanya kayu tersebut merupakan
milik salah satu anggota TNI yang ada di Samarinda. Hal ini sangat tampak jelas
bahwa di setiap intstitusi pemerintah maupun penegak hukum terdapat oknum
nakal yang terlibat aktif dalam pembalakan liar tersebut.
Meskipun para aparat telah melakukan razia atau memburu pelaku illegal logging
berulang-ulang kali, namum tetap saja ini tidak mendatangkan perubahan. Hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya sawmil-sawmil illegal di daerah-daerah yang
ada di Samarinda.
17
pemberantasan perusakan hutan, kuantitas dan kualitas seorang penegak hukum
dapat menentukan suatu keberhasilan penegakan hukum. Selain itu, hal tersebut
juga menyangkut kepercayaan masyarakat demi mendapatkan keadilan.
18
peminjaman kendaraan khusus yang berasal dari penyewa
kendaraan maupun milik pribadi. Hal ini berguna agar
maksimalnya kinerja dari aparat penegak hukum dalam
melakukan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana
illegal logging.
Melakukan Patroli Rutin Patroli yang dilakukan baik dari pihak Kepolisian
maupun dari Dinas Kehutanan Desa Bayur ini bertujuan agar dapat
memberikan efek menakut-nakuti pelaku ketika ingin melakukan aksinya.
Patroli juga merupakan salah satu upaya yang dianggap efektif untuk
mencegah terjadinya tindak pidana illegal logging.
Mempercepat Proses Lelang Barang bukti kayu termasuk benda yang dapat
lekas rusak dan penyimpanannya memerlukan biaya yang tinggi sehingga
tidak mungkin disimpan sampai dengan putusan pengadilan terhadap
perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap. Untuk itu,
diharapkan agar proses lelang juga segera dilakukan meskipun perkara
tersebut belum memperoleh hukum tetap. Hal ini guna untuk
meminimalkan baiya untuk penyimpanan barang bukti terutama barang
bukti kayu.
19
Menindak Tegas Oknum Aparat yang Terlibat dan Melindungi Pelaku
Illegal Logging Pemerintah daerah dan pihak penegak hukum di Desa
Bayur tidak akan segan-segan menindak tegas anggotanya apabila
terbukti terlibat melakukan tindak pidana illegal logging bahkan
mencoba ingin melindungi pelaku seperti membocorkan informasi ketika
aparat ingin melakukan razia.
Melakukan Razia
Razia yang dilakukan baik dari pihak Kepolisian, Polisi Hutan
maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas Kehutanan dilakukan secara
rahasia dan dalam waktu yang secara acak. Hal ini bertujuan agar para pelaku
tidak dapat memprediksi kapan saja para aparat tersebut melakukan pemantauan
terhadap kegiatan mereka.
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging di wilayah
hukum Desa Bayur berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan dilaksanakan oleh
Kepolisian Resor Samarinda, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas
Kehutanan Desa Bayur dan Tentara Nasional Indonesia, Polisi Hutan,
Kejaksaan Negeri Bangkinang serta Pengadilan Negeri Bangkinang yang
tergabung dalam suatu tim khusus untuk melakukan pencegahan dan
pemberantasan pelaku pembalakan liar (illegal logging). Hambatan dalam
penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging di wilayah
hukum Desa Bayur berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan diantaranya adalah
tidak terjangkaunya pengawasan karena luasnya wilayah, sarana dan
prasarana yang kurang memadai, kekurangan personil, faktor masyarakat,
kurangnnya pengawasan yang dilakukan oleh aparat penegakan Hukum
kurangnya koordinasi antara penegak hukum, keterlibatan aparat penegak
hukum, proses lelang yang memerlukan waktu lama, penetapan luas kawasan
hutan, meningkatnya modus operandi, serta kurangnya sumber daya manusia
yang dimiliki aparat penegak hukum. Upaya penegakan hukum terhadap
pelaku tindak pidana illegal logging di wilayah Hukum Desa Bayur
berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Perusakan Hutan diantaranya adalah memberikan
kewenangan kepada setiap polisi sektor untuk melakukan pantauan kegiatan
illegal logging di setiap daerah yang menjadi kewenangannya, melakukan
sosialisasi perkecamatan, membentuk tim khusus pemberantasan illegal
logging, melakukan peminjaman kendaraan khusus, melakukan patroli rutin,
memberi pelatihan atau pelajaran tentang batas hutan untuk semua instansi
penegak hukum , mempercepat proses lelang, menindak tegas oknum aparat
yang terlibat dan melindungi pelaku illegal logging , melakukan razia, dan
mengadakan pendidikan khusus bagi penyidik.
21
B. Saran
Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging ini
seharusnya sudah berjalan maksimal karena Pemerintah Daerah Desa Bayur
sendiri telah membentuk tim khusus untuk melakukan pencegahan dan
pemberantasan pelaku illegal logging. Dalam mengatasi hambatan yang
dihadapi penegak hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging,
hendaknya aparat penegak hukum lebih memaksimalkan penindakan
dilapangan tanpa memilih-milih siapa yang melakukan kejahatan tersebut.
Karena selama ini yang selalu terlihat bahwa Pemerintah Daerah maupun
aparat penegak hukum hanya fokus pada persoalan pengangkutan kayu dari
hasil pembalakan liar saja sedangkan para cukong atau pemodal yang
merupakan penggerak dari kejahatan tersebut dapat dikatakan jarang tersentuh
hukum Upaya untuk mengatasi hambatan penegakan hukum terhadap pelaku
tindak pidana illegal logging tersebut, hendaknya pemerintah lebih jeli lagi
dalam melakukan penyeleksian pengangkatan penyidik. Karena kuantitas dan
kualitas dari seorang penegak hukum sangat menentukan tegaknya keadilan
dalam masyarakat. Kemudian, setiap instansi penegak hukum diharapkan agar
lebih berkoordinasi dengan baik guna terlaksananya pemberantasan pelaku
illegal logging dengan maksimal serta memperhatikan dengan baik izin yang
dimiliki oleh setiap pemilik sawmil guna mencegah dan mengurangi
terjadinya tindak pidana illegal logging tersebut.
22
Daftar Pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/184955-ID-penegakan-hukum-
terhadap-pelaku-tindak-p.pdf
23
LAMPIRAN
24
(Gambar 1.2 Barang Bukti Penangkapan)
25