Anda di halaman 1dari 12

NAMA : RUSMAN

NIM : B 301 19 105

KELAS : A (ANTROPOLOGI)

MK : ANTROPOLOGI POLITIK

TUGAS REVIEW

penyelesaian ritual dalam proses hukum meta'


Analisis Dillon tentang pemecahan ritual menunjukkan bagaimana

ritual digunakan sebagai penengah antara bidang wewenang politik pedesaan

dan bidang wewenang kekerabatan domestik atau antara kekuasaan segmen-

segmen kerabat dan situasi kehidupan nyata para anggota segmen segmen

kerabat PARA AHLI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK dengan

menggunakan ritual, seperti Ketua Kulit-Macan-Tutul Nuer (Nuer Leopard

Skin Chief) yang banyak dibahas telah lama dikenal dalam kepustakaan

antropologi (Evans-Pritchard 1940. 1956: Howell 1954). dan jumlah telah

menunjukkan bagaimana pertikaian-pertikaian dapat diselesaikan dengan

menghubungkan konflik sosial dengan bahaya supernatural Fortes 1940.

1945: Harper 1957: Huber 1959: Llewellyn dan Hoebel 1941. Schneider

1957: Winans dan Edgerton 1964). Tetapi, kemajuan yang relatif kecil telah

dibuat dalam memahami penyelesaian konflik lewat ritual sebagai suatu


fenomena hukum. Para ahli antropologi hukum jarang memasukkannya ke

dalam pembahasan mereka tentang variabilitas sistem-sistem hukum manusia

(Nader 1969: Nader dan Yngvesson 1973: Pospisil 1971). Lagipula, para

sarjana itu yang sekarang menulis tentang penyelesaian konflik lewat ritual

pada umumnya menekankan simbolisme dan ritual yang bersangkutan

sementara itu meremehkan penyelesaian konflik itu sendiri (Douglas 1966;

Lienhardt 1961. Tumer 1968. 1969). Akibatnya perdebatan berlanjut

mengenai bagaimana penyelesaian konflik lewat ritual benar-benar berhasil

menurut contoh-contoh klasik seperti penyelesaian kasus-kasus pembunuhan

oleh Ketua Kulit-Macan-Tutul (Beidelman 1971: Greuel 1971: Haight 1972),

dan banyak pertanyaan penting mengenai peran prosedur penyelesaian ritual

dalam sistem sistem hukum manusia tetap tidak terjawab.

Faktor-faktor yang esensial bagi pengoperasian penyelesaian konflik

lewat ritual sebagai suatu proses hukum. Data dari masyarakat Meta' di

Republik Persatuan Kamerun akan digunakan untuk memperjelas tiga kasus

berbeda yang di dalam nya pendekatan terhadap pemecahan masalah hukum

ini digunakan di musi prakolonial. Fokusnya adalah pada periode prakelomal

belum lama ini (sekitar 1900), karena pada masa inilah masyarakat Meta

secara sangat luas mengandalkan pada penyelesaian ritual Seperti yang akan

kita lihat, saling hubungan antara pihak-pihak yang benikai dan masalah-

masalah yang dipertaruhkan bisa berbeda-beda dari satu kasus ke kasus yang

lain. tetapi faktor-faktor umum mendasari proses penyelesaian konflik lewat

ritual dalam segala hal.


Masyarakat Meta

Di dalam masa prakolonial yang belum lama ini, masyarakat Meta' (juga

dikenal sebagai Menemo) adalah kelompok terdiri lebih kurang 15.000 orang

yang bertempat tinggal di pinggiran barat daya dataran tinggi Bamenda di

negeri yang kini bernama Republik Persatuan Kamerun Pola pemukimannya

terutama sekali berupa rumah berpeka rangan atau perkampungan yang

berpencaran. Dalam keadaan tidak adanya pemerintahan yang terpusat.

bahasa yang sama dan sentimen yang kuat akan kesamaan keturunan

merupakan hal utama yang mempersatukan orang-orang Meta'. Secara

internal, masyarakat Meta terbagi dalam kelompok berketurunan patrilineal

dan desa-desa, Kelompok patrilineal setempat yang terdiri atas sepuluh

sampai empat puluh keluarga mengatur pewarisan tanah pertanian maupun

pembagian harta kekayaan perkawinan dan kebanyakan garis keturunan

memperkukuh ikatan kepuakan (clanship) dengan kelompok setara di bagian

lain wilayah Metal. Namun, tidak terdapat genealogi inklusif yang

menjadikan hubungan semua kelompok patrilineal berstruktur di dalam

masyarakat itu.

Desa adalah kelompok yang terdiri atas beberapa ratus penduduk dan di

dalamnya beberapa garis keturunan yang tidak bertautan bertempat tinggal

secara normal sebagai sesama warga desa. Kepemimpinan tingkat desa

ditentukan oleh sebuah kumpulan kepala garis keturunan anggota dewan yang

dikenal sebagai meukum si ("tokoh-tokoh terkemuka") yang melindungi desa


dan pengaruh pengaruh supernatural yang tidak ramah dan menyelesaikan

banyak pertikaian/sengketa antargaris keturunan.

Konflik di dalam masyarakat prakolonial Meta' terutama mengenai hak

atas orang-orang. tanah milik dan bangunan (properti), dan sum ber-sumber

yang esensial. Pencurian kambing - hewan ini komponen terpenting dalam

pembayaran kekayaan perkawinan (mahar/maskawin) - merupakan masalah

yang serius, sebagaimana halnya pertikaian mengenai hak pemilikan atas

tanah pertanian dan rumpun rafia serta pohon kelapa sawit. Selain itu, konflik

antargaris keturunan seringkali timbul karena kegagalan membayar kembali

harta kekayaan perkawinan ketika terjadi perceraian.

Sistem hukum dan penyelesaian konflik Meta" memberikan banyak

alternatif untuk menangani masalah-masalah itu. Kendatipun tidak

terpusatkan pada tingkat masyarakat, sistem ini mampu menyelesaikan

konflik bahkan antara desa-desa Meta' yang terpisahkan paling jauh satu

sama lain. Dalam beberapa hal, penyelesaian perti kaian tergantung pada

penggunaan kekuatan paksaan/kekerasan, seperti ketika satu kelompok garis

keturunan menyandera seseorang dari garis keturunan lainnya untuk

menjamin kembalinya seorang istri yang lari. Tetapi, tepat seperti yang

sering terjadi, pendekatan pada pemecahan masalah hukum sungguh subtil

dan tidak langsung.

Konsep-konsep tentang Kekuatan dan Bahaya Supernatural



Kepercayaan tentang kekuatan dan bahaya supernatural memberikan

landasan bagi penyelesaian konflik lewat ritual di Meta' dan karenanya harus

diperikan sebelum pembahasan tentang penyelesaian ritual itu sendiri dapat

dimulai. Salah satu kepercayaan itu yang paling penting adalah gagasan (ide)

tentang ndon. Singkatnya, ndon adalah suatu keadaan bahaya supernatural

atau kerawanan terhadap kemalangan yang disebabkan secara supernatural.

Oleh orang Meta yang bertu tur bahasa Inggris ndon diterjemahkan

"kesialan" (bad luck) yang herwujudkan keadaan sakit kemiskinan, kematian,

kemandulan perempuan dan tidak terbilang kemalangan lainnya.

Dalam kasus seperti ini, yang pertama dan terutama pernyataan pihak

yang disakiti hatinyalah yang dipercaya sebagai penyebab ndon.

Pengaduannya digambarkan sebagai njom ("pernyataan kata-kata yang

benar"). sebuah istilah yang dipakai untuk pernyataan yang sangat kuat

secara supernatural dalam banyak konteks lainnya. Potensi njom dianggap

bergantung kepada beberapa faktor. termasuk kebenaran pemyataan,

kesungguhan pelanggaran kandungan pengaduan dan status pihak pengadu.

Pengaduan yang sepenuhnya benar dan dinyatakan ulang oleh banyak orang

selain pihak yang disakiti hatinya, dipercaya sebagai hampir pasti

menyebabkan adon, dan pengaduan oleh kepala garis keturunan dan tokoh

masyarakat desa dianggap lebih efektif daripada pengaduan oleh orang biasa.

yang menyebabkan terjadinya ndon. Dalam situasi di mana bahaya

supernatural timbul karena adanya pengaduan dari pihak yang disakiti, maka

biasanya dicari upaya dalam penyangkalan atau peniadaan pemyataan


penyebab ndon. Dalam beberapa kasus, pihak pelanggar hanya mengambil

langkah-langkah untuk mengganti rugi pihak yang disakiti sehingga dia akan

menghentikan pengaduannya, sementara dalam hal-hal lainnya pihak yang

disakiti ataupun kepala garis keturunannya diminta melakukan suatu ritual

yang memberkahi si pelaku pelanggaran Sebagai ketentuan umum, orang

berupaya menghentikan berlakunya ndon pada sumbernya dengan memenuhi

kehendak orang yang mampu mengucapkan njom terkuat di dalam kasus.

Penanganan terhadap pencemaran ndon melibatkan seorang ahli yang

turun-temurun (weut atu afay'i). Setiap ahli ini memiliki kekuatan eksklusif

untuk melenyapkan ndon yang dikaitkan dengan peristiwa spesifik tidak

wajar manakala peristiwa-peristiwa itu terjadi di dalam wilayahnya, suatu

monopoli yang dengan sendirinya dibolehkan oleh ndon. Seandainya

seseorang gagal mendatangkan ahli itu sesudah terjadinya salah satu

manifestasi ndon tersebut, maka orang itu menanggung risiko menderita ndon

tambahan karena melanggar hak-haknya. Prosedur yang dipakai ahli ritual

untuk mengakhiri keadaan pencemaran ndon biasanya memerlukan

penyingkiran benda-benda yang diidentifikasikan mengandung bahaya

supernatural. Misalnya, ndon bunuh diri hilang ketika ahli ritual mela kukan

penguburan jenazah pelaku bunuh diri. Karena prosedur prosedur itu sendiri

dipandang berbahaya secara supernatural, maka para ahli itu biasanya

mendapat bayaran yang baik bagi jasa-jasa mereka. Akhirnya, haruslah

ditekankan bahwa ndon dalam segala bentuknya dipercaya dapat menular.


Keanekaragaman Penyelesaian Konflik Ritual di Meta

Ciri-ciri penyelesaian ritual Meta' dapat dinyatakan secara sederhana:

menurut proses biasa, seorang yang bertikai/bersengketa melakukan suatu

tindakan yang dipercaya mengancam dirinya, dan/atau pihak-pihak lainnya

dengan ndon. Ancaman bahaya supernatural ini kemudian datang untuk

dipergunakan sebagai pendorong bagi penyelesaian konflik. Pihak tertentu

yang lain dari pelanggar selalu mempunyai monopoli atas kekuatan untuk

mengakhiri ndon dalam kasus ini dan secara khas menggunakan monopoli ini

sebagai dasar untuk memungut denda atau biaya dari pihak-pihak yang

bertikai. Lebih jauh lagi, dalam semua keanekaragaman penyelesaian ritual,

monopoli pihak pembawa penyelesaian itu memberikan sumber pengaruh

yang dapat digunakan menekankan penyelesaian pertikaian itu sendiri.

Pada bagian selanjutnya dari tulisan ini, saya akan memerikan rangkaian

khas peristiwa-peristiwa dalam tiga jenis kasus, yang di dalamnya bentuk

yang berbeda dalam penyelesaian konflik lewat ritual dipakai menurut ciri

khasnya di dalam masyarakat prakolonial Meta'. Pertama, penanganan kasus

pembunuhan akan dianggap sebagai suatu ilustrasi tentang penyelesaian

konflik ritual segera yang digunakan untuk mengatasi suatu situasi yang

berbahaya. Kedua kasus-kasus yang melibatkan "tindakan-tindakan agresi

simbolik" akan dibahas dengan maksud untuk menunjukkan bagaimana pihak

pihak yang bertikai terkadang dengan sengaja menyebabkan proses

penyelesaian ritual menstimulasi penyelesaian suatu konflik kronis.

Akhirnya, cara bagaimana keadaan sakit dan tanda-tanda lain ndon digunakan
untuk mendorong para pria bertobat atau serangan serangan di waktu lampau

terhadap saudara/sanak semenda mereka akan dianggap sebagai contoh

penyelesaian ritual yang tertunda.

Penyelesaian Ritual Langsung dalam Kasus-kasus Pembunuhan


Dalam pertikaian-pertikaian tertentu yang terjadi di dalam masyarakat

prakolonial Meta', satu saja perbuatan signifikan, yang dilakukan selama

konflik berlangsung, dipandang sebagai menciptakan suatu ancaman ndon

yang mengerikan dan akan segera terjadi, dan proses penyelesaian ritual

segera dimulai untuk menghilangkan apa yang dirasakan orang sebagai

situasi yang sudah membahayakan Pembunuhan menyebabkan diadakannya

jenis penyelesaian ritual sebagaimana perkelahian fisik yang hebat dengan

sesama anggota sepuak; mengkhianati sesama keturunan dari pihak laki-laki

untuk kepentingan penangkap budak, pencuri, atau pembunuh: dan

melakukan inses klan (clan incest) atau perzinaan dengan istri sesama

anggota sepuak. Dalam semua kasus ini, ada ketakutan besar bahwa ndon

yang disebabkan oleh tindakan yang secara supernatural berbahaya akan

menyebar ke orang-orang sekerabat si pelanggar.

Di sini, penanganan kasus-kasus pembunuhan akan memberikan contoh

utama penyelesaian ritual segera. Di masa prakolonial, penyelesaian kasus-

kasus pembunuhan merupakan proses panjang yang memerlukan tindakan

terkoordinasi banyak ahli ritual dan para ahli penyelesaian konflik lainnya.
Manakala seorang Meta' membunuh seorang Meta' lainnya - apakah itu

dengan sengaja atau tidak sengaja, dan tanpa memandang apakah si

pembunuh dan korbannya sekerabat - reaksi pertama mereka yang berada di

dekat kejadian adalah menyerang perkampungan si pembunuh,

menghancurkan hasil panen/ tanaman dan menyita barang-barang berharga.

Penghancuran dan penjarahan perkampungan si pembunuh ini, disebutkan

sebagai nayi atau akwatreu, diikuti oleh para sanak saudara korban dan juga

orang yang menyaksikannya. Walaupun sebagian merupakan tindakan balas

dendam oleh kerabat korban (terutama kerabatnya dari pihak laki laki),

serangan itu juga menunjukkan reaksi pertama dari suatu gerombolan banyak

orang, yang dibuat marah karena satu pria Meta" telah menumpahkan darah

seorang pria Meta lainnya Serangan keji ini dipandang sebagai ancaman

terhadap seluruh komunitas, dan si pembunuh biasanya terpaksa bersembunyi

sampai kemarahan orang

Begitu kegemparan awal berakhir, proses menyelesaikan secara ritual

kasus pembunuhan itu dimulai. Setiap pembunuhan, disengaja atau tidak

disengaja, dipercayai mengancam si pembunuh itu sendiri, para kerabatnya

dari pihak laki-laki, dan bahkan pihak-pihak yang tidak bersangkutan dengan

ndon. Pertama, tindak pembunuhan itu sendiri dianggap sebagai mencemari

dan membahayakan Seperti pelbagai peristiwa tidak wajar yang tersebut

terdahulu, pembunuhan dianggap menciptakan suatu keadaan gawat mon

yang menular di tempat di mana pembunuhan itu terjadi. suatu bentuk ndon

yang mungkin mempengaruhi siapa saja yang berada di tempat dekatnya

Kedua, pembunuhan juga dipandang sebagai pelanggaran moral dari jenis


yang ekstrem, satu perbuatan yang dapat menyebabkan penderitaan ndo yang

bersifat pribadi bagi si pembunuh. Dia dipandang sebagai "menyandang"

(be'ɛ) suatu beban berat ndon di kepalanya, dan sebagaimana dalam banyak

kasus ndon lainnya yang dihasilkan oleh pelanggaran moral, bahaya

supernatural di sini dipercaya mampu menyebar dari si pembunuh ke

kerabatnya dari pihak laki-laki.

Proses penyelesaian secara ritual dalam kasus-kasus pembu nuhan

meliputi langkah-langkah yang bertujuan menghilangkan semua hahaya ndon

ini. Langkah pertama ialah penguburan jenazah yang telah dianggap

melambangkan ndon pembunuhan yang mencemari. Biasanya ini diakibatkan

oleh seorang ahli yang turun temurun di desa bersangkutan yang dipanggil

oleh pemilik perkampungan tempat pembunuhan itu terjadi dan dibayar

olehnya untuk menguburkan jenazah dan menghilangkan ndon dari

tempatnya. Setelah menerima seekor kambing dan barang-barang berharga

lainnya, ahli itu membuat tandu dari bambu dan selanjutnya berangkat

dengan membawa korban.

Tetapi, ini bukan akhir pemerasannya, karena dalam perjalanan ke tempat

penguburan dia dan pembantunya biasanya berhenti untuk beristirahat di tiap

perkampungan yang mereka lewati, dan sebelum meneruskan perjalanannya,

mereka meminta seekor ayam dari orang orang perkampungan itu, "sebagai

imbalan untuk pergi meninggalkan perkampungan." Apabila ada seorang

pemilik perkampungan yang menolak, ahli itu pergi begitu saja dengan
meninggalkan tandunya beserta jenazah korban dan beban ndon yang

mengerikan itu kepada perkampungan yang pelit.

Pada tahap berikutnya dalam proses penyelesaian, si pembunuh dan

kerabat dekatnya dari pihak laki-laki melakukan pembayaran jumlah besar

kepada para tokoh terkemuka di desa tempat pembunuhan itu terjadi. Dalam

denda ini secara khas termasuk pembayaran berupa tujuh kambing, beberapa

lusin gelang kuningan, dan sejumlah besar ayam. Pembayaran ini, yang

kadang memakan waktu beberapa bulan untuk melunasinya, diperlukan guna

memenuhi keinginan penguasa setempat sebelum penguasa ini menganggap

kasus ini ditutup dan membolehkannya diteruskan kepada ahli pembunuhan

tertinggi. Pada umumnya, para pemimpin desa mempunyai kedudukan yang

baik untuk melaksanakan hak-hak istimewa (prerogatif) mereka pada tahap

ini dalam kasus itu. Mereka dianggap mampu menyampaikan njom yang

terkeras atau pemyataan ritual mengenai setiap konflik yang se rius di desa,

dan karena itu, apabila mereka menyatakan persoalan pembunuhan belum

terselesaikan, si pembunuh dianggap masih terus menderita ndon, tidak

peduli langkah-langkah apa lainnya yang mungkin diambilnya.

Pada tahap akhir penyelesaian ritual, si pembunuh diwajibkan

menyajikan seekor kambing dan seorang budak kepada Ketua Tabi dari desa

Zang Tabi, seorang ahli tingkat tertinggi untuk semua kasus pembunuhan

yang terjadi di wilayah Meta. dengan maksud agar Tabi akhirnya dapat

"menghilangkan semua ndon dari kepalanya" Tetapi. langkah terakhir dalam

penyelesaian kasus itu sering ditunda selama beberapa bulan selagi para
anggota dalam silsilah keluarga pembunuh berupaya menghimpun harta

kekayaan yang cukup untuk mendapatkan budak. Sepanjang periode ini, si

pembunuh diharuskan memanjangkan rambutnya untuk melambangkan

keaibannya dan tentang ancaman ndon yang membayang-bayanginya.

Begitu budak itu didapatkan, si pembunuh dapat pergi ke Zang Tabi

untuk penebusan akhir atas tindak kejahatannya. Tetapi lagi-lagi di sini dia

menghadapi tugas rumit, kali ini oleh kenyataan bahwa ada perantara tertentu

di pelbagai bagian Meta" dengan fungsi "menunjukkan jalan menuju ke

Zang" kepada para pembunuh. Sudah tentu, para perantara itu harus dibayar

atas jasanya dan orang tidak dapat melangkaui mereka tanpa menimbulkan

kemarahan mereka dan kemarahan sang ahli pembunuhan itu sendiri

Mencoba melangkau mereka hanya akan mengakibatkan makin besarnya

denda dan mungkin pula ndon tambahan karena telah melanggar hak-hak para

perantara itu.

Sesudah si pembunuh memenuhi kehendak semua perantara, dia

dibawa ke tempat tinggal Tabi dengan budak yang akan dia serahkan kepada

sang ahli. Budak itu diikatkan pada satu lengan sang ahli.dan seekor kambing

diikatkan pada lengan yang lain. Sang ahli selanjutnya membawa si

pembunuh masuk ke dalam pondok tempat upacara korban, yaitu tempat dia

melakukan rangkaian upacara yang bertujuan membersihkan si pembunuh

dari ndon yang dikaitkan.

Anda mungkin juga menyukai