DI SUSUN OLEH :
RUSMAN
B 301 19 105
JURUSAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang inginkita capai menjadi lebih mudah
dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali,
didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-
kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal kelengkapan serta
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya
menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
B. Bentuk-bentuk difusi………………………………………………….
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka menjelaskan asal `mula `terjadinya `aneka ragam masyarakat dan
kebudayaan manusia diseluruh belahan dunia selain dikenal adanya teori evolusi juga dikenal
adanya teori difusi. Difusi adalah persebaran kebudayaan yang disebabkan adanya migrasi
manusia. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain akan menularkan budaya tertentu.
Survivalnya adalah daya eksis budaya. Survival tidak lain merupakan daya tahan budaya
tersebut setelah mendapatkan pengaruh budaya lain sehingga menimbulkan makna baru
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada mahasiswa dalam mempelajari
dan mengetahui apa yang dimaksud dengan difusionisme, apa saja teori difusionisme itu
sehingga bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DIFUSIONISME
Pada awal abad ke-20 Difusionisme paradigma ini populer di Inggris dan Jerman.
Paradigma ini berupaya menjelaskan kesamaan kesamaan antara berbagai kebudayaan.
Difusionis terkemuka eropa adalah Fritz Graebner (1911) dan Wilhelm Schmidt (1939).
Difusionisme Teori ini popular pada akhir abad 19 dan abad 20. Tokoh utama difusionisme
Inggris adalah G. Eliot Smith (1871-1937), William J.Perry (1887-1949) dan W.H.R.
Rivers (1864-1922). Mereka berpendapat bahwa pada hakikatnya sebagian besar manusia
tidak menciptakan hal-hal baru tetapi hanya meminjam aspek-aspek kebudayaan orang lain
yang telah ada.
Yang dimaksud G. Eliot smith, William J. Perry dan W.H.R. Rivers difusionisme
adalah manusia melakukan suatu kebiasaan berlandaskan dengan aspek-aspek kebudayaan
yang telah ada, baik itu kebudayaannya dari barat maupun dari budaya timur. Kebudayaan
barat seperti makan menggunakan sendok sedangkan budaya timur apabila makan
mengunakan tangan. Lalu orang lain ada yang mengikutinya budaya tersebut. Orang yang
mengikutinya tidak menciptakan kebudayaan makan tersebut akan tetapi ia makan
meminjam kebudayaan barat dan timur.
Tokoh difusionisme di Jerman dan Austria adalah Fritz Graebner (1877-1934) dan
Peter Wilhelm Schmidt (1868-1954). Mereka berpandangan bahwa ciri khas kebudayaan
tertua di dunia dapat direkonstruksikan dari unsur-unsur kebudayaan yang masih
dipertahankan masyarakat primitive sebagai masyarakat paling tua.
Dari pengertian di atas bisa kita simpulkan bahwa difusionisme menekankan pada
pengaruh masyarakat individual saling bergantung dan meyakini, bahwa perubahan sosial
terjadi karena sebuah masyarakat menyerap berbagai ciri budaya dari masyarakat lain
B. Bentuk-bentuk Difusi
Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi karena
dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain di
dunia. Hal ini terutama terjadi pada jaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, saat
manusia yang hidup berburu pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang jauh sekali, saat
itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga ikut berpindah.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada perpindahan dari suatu
kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dapat terjadi karena adanya
individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Individu-
individu yang dimaksud adalah golongan pedagang, pelaut, serta golongan para ahli agama. 5
Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi ketika
individu-individu dari kelompok tertentu bertemu dengan individu-individu dari kelompok
tetangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok itu dapat berlangsung dengan 3
cara, yaitu :
2. Penetration pacifique (pemasukan secara damai) Salah satu bentuk penetration pacifique
adalah hubungan perdagangan. Hubungan perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih
jauh dibanding hubungan symbiotic. Unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh
pedagang masuk ke kebudayaan penemrima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan.
Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh para penyiar agama itu juga dilakukan
secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa.
C. Proses difusi
1. Difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu
lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima.
2. Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan
berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan
penerima.
Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika
unsur-unsur kebudayaan yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian
menyebar lagi pada lingkup- lingkup kebudayaan lainnya secara berkesinambungan.
D. Contoh-contoh difusi
Contoh difusi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia adalah berbagai kata yang
ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan
contoh hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam
Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah,
seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain.
1. Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang mengubah
Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern ini terlihat dari
kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur bahasa asing sehingga
menjelma menjadi 7 bentuk kata-kata baru, seperti : gerilyawan, ilmuwan, sejarawan,
Pancasilais, agamis, dan lain-lain.
2. Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan bahasa
Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa Sunda (kata-
kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata.
E. Gejala Persamaan
Unsur-Unsur Kebudayaan Sejak lama para sarjana, tertarik akan adanya bentuk-
bentuk yang sama dari unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat yang sering kali jauh
letaknya satu sama lain. Ketika cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan berkuasa, para
sarjana menguraikan gejala persamaan itu dengan keterangan bahwa persamaan-persamaan
itu disebabkan karena tingkat-tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan
disebabkan karena tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan diberbagai tempat
di seluruh dunia. Sebaliknya ada juga uraian-uraian lain, yang mulai tampak dikalangan
ilmu antropologi, terutrama cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan mulai kehilangan
pengaruh, yaitu kira-kira pada akhir abad ke-19. Menurut uraian ini, gejala persamaan
unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat dunia, disebakan oleh persebaran atau difusi
dari unsur-unsur itu ke tempat-tempat tadi. Dengan demikian, kalo di dua tempat, misalnya
di A dan di B, yang masing-masing letaknya di Afrika dan Asia tenggara yterdapat kapal-
kapal yang bercadik dengan bentuk yang sama, maka Adolf S akan berkata bahwa,
persamaan tadi akibat pengaruh Elementar Gedanken. Seorang penganut cara berfikir
mengenai evolusi kebudayaan akan berkata bahwa, kepandaian kapal bercadik tadi di A
dan di B disebabkan karena kebudayaan di A dan B kebetulan ada pada tingkat evolusi
yang sama; sedangkan konsep baru mengatakan bahwa kepandaian dalam membuat kapl
bercadik serupa itu telah menyebar dari A ke B atau sebaliknya dalam zaman yang lampau.
F. Sejarah Persebaran
Dengan melanjutkan prosedur tersebut, maka di atas peta bumi akan tergambar
berbagai Kulturkreise, yang saling bersimpang siur. Dengan demikian akan tampak
gambaran persebaran atau difusi dari unsur-unsur kebudayaan di masa yang lampau.
Dengan klasifikasi Kulturkreise itu direkonstruksi dengan kulturhistorie umat manusia,
dan tampak kembali sejarah persebaran bangsa-bangsa di muka bumi. Dalam
kenyataan, klasifikasi kulturkreis itu tidak mudah disusun karena banyak yang harus
diperhatikan. Itulah sebabnya sampai sekarang belum ada ahli yang berhasil
mengklasifikasikan semua kebudayaan di dunia itu kedalam berbagai kulturkreise
tertentu. Karena itu juga kulturhistorie umat manusia juga belum pernah dapat
direkontruksikan kembali. Celaan atas metode Klasifikasi Graebner ini memang ada,
namun banyak juga sarjana yang menggunakannya lebih lanjut yaitu a.I. Schmidt dan
pengikut-pengikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN