PEMBAHASAN
Teori difusionisme adalah suatu pendekatan dalam antropologi dan arkeologi yang
mengemukakan bahwa perubahan budaya terutama terjadi melalui proses difusi, yaitu
penyebaran unsur-unsur budaya dari satu masyarakat atau wilayah ke masyarakat atau wilayah
lain. Teori ini berpendapat bahwa budaya-budaya tertentu memiliki asal-usul tertentu dan
kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui kontak dan interaksi antara masyarakat.
Difusionisme menekankan bahwa perubahan budaya utamanya disebabkan oleh kontak budaya
dan pertukaran ide, teknologi, dan praktik budaya antara berbagai kelompok masyarakat.
Salah satu contoh yang sering dikutip dalam teori difusionisme adalah penyebaran agama dan
teknologi melalui perdagangan, migrasi, atau penaklukan. Teori ini telah digunakan untuk
menjelaskan asal-usul dan penyebaran berbagai elemen budaya seperti bahasa, agama, seni, dan
teknologi.
1. Difusi Budaya: Teori ini menganggap bahwa sebagian besar unsur-unsur budaya di
berbagai masyarakat memiliki asal-usul tertentu dan menyebar melalui proses difusi.
Ini bisa terjadi melalui kontak budaya seperti perdagangan, migrasi, penaklukan, atau
interaksi sosial lainnya.
2. Asal-Usul Unsur Budaya: Difusionisme mencoba melacak asal-usul elemen budaya
tertentu. Misalnya, asal-usul teknologi atau bahasa tertentu bisa ditelusuri kembali ke
masyarakat atau wilayah tertentu, dan kemudian menyebar ke masyarakat lain melalui
proses difusi.
3. Penyebaran Budaya: Teori difusionisme menggambarkan bagaimana unsur-unsur
budaya menyebar melalui berbagai rute dan cara, baik melalui perantaraan manusia
atau melalui adaptasi budaya oleh kelompok-kelompok yang berbeda.
4. Difusi Horizontal dan Vertikal: Difusi budaya dapat bersifat horizontal (penyebaran
budaya antar masyarakat sejajar) atau vertikal (penyebaran dari masyarakat yang lebih
maju atau tua ke yang lebih muda atau baru). Difusionisme juga mengakui bahwa ada
berbagai tingkat difusi budaya.
5. Penyebaran Teknologi dan Agama: Salah satu contoh paling umum dalam teori
difusionisme adalah penyebaran teknologi dan agama. Misalnya, perkembangan
teknologi besi atau agama-agama besar seperti Kristen dan Islam dapat dijelaskan
dalam konteks teori difusionisme.
6. Kritik terhadap Teori: Meskipun teori difusionisme telah memberikan wawasan
tentang bagaimana unsur-unsur budaya menyebar di masa lalu, teori ini telah dikritik
karena terlalu simpel dan deterministik. Kritikus berpendapat bahwa teori ini sering
tidak mempertimbangkan konteks budaya yang kompleks dan interaksi antarbudaya
yang lebih nuanced.
Terdapat beberapa bentuk atau varian teori difusionisme dalam ilmu sosial dan antropologi.
Berikut beberapa di antaranya:
3. Proses Difusionisme
Difusi dapat terjadi dalam banyak hal, mulai dari migrasi sejumlah populasi, perkawinan,
hingga melalui buku atau media elektronik. Proses difusi terbagi dua macam, yaitu:
Difusi langsung, terjadi jika unsur-unsur tersebut langsung menyebar dari suatu
lingkup pemberi ke lingkup penerima yang sangat dekat satu sama lain.
Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan
berkembang di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan
penerima.
Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika
unsur-unsur yang telah diterima oleh suatu lingkup kemudian menyebar lagi pada
lingkup-lingkup lamnya secara berkesinambungan. Difusi tidak langsung adalah
umum di dunia saat ini karena media massa dan penemuan Internet.
Contoh – contoh Difusionisme
Contoh difusi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia adalah berbagai kata yang
ada dalam Bahasa Indonesia. Tampa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan contoh
hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia
merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa,
Sunda, dan lain-lain.
Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi
dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru
dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam 2 proses, yaitu :
Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang
mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern
ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur
bahasa asing sehingga menjelma menjadi 7 bentuk kata-kata baru, seperti :gerilyawan,
ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain.
Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan
bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dil) atau dengan bahasa
Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata.
4. Mazhab Schmidt
W. Schmidt menjadi terkenal dalam dunia antropologi sebagai scorang yang telah
mengembangkan lebih lanjut metode klasifikasi kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam
Kulturkreise. Klasifikasi tu dicita-citakan untuk dilakukan secara besar-besaran, dengan
tujuan untuk dapat melihat sejarah persebaran dan perkembangan kebudayaan atau
Kulturhistorie dari seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Untuk mengeriakan
proyekraksasa yang dicita-citakannya itu, ia tentu memrlukan bahan keterangan yang luar
biasa banyaknya, dari semua kebudayaan yang tersebar di dunia. Bahan ini harus
diperolehnya dari karangan-karangan etnografi tulisan para peneliti di daerah, dan
terutama ileh para pendeta dari Societas Verbi Divini. Bahan keterangan itu kemudian
dikumpulkan, diteliti, dikupas, untuk disusun oleh schmidt berdasarkan metode klasifikasi
Kulturkreise.
Teori difusionisme ini memiliki kelebihan yang patut menjadi catatan dalam kajian
antropologi. Teori difusi memiliki kelebihan karena merupakan pandangan awal yang
menyatakan bahwa kebudayaan yang ada merupakan sebaran dari kebudayaan lainnya. Di
samping itu, dari sini terdapat cara pandang baru yang meletakkan dinamika dan
perkembangan kebudayaan tidak hanya dalam bentang waktu saja, tetapi juga dalam bentang
ruang, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Perry dan Smith dalam pemikirannnya.
Kelebihan lainnya adalah para pengusung teori ini telah menggunakan analisis komparatif
yang berlandaskan pada standar kualitas dan kuantitas dalam menentukan wilayah persebaran
kebudayaan sebagaimana yang yang mereka yakini. Kelebihan lainnya adalah para
penyokong teori ini sangat memperhatikan setiap detail catatan mengenai kebudayaan
sehingga mereka mendapatkan beragam hubungan atau keterkaitan antara satu kebudayaan
dengan kebudayaan lainnya. Dan kelebihan yang terpenting dari teori ini adalah penekanan
mereka pada penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang lebih dan akurat,
sebagaimana yang diperlihatkan oleh Boas yang kemudian dikuti oleh para murid yang
menjadi pengikutnya selanjutnya.
Teori difusionisme tidak lepas pula dari beragam kelemahan atau kekurangan. Secara umum,
teori difusi kebudayaan memiliki kelemahan dari sisi data karena tidak memilki dukungan
data yang cukup dan akurat dan pengumpulan data tidak dilakukan melalui prosedur dan
metode penelitian yang jelas. Hal ini misalnya tampak pada teori yang mengatakan bahwa
peradaban-peradaban kuno di bumi sebenarya berasal dari orang-orang Mesir.