Anda di halaman 1dari 9

PENGANTAR ANTROPOLOGI HUKUM

RESENSI BUKU
TERTIB HUKUM DALAM MASYARAKAT TERASING
KARANGAN
BRONISLAW MALINOSWSKI , D. Sc.

Disusun Oleh :

Maimun Paramartha
0410113125 / D

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2005

Buku ini menguraikan bagaimana masyarakat terasing ( Melanisia )


memiliki ketertiban hukum yang berlaku dalam kehidupan yang berbeda
pola pandang dengan masyarakat modern .
Perbedaan pandangan terhadap masyarakat terasing seringkali
melahirkan kekeliruan yang mendasar dan sangat spekulatif, contohnya
Aksioma Fundamental yang dipakai dasar penelitian tentang tata tertib
dalam masyarakat terasing serta ketaatannya kepada peraturan.
Cara cara diluar sadar atau intuitif , ketaatan instinatif ,
semangat kelompok yang gaib itu merupakan keterangan dari hukum,
ketertiban, komunisme dan promiskuitas seks. Ini jelas tidak tepat
mengenai masyarakat masyarakat Melanisia.
Tentang persoalan yang dihadapi dengan mendekati fakta fakta
dan menggunakan pengertian pengertian yang sangat elastis dan luas.
Dalam mencari hukum dan kekuatan hukum buku ini berusaha
menemukan dan menganalisa semua peraturan peraturan yang disadari
dan di dalam praktek diterima sebagai kewajiban yang mengikat untuk
mengetahui sifat kekuatan pengikat itu dan untuk mengklasifikasikan
bagaimana caranya sesuatu menjadi suatu peraturan.
Dalam tukar menukar yang merupakan pengatur hubungan timbal
balik yang menyebabkan adanya ikatan yang lebih erat lagi. Tukar
menukar menimbulkan sistem ikatan sosiologis dengan sifat sifat yang
ekonomis, sering disertai ikatan ikatan lain antar individu dan individu,
kelompok keluarga dan kelompok keluarga, desa dan desa, wilayah dan
wilayah. Yang terpenting adalah caranya sejumlah besar transaksi
transaksi itu berkaitan menjadi satu rangkaian timbal jasa, yang masing
masing harus dibayar kembali pada suatu waktu. Pelaksanaan transaksi
di depan umum dengan suatu upacara ditambah ambisi yang besar serta
kegemaran orang Melanisia untuk pamer juga membantu untuk menjamin
kekuatan ikatan hukum.
Mengenai tindakan tindakan yang biasanya akan dianggap lebih
sebagai tindakan keagamaan daripada upacara magi upacara kematian

dan berkabung, pemujaan badan halus, roh atau tokoh tokoh mitos, itu
semua ada segi hukumnya.
Tiap tiap perbuatan penting yang bersifat keagamaan dianggap
sebagai suatu kewajiban moral terhadap obyeknya ; badan halus, roh atau
kekuatan yang dipuja ; juga memenuhi kebutuhan emosional orang yang
melakukannya ; akan tetapi disamping itu semua nyatanya juga
mempunyai tempat di dalam kerangka sosial. Ini penting, karena dengan
perbuatan itu menjadi suatu kewajiban sosial dan merupakan kewajiban
keagamaan juga.
Fakta fakta yang terungkap dalam masyarakat terasing menurut
beberapa pandangan ilmu hukum antropologi modern bahwa adat itu
adalah hukum dan tidak ada hukum kecuali adat. Oleh karena itu
antropologi modern mengabaikan bahkan mengingkari dengan tegas
adanya peraturan peraturan sosial atau motif motif psikologi yang
menyebabkan orang terasing mematuhi adat jenis tertentu saja, karena
alasan alasan sosial.

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan

karunia dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan


resensi ini tepat pada waktunya. Penyusun dapat menyelesaikan resensi
ini juga dikarenakan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pengantar Antropologi Hukum dan semua pihak yang telah membantu
baik moril maupun materiil dalam menyelesaikan ini.
Penyusun menyadari didalam penulisan resensi ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang harus diperbaiki. Untuk itu penyusun
megharapkan saran dan kritik yang bersifat membantu dari berbagai pihak
untuk penulisan resensi yang akan datang.
Harapan penyusun mudah-mudahan resensi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca atau sebagai bahan refensi.

Malang, Oktober 2005

Penyusun

PENGANTAR ANTROPOLOGI HUKUM


TUGAS TERSTRUKTUR I RESENSI BUKU
TERTIB HUKUM DALAM MASYARAKAT TERASING
KARANGAN
BRONISLAW MALINOSWSKI , D. Sc.

Disusun Oleh :

Lucky Fathria J
0410113117 / D

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2005

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan
karunianya serta hidayahnya dan tidak lupa pula salam bagi junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan resensi ini
tepat pada waktunya.
Penulisan resensi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih

kepada Dosen

Pengantar Antropologi Hukum dan semua pihak yang telah membantu


dan memberikan kontribusinya baik itu secara moril maupun materiil
kepada penulis dalam menyelesaikan resensi ini. Penyusun menyadari
didalam penulisan resensi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan
yang harus diperbaiki. Untuk itu penyusun megharapkan saran dan kritik
yang bersifat membantu dari berbagai pihak untuk penulisan resensi yang
akan datang. Harapan penyusun mudah-mudahan resensi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca atau sebagai bahan referensi.

Malang, Oktober 2005

Penyusun

Buku ini menjelaskan bagaimana masyarakat terasing ( Melanisia )


memiliki ketertiban hukum yang berlaku dalam kehidupan yang berbeda
cara pandang dengan masyarakat modern dan buku ini juga
menceritakan sebuah peristiwa pelanggaran hukum suku dan sifat sserta
kecenderungan kecenderungan kejahatan, juga kekuatan kekuatan
yang bergerak mengembalikan ketertiban dan keseimbangan suku, begitu
keseimbangan itu terganggu. Perbedaan pandangan terhadap masyarakat
terasing seringkali melahirkan kekeliruan yang mendasar dan sangat
spekulatif, contohnya Aksioma Fundamental yang dipakai dasar penelitian
tentang tata tertib dalam masyarakat terasing serta ketaatannya kepada
peraturan.
Cara cara diluar sadar atau intuitif, ketaatan instinatif, semangat
kelompok yang gaib itu merupakan keterangan dari hukum, ketertiban,
komunisme dan promiskuitas seks. Ini jelas tidak tepat mengenai
masyarakat masyarakat Melanisia.
Tentang persoalan yang dihadapi dengan mendekati fakta fakta
dan menggunakan pengertian pengertian yang sangat elastis dan luas.
Dalam mencari hukum dan kekuatan hukum buku ini berusaha
menemukan dan menganalisa semua peraturan peraturan yang disadari
dan di dalam praktek diterima sebagai kewajiban yang mengikat untuk
mengetahui sifat kekuatan pengikat itu dan untuk mengklasifikasikan
bagaimana caranya sesuatu menjadi suatu peraturan.
Dalam tukar menukar yang merupakan pengatur hubungan timbal
balik yang menyebabkan adanya ikatan yang lebih erat lagi. Tukar

menukar menimbulkan sistem ikatan sosiologis dengan sifat sifat yang


ekonomis, sering disertai ikatan ikatan lain antar individu dan individu,
kelompok keluarga dan kelompok keluarga, desa dan desa, wilayah dan
wilayah. Yang terpenting adalah caranya sejumlah besar transaksi
transaksi itu berkaitan menjadi satu rangkaian timbal jasa, yang masing
masing harus dibayar kembali pada suatu waktu. Pelaksanaan transaksi
di depan umum dengan suatu upacara ditambah ambisi yang besar serta
kegemaran orang Melanisia untuk pamer juga membantu untuk menjamin
kekuatan ikatan hukum.
Mengenai tindakan tindakan yang biasanya akan dianggap lebih
sebagai tindakan keagamaan daripada upacara magi upacara kematian
dan berkabung, pemujaan badan halus, roh atau tokoh tokoh mitos, itu
semua ada segi hukumnya.
Tiap tiap perbuatan penting yang bersifat keagamaan dianggap
sebagai suatu kewajiban moral terhadap obyeknya ; badan halus, roh atau
kekuatan yang dipuja ; juga memenuhi kebutuhan emosional orang yang
melakukannya ; akan tetapi disamping itu semua nyatanya juga
mempunyai tempat di dalam kerangka sosial. Ini penting, karena dengan
perbuatan itu menjadi suatu kewajiban sosial dan merupakan kewajiban
keagamaan juga.
Fakta fakta yang terungkap dalam masyarakat terasing menurut
beberapa pandangan ilmu hukum antropologi modern bahwa adat itu
adalah hukum dan tidak ada hukum kecuali adat. Oleh karena itu
antropologi modern mengabaikan bahkan mengingkari dengan tegas

adanya peraturan peraturan sosial atau motif motif psikologi yang


menyebabkan orang terasing mematuhi adat jenis tertentu saja, karena
alasan alasan sosial.
Buku ini memiliki kelebihan dalam hal penulisannya yang
menjelaskan secara obyektif maupun secara subyektif tentang cara hidup
bermasyarakat dalam masyarakat terasing. Sehingga buku ini dapat
dijadikan

bahan

referensi

ataupun

panduan

dalam

mendalami

metodeologi penyelesaian dan tertib hukum di komunitas masyarakat


terasing. Buku ini dapat dipergunakan bagi mereka yang menaruh
perhatian pada Antropologi Hukum yang belum banyak dikembangkan di
Indonesia,

maupun

bagi

mereka

pengembangan ilmu hukum adat.

yang

menaruh

minat

pada

Anda mungkin juga menyukai