Anda di halaman 1dari 3

Nama : Diaz Laksamana Muttaqien

NRP : 03111840000010
T.sipil
Materi : SASI
Narasumber : Dr. Tukul Rameyo Adi

Menjadikan "Sasi Laut" Solusi Konservasi Laut Indonesia Timur

Praktik Konservasi Laut di Kaimana, Papua Barat

Praktik konservasi adalah bagian dari kehidupan


sehari-hari masyarakat Kaimana, Papua Barat. Misalnya,
untuk kegiatan penangkapan ikan masyarakat pesisir di
Kaimana menerapkan kearifan lokal yang disebut sasi
laut, sistem penangkapan ikan tertutup untuk menjaga
ketersediaan ikan. Sebagai praktik konservasi lokal yang
diwariskan dari generasi ke generasi, sasi laut menggabungkan sistem manajemen lokal,
sistem klasifikasi lokal dan sistem kepercayaan lokal untuk mengelola dan melindungi
sumber daya laut tertentu. Sasi laut biasanya dilakukan selama dua minggu sampai tiga bulan
sebelum ditutup selama satu hingga dua tahun. Praktik ini dilakukan di seluruh perairan
Kaimana, yang batasnya ditentukan berdasarkan perkiraan semata tanpa koordinat yang jelas.
Sasi laut dan praktik konservasi lainnya
memiliki kompleksitas sosio-ekologis bahwa nilai-nilai
yang berbeda saling terkait dalam sistem budaya.
Kerangka kerja dengan model mental menawarkan
sebuah pendekatan untuk memahami makna yang saling
terkait di antara berbagai dimensi dalam sistem budaya.
Menggunakan model mental yang terdiri dari corpus,
praxis dan kosmos, kita dapat memahami bagaimana kearifan lokal yang terkandung dalam
sasi laut diterapkan oleh masyarakat. Model mental adalah penjelasan mengenai proses
berpikir seseorang yang dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki orang tersebut dalam
menafsirkan dan memahami dunia serta bagaimana mereka menjelaskan berbagai peristiwa
yang terjadi dalam hidup mereka. Corpus mengacu pada sistem kognitif dan klasifikasi
lokal, praxis dapat diartikan sebagai sistem manajemen lokal dan kosmos adalah segala hal
yang berkaitan dengan kepercayaan, simbol dan ritual setempat.
Praxis, corpus dan kosmos dalam sasi laut adalah contoh kearifan lokal yang digunakan
untuk mengelola dan menjaga ikan serta sumber daya laut lainnya. Dalam sasi
laut, praxis diterapkan melalui sistem petuanan, yaitu kepemilikan suatu keluarga atas lokasi
Nama : Diaz Laksamana Muttaqien
NRP : 03111840000010
T.sipil
Materi : SASI
Narasumber : Dr. Tukul Rameyo Adi

tertentu yang diwariskan oleh leluhurnya.


Dalam sasi laut, petuanan berperan untuk
mengatur klasifikasi biota laut dalam upaya
perlindungan dan untuk pelaksanaan berbagai
ritual. Sementara itu, penerapan corpus dalam sasi
laut adalah fokus perlindungan pada biota laut
tertentu. Di Kaimana, usaha perlindungan
berfokus pada lola (kerang - Trochus sp.),
teripang (Holothuroidea) dan siput batulaga
(Turbo marmoratus). Sebelum melakukan sasi laut, masyarakat melakukan ritual sinara yang
mewakili dimensi kosmos. Ritual ini dilakukan dengan memberikan persembahan hasil bumi
(seperti daun sirih, pinang, kapur sirih, ayam dan telur) diikuti dengan pembacaan doa-doa
untuk meminta berkat dari dewa-dewa laut. Dalam model mental, ketiga dimensi ini
berkaitan dan saling mendukung membentuk sistem pengelolaan dan perlindungan pesisir
tradisional.

Pentingnya Menuangkan Kearifan Lokal ke dalam Program Konservasi


Meskipun pelestarian sumber daya laut sangatlah penting, namun praktik sasi laut masih
menghadapi beberapa tantangan, salah satunya adalah pelanggaran oleh orang luar. Sering
kali, orang luar memancing di wilayah tertentu tanpa melalui mekanisme petuanan. Dalam
kasus lain, mereka memancing biota sasi ketika sistem sasi laut sedang ditutup. Jika hal
tersebut dilakukan oleh penduduk setempat, pelaku akan menerima sanksi dan hukuman
sosial dari para pemimpin adat. Namun, hukuman tersebut sulit diterapkan ketika
pelanggarnya adalah orang luar. Biasanya, pelanggar tidak tertangkap, dan jika mereka
tertangkap, pelanggar tidak dapat diberikan sanksi karena aturan sasi laut tidak ada dalam
sistem hukum. Parahnya lagi, sasi laut disebarkan dari mulut ke mulut dan tidak pernah
dituangkan secara tertulis.
Menuangkan kearifan lokal ke dalam kebijakan formal tentunya dapat membantu memastikan
keberlanjutan mata pencaharian, perlindungan sumber daya alam dan pencapaian target
pemerintah. Target pemerintah tersebut termasuk deklarasi Papua Barat yang menargetkan
pelestarian 70% wilayahnya dan pengesahan Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD),
khususnya Target Aichi yang memiliki tujuan akhir untuk menjaga keanekaragaman hayati
Nama : Diaz Laksamana Muttaqien
NRP : 03111840000010
T.sipil
Materi : SASI
Narasumber : Dr. Tukul Rameyo Adi

demi kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, pencegahan eksploitasi biota sasi dapat
menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan keberlanjutan sumber daya laut yang
penting bagi penghidupan masyarakat.

Melembagakan “Sasi Laut”


Pertama, mendokumentasikan sistem sasi laut secara tertulis. Diperlukan penjelasan yang
cukup mengenai sistem ini bagi orang-orang yang berhubungan dengan sumber daya laut,
seperti pemerintah daerah, sektor swasta di wilayah tersebut, LSM dan masyarakat pesisir
terutama pemuda. Banyak praktik konservasi berdasarkan kearifan lokal yang mulai
menghilang di bagian timur Indonesia hanya karena praktik atau sistem tersebut tidak tertulis
secara resmi. Oleh sebab itu, mendokumentasikan kearifan lokal secara tertulis sangat
penting. Diskusi antara kelompok masyarakat lokal dan para pemuda juga diperlukan agar
nilai-nilai sasi laut dapat diwariskan ke generasi berikutnya.
Kedua, masyarakat pesisir yang menjalankan kearifan lokal perlu mendapatkan pengakuan,
misalnya melalui pengakuan sebagai masyarakat adat oleh pemerintah. Setelah
dilembagakan, masyarakat pesisir dapat diikutsertakan dalam rencana zonasi pesisir dan
pulau kecil atau bahkan memiliki wilayah mereka sendiri. Dengan begitu, masyarakat akan
memiliki wewenang untuk mengatur wilayah adat mereka dan menerima pendanaan dari
pemerintah nasional untuk melakukan kegiatan pengelolaan dan operasional.
Ketiga, elemen kesejahteraan manusia (seperti identitas budaya, kesehatan spiritual dan mata
pencaharian berkelanjutan) perlu diikutsertakan dalam perumusan program konservasi
keanekaragaman hayati. Untuk itu, para peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai berbagai dimensi kearifan lokal dalam mode mental masyarakat setempat.
Jika model mental dapat dituangkan ke dalam rancangan konservasi, kita dapat melihat
pendekatan yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat sekaligus melestarikan
alam di saat yang bersamaan.

Referensi : Menjadikan "Sasi Laut" Solusi Konservasi Laut Indonesia Timur | WRI Indonesia (wri-
indonesia.org)

Anda mungkin juga menyukai