2. Teresia Br Ginting
4. Willy Simbolon
7. Khairul Zikri
8. Shintia Nathasia
9. Rosa Pratiwi
Wilayah tangkapan.
- Wilayah perairan yang menjadi daerah tangkapan nelayan di Sulawesi Utara cukup
beragam. Wilayah perairan yang diklaim penduduk pada desa-desa nelayan Salurang,
Bentenan dan Ratatotok Dua.
- Di Salurang wilayah tangkapan mereka sangat terbatas karna berada di sekitar
wilayah desa sampai kurang lebih dua mil jauhnya dari pantai.
- Wilayah perairan tangkapan penduduk desa Bentenan berada di perairan teluk
Bantenan, di perairan Bentenan terdapat nener (benih bandeng) yang terbentang
sepanjang 2 km di pantai Desa Bentenan.
- Perairan tangkapan desa Ratatotok Dua berada di bagian selatan perairan teluk totok.
-
Unit pemegang hak
Disalurang terdapat hal individual untuk menangkap ikan selar, bahkan hak ini berlaku
untuk nelayan luar, asalkan mereka menggunakan alat tangkap traditional mereka (jala).
Sekalian ada hak individual didalam penangkapan ikan selar, ada ketentuan yang
mengikat bersama diantara nelayan untuk menaati dalam kegiatan penangkapan ikan
secara bersama-sama (malombo). Otoritas mengatur malimbo berada di tangan tonaas
yaitu seorang pemimpin tradisional dalam malombo.
Di Ratatotok, hak pengelolaan sumberdaya lebih bersifat individual dan itu terjadi
pada kasus penanaman alat tangkap bagan. Peranan desa tidaklah begitu jelas dalam hal
pengelolan bagan. Aturan penanaman bagan tersebut bertujuan agar setiap nelayan
mendapatkan wilayah penangkapan yang agak luas.
Di bantenan, klaim hak penguasaan atas sumberdaya (nener) terjadi ketika terdapat
peluang pasar nener. Klaim terhadap wilayah perairan tangkapan nener mendorong
masyarakat nelayan bantenan membuat aturan tangkap penangkapan nener (menyere).
Legalitas
Kasus klaim atas sumberdaya yang terjadi di bantenan sepintas menunjukan gambaran
kasus penambangan emas rakyat. Ketika masyarakat menemukan sumberdaya yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, muncul pengkaplingan terhadap sumberdaya. Fenomena
kepemilikan atas sumberdaya tertentu (common property rights) memang tidak pernah
diakui oleh negara. Selama ini wilayah perairan selalu dianggap sebagai milik negara
(state property).
Sistem analisis peranan atau fungsi bersumber dari suatu titk tolak kontekstual
(wilayah rangkaian masalah – masalah) dan mengacu pada rasionalitas aksi aau tindakan
pelaku dalam pemikiran untuk pembentukan maksimisasi “efisiensi” atau “keperluan”
dengan pengadaptasian beragai tujuan (lihat, Parson,1985). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa melalui analisis peranan ini seperti dalam praktik hak ulayat lut,akan dapat diketahui
konsep – konsepsi pemanfaatannya didalam kehidupan sehari hari. Sistem analisis teroritik
dimaksud sebagai langkah untuk mengungkapkan ide-ide / pengetahuan masyarakat,termasuk
di dalamnya pengethuan lokal (lokal knowledge) yang mencakup konsepsi-konsepsi,preposisi
sebagai basis pengetahuan dan mendasari suatu tindakan atau aksi, oleh karena itu
dihubungkan dengan subyek pembahasan ,yaitu praktik sitem hak ulayat melalui sistem
teroritik akan diperoleh latar belakang sosio-kultural pelaksanaan hak ulayat laut itu.
Alam analisis – analisis ini akan memprtlihatkan persamaan dan perbedaannya yang meliputi: