Nim: 200905053
III
Kasus sengketa, menurut Epstein, merupakan “unit analisis” yang sangat subur
dimana “bahan-bahan yang digunakan tidaklah terutama dipakai sebagai ilustrasi, tetapi
sebagai penyediaan data mentah untuk tujuan analisa, dengan memilah-milah helaian yang
bermacam-macam dalam gulungan fakta untuk mengungkapkan prinsip-prinsip dan
keteraturan-keteraturan yang mendasarinya”.
Dengan cara ini, para pakar yang banyak mengandalkan pada data lapangan seperti
Gluckman, Bohanna, Gulliver dan Epstein sendiri, memang telah sangat memperkaya
pemahaman kita mengenai sejumlah prinsip-prinsip utama dan gagasan-gagasan, dan cara-
cara bagaimana prinsip-prinsip dan gagasan itu diterapkan dalam proses hukum dari jenis-
jenis masyarakat yang terorganisir secara berbeda.
VI
Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan telah dikembangkan tiga alur
pengkajian hukum:
1. Alur ideologis dalam cara pengkajian itu diidentifikasikan aturan yang umumnya
di lingkungan masyarakat bersangkutan dipersepsikan sebagai pedoman untuk
berlaku dan memang dianggap seharusnya menguasai perilaku.
2. Alur deskriptip yaitu mengkaji bagaimana orang nyata-nyatanya berlaku
3. Mengkaji ketegangan-ketegangan, perselisihan, keonaran, keluhan-keluhan.
Dari ketiga alur tersebut dapat dikaji apakah merupakan sengketa, bagaimanakah
motif dari orang yang berperilaku, dan apakah yang dilakukan untuk mengatasinya, untuk
menyelesaikannya, norma-norma ideal yang ada haruslah dicatat dan direkam karena norma-
norma ideal itu menjadi pedoman orang dalam berperilaku. alur yang paling tepat untuk dapat
mengungkapkan hukum memang “bekerja” dalam masyarakat, adalah alur yang ketiga.
VIII
Mediasi adalah salah satu bentuk negosiasi antara dua individu atau kelompok dengan
melibatkan pihak ketiga dengan tujuan membantu tercapainya penyelesaian yang bersifat
kompromistis. Adapun penunjukkan pihak ketiga sebagai mediator karena:
IX