karena itu apabila sengketa terjadi maka cara penanganannya bersumber dari
nilai budaya masyarakat Minangkabau.
benar-benar otonom. Ketiga, hukum dipahami sebagai sarana atau alat untuk
mengatur masyarakat, maka metode yang digunakan adalah metode sosiologis.
Bahwa sesungguhnya hukum merupakan karya manusia sebagai cerminan
kehendak, sasaran-sasaran masyarakat yang ingin dicapainya. Dalam literature
dikenal beberapa tujuan hukum. Pertama, Teori etis, bahwa hakikat keadilan
itu terletak pada penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan. Terdapat dua
pihak yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan.
Kedua, Teori Utilitas penganutnya Jeremy Bentham berpendapat bahwa tujuan
hukum adalah untuk menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam
jumlah sebanyak-banyaknya. Ketiga,
Teori Campuran yang berpendapat
bahwa tujuan pokok hukum adalah ketertiban sebagai syarat masyarakat teratur.
Hoebel menyimpulkan adanya empat fungsi hukum, yaitu :
1. Menetapkan hubungan antara para anggota masyarakat, menunjukan apa
yang diperkenankan dan apa yang dilarang
2. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci siapa yang boleh
melakukan dan mentaatinya sekaligus memberi sanksi yang tepat dan
selektif
3. Menyelesaikan sengketa
4. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi kehidupan yang berubah
Dalam masyarakat sederhana hubungan antar masyarakat terjalin sangat
erat berdasar azas kekerabatan, sebaliknya dalam masyarakat yang sudah
semakin kompleks, tidak cukup dibutuhkan tatanan hukum primer (primarity
rules) melainkan sudah memiliki tatanan hukum yang memiliki kewajiban
sekunder (secondary rules of obligation)
Hukum sebagai suatu norma
Bahwa apa saja yang hendak dilakukan oleh hukum tidak terlepas dari
pengertian hukum sebagai sistem norma. Oleh karena itu maka untuk dapat
memahaminya perlu menggunakan pendekatan sistem, antara lain oleh
Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa hukum terdiri dari komponen
struktur, substansi , dan kultur. Selain itu L. Fuller berpendapat bahwa untuk
mengenal hukum harus dicermati 8 azas atau principles of legality. Hans Kelsen
juga berpendapat norma tertinggi sebagai Grundnorm atau basic norm (norma
dasar) dan Grundnorm pada dasarnya tidak berubah-ubah. Melalui Grundnorm
inilah semua peraturan hukum itu disusun dalam satu kesatuan secara hierarkis
dan juga merupakan suatu sistem. Akhirnya, norma- norma yang terkandung
dalam hukum positif itu pun harus dapat ditelusuri kembali sampai pada norma
yang paling dasar yaitu Grundnorm.
Simpulan
Bahwa pada dasarnya hukum mempunyai banyak fungsi dalam usahanya
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pemahaman ini penting artinya
untuk menghindari terjadinya kontradiksi antara norma hukum yang lebih tinggi
dengan norma hukum yang lebih rendah.
4
Bagian II
Fungsi Cita Hukum dalam Pembangunan Hukum yang Demokratis
Bahwa cita hukum yang berisi patokan nilai memiliki peran dan fungsi
yang sangat penting dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan
(RUU) yang demokratis. Cita hukum hendaknya mewarnai seluruh bangunan
hukum yang ada dan makna yang terkandung dalam cita hukum harus terwujud
dalam tatanan hukum yang demokratis
Elemen-elemen Pembentukan Hukum
Menurut Burkhardt Krems, pembentukan peraturan perundang-undangan
bukanlah merupakan kegiatan yuridis semata, melainkan suatu kegiatan yang
bersifat interdisipliner yaitu setiap aktivitas pembentukan peraturan perundangundangan memerlukan bantuan ilmu-ilmu tersebut agar produk hukum yang
dihasilkan dapat diterima masyarakat. Metoda pembentukan peraturan
perundang-undangan menentukan apakah suatu peraturan dapat mencapai
sasarannya, untuk itu bantuan sosiologi hukum, ilmu sosial lainnya sangat
diperlukan
Peran produk hukum
Hukum adalah dasar dan pemberi petunjuk bagi semua aspek kegiatan
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Rakyat Indonesia dalam
kehidupan politik, sosisal, ekonomi harus berpedoman oleh hukum. Kehadiran
hukum diharapkan dan menimbulkan suatu kemantapan dan keteraturan dalam
menyelenggarakan kebutuhan-kebutuhan seluruh anggota masyarakat.
hukum.
Bahwa proses penyusunan peraturan perundang-undangan yang
demokratis sangat ditentukan dan diwarnai oleh struktur masyarakat, sistem
politk dan landasan nilai suatu negara
Kesimpulan
Keadaan hukum tidak dapat dipahami terlepas dari konteks sosial dan
konteks politik. Mencari model penyusunan peraturan perunang-undangan yang
demokratis, diharapkan dapat menghasilkan kondisi hukum yang responsif
sehingga dapat menjawab berbagai tuntutan di masyarakat. Hal ii dapat dicapai
apabila legal and political aspirations integrated, acces enlarged by integration
of legal and social advocacy. Di samping itu, penyusunan peraturan perundangundangan yang demokratis membutuhkan partisipasi, problem centered dan
pendelegasian yang lebih luas.