Anda di halaman 1dari 4

PERTEMUAN KE 5

Antropologi Hukum adalah ilmu yang membahas tentang Manusia dalam kaitannya
dengan Kaidah-kaidah sosial yg bersifat Hukum.

Hubungan Ilmu Antropologi Dengan Ilmu Hukum


Dalam perspektif antropologi hukum, hukum lahir dari kebudayaan. Melihat hal
tersebut di atas tentunya menyadarkan kepada kita akan peran Antropologi Hukum sebagai
sebuah perspektif untuk melihat berbagai macam corak hukum yang lahir dan berkembang
pula dari berbagai corak dan ragam kebudayaan. Mempelajari Antropologi Hukum berarti
kita melihat sebuah realitas, kenyataan atas kehidupan hukum yang sesungguhnya yang
berjalan di masyarakat.
Hal ini karena para ahli antropologi mempelajari hukum bukan semata-semata sebagai
produk dari hasil abstraksi logika sekelompok orang yang diformulasikan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan semata, tetapi lebih mempelajari hukum sebagai perilaku dan
proses sosial yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat.Hukum dalam perspektif
antropologi dipelajari sebagai bagian yang integral dari kebudayaan secara keseluruhan, dan
karena itu hukum dipelajari sebagai produk dari interaksi sosial yang dipengaruhi oleh aspek-
aspek kebudayaan yang lain, seperti politik, ekonomi, ideologi, religi,struktur sosial.
Satu hal yang dapat kita ambil dari antropologi hukum, adalah diharapkan dapat
memunculkan kesadaran atas kenyataan adanya keberagaman hukum karena beragamnya
budaya. Beragamnya hukum tersebut jangan dimaknakan sebagai pertentangan hukum
(conflict of laws), tetapi patut dianggap sebagai khazanah kekayaan hukum yang akan
mampu memperkuat serta memperbaharui hukum nasional. Di sisi lain akibatnya adalah
memunculkan sikap toleransi untuk menghargai umat manusia yang beragam pola fikir,
karakter, pemahaman, dan tentunya juga beragam hukum.

PERTEMUAN KE 6
Awal pemikiran antropologis tentang hukum dimulai dengan studi-studiyang
dilakukan oleh kalangan ahli antropologi dan bukan dari kalangan sarjanahukum. Awal
kelahiran antropologi hukum biasanya dikaitkan dengan karyaklasik Sir Henry Maine yang
bertajuk The Ancient Law yang diterbitkan pertamakali pada tahun 1861. Ia dipandang
sebagai peletak dasar studi antropologistentang hukum melalui introduksi teori evolusionistik
(the evolusionistic theory)mengenai masyarakat dan hukum, yang secara ringkas
menyatakan: hukumberkembang seiring dan sejalan dengan perkembangan masyarakat,
darimasyarakat yang sederhana ( primitive ), tradisional, dan kesukuan (tribal) kemasyarakat
yang kompleks dan modern, dan hukum yang inherent dengan masyarakat semula
menekankan pada status kemudian wujudnya berkembangke bentuk kontrak (Nader, 1965;
Roberts, 1979; Krygier, 1980; Snyder, 1981).
Pada awal abad ke-20 metode kajian hukum dari belakang meja mulai ditinggalkan,
dan mulai memasuki perkembangan metode studi lapangan(fieldwork methodology ) dalam
studi-studi antropologis tentang hukum. KaryaBarton, misalnya yang berjudul Ifugao Law
yang dipublikasikan pertama kalipada tahun 1919 merupakan hasil dari fieldwork yang
intensif dalam masyarakatsuku Ifugao di Pulau Luzon Philipina. Kemudian, muncul karya
Malinowskiberjudul Crime and Custom in Savage Society yang pertama kali
dipublikasikanpada tahun 1926 adalah hasil studi lapangan yang komprehensif
dalammasyarakat suku Trobrian di kawasan Lautan Pasific, dan seterusnya sampaisekarang
metode fieldwork menjadi metode khas dalam studi-studi antropologihukum.
Studi-studi antropologis tentang hukum sebagai sarana pengendalian sosial (social control) di
berbagai komunitas masyarakat di berbagai belahan dunia ini, yang dilakukan oleh kalangan
ahli antropologi, telah memberi kontribusi yang sangat penting dan bermakna dalam
pengembangan konsep dan pemahaman mengenai hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Hal ini karena para ahli antropologi mempelajari hukum bukan semata-semata sebagai
produk dari hasil abstraksi logika sekelompok orang yang diformulasikan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan semata, tetapi lebih mempelajari hukum sebagai perilaku dan
proses sosial yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat.

PERTEMUAN KE 7

Definisi Antropologi Hukum

Antropologi berasal dari bahasa Yunani, Antropos yang artinya manusia dan Logos
yang artinya ilmu. Ilmu tentang hayati terdiri dari:

1. Paleo Antropologi, yaitu mempelajari tentang asal usul manusia dan


perkembangannya. Metode yang digunakan dengan penggalian fosil-fosil. Bagian
yang dipelajari adalah organ-organ dalam tubuh.
2. Antropologi Fisik, yaitu mempelajari bentuk-bentuk manusia, baik bagian dalam
maupun bagian luar tubuh. Tujuannya mempelajari corak ragam manusia.

Pembagian Antropologi
Antropologi mempelajari perkembangan kehidupan manusia dan budayanya, dengan
cabang-cabang ilmu, diantaranya; ilmu PraSejarah untuk mempelajari kehidupan asal usul
manusia, dan untuk mengetahui ragam bahasa manusia maka harus mempelajari
Etnolinguistik, sedangkan ilmu yang mempelajari cara manusia berbangsa dan berbudaya
disebut Etnologi.
Antropologi adalah studi ilmu yang mempelajari tentang manusia dari Aspek Budaya,
Perilaku, Nilai, Keanekaragaman, dan lainnya.
Antropologi terbagi dalam: Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik, Antropologi
Pendidikan, dan Antropologi Hukum.
Antropologi Hukum merupakan ilmu yg mempelajari manusia dengan kebudayaan,
khususnya di bidang Hukum, atau ilmu tentang Manusia dalam kaitannya dengan Kaidah-
kaidah sosial yang bersifat Hukum.

PERTEMUAN KE 8
Budaya dan Kebudayaan Hukum
Kebudayaan hukum adalah kekuasaan yang digunakan oleh penguasa untuk mengatur
masyarakat agar tidak melanggar kaidah-kaidah sosial yang telah ada dalam masyarakat.
Hukum diperlukan meski telah ada kaidah atau norma dalam masyarakat, agar terdapat
keteraturan dalam kehidupan manusia melalui hukum tertulis dengan sanksi yang nyata
disamping norma dan kaidah yang sanksinya lebih bersifat sosial atau akhirat.
Sebagai Ilmu Pengetahuan, Antropologi Hukum dicirikan oleh 3 (tiga) hal yaitu adanya:
Objek, Metode, dan Sistem
Antropologi Hukum sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan spesialisasi dari
Antropologi Budaya, memiliki karakter:
1. Antropologi Hukum, adlah Ilmu pengetahuan (logos) tentang Manusia (antropos) yg
berhubungan dengan Hukum
2. Manusia, adlah manusia yg hidup bermasyrakat, masyarakat yg masih sederhana
budayanya (primitif) dan yg sudah Maju (modern)
3. Budaya adalah Budaya Hukum, yaitu segala bentuk perilaku budaya manusia yg
mempengaruhi Masalah Hukum
Budaya adalah milik bersama yang perlu dipertahankan atau dilestarikan.
Budaya hukum adalah tanggapan masyarakat terhadap suatu perbuatan yang dianggap baik,
yang hal ini juga bergantung pada sikap penegak hukum.
Nilai budaya atau Postulat adalah nilai yang ada dalam masyarakat modern dan masyarakat
sederhana yang dinilai baik atau dipertahankan.
Masalah Hukum tidaklah hanya pada masalah hukum yang normatif (undang-undang),
atau masalah hukum yang merupakan pola perilaku yg sering terjadi (hukum adat ), tetapi
juga masalah budaya terhadap suatu masalah Hukum, dikarenakan adanya Faktor Budaya
yang mempengaruhinya, yaitu:
a) Faktor-faktor Budaya yg melatarbelakangi Masalah Hukum ; misalnya, Cara-cara
menyelesaikan Masalah Perselisihan dikalangan Orang Batak, tidak sama dengan
orang Minang, Jawa, Bali, Maluku dan lainy
b) Cara-cara tersebut menjai Objek perhatian Antrop Hukum

PERTEMUAN KE 9
Valerine J.L Kriekhoff berangkat dengan mempersepit sudut pandang tulisan-nya
dengan pendekatan antropologi budaya dan menggunakan tiga perspektif: holistis, empiris-
kualitatif, dan komparatif.Perspektif holistis tentang studi hak masyarakat adat atas tanah
termuat dari berbagai terminologi tanah yang terkait erat dengan sistem atau struktur
kekerabatannya, seperti: tanah serandung di Tumbang Malahoi, dan tanaq duwe tengaq di
Bayan, dusun soa di Maluku Tengah, pusako pambaoan di Minangkabau, dan nini nai di
Karo.
Lalu dalam pendekatan empiris-kualitatif merupakan pendekatan yang digunakan
untuk mendapatkan data lapangan untuk mengetahui siapa yang menguasai tanah dan
bagaimana bentuk penguasaannya. Kandungan dari istilah hak atas tanah akan dapat tidak
sejalan dengan kenyataan yang ada. Studi ini menggunakan analytical concept yang
menghasilkan istilah-istilah tentang tanah adat yang mempunyai beragam konotasi seperti:
tanah komunal dan tanah ulayat di Minangkabau, tanah adat dan tanah paoman di Bayan dan
tanah lokasi tajahan tiwah di Tumbang Malahoi. Hasil penelitian studi adat Valerine
J.L.Kriekhoff di tiga tempat tersebut menemukan bagaimana pranata adat tersebut rentan
terhadap berbagai aturan yang berlaku, terhadap berbagai pengaruh eksternal dan perubahan
yang internal.
Terakhir, Valerine J.L Kriekhoff menggunakan pendekatan komparatif atau
perbandingan yang menurutnya lazim dikenal dalam antropologi/antropologi hukum dalam
studi tentang tanah adat. Pendekatan komparatif di tiga tempat untuk melihat bagaimana hak
tanah adat berlangsung telah memperkaya informasi dan data historis. Dalam melihat hak
masyarakat adat atas tanah dari perspektif antropologi sangat memerlukan pemahaman
tentang kebudayaan dan budaya. Menurut Valerine J.L Kriekhoff, konsep kebudayaan dan
budaya ini mengarahkan kita pada pengakuan bahwa dari data lapangan masih ditemui
adanya aturan yang pluralistis (legal pluralism) misalnya dalam pengaturan tanah yang
tradisional, lalu dapat berwujud pola tingkah-laku yang terikat pada kelompok-kelompok
tertentu: menjadi “adat istiadat”.
TUGAS RESUME

ANTROPOLOGI HUKUM

ANDI FIKRI
D 101 16 755

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2018/2019

Anda mungkin juga menyukai