Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS YURIDIS RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI HUKUM DAN

DINAMIKANYA

Muhammad Daffa Atha Redha


Email: mdaffaatha2002@gmail.com
No BP: 2010003600361
UNIVERSITAS EKASAKTI PADANG

A. PENDAHULUAN

Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan,

memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu

kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya . Secara umum analisis nantinya

bertujuan untuk mendapatkan data rinci atas suatu hal dan akan dimanfaatkan dalam berbagai

keperluan oleh orang yang cukup bersangkutan.

Sedangkan yuridis merupakan nama lain dari hukum itu sendiri dan yuridis lebih banyak

dipergunakan untuk menegaskan aspek kekuatan hukum atau landasan dari suatu hal yang

telah diatur secara mengikat oleh hukum. Analisi Yuridis berarti mempelajari dengan

cermat,memeriksa suatu pandangan atau pendapat dari segi hukum.

Antropologi hukum timbul sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dimulai sejak

adanya kerja sama sarjana antropologi E. Adamson Hoebel dan sarjana hukum Karl Llewellyn

di Amerika Serikat antara tahun 1933 sampai 1962, terutama dalam kerja samamereka berdua

mempelajari suku Indian Cheyenne (perhatikan William Twining, 1973), sehingga

menghasilkan teori dasar dan inspirasi untuk menggunakan metode kasus.

Walaupun ia telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri, tidak berarti bahwa antropologi

hukum tidak ada hubungannya dengan ilmu lain. Lebih lanjut dibawah ini dikemukakan

hubungan dan perbedaannya dengan hukum adat, etnografi (etnologi), sosiologi hukum, ilmu
jiwa sosial dan ajaran hukum keagamaan.

B. PEMBAHASAN

Antropologi Hukum dan Hukum Adat

Hukum adat itu tidak sama pengertiannya dengan Antropologi Hukum, walaupun ada
persamaan dalam pangkal tolak mempelajarinya ialah mulai dari masyarakat sederhana,
namun metode pendekatan dan latar belakang sejarahnya berbeda.

Kecenderungan orang menyamakan pengertian antropologi hukum dan ilmu pengetahuan


adat. adalah dikarenakan pokok perhatian kedua ilmu ini bukan pada masyarakat yang sudah
maju seperti masyarakat barat, tetapi pada masyarakat yang sederhana di mana kehidupan
hukum dan budayanya belum kompleks (aneka ragam).

Jelasnya antara kedua ilmu ini tidak sama pengertiannya. Nama ilmunya saja sudah
berbeda, tetapi boleh saja dikatakan’serupa tidak sama’, serupa sasaran objeknya tetapi tidak
sama metode pendekatannya. Antropologi hukum adalah spesialisasi dari Antropologi-
budaya, Sedangkan ilmu hukum adat adalah bagian dari ilmu hukum. Gambaran perbedaan
antara kedua ilmu tersebut adalah sebagai berikut:
No Antropogi Hukum Ilmu hukum adat
a Objeknya, perilaku manusia Objeknya, norma-norma
menyangkut hukum hukum diluar hukum perundangan
b Metode pendekatan holistik Metode pendekatan normatif yuridis
(menyeluruh). (mengkhusus)
c Penelitian lebih banyak Penelitian lebih banyak bersifat
dilapangan, dengan tidak perhatian kepustakaan dan dokumentasi, dengan
pada kasus perselisihan memperhatikan norma-norma yang ideal.
d Norma-norma hukum yang nyata, Norma-norma hukum yang dikehendaki
pada titik akhir (seharusnya) berlaku, pada titik titik awal.

Dengan demikian objek permasalahan dalam antropologi hukum lebih luas, oleh karena

perilaku manusia itu bermacam-macam, sifat watak dan tingkah lakunya berbeda dan berubah-

ubah, dipengaruhi keadaan waktu dan tempatnya.


Pendekatan antropologi hukum bersifat holistik. Mempelajari semua budaya yang

Pendekatan antropologi hukum bersifat holistik. Mempelajari semua budaya yang terkait

dan melatarbekangi peristiwa hukum yang terjadi.

Penelitian antropologi hukum lebih banyak dan sebagian besar di lapangan, di

tempat-tempat yang menjadi objek penelitian, para peneliti harus sebanyak mungkin

mendapatkan data-data kasus perselisihan dan mengetahui dengan mata kepala sendiri fakta-

fakta yang terjadi dan bagaimana perilaku manusianya dalam menyelesaikan perselisihan

itu. Ilmu hukum adat tidak sejauh itu, namun sebagai ilmu pengetahuan hukum ia juga

melukiskan gejala-gejala yang diketahuinya, ia ingin mengetahui hubungan sebab akibat

dari gejala-gejala lain. Untuk tujuan tersebut ilmu hukum adat juga menggunakan metode

sejarah, sosiologi, antropologi, perbandingan hukum, bahkan filsafat. Tetapi ilmu hukum

adat lebih banyak dalam studinya dapat berusaha dari belakang meja dan seperlunya saja

terjun ke lapangan.

Selanjutnya dalam kita mengaitkan hubungan antropologi hukum dan ilmu hukum

adat dan hukum adat itu sendiri di Indonesia kita harus berpijak bukan saja pada kebutuhan

ilmiah, tetapi juga kebutuhan pembangunan dan pembinaan bangsa. Bahwa sejarah hukum

di Indonesia telah menunjukan bahwa bangsa ini hanya sebagian kecil yang hidupnya

primitif dan sekarang bertambah sedikit, oleh karenanya kita tidak boleh terlalu berpedoman

pada pendapat dan hasil penelitian orang asing yang di sana sini tentu masih ada cacat

kekurangannya.

Kemudian suatu hal yang kurang mendapat perhatian para peneliti barat, yaitu

pengaruh ajaran-ajaran kesaktian, kepercayaan keagamaan (aliran kepercayaan), adanya


pengaruh hukum agama hindu dan hukum agama islam ke dalam perilaku hukum manusia

Indonesia.

Antropologi Hukum dan Etnologi

Etnologi (bahasa yunani, etnos = bangsa) adalah ilmu bangsa-bangsa, yang

mempelajari unsur-unsur atau masalah-masalah kebudayaan suku bangsa dan masyarakat

penduduk suatu daerah di seluruh dunia secara komparatif, dengan tujuan mendapatkan

pengertian tentang sejarah dan proses evolusi serta persebaran kebudayaan umat manusia di

muka bumi.

Dengan demikian etnologi yang kita maksudkan disini adalah etnologi dalam

pengertiannya yang lama. Sebagai ilmu bangsa-bangsa yang berkaitan dengan hukum

(etnologi hukum) dan lukisan tentang etnologi hukum yang disebut Etnografi Hukum, yang

sifatnya diakhronis.

Di Indonesia dan Belanda sesungguhnya bahan-bahan etnologi hukum yang sekarang

disebut antropologi hukum itu sudah banyak mengisi perpustakaan. Sejak pertengahan abad

18 sudah banyak dokumentasi kepustakaan tentang antropologi hukum yang tentunya belum

ilmiah, yang ditulis oleh para musafir pengelana, para pegawai Kompeni Belanda-Inggris,

para penyebar injil, para pegawai pemerintahan dan lainnya.

Dengan demikian di Indonesia etnologi hukum atau yang disebut antropologi hukum

itu merupakan sumber bahan bagi ilmu pengetahuan Hukum Adat, sebagai ilmu yang

mempelajari hukum rakyat atau hukum di luar hukum perundangan yang dibuat oleh

penguasa pemerintahan Belanda. Bahan-bahan etnologi hukum tersebut dan bahan-bahan

hukum adat yang terdapat dalam kepustakaan lama itu, bagi Indonesia sekarang adalah
sumber-bahan bagi Antropologi Hukum Indonesia yang modern dan ilmu pengetahuan

hukum adat yang modern, dalam rangka menunjang pembaguna dan pembinaan hukum

nasional.

Antropologi Hukum dan Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses dalam masyarakat, ia

mencoba menemukan hukum-hukum yang menguasai proses tersebut. Ia mempelajari

gejala-gejala sosial, hubungan antara pribadi dan pribadi, pribadi dan masyarakat, antara

golongan masyarakat yang satu dan yang lain, lembaga-lembaga masyarakat, idea-idea

sosial, dan lainnya. Apabila yang dipelajari memusatkan perhatian pada hukum sebagai

gejala dalam kehidupan masyarakat (ekonomi, sosial dan lain-lain) dengan kaidah-kaidah

hukum dan asas-asas hukum yang berlaku dalam masyarakat, bagaimana fungsi hukum

dalam kenyataannya di masyarakat, apakah kaidah-kaidah hukum itu nyata berlaku, maka

dengan ruang lingkup batas tersebut ia disebut sosiologi hukum.

Dengan demikian hampir tidak ada perbedan objek antara sosiologi hukum dan

antropologi hukum, dan kedua ilmu tersebut sama-sama tidak melakukan pendekatan

normatif semata-mata, tetapi menekankan pada kenyataan yang empiris, baik yang nampak

dalam keputusan petugas hukum maupun yang nampak dalam prilaku. Namun di lihat dari

latar belakang sejarahnya kedua ilmu itu berbeda, hal mana perhatikan bagan dibawah ini.

Perbedaan antropologi hukum dan sosiologi hukum.

No ANTROPOLOGI HUKUM SOSIOLOGI HUKUM


a Sejarah timbulnya dari kehidupan Sejarah timbulnya dari kehidupan
masyarakat pedesaan (agraris) di masyarakat sebagai akibat kemajuan
dunia timur (daerah jajahan). industri (di dunia barat)
b Masyarakat manusia di dunia timur Masyarakat barat, bersifat heterogen
berbeda budaya dari budaya barat dengan hukumnya yang kompleks.
c Cara berpikir dan berperilaku Cara berpikir dan berperilaku serba
manusianya bersifat tradisonal, konseptual, individualisme, liberalisme,
magis religious dan komunial berdasar kepentingan semata
d Baranggapan bahwa hukum itu Beranggapan bahwa sistem hukum itu

bersifat universal, terdapat bukan bersifat modern seperti halnya di dunia


saja di dunia maju (modern) tetapi barat (Eropa)
juga pada masyarakat sederhana
(primitif)
e Hukum yang dipelajari kebanyakan Hukum itu kebanyakan tertulis
tidak tertulis dan bersifat lokal (kodifikasi unifikasi) perundangan yang
sistematis dan bersifat nasional.

Dimasa sekarang kedua ilmu ini sudah bertemu dilapangan yang sama baik didesa

atau dikota dikarenakan neagara-negara terbelakang sudah mulai maju, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi dan globalisasi mendekatkan hubungan antara bangsa yang satu

dan bangsa yang lain. Patut diperhatikan apa yang dikatakan Fuad Hasan sebagai berikut:

‘Di kalangan ilmuan sosial, tidak sedikit gejala-gejala kemasyarakatan yang

memaksakan pendekatan dan pemahaman baru; bahkan adakalanya konsep-konsep serta

bagan-bagan lama mulai terasa using; demikian juga terasa mendesaknya keperluan untuk

melakukan redefinisi sebagai konsep dalam ilmu-ilmu sosial. Semakin terbukanya kehidupan

bersama dan semakin mudahnya komunikasi antar masyarakat serta makin gencarnya arus

pertukaran informasi jelas berdanpak terhadap masyarakat yang bersangkutan. Hamper tak

mungkin lagi kita bisa menemukan masyarakat yang tertutup dan kedap terhadap pengaruh

eksternal’.

Antropologi Hukum dan Psikologi Sosial


Ilmu jiwa sosial atau ilmu jiwa masyarakat mempelajari perilaku manusia sebagai

mahluk masyarakat, bagaimana prilaku seseorang dalam masyarakat, hilangnya ikatan- ikatan

tradisi karena pengaruh masyarakat, pengaruh individu atas masyarakat, peranan seorang

pemimpin atau suatu organisasi, kegairahan bekerja, masalah waktu senggang dan lain

sebagainya, Jadi titik perhatiannya ditujukan terhadap bagaimana pergaulan antara orang

yang satu dan orang yang lain, antara individu dan masyarakat, bagaimana sikap perilaku dan

watak pembawaannya dalam melakukan kegiatan sosial, budaya, ekonomi, politik dan

hukum.

Kebanyakan para ahli jiwa sosial tertarik mempelajari apakah yang menjadi motivasi

(alasan yang mendorong) seseorang ikut campur menyelesaikan perkara orang lain, yang

bukan anggota kerabatnya, bagaimana persepsinya (pandangannya) terhadap adat istiadat

setempat. Apakah seorang hakim yang mengadili suatu perkara tidak dipengaruhi oleh

keluarga dan kerabat si tertuduh. Bagaimana dan bentuk masyarakat atau susunan masyarakat

yang meliputi pribadi tersangka itu tidak saling pengaruh mempengaruhi. Apakah masyarakat

adat bersangkutan masih sering mengadakan upacara adat? Bagaimana jika hakim desa

(dorps-rechter) menghadapi dan menyelesaikan perkara perselisihan yang datang dari

lingkungan masyarakat (kerabat/tetangga), dan bagaimana pula jika salah satu terperkara itu

berasal dari luar kelompok masyarakat mereka; samakah sistem pelayanan hakim atas

perkara tersebut.

Oleh karena antropologi hukum juga mempelajari perilaku manusia dengan

mengutamakan penelitian kasus perselisihan yang terjadi, dengan norma-norma hukum dan

perilaku hukum berdasarkan kenyataan yang sungguh berlaku. Maka dengan memiliki ilmu

jiwa masyarakat karya studi antropologi hukum akan menjadi lebih mudah studinya. Dengan
demikian psikologi sosial merupakan ilmu pembantu bagi antropologi hukum.

Dengan demikian ilmu jiwa sosial dalam proses melakukan studi antropologi hukum,

di samping ilmu pengetahuan lainnya merupakan ilmu-ilmu pembantu untuk memudahkan

dan melancarkan jalannya studi kasus.

Antropologi Hukum dan Religi

Religi atau keagamaan mengandung arti adanya hubungan manusia dengan kekuasaan

yang berada diluar kekuasaannya manusia. Adanya hubungan manusia dengan kekuasaan

yang ghaib dikarenakan manusia mempunyai kepercayaan atau keyakinan terhadap

kekuasaan yang luar biasa di alam sekelilingnya. H.M Yamin menyatakan sampai tahun 1931

van vollenhoven hanya menyangka, bahwa beberapa tatanan hukum adat, seperti hak

lingkungan desa dan negara adalah penjelmaan pikiran atau kepercayaan luhur, sedangkan

hukum adat itu berasal dari zaman jahiliyah purbakala Malaio-Polinesia. Baru dalam tahun

1931 beliau berkata, bahwa hukum adat itu berdasarkan kepercayaan istimewa kepada

kesaktian (Hm. Yamin, 1960: 66).

Adanya agama dan kepercayaan yang bermacam itu mempengaruhi perilaku-perilaku

hukum dan peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi di dalam masyarakat. Memang sedikit

yang menjalankan agamanya dengan penuh taqwa, dengan demikian pentingnya pengetahuan

agama dalam studi Antropologi hukum pada masyarkat pedesaan, ialah sebagai sumber

bahan untuk memahami perilaku hukum anggota masyarakat.

MANFAAT ANTROPOLOGI HUKUM

Kemanfaatan antropologi hukum tidak hanya saja dapat dilihat dari segi kebutuhan
teoritis tetapi juga dari segi kebutuhan praktis. Bagi kebutuhan teoritis ialah dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan mutu berpikir ilmiah, khususnya di

lingkungan perguruan tinggi ilmu-ilmu sosial terutama yang mempelajari masyarakat

manusia dan budaya hukumnya. Bagi kebutuhan praktis ialah dalam rangka pembangunan

hukum, pembentukan peraturan hukum, penegakan dan penerapan hukum dan keadilan bagi

kehidupan masyarakat.

1. Manfaat Bagi Teoritisi

Para teoritasi yang dimaksud ialah para ilmuan dan mahasiswa ilmu-ilmu sosial,

terutama para sarjana dan calon sarjana ilmu hukum dan ilmu antropologi hukum, yang tugas

dan peranannya lebih banyak mengabdikan diri bagi kepentingan memajukan ilmu

pengetahuan hukum. Termasuk dalam golongan ini ialah para tenaga peneliti ilmiah hukum,

para dosen, asisten, staf pengajar dan mahasiswa yang lebih banyak berpikir dan berprilaku

sebagai pengamat (toeschouwer)terhadap kehidupan hukum sebagai gejala masyarakat.

Jadi titik tolak perhatian bagi para teoritisi bukan pada masalah perbuatan

pelanggaran hukum, kaidah-kaidah hukum, mana yang dilanggar, kaidah-kaidah hukum

mana yang menjadi dasar penetapan hukum, tetapi arah perhatiannya pada latar belakang

pandangan hidup masyarakat bersangkutan, dan bagaimana cara para anggota masyarakat

berperilaku dalam memelihara lembaga-lembaga hukum atau pranata-pranata hukum mereka.

Dengan mengetahui struktur masyarakat dan pandangan hidup masyarakat

bersangkutan, mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi perilaku-perilaku anggota

masyarakat, akan memudahkan pembuatan kesimpulan dan pemberian saran-saran yang baik

untuk memperbaiki, atau untuk mengadakan perubahan terhadap aturan-aturan hukum yang
bersangkutan.

Dengan demikian betapa pentingnya melakukan penelitian terhadap perilaku manusia

dan budaya hukumnya yang dengan nyata dalam masyarakat dengan pendekatan antropologi

hukum; agar dalam mempelajari perilaku hukum dan peristiwa hukum tidak semata-mata dari

segi kaidah-kaidah hukum yang ideal, tetapi juga dari kenyataan yang berlaku dan

mengadakan analisnya bukan hanya bertolak dengan ukuran sistematika hukum barat.

2. Manfaat Bagi Praktisi Hukum

Para praktisi hukum yang dimaksud ialah para cendikiawan hukum praktis yang cara

berpikir dan berperilaku sebagai pemain medespeler) diatas panggung arena hukum dalam

kehidupan masyarakat, yaitu para anggota Dewan Perwakilan Rakyat, para pelaksana hukum

yaitu para pejabat instansi pemerintahan, para penegak hukum, yaitu polisi, jaksa, hakim,

termasuk advokat atau pengacara dan para tersangka, penggugat, tergugat, para saksi dalam

suatu perkara, dan lainnya disekitar ruang lingkup hukum praktis di semua tingkatan.

Golongan praktisi hukum ini membutuhkan bekal pengetahuan antroplogi hukum, dalam

mereka menghadapi dan memecahkan masalah hukum praktis, apakah ketika duduk dalam

persidangan legislative, atau ketika menghadapi tuntutan rakyat yang merasa dirugikan, atau

ketika menyelesaikan perkara perselisihan di luar pengadilan (menurut hukum adat); atau di

muka pengadilan negeri (menurut hukum perundangan). Yang kesemuanya itu melibatkan

berbagai manusia dan berbagai perilaku budaya hukumnya. Bukan saja perilaku budaya

sesuai dengan tugas dan peranannya sebagai pejabat tetapi juga perilaku budaya,

sifat watak dan latar belakang yang mempengaruhinya.

3. Manfaat Bagi Praktisi Politik


Praktisi politik yang dimaksud dalam uraian ini ialah para aktivis politik, yaitu semua

orang yang yang dalam pikiran dan perilakunya berperanan dalam arena politik, baik yang

duduk dalam pelaksanaan pemerintahan (Negara), maupun yang berada diluar pemerintahan,

di lembaga-lembaga partai organisasi politik ataupun organisasi-organisasi masyarakat yang

menyangkut urusan politik. Termasuk golongan ini adalah para pejabat instansi

pemerintahan, para anggota dewan Perwakilan Rakyat disemua tingkatan, para anggota

lembaga musyawarah desa, para anggota dan pengurus partai organisasi politik, kader-kader

partai organisasi dan sebagainya. Apakah mereka ini memerlukan antropologi hukum?

Manfaat antropologi hukum bagi para praktisi ialah sebagai tolak ukur sejauh mana

para praktisi itu berperilaku politik dan berperilaku hukum. Misalnya dilihat dari pengertian

ilmu politik bagi para pejabat pemerintahan (Negara), bagi para pemegang kekuasaan

(power), bagi para pengambil keputusan. (decision making), bagi para pembuat

kebijaksanaan (policy, beleid), bagi sesuatu pembagian (distribution) atau alokasi

(allocation).

4. Manfaat Bagi Pergaulan Masyarakat

Pergaulan di antara anggota masyarakat yang satu dan yang lain, dikarenakan latar

belakang budaya dan agama, bahasa dan adat sopan santun serta perilaku hukum yang

berbeda, maka cara pendekatan terhadap orangnya berbeda. Dalam hal ini antropologi hukum

akan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang sesuatu golongan masyarakat,

misalnya dengan menerangkan tentang susunan masyarakat hukum adat dan adat istiadatnya,

sifat watak perilaku orang-orangnya, cara berkenalan, cara berbicara, cara berunding atau

bermusyawarah, cara menyelesaikan kasus perselisihan dan sebagainya.


C. PENUTUP

Hukum adat itu tidak sama pengertiannya dengan Antropologi Hukum, walaupun ada

persamaan dalam pangkal tolak mempelajarinya ialah mulai dari masyarakat sederhana, namun

metode pendekatan dan latar belakang sejarahnya berbeda. Kecenderungan orang menyamakan

pengertian antropologi hukum dan ilmu pengetahuan adat. adalah dikarenakan pokok perhatian

kedua ilmu ini bukan pada masyarakat yang sudah maju seperti masyarakat barat, tetapi pada

masyarakat yang sederhana di mana kehidupan hukum dan budayanya belum kompleks (aneka

ragam).

Di Indonesia etnologi hukum atau yang disebut antropologi hukum itu merupakan

sumber bahan bagi ilmu pengetahuan Hukum Adat, sebagai ilmu yang mempelajari hukum

rakyat atau hukum di luar hukum perundangan yang dibuat oleh penguasa pemerintahan

Belanda. Bahan-bahan etnologi hukum tersebut dan bahan-bahan hukum adat yang terdapat

dalam kepustakaan lama itu, bagi Indonesia sekarang adalah sumber-bahan bagi Antropologi

Hukum Indonesia yang modern dan ilmu pengetahuan hukum adat yang modern, dalam rangka

menunjang pembaguna dan pembinaan hukum nasional.hampir tidak ada perbedan objek antara

sosiologi hukum dan antropologi hukum, dan kedua ilmu tersebut sama-sama tidak melakukan

pendekatan normatif semata-mata, tetapi menekankan pada kenyataan yang empiris, baik yang

nampak dalam keputusan petugas hukum maupun yang nampak dalam prilaku.

Ilmu jiwa sosial atau ilmu jiwa masyarakat mempelajari perilaku manusia sebagai

mahluk masyarakat, bagaimana prilaku seseorang dalam masyarakat, hilangnya ikatan- ikatan

tradisi karena pengaruh masyarakat, pengaruh individu atas masyarakat, peranan seorang
pemimpin atau suatu organisasi, kegairahan bekerja, masalah waktu senggang dan lain

sebagainya,

Titik perhatiannya ditujukan terhadap bagaimana pergaulan antara orang yang satu dan

orang yang lain, antara individu dan masyarakat, bagaimana sikap perilaku dan watak

pembawaannya dalam melakukan kegiatan sosial, budaya, ekonomi, politik dan hukum. Adanya

agama dan kepercayaan yang bermacam itu mempengaruhi perilaku-perilaku hukum dan

peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi di dalam masyarakat. Memang sedikit yang menjalankan

agamanya dengan penuh taqwa, dengan demikian pentingnya pengetahuan agama dalam studi

Antropologi hukum pada masyarkat pedesaan, ialah sebagai sumber bahan untuk memahami

perilaku hukum anggota masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S, Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.
https://doi.org/10.14710/mmh.47.1.2018.10-21
Laurensius Arliman S, Peranan Metodologi Penelitian Hukum di Dalam Perkembangan Ilmu
Hukum di Indonesia, Soumatera Law Review, Volume 1, Nomor 1, 201.
http://doi.org/10.22216/soumlaw.v1i1.3346.
Laurensius Arliman S, Peran Badan Permusyawaratan Desa di Dalam Pembangunan Desa dan
Pengawasan Keuangan Desa, Padjadjaran Journal of Law, Volume 4, Nomor 3, 2017.
https://doi.org/10.15408/jch.v4i2.3433.
Laurensius Arliman S, Penanaman Modal Asing Di Sumatera Barat Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Supremasi Hukum, Volume
1, Nomor 1, 2018. http://dx.doi.org/10.36441/hukum.v1i01.102 .
Laurensius Arliman S, Memperkuat Kearifan Lokal Untuk Menangkal Intoleransi Umat
Beragama Di Indonesia, Ensiklopedia of Journal, Volume 1, Nomor 1, 2018,
https://doi.org/10.33559/eoj.v1i1.18.
Laurensius Arliman S, Perkawinan Antar Negara Di Indonesia Berdasarkan Hukum Perdata
Internasional, Kertha Patrika, Volume 39, Nomor 3, 2017,
https://doi.org/10.24843/KP.2017.v39.i03.p03.
Laurensius Arliman S, Partisipasi Masyarakat Di Dalam Pengelolaan Uang Desa Pasca Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Jurnal Arena Hukum, Volume 12, Nomor
2, 2019, https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2019.01202.5.
Laurensius Arliman S, Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Di Negara Hukum
Indonesia, Dialogica Jurnalica, Volume 11, Nomor 1, 2019,
https://doi.org/10.28932/di.v11i1.1831.
Laurensius Arliman S, Mediasi Melalui Pendekatan Mufakat Sebagai Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Untuk Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional, UIR Law
Review, Volume 2, Nomor 2, 2018, https://doi.org/10.25299/uirlrev.2018.vol2(02).1587
Laurensius Arliman S, Peranan Filsafat Hukum Dalam Perlindungan Hak Anak Yang
Berkelanjutan Sebagai Bagian Dari Hak Asasi Manusia, Doctrinal, Volume 1,
Nomor 2,2016.
Laurensius Arliman S, Ni Putu Eka Dewi, Protection of Children and Women’s Rights in
Indonesia through International Regulation Ratification, Journal of Innovation, Creativity
and Change Volume 15, Nomor 6, 2021.
Laurensius Arliman S, Gagalnya Perlindungan Anak Sebagai Salah Satu Bagian Dari Hak Asasi
Manusia Oleh Orang Tua Ditinjau Dari Mazhab Utilitarianisme, Jurnal Yuridis, Volume
3, Nomor 2, 2016, http://dx.doi.org/10.35586/.v3i2.180.
Laurensius Arliman S, Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0, Jurnal
Ensiklopedia Sosial Review, Volume 2, Nomor 3, 2020..

Anda mungkin juga menyukai