Anda di halaman 1dari 6

Peranan Hukum Adat Sasi Dalam Melindungi Kelestarian

Lingkungan

Nazwa Aurellia, Citra Wahyuni, Abid Tripta Pratama, Zidan Jofan


Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro,
Jl. Dr. A. Suroyo, Tembalang, Semarang, Indonesia

nzwaurellia4@gmail.com

Abstrak

Setiap orang bagaimanapun hidupnya ia akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya
sendiri. Kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-
tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya. Kebiasaan-kebiasaan yang baik
akan selalu dilkakukan pula oleh orang lain yang bermasyarakat. Bahkan begitu mendalamnya
pengakuan atas kebiasaan seseorang, sehingga dijadikan patokan bagi orang lain bahkan mungkin
dijadikan peraturan. Kebiasaan tersebut kemudian dijadikan dasar bagi hubungan antar orang-
orang tertentu, sehingga tingkah laku atau tindakan masing-masing dapat diatur dan itu semua
menimbulkan norma atau kaidah. Kaidah yang timbul dari Masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya pada suatu saat, lazimnya dinamakan adat-istiadat. Adat-istiadat yang mempunyai
akibat hukum Bernama hukum adat, namun adat-istiadat juga mempunyai akibat-akibatnya
apabila dilanggar oleh anggota masyarakat dimana adat-istiadat tersebut berlaku. Adat-istiadat
tersebut mengikat setiap orang yang ada didalam Masyarakat untuk bersikap atau bertindak. Salah
satu adat istiadat yang mengikat itu adalah sasi adat, ada nilai-nilai kearifan local dari sasi adat ini
yang mesti dijadikan sebagai nilai-nilai pendidikan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar
tetap memelihara dan menjaga kelangsungan hidup alam ciptaan ini termasuk manusia.
Pelaksanaan sasi adat dapat berfungsi untuk menjaga kelestarian alam dan juga untuk tetap
menjaga agar hasil tanaman dapat terjaga dengan baik hingga pada saat panen, dan juga menjaga
hasil tanaman dari ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Dengan demikian, diharapkan
pelaksanaan sasi adat ini dapat dilakukan secara terus menerus di dalam kehidupan bermasyarakat
sebagai wujud penghargaan manusia terhadap alam ciptaan Tuhan tetapi juga mengajarkan
manusia untuk selalu bertindak sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang telah dipercayakan
olah Allah kepadanya.
Pendahuluan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, budaya sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Setiap manusia, bagaimana pun hidupnya akan selalu
menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala
bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur
baginya. Kebiasaan-kebiasaan yang baik akan selalu ditiru dan dilakukan pula oleh orang
lain, dan lama kelamaan membudaya dalam masyarakat sebagai tradisi/adat masyarakat.
Adat-istiadat tersebut mengikat setiap orang yang ada di dalam masyarakat untuk bersikap
atau bertindak.

Di Maluku, ada negeri-negeri adat tertentu masih cukup kuat memelihara adat-
istiadatnya. Budaya dan adat-istiadat setempat sangat memegang peran penting dalam
kehidupan masyarakat. Adat-istiadat inilah yang mengatur kehidupan masyarakat dalam tutur
dan bersikap antar sesama warga maupun dengan orang lain di luar lingkungan masyarakat
atau Negeri. Salah satu adat-istiadat yang masih terpelihara walaupun dengan pergeseran-
pergeseran bentuk yakni “Sasi Adat”. Sasi adat yang dimaksud berupa tanda atau simbol agar
orang tidak semena-mena atau melakukan perbuatan yang tidak baik pada benda atau barang
milik orang lain maupun pada tempat-tempat tertentu termasuk manusia. Istilah sasi itu
sendiri bukan suatu larangan tetap tetapi temporer dan suatu bentuk penertiban dalam
mengelolah sumberdaya alam di darat maupun di laut; suatu lembaga adat untuk mengatur
penggunaan dan pemilikan sumber daya alam dalam suatu daerah tertentu.

Masyarakat sangat menghargai sasi adat yang dapat terlihat dengan segera dalam
bentuk simbol atau tanda yang ada. Ketika tanda atau simbol ini digunakan pada suatu barang
atau benda atau bahkan tempat tertentu, berarti orang lain tidak boleh melakukan kegiatan
yang bertentangan dengan tanda itu. Setiap tanda berbeda maknanya. Orang boleh
mengambil barang yang diberi tanda, tetapi harus disertai dengan perilaku yang baik dan
sopan sesuai dengan aturan yang ada di dalam sasi adat. Apabila terjadi pelanggaran terhadap
sasi adat ini, akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. Bentuk atau
tanda sasi adat Negeri Rumahsoal berbeda-beda tergantung pada benda yang disasi.
Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian Kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian seperti perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, serta lain-lain secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode obervasi dan wawancara mendalam (In-depth Interview).
Metode observasi merupakan pengamatan yang terdiri dari tindakan memberikan perhatian
pada suatu objek dengan menggunakan semua alat indera (penglihatan dan pendengaran).
Analisis kuantitatif adalah prosedur yang bekerja dengan data, mengaturnya, mengubahnya
menjadi satu kesatuan yang dapat ditampilkan, mencari dan mengidentifikasi apa yang
penting dan apa yang menyesatkan, dan menafsirkan apa yang dikatakan orang lain. Data
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif terdiri dari uraian narasi
yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

Pembahasan

Lingkungan adalah tempat dan peranan manusia diantara mahkluk hidup dan
komponen kehidupan lainnya. Sedangkan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan
semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan manusia serta mahkluk lainnya. Dalam
hubungan dengan lingkungan hidup, mahkluk hidup atau manusia memiliki tempat untuk
hidup (H. Amos Hawyel, 2000). Tempat untuk hidup dikenal dengan istilah habitat. Habitat
dari mahkluk hidup atau manusia bisa lebih dari satu dan didalamnya habitat itu manusia
memiliki cara tersendiri untuk hidup dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena
itu manusia perlu mengelola lingkungannya, agar kelangsungan hidupnya dapat
dipertahankan dari generasi ke generasi.

Sasi adalah tradisi masyarakat yang memiliki nilai hukum yang substantif yaitu
merupakan larangan sementara untuk tidak mengambil hasil hutan maupun hasil laut sampai
pada waktu tertentu. Sasi dapat dikatakan memiliki nilai hukum, sebab memiliki norma atau
aturan yang berhubungan dengan cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan adat yang didalamnya
memuat unsur etika dan norma.
A. Peranan Sasi
Peranan Sasi adalah sebagai wadah penga manan terhadap sumber daya alam dan
lingkungan serta mendidik dan membentuk sikap dan perilaku masyarakat yang merupakan
suatu upaya untuk me melihara tata krama hidup bermasyarakat termasuk upaya pemerataan
dan pembagian pendapatan dari sumber daya alam kepada seluruh masyarakat atau warga
masyarakat setempat. Oleh karena sasi mem punyai peranan sebagai nilai budaya masyarakat,
maka perlu terjaga kelestariannya.

B. Definisi Sasi dan Sejarahnya

Definisi sasi berasal dari kata “sanksi” yang artinya larangan. Sasi merupakan
larangan pemanfaatan sumber daya alam di darat maupun di laut dalam jangka waktu tertentu
yang dimaksudkan untuk kepentingan ekonomi masyarakat. Sasi juga dapat diartikan dengan
larangan untuk mengambil dan merusak sumber daya alam tertentu dalam jangka waktu
tertentu untuk menjaga kelestarian sumber daya alam (Kusumadinata, 2015).

Hukum adat ini mengajarkan bahwa manusia hendaknya mempertahankan


kelangsungan makhluk hidup lain dan tidak menggunakan sumber daya alam secara
berlebihan yang dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan alam. Sasi dapat memiliki
nilai hukum, karena memiliki norma dan aturan yang berhubungan dengan cara, kebiasaan,
tata kelakuan dan adat yang memuat unsur etika dan norma (Sofyaun, 2012).

C. Buka dan Tutup Sasi

Sasi dibuat berdasarkan pengetahuan masyarakat mengenai waktu atau periode kapan
suatu sumber daya dapat dipanen sehingga tidak mengganggu siklus hidupnya dan
masyarakat pun mendapatkan hasil yang baik dan maksimal. Kedudukan sasi lebih cenderung
bersifat hukum adat bukan tradisi, karena tujuan dari penggunaan sasi adalah bagaimana
masyarakat dalam bersikap bijaksana dalam mengambil dan mengelola hasil laut (Damardjati
dan Kusrini, 2015).

Dalam pelaksanaannya, terdapat dua istilah penting dalam sasi, yaitu Buka Sasi dan
Tutup Sasi. Buka sasi adalah: saat masyarakat diperbolehkan untuk memanen atau
mengambil suatu sumber daya yang sedang disasi, sedangkan tutup sasi adalah ketika sumber
daya tersebut dilarang untuk dipanen dan akan dilindungi kembali oleh hukum sasi (Etlegar,
2013).
D. Sanksi terhadap Pelanggaran Sasi

Sama halnya dengan adat yang lain, maka sanksi-sanksi atas pelanggaran adat sasi
dilaksanakan oleh penguasa negeri dan arwah leluhur. Sanksi yang paling berat dan sangat
ditakuti di wak tu dahulu adalah sanksi yang diberikan oleh arwah leluhur. Oleh karena itu
orang sangat takut melanggar sasi. Bilamana ada orang yang melanggar sasi yaitu melakukan
pengambilan tanaman atau hasil-hasil laut pada masa tutup sasi maka hukuman yang
diberikan oleh pemerintah negeri yaitu raja dan perangkat negeri kepada si pelanggar adalah
ditangkap, dipertontokan dihadapan masyarakat umum dan mendapat hukuman fisik lainnya
seperti cambuk, dikenakan denda, kerja paksa dan dikucilkan dari tengah-tengah kehidupan
masyarakat.

Hukuman itu tidak terlalu berat seperti hukuman yang akan diberikan oleh arwah atau
roh-roh nene moyang (leluhur) antara lain anak sakit-sakitan secara terus menerus dan
akhirnya meninggal dunia sehingga keluarga itu tidak memiliki seorang keturunanpun. Istilah
lokal adalah tutup mataruma.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut Sasi adalah larangan untuk memanen sumber daya tertentu (hayati laut
maupun darat) dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Sasi ini bertujuan untuk mengatur
semua hasil bumi (baik darat maupun air) yang ada di wilayah negeri, baik perkarangan
sendiri maupun area perkebunan atau ladang (komersial), semua akan mendapatkan perla
kuan yang sama. Hukum adat sasi ini sangat efektif karena dengan adanya hukum adat sasi
ini, maka masyarakat tidak berani untuk mengambil sumber daya alam sebelum waktu buka
sasi.

Ternyata dari kedua hukum ini yaitu hukum adat dan hukum positif mempunyai
kedudukan yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Sehingga kedua hukum ini dapat
di gunakan untuk melindungi sumber daya alam yang ada. Dampak dari peraturan hukum
adat dan hukum positif yaitu masyarakat adat dapat memperoleh hasil laut yang memuaskan
karena selama berlaku tutup sasi semua hasil laut dilarang untuk diambil sampai tiba buka
sasi dan juga dengan adanya peraturan-peraturan tersebut maka sumber daya alam dan
lingkungan dapat terjaga dengan baik.
Daftar Pustaka

Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008


Sasi Sebagai Budaya Konservasi Sumber Daya Alam di Kepulaun Maluku
Jurnal Ilmu dan Budaya, Vol. 41, No.59, Juli 2018
KENOSIS Vol. 2 No. 2. Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai