Anda di halaman 1dari 13

Peran Masyarakat Hukum Adat

dalam Pelaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan
: :
Angkatan 36 B Disusun Oleh : Angkatan 37A

Alve Hadika (1706128634) Andean Eka Lucianto (1806257436)


Cindewiyani (1706128653) Balgis Inayah (1806172131)
Dinar Werdhani (1706128722) Ikhtiar Jauhari (1806172200)
Dini Rachmadhani (1706128735) Ketut Natih (1806257530)
Grace Sondang Y (1706128760)
Ina Yulianingtyas Budi (1706128786)
Jehan Noor Auda (1706128810)
Kholidin (1706128823)
Muhardiyan Erawan (1706128842)
Rokhayati Siringo (1706128880)
Sinto Susilowati (1706128911)
Sudiatmoko S (1706128956)
Pengertian masyarakat hukum adat

Society/Socius(latin) = kawan. Masyarakat (arab) = Ikut serta dan berpartisipasi

Masyarakat = sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling
berinteraksi

Masyarakat hukum adat = Kelompok masyarakat yang teratur, menetap di suatu daerah
tertentu, mempunyai kekuasaan sendiri, dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa
benda yang terlihat maupun yang tidak terlihat, dimana para anggota kesatuan masing-
masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat
alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau
kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkannya
dalam arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama-lamanya, Ter Haar
Struktur Masyarakat Hukum Adat

a. Faktor Genealogis (keturunan)


Masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat genealogis (menurut azas kedarahan (keturunan) ialah masyarakat
hukum adat yang anggota-anggotanya merasa terikat dalam suatu ketertiban berdasarkan kepercayaan bahwa mereka
semua berasal satu keturunan yang sama. Berdasarkan faktor genealogis dibagi menjadi :
Struktur Masyarakat Materilinial, Struktur Masyarakat Patrilinial, Struktur Masyarakat Patrilinial Beralih-alih, Struktur
Masyarakat Bilateral/Parental. Contoh: Perkawinan Semendo. Ciri-ciri perkawinan Semendo adalah endogami dan
matrilokal.
b. Faktor Territorial
Masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial yaitu masyarakat hukum adat yang disusun berasaskan
lingkungan daerah. Contoh : Desa di Jawa & Bali Daerah: terdiri dari beberapa desa yang mempunyai pemerintah masing2
namun merupakan bagian dari daerah Ex: Marga di Sumsel dg dusun-dusun didalam daerahnya Perserikatan (beberapa
kampung) Ex: Perserikatan huta-huta di suku batak.
Upaya dan atau Tindakan Perlindungan Lingkungan
oleh Masyarakat Hukum Adat

 Pasal 18 UUD 1945 → Pembagian daerah Indonesia atas daerah-daerah besar dan kecil, dengan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan UU dengan memandang dan mengingati dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintah negara dan hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat
istimewa.
 Pasal 18B ayat 2 UUD 1945 → Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
 Dalam NKRI ini, telah hidup masyarakat dengan wujud kesatuan sosial yang khas yang pada akhirnya
melembaga sehingga menjadi suatu kebudayaan lengkap dengan tatanan aturan tingkah lakunya. Interaksi
yang terus menerus diantara mereka membuat mereka mempunyai sistem politik ekonomi dan
pemerintahan sendiri sehingga akhirnya timbul apa yang dinamakan kearifan tradisional.
 Kearifan tradisional dapat dipertimbangkan dan dimasukan dalam kebijakan pembangunan agar
masyarakat adat dapat berperan secara tradisional dalam bentuk yang diakui dalam penyelenggaraan
perlindungan lingkungan karena pengetahuan dari masyarakat adat dalam mengelola lingkungan terbukti
menunjang pembangunan berkelanjutan.
Dalam teori ekologi-manusia Hubungan Manusia dengan lingkungannya (sumber daya
alamnya) dijelaskan oleh Merchant (1996) sebagai suatu hubungan yang terbagi atas
tiga paradigma yang mempunyai dasar pemikiran yang berbeda-beda :

1. Pada masyarakat adat dan masyarakat pendatang lama yang telah hidup bergenerasi-generasi, melihat
bahwa dirinya merupakan bagian dalam lingkungan sehingga intinya merupakan lingkungan itu sendiri.
Lingkungan tidak lagi dilihat hanya sebagai sumber daya tetapi dilihat sebagai suatu lingkungan yang
terbatas. Nilai dan norma yang berlaku di masyarakat terbentuk berdasarkan pengalaman hidupnya
berinteraksi dengan lingkungannya. Paradigma ini disebut Society in Self (Lingkungan di dalam Diri
Sendiri).
2. Pada masyarakat yang terdiri dari beragam etnisitas dan merupakan pendatang baru pada satu tempat,
masyarakat menempatkan dirinya sebagai inti yang sangat menentukan kesejahteraan hidupnya dan
melihat lingkungan sebagai sumber daya yang harus di usahakan semaksimal mungkin dengan jumlah
yang tak terbatas. Paradigma ini dikenal dengan istilah Self in Society (Diri Sendiri di dalam Lingkungan).
3. Pada masyarakat modern pada umumnya diperkotaan yang sedang berubah terutama dengan
perkembangan informasi manusia merubah persepsinya terhadap lingkungannya. Paradigma ini banyak
mempertanyakan kembali hubungannya dengan lingkungan demikian pula manusia mempertanyakan
kembali nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, sehingga terdapat jarak antara dirinya dan
lingkungan. Paradigma ini dikenal dengan Self versus Society (Diri Sendiri terhadap Lingkungan).
Perilaku budaya sawah di Pulau Bali dimana
masyarakat adatnya mempunyai kearifan lingkungan
untuk memanfaatkan hujan sekaligus melindungi
tanah berlereng dari ancaman erosi karena curah
hujan.

Masyarakat Jawa Tengah membentuk teras sawah


membentuk garis kontur dinamakan “Nyabuk Gunung”
di Jawa Barat disebut “Ngais Gunung” di Bali disebut
“Sengkedan”

Pengetahuan oleh masyarakat adat ini selaras dengan


cara bertani mutakhir yaitu Countour Planting
Contoh Masyarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan

1.Mbeliling di Nusa Tenggara Timur. Sebelas desa menandatangani kesepakatan dan komitmen dari warga desa dan
beberapa mitra mereka untuk melestarikan sumber daya pengidupan di tingkat desa. Upaya ini, adalah langkah untuk
melindungi sumber daya alam di sekitar desa, dengan berbasis pada rumusan yang disusun secara partisipatif oleh
masyarakat setempat. Hukum adat bersama ini, juga mengandung sejumlah aturan dan sanksi yang akan diberikan kepada
setiap pelanggaran yang dilakukan.
2. Misool di Raja Ampat, Papua dengan ritual sasi mereka untuk menjaga kelestarian sumber daya laut mereka. Aktivitas
ini, memberikan hasil laut yang melimpah bagi masyarakat setempat dengan cara yang berkelanjutan.
Contoh Masyarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan

3. Taman Nasional Bali Barat, Bali bekerjasama dengan


masyarakat sekitar kawasan konservasi telah berhasil
dalam menangkarkan Jalak Bali (Leucopsarrothchildi),
satwa dilindungi yang menjadi ikon Bali. Guna
mengapresiasi masyarakat akan keberhasilannya
menangkarkan Jalak Bali tersebut maka Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan
burung Jalak Bali ke masyarakat untuk ditangkarkan,
sebagai bentuk apresiasi masyarakat yang peduli dengan
konservasi. Langkah ini diambil untuk mengajak
masyarakat melakukan konservasi terhadap satwa liar
dilindungi sekaligus membuka peluang sumber pendapatan
lainnya.
Contoh Masyarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan

4. Warga Dayak Wehea di Kalimantan Timur berhasil mengelola kawasan hutan adat seluas 38.000 hektare. Kawasan
lindung Wehea yang terletak di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur ini masih terjaga keasliannya di tengah
kepungan perkebunan sawit, HPH dan pertambangan. Pengelolaan tersebut berhasil dibawah pimpinan Kepala Adat Dayak
Wehea yang memutuskan untuk berjuang mempertahankan hutan Wehea sebab suku dayak hidup bersentuhan dengan
hutan dan Wehea dianggap sebagai hutan para leluhur. Warga Dayak yang tidak bisa jauh dari hutan merupakan alasan
utama guna terus mempertahankan hutan Wahea.

5. Desa Girikerto Turi, Sleman, Yogyakarta sejak 2013 aktif melepasliarkan burung endemik Merapi seperti Kutilang
(Pycnonotus aurigaster), Sepah Kecil (Pericrocotus cinnamomeus), Bentet Kelabu (Lanius schach), dan Kacamata
(Zosterops palpebrosus). Kegiatan pelepasliaran ini dipelopori oleh pemuda warga Desa Girikerto. Pemuda Desa Girikerto
awalnya berusaha menangkarkan kemudian melepasliarkan kembali burung tersebut ke alam. Tujuan melepasliarkan
berbagai macam burung ke alam adalah untuk memberi contoh dalam menjaga ekosistem alam di Merapi dan sebagai
upaya dalam melestarikan burung sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).
Contoh Masyarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan

6. Partisipasi masyarakat dalam melestarikan kawasan Hutan Lindung Gunung Buduk, Kabupaten Sanggau sebagai
sumber air cenderung tinggi, karena masyarakat menyadari dan memahami betapa pentingnya pelestarian hutan dan
sumber air yang ada. Kehidupan masyarakat desa ini sangat bergantung dari sumber daya alam yang ada, dan perlu
dikelola secara lestari melalui kegiatan atau tindakan aktif, yakni tindakan-tindakan untuk menjaga hutan agar ketersediaan
sumber daya alam yang ada di sekitar kawasan hutan tidak hilang dan punah. Dalam upaya menjaga hutan masyarakat
Idas beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga mereka merasa bertanggung jawab besar dan kesadaran
secara sukarela untuk menjaga dan mengelola hutan mereka (Veronika dkk, 2015).

7. Wilayah pesisir Teluk Ambon terdapat ekosistem dan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati yang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein dan bahan-bahan material bangunan lainnya, upaya
konservasi alam yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi penambangan batu dan pasir serta pemanfaatan lahan
berupa budidaya perikanan keramba jaring apung, pelestarian ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang sehingga
ekosistem tetap terjaga. Dampak positifnya akan terasa kepada masyarakat di bidang ekonomi.
Contoh Masyarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan

7. Wilayah pesisir Teluk Ambon terdapat ekosistem dan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati yang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein dan bahan-bahan material bangunan lainnya, upaya
konservasi alam yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi penambangan batu dan pasir serta pemanfaatan lahan
berupa budidaya perikanan keramba jaring apung, pelestarian ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang sehingga
ekosistem tetap terjaga. Dampak positifnya akan terasa kepada masyarakat di bidang ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Veronika dkk., 2015, Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Kawasan Hutan Lindung Gunung Buduk Sebagai Sumber
Air Bersih di Desa Idas Kecamatan Noyan Kabupaten Sanggau
Karina. 2004. Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Hutan Adat Sebagai Daerah Penyangga Sumber Air. [Skripsi].
Pontianak : Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura.

Anda mungkin juga menyukai