Anda di halaman 1dari 8

2.4.

7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 2.x Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada Kasus (Sumber: Kasus Tutorial)

1) Pemeriksaan Hb (Hemoglobin)

Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan

oksigen ke seluruh tubuh. Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL, Wanita: 12 - 16 g/dL.

Hemoglobin tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan

dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah).

Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena

kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan

kehamilan. Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka

bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di

daerah dataran tinggi. Pada kasus dari hasil pemeriksaan, pasien tersebut masih berada

pada kadar hemoglobin normal.


2) Pemeriksaan Ht (Hematokrit)

Hematokrit adalah nilai yang menunjukan persentase zat padat dalam darah

terhadap cairan darah. Dengan demikian, bila terjadi perembesan cairan darah keluar dan

pembuluh darah, sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh darah, akan membuat

persentase zat padat darah terhadap cairannya naik sehingga kadar hematokritnya juga

meningkat.

Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%. Ht

tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb;

antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan

polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%. Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada

anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan

overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.

3) Pemeriksaan Erythrosit

Eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh

dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Nilai eritrosit pada pria:

4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3, wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3.

Menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemin,

hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced

anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral. Sel darah merah meningkat pada

polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang

yang tinggal di dataran tinggi.


4) Pemeriksaan Trombosit

Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3.trombosit merupakan elemen terkecil

dalam pembuluh darah. Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang.

Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,

trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid. Trombositopenia

berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura (ITP), anemia hemolitik,

aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan multipledysplasia syndrome.

Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan dalam

jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis.

5) Pemeriksaan Leukosit

Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang

berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari

sistem kekebalan tubuh. Nilai normal :

Leukosit normal neonatus 9000 - 30.000 /mm3


Leukosit normal bayi sampai balita 5700 - 18.000 sel/mm3
Leukosit normal pada anak 10 tahun 4500-13500/mm3

Leukosit normal pada orang dewasa 4500-10000 sel/mm3

Leukosit normal pada ibu hamil 6000-17000 sel/mm3

Leukosit normal ibu setelah melahirkan 9700-25700 sel/mm3


Prinsip kerja pemeriksaan ini adalah darah yang telah di encerkan lalu di hitung

jumlah leukosit dalam volume pengenceran tertentu dengan cara mengalikan terhadap

faktor perhitungan jumlah leukosit dan di peroleh jumlah leukosit dalam satuan volume

darah (mm3)
Peningkatan jumlah leukosit disebut sebagai Leukositosis. Leukosit yang

meningkat menandakan adanya suatu proses infeksi atau reaksi radang akut, seperti pada

keadaan pneumonia atau radang paru-paru, meningitis atau radang selaput otak,

apendiksitis atau radang usus buntu, tonsilitis, tuberkulosis (TBC), dan peradangan

lainnya. Pada keadaan tertentu peningkatan juga dapat disebabkan oleh peggunaan

sejumlah obat – obatan seperti aspirin, prokain, alopurinol, dan antibiotik terutama

golongan ampisilin, eritromisin, streptomisin, dan kanamisin.

Penurunan jumlah Leukosit disebut sebagai Leukopeni. Leukosit yang menurun

dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama yang disebabkan oleh virus dan parasit

malaria. Selain itu penurunan juga dapat disebabkan oleh penggunaan alkohol dan

sejumlah obat – obatan seperti asetaminofen atau parasetamol, obat kemoterapi kanker,

obat antidiabetika oral, dan antibiotik terutama golongan penisillin, cephalosporin,

kloramfenikol, dan sulfonamid.

6) Pemeriksaan LED

Tes laju endap darah (LED) ialah tes darah yang menggambarkan kecepatan

pengendapan eritrosit dalam plasma sampel darah menggunakan antikoagulan natrium

sitrat. Laju Endap Darah (LED) atau Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan

salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam

tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan

memasukkan darah ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu

jam. Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan

mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut
LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin

tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Proses LED dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:

pertama ialah tingkatan penggumpalan yang menggambarkan periode eritrosit

membentuk gulungan (rouleaux) dan sedikit sedimentasi. Kedua ialah tingkatan

pengendapan cepat, yaitu eritrosit mengendap secara tetap dan lebih cepat. Ketiga ialah

tingkatan pemadatan, pengendapan gumpalan eritrosit mulai melambat karena terjadi

pemadatan eritrosit yang mengendap.

Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma

sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung

khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan

mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED )

berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma

( mm/jam ). Cara pemeriksaan yang mendapat rekomendasi dari International Commitee

for Standardization in Hematology (ICSH) adalah cara Westergren. Nilai rujukan LED di

laki-laki 0–10 mm/jam dan perempuan 0–15 mm/jam.

Tinggi rendahnya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat

dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang

yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah

yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan

sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi

pemeriksaan Laju Endap Darah masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang

mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.


Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain,

bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang

mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju

Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit

yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung

cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.

Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi dapat terjadi karena :

- Anemia

- Kanker seperti  lymphoma atau multiple myeloma

- Kehamilan

- Penyakit Thyroid

- Diabetes

- Penyakit  jantung

Selain karena faktor diatas, nilai Laju endap darah (LED) dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. LED dapat meningkat karena

a. Faktor Eritrosit

- Jumlah eritrosit kurang dari normal

- Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih

mudah/cepat membentuk rouleaux → LED ↑.

b. Faktor Plasma

- Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan

rouleaux → LED ↑.
- Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) → biasanya terjadi pada proses

infeksi akut maupun kronis

- Faktor Teknik Pemeriksaan

- Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan →

LED ↑

- Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>20̊ C) akan mempercepat

pengendapan→ LED ↑.

LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut

dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan

kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Bila dilakukan secara berulang laju endap

darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam

rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi

yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya

menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun

dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.

Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat

dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah

bulan ketiga dan pada orang tua.

7) Pemeriksaan MCV
Nilai normal : 80 – 100 (fL). MCV (Mean Corpuscular Volume) adalah indeks

untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan ukuran sel darah merah

tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL),

atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL).

Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia

pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik. Peningkatan nilai MCV terlihat

pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan

terapi valproat, disebut juga anemia makrositik.

MCH MCHC DAN SETERUSNYA DILANJUTIN OLEH WINA

Anda mungkin juga menyukai