Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jagat Raya

Jagat Raya merupakan ruang yang sangat luas tak terbatas. Jagat raya terdiri atas
bermilyar-milyar galaksi, dan setiap galaksi terdiri atas bermilyar-milyar bintang.
Benda-benda langit yang bertebaran di jagat raya sebenarnya masing-masing
terikat pada suatu susunan atau kumpulan-kumpulan tertentu, dan benda-benda
langit ini ada yang bisa terlihat secara langsung dengan mata telanjang maupun
dengan teropong yang besar. Besar kecilnya ukuran benda-benda langit yang
terlihat bisa disebabkan jarak antara benda-benda langit yang sangat jauh. Apabila
langit dalam keadaan cerah, kita akan melihat bintang-bintang di langit yang
jumlahnya sangat banyak. Di samping itu, kita akan melihat kenampakan seperti
embun tipis yang membentang dari utara ke selatan. Embun atau kabut tipis ini
ternyata merupakan kumpulan bintang-bintang yang jumlahnya banyak sekali,
sebagai bagian daerah galaksi kita yakni Bima Sakti atau Kabut Susu (Milky
Way). Galaksi kita ini berbentuk cakram (spiral). Bagian tengah galaksi Bima
Sakti lebih tebal, terdiri sekitar 80 milyar bintang, dan bagian tepinya semakin
menipis terdiri sekitar 20 milyar bintang. Dengan melihat galaksi Bima Sakti,
sesungguhnya kita berada di tengah-tengah rapatnya bintang-bintang.

Gambar 1 Galaksi Bima Sakti


4

2.2 Teori Terjadinya Jagat Raya

1. Teori Ledakan Besar (Big Bang)

Big Bang dapat diartikan sebagai ledakan besar ataupun dentuman dahsyat di
dalam kosmologi. Teori ini menjelaskan mengenai perkembangan dan bentuk
awal alam semesta. Pada teori ini dijelaskan bahwa alam semseta terbentuk dari
kondisi yang sangat panas dan padat. Kondisi ini terus berkembang dari waktu ke
waktu, bahkan hingga 13,7 milyar tahun yang lalu. Stephen Hawking menjelaskan
mengenai teori pembentukan alam semesta. Ia menjelaskan bahwa ledakan yang
terjadi berawal dari adanya massa yang sangat besar dan berat jenis yang besar
pula. Hal ini menimbulkan reaksi pada inti massa sehingga menyebabkan ledakan
besar. Ledakan yang terjadi membuat massa alam semesta terpecah dan terpental
jauh dari pusat ledakan. Bahan atau pecahan dari alam semesta ini kemudian
membentuk beberapa kelompok yang sering kita sebut dengan galaksi dalam tata
surya akibat teori Big Bang ledakan besar.

Gambar 2. Teori Big Bang

Beberapa ilmuwan meyakini bahwa teori Big Bang-lah yang membentuk sistem
tata surya. Di dalam teori ini terdapat teori sentral yang menjelaskan tentang teori
relativitas umum. Teori ini dapat digabungkan dengan bagaimana hasil
pemantauan secara skala besar dalam pergerakan galaksi satu sama lain. Tidak
hanya itu, hal ini juga dapat memperkirakan bahwa pada waktu tertentu alam
5

semesta akan terus atau bahkan kembali. Teori penciptaan alam ini memiliki
konsekuensi alami yang menjelaskan tentang muatan alam semesta yang sangat
panas dan padat pada masa lampau.

Seorang astronom Amerika Serikat yakni Edwin Hubble melakukan sebuah


observasi dengan melihat galaksi yang bergerak jauh dan selalu menjauhi kita
dengan cepat. Selain itu, dia juga menemukan bahwa galaksi-galaksi yang ada di
alam semesta, semakin lama akan semakin menjauh atau bertambah jaraknya. Hal
ini dipercaya Hubble sebagai salah satu bukti yang menunjukkan bahwa alam
semesta yang kita tempati tidaklah statis melainkan dinamis. Terjadi pergerakan-
pergerakan di setiap waktunya yang menyebabkan alam semesta semakin
mengembang. Berdasarkan hal ini, kemudian ia menduga bahwa pembentukan
alam semesta juga bermula dari kedinamisan yang membuatnya semakin
mengembang dan pada akhirnya dapat membuat suatu ledakan besar. Pada saat
itu, alam semesta memiliki ukuran hingga nol namun memiliki tingkat panas dan
kerapatan yang sangat tinggi. Hal ini membuat alam semesta tidak mampu
menahan panas dan kerapatan yang ada sehingga membuatnya meledak dengan
laju pengembangan krisis dan sangat lambat sehingga membuatnya semakin
mengerut dan kosong. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, alam akan
semakin berkembang meskipun tanpa kejadian-kejadian tertentu. Secara
keseluruhan alam smesta akan terus mengembang dan dingin.

Bukti Adanya Big Bang

Pada tahun 1948, George Gamov memunculkan pendapat baru tentang Big Bang.
Ia mengatakan setelah pembentukan alam semesta terbentuk dari dentuman besar
pasti akan ada sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan. Selain itu, radiasi ini
haruslah tersebar merata di seluruh penjuru alam semesta.

Pada tahun 1965, bukti yang seharusnya ada akhirnya ditemukan . Dua ilmuwan
bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja. Bahkan keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan ini.
Radiasi ini disebut Radiasi Latar Belakang Kosmis. Radiasi ini tidak terlihat
memancar dari suatu sumber tertentu, tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
6

Garmov pun langsung menyadari bahwa radiasi ini merupakan gema dari
dentuman besar yang masih menggema sejak terjadinya ledakan.

Pada tahun 1989, NASA meluncurkan satelit COBE (Cosmic Background


Explorer) ke luar angkasa untuk melakukan penelitian terhadap radiasi latar
belakang kosmis. Satelit ini merupakan satelit pertama yang diluncurkan untuk
mengukur radiasi tersebut. Dan hanya dalam waktu 8 menit satelit tersebut dapat
menemukan keberadaan radiasi sekaligus membuktikan penelitian Penzias dan
Wilson. Penemuan ini dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang
masa. Bukti ini menyebabkan teori Big Bang bisa diterima di masyarakat. Teori
Big Bang sebagai teori penciptaan alam semesta adalah titik terakhir yang dicapai
ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta.

2. Teori Keadaan Tetap

Teori ini dikemukakan oleh H. Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle dari Universitas
Cambridge pada tahun 1948, bahwa materi baru (hydrogen) diciptakan setiap saat
untuk mengisi ruang kosong yang timbul dari pengembangan jagat raya. Dalam
kasus ini jagat raya tetap dan akan selalu tampak sama. Teori ini bertentangan
dengan hukum kekekalan energi, yakni energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah bentuk. Menurut teori ini, alam semesta
tidak ada awalnya dan tidak akan berakhir. Alam semesta selalu terlihat tetap
seperti sekarang. Materi secara terus-menerus datang berbentuk atom-atom
hidrogen dalam angkasa yang membentuk galaksi lama yang bergerak menjauhi
kita dalam ekspansinya.

Gambar 3. Teori Keadaan Tetap


7

Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam
semesta di manapun dan selalu sama. Teori ini ditunjang oleh kenyataan bahwa
galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Jadi, teori
ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besranya dan tak terhingga
tuanya.

Walaupun populer pada awal abad ke-20, teori ini kini ditolak oleh sebagian besar
kosmolog profesional dan ilmuwan lain karena bukti pengamatan menunjukkan
kebenaran model ledakan dahsyat dan usia alam semesta yang terbatas. Bukti
yang dianggap meruntuhkan teori ini adalah radiasi latar gelombang mikro kosmis
yang diprediksi oleh model ledakan dahsyat.

Teori keadaan tetap ini berlawanan sekali dengan teori big bang. Dalam teori ini,
ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling
menjauh. Dalam teori tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan
dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan
terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh.

3. Teori “Mengembang dan Memampat” (The Oscillating Theory)

Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori
ini, jagat raya terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan
masa ekspansi atau mengembang yang disebabkan oleh adanya reaksi inti
hidrogen, pada tahap ini terbentuklah galaksi-galaksi. Tahap ini diperkirakan 
berlangsung selama 30 milyar tahun, selanjutnya galaksi-galaksi dan bintang yang
telah terbentuk akan meredup, kemudian memampat yang didahului dengan
keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi. Setelah tahap memampat maka
tahap berikutnya adalah tahap mengembang dan kemudian memampat lagi.

4. Teori “Alam Semesta Quantum”

Teori ini diciptakan oleh William Lane Craig pada tahun 1966. Dia
mengemukakan bahwa alam semesta adalah sudah ada selamanya dan akan selalu
ada untuk selamanya pula. Dalam teori ini, ruang hampa pada hakikatnya tidak
ada, yang ada adalah partikel-partikel sub atomik.
8

5. Teori Kabut (Teori Nebula)

Teori kabut dikemukakan oleh filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kant pada
tahun 1775. Teori ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Simon De
Laplace, seorang matematikawan Prancis. Teori kabut menyatakan bahwa mula-
mula ada sebuah nebula (kabut yang terdiri dari gas, terutama hidrogen dan
helium, dan debu-debu angkasa) yang bulat dan berotasi sangat lambat. Akibatnya
kabut mulai menyusut. Akibat penyusutan dan rotasi ini terbentuklah sebuah
cakram datar dibagian tengahnya. Matahari berada di pusat cakram. Cakram ini
terus berputar lebih cepat sehingga bagian-bagian tepi cakram terlepas
membentuk materi. Dari materi ini akhirnya terbentuklah planet-planet yang tetap
mengitari matahari. Satelit dari planet terbentuk dengan cara yang sama.

Gambar 4. Teori Kabut (Teori Nebula)

Proses terbentuknya tata surya menurut teori kabut (nebula):

1. Nebula berasal dari gas dan debu, sebagian besar menjadi Matahari.
2. Terbentuk Matahari dan planet lain yang masih Berpijar.
3. Matahari terbentuk planet-planet bertebaran tak terarah.
4. Matahari berputar pada porosnya, planet-planet terbentuk atmosfernya.
5. Planet terbentuk atmosfer, di bumi telah muncul kehidupan karena sudah
ada lapisan atmosfer.
9

6. Teori Planetesimal

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Chamberlein dan F. R. Moulton,


ilmuwan Amerika awal abad ke-20. Teori ini mengatakan mula-mula ada matahari
yang berpapasan dengan sebuah bintang. Oleh karena letaknya berdekatan, tarikan
gravitasi bintang menyebabkan sebagian matahari tertarik kearah bintang tersebut.

Ketika bintang menjauh bahan-bahan itu sebagian ada yang terlepas dan jatuh ke
matahari, dan sebagian menjadi gumpalan-gumpalan kecil (planetesimal) yang
mulai melayang diangkasa sebagai planet-planet yang mengelilingi matahari.

Gambar 5. Teori Planetesimal

7. Teori Bintang Kembar

Teori ini ditemukan pada tahun 1930-an. Teori Bintang Kembar menyatakan
bahwa mula-mula ada 2 buah bintang kembar kemudian salah satu bintang
meledak. Oleh karena pengaruh gaya gravitasi, maka bintang yang meledak
menjadi kepingan-kepingan kecil yang bergerak mengelilingi bintang yang tidak
meledak. Bintang yang tidak meledak merupakan matahari sedangkan kepingan-
kepingan yang mengitarinya menjadi planet-planet.
10

8. Teori Protoplanet

Teori ini ditemukan pada tahun 1940 oleh Carl von Weizsaeker, seorang astronom
Jerman dan disempurnakan oleh P. Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekar.
Teori ini menyatakan bahwa mula-mula di jagat raya ini ada kumpulan gas dan
debu. Kurang lebih 5 milyar tahun yang lalu, gumpalan gas dan debu tersebut
memampat. Proses pemampatan ini membuat partikel-partikel debu dan gas
tertarik ke bagian dalam menuju pusat awan membentuk bola dan terus berotasi.
Rotasi inipun bertambah cepat dengan ditariknya partikel-partikel debu dan gas ke
pusat awan. Oleh karena rotasi yang cepat ini, maka gumpalan gas mulai memipih
membentuk cakram, bagian tengah tebal dan bagian pinggir memipih. Akibat
saling menekan, maka bagian tengah menjadi panas dan berpijar (disebut protosun
atau cikal bakal matahari). Bagian tepinya terpecah-pecah akibat rotasi yang
cepat. Bagian tengah ini yang akhirnya menjadi matahari dan bagian tepi yang
terpecah-pecah menjadi gumpalan-gumpalan kecil (protoplanet) yang tetap
berotasi. Protoplanet akhirnya membeku dan menjadi planet-planet serta anggota
tata surya lainnya.

9. Teori Pasang Surut Bintang

Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon. Buffon menyatakan
bahwa tata surya berasal dari materi Matahari yang terlempar akibat bertumbukan
dengan sebuah komet.

Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James
Jeans dan Harold Jeffreys. Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh
efek pasang gas-gas Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi
Matahari. Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi Matahari. Gas-gas
panas tersebut kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan
mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit.

10. Teori Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang


bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
11

menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.

2.3 Pandangan Manusia Terhadap Jagat Raya

Beberapa pandangan mengenai jagat raya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Egosentris / Antroposentris, yaitu anggapan bahwa yang menjadi pusat


alam semesta adalah manusia. Anggapan ini dimulai sejak manusia
primitif, waktu manusia mulai menyadari ada bumi dan langit, matahari,
bulan, bintang, dan bumi, dianggap serupa dengan bangsa hewan,
tumbuhan, dan dengan dirinya sendiri.

2. Geosentris, yaitu anggapan bahwa yang menjadi pusat jagat raya adalah
bumi. Semua benda langit mengelilingi bumi, dan semua kekuatan alam
berpusat di bumi.Anggapan ini dimulai lebih kurang abad ke-6 sebelum
masehi saat para ilmuwan tertarik kepada alam sekitarnya. Beberapa ahli
pendukung anggapan geosentris antara lain : Socrates, Plato, Aristoteles,
Tales, Anaximander, dan Phytagoras.

3. Heliosentris, yaitu anggapan bahwa yang menjadi pusat jagat raya adalah
matahari. Ini berarti pergeseran pandangan yang dianggap revolusioner
pada waktu itu yang menggantikan kedudukan bumi; sebagai akibat makin
majunya alat peneliti dan sifat ilmuwan yang kritis.

4. Galaktosentris, yaitu anggapan bahwa yang menjadi pusat jagat raya


adalah galaksi. Galaktosentris dimulai tahun 1920 yang ditandai dengan
pembangunan teleskop raksasa di Amerika Serikat, sehingga dapat
memberikan informasi yang lebih banyak mengenai galaksi.
12

Untuk lebih mengenal beberapa anggapan atau pandangan manusia mengenai


jagat raya, kita kenal pandangan beberapa ahli berikut:

1. Eodoxus

Eodoxus, murid Plato, mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan benda-


benda langit. Menurutnya, semua planet terletak pada bola-bola konsentris dan
pergerakan planet-planet tersebut disebabkan karena rotasi bola-bola ini. Karena
laju rotasi dan kedudukan sumbu rotasi bola-bola ini berbeda, maka efeknya
adalah pergerakan planet, misalnya gerak retrograd atau gerak maju mundur
planet Mars.

2. Claudius Ptolomeus / Ptolemy (140 SM)

Pendapatnya: bumi berada dalam keadaan diam di jagat raya, seperti yang
diungkapkan oleh Aristoteles, kemudian berturut-turut dikelilingi oleh Bulan,
Venus, Merkurius, Matahari, Mars, Jupiter, dan Saturnus. Ketujuh benda langit
tersebut selalu beredar mengelilingi bumi menjalani lintasan masing-masing yang
berbentuk lingkaran dan berturut-turut semakin jauh letaknya dari bumi, semakin
besar pula bentuk lingkarannya. Semua benda langit itu terkurung oleh bola
langit, di mana pada dindingnya melekat bintang-bintang yang juga beredar
mengelilingi bumi sepanjang lingkaran yang terletak paling jauh/paling luar.
Pandangan ini kemudian dikenal sebagai pandangan geosentris dan dikenal pula
sebagai system Ptolomeus atau system geosentrik. Kesulitan terbesar pandangan
ini adalah pembuktian bahwa beberapa planet secara periodik mempunyai gerakan
yang berbalik di dalam lintasannya.

3. Plato

Plato berpendapat bahwa lingkaran dan bola berbentuk geometri paling sempurna.
Ia berpendapat bahwa semua benda langit bergerak dalam lintasan berbentuk
lingkaran karena mereka diciptakan oleh makhluk paling sempurna, yaitu Tuhan.
Menurutnya, semua benda langit bergerak mengitari bumi yang bulat dalam
lintasan berbentuk lingkaran.
13

4. Aristoteles

Aristoteles, mengembangkan gagasan Eudoxus. Ia berpendirian bahwa bumi


merupakan pusat alam semesta dan menjadi titik pusat peredaran benda-benda
langit seperti matahari, bulan, dan planet-planet. Aristoteles yang hidup sekitar
tahun 350 SM, mengatakan: bahwa alam semesta terdiri dari 55 buah bola
sepusat, dan setiap bola menjadi tempat kedudukan satu benda langit. Bola-bola
ini masing-masing berputar dengan kecepatan yang berbeda sehingga kadang-
kadang ada yang kelihatan bergerak mundur untuk kemudian maju lagi seperti
yang diamati pada planet Mars (gerak retrograd) yang sebenarnya diakibatkan
oleh kedudukan orbit Mars yang terletak di luar orbit bumi. Bola terluar dari 55
buah bola ini merupakan tempat kedudukan bintang yang tetap diam, dan di luar
sistem bola terdapat penggerak utama sistem semesta ini yang dalam bahasa Latin
dinamakan primum mobile.

5. Aristarchus dari Samos

Mengatakan: Pusat alam semesta bukan bumi melainkan matahari. Bumi hanyalah
salah satu dari beberapa planet yang mengitari matahari dalam orbit yang
berbentuk lingkaran. Namun, pendapatnya ini ditentang oleh Aristoteles dan
Ptolomeus yang mengusulkan hipotesis geosentris. Hipotesis geosentris bertahan
hingga belasan abad.

6. Nicolaus Copernicus (1473-1543 M)

Pada abad ke-15 terjadi revolusi besar dalam teori tentang tata surya. Diusulkan
oleh Nicolaus Copernicus. Merupakan tokoh pertama yang memiliki pandangan
heliosentris, yakni matahari sebagai pusat tata surya. Teori heliosentris ini
dituangkan dalam buku berjudul “De Revolution Orbium Coelesticum”
Copernicus beranggapan bahwa teori Ptolomeus terlalu mengada-ada dan rumit.
Di dalam system heliosentris ini, bintang-bintang masih dianggap melekat pada
sebuah bola langit, dan beredar mengelilingi matahari. Antara matahari dan
bintang-bintang terdapat planet-planet termasuk bumi yang selalu beredar
mengelilinginya sepanjang lintasan-lintasan yang masng-masing berbentuk
lingkaran. Gerakan membalik planet-planet oleh Teori Copernicus dapat
14

diterangkan karena kecepatan bergerak planet-planet dan bumi dalam


mengelilingi matahari masing-masing tidak sama. Hukum Copernicus berbunyi:

1. Bumi beredar mengelilingi sumbunya sekali sehari.

2. Bumi mengelilingi matahari sekali dalam satu tahun.

Adapun kelemahan teori Copernicus adalah anggapannya bahwa:

1. Bintang-bintang beredar mengelilingi matahari.

2. Lintasan planet-planet berbentuk lingkaran.

Teori Heliosentris Copernicus, kemudian dikembangkan antara lain oleh beberapa


ilmuwan Eropa, seperti Tycho Brahe, Johannes Keppler, Galileo Galilei, dan
Giordano Bruno.

7. Tycho Brahe (1546-1601 M)

Memadukan geosentris dan heliosentris, sehingga ia berpendapat terdapat dua


pusat jagat raya yaitu bumi dan matahari. Bulan dan matahari beredar
mengelilingi bumi, sedangkan matahari dikelilingi planet-planet lain. Dan pada
bagian luar bola langit, terdapat bintang yang beredar pada orbitnya.

Persamaan Teori Ptolomeus, Copernicus, dan Tycho Brahe:

1. Terdapat pusat (pengendali tata surya atau jagat raya)


2. Bintang ditempatkan pada bagian paling luar sphere
3. Sepakat terdapat satu bola langit
4. Bulan adalah satelit bumi sehingga pasti beredar mengelilingi bumi

5. Bentuk orbit berupa lingkaran.

8. Galileo Galilei (1564-1642 M)

Merupakan tokoh penemu teropong (teleskop) pada tahun 1609, serta orang
pertama yang menemukan hukum “jatuh bebas”. Ia berpendapat bahwa bumi
berbentuk bulat, dan bukan merupakan pusat alam semesta. Keterangan Galilei
ditentang oleh gereja, dan baru pada tahun 1965 namanya direhabilitasi.
15

2.4 Anggota Jagat Raya

2.4.1 Galaksi

Galaksi adalah kumpulan bintang–bintang yang membentuk suatu sistem yang


terdiri atas satu atau lebih benda angkasa yang berukuran besar dan dikelilingi
oleh benda–benda angkasa lainnya sebagai anggotanya yang bergerak
mengelilinginya secara teratur. Di jagat raya ini banyak sekali terdapat galaksi,
salah satu yang terkenal adalah galaksi bima sakti (Milky Way) yang merupakan
galaksi tempat planet kita bumi.

Secara umum bentuk galaksi yang ada di jagat raya dibagi menjadi 4 macam.
Adapun 4 macam bentuk galaksi tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Bentuk Galaksi

1. Bentuk Galaksi Elips

Galaksi jenis ini mempunyai bentuk yang elips, baik itu elips yang berbentuk
bulat sampai elips yang sangat lonjong. Jumlahnya kira–kira 18% dari seluruh
jumlah galaksi di jagat raya.
16

Gambar 7. Galaksi Elips

2. Bentuk Galaksi Spiral

Galaksi jenis ini berbentuk seperti roda atau kincir dengan lengan–lengan
berbentuk spiral dan keluar dan seolah berkejar–kejaran dari pusat galaksi yang
terang. Jumlah galaksi jenis ini kira-kira 60% dari seluruh galaksi di jagat raya.

Gambar 8. Galaksi Spiral

3. Bentuk Galaksi Spiral Berpalang Atau Galaksi Berpalang

Galaksi jenis ini mempunyai lengan–lengan yang dari bagian ujung suatu pusat
yang berbentuk memanjang. Jika kita amati lebih detail, bentuk galaksi spiral
berpalang ini seolah membentuk huruf s. Jumlahnya kira–kira 18% dari seluruh
galaksi di jagat raya.
17

Gambar 9. Galaksi Spiral Berpalang Atau Galaksi Berpalang

4. Bentuk Galaksi Tak Beraturan

Galaksi jenis ini tidak mempunyai bentuk atau pola bantuk tertentu, sehingga tak
beraturan. Kira–kira ada 4% dari seluruh jumlah galaksi di jagat raya.

Gambar 10. Galaksi Tak Beraturan

Secara umum, galaksi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Galaksi mempunyai inti dari sebuah sistem galaksi


2. Sistem galaksi melakukan rotasi
3. Masing-masing galaksi mempunyai bentuk tertentu
4. Jarak antar galaksi jutaan tahun cahaya
5. Galaksi mempunyai cahaya sendiri, bukan cahaya pantulan

Ada dua teori yang mengemukakan proses terbentuknya Galaksi, yaitu :

a. Teori Top-Down
18

Teori top down mengemukakan pada mulanya galaksi terbentuk dari awan gas
yang besar dan padat. Awan tersebut kemudian terpecah membentuk galaksi
melalui suatu proses kontraksi awan gas. Bintang bintang terbentuk dari proses
kontraksi awan yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.

b. Teori Botton-Up

Teori Botton-up mengemukakan pada mulanya galaksi terbentuk bagian-bagian


awan kecil yang bersatu menjadi besar akibat adanya gaya gravitasi.

Contoh dari Galaksi:

1. Galaksi Bima Sakti

Galaksi Bimasakti ditemukan pada 18 Juli 1783, oleh seorang astronom Inggris
William Hershel. Galaksi Bima Sakti terdiri dari 400 milyar bintang, dengan garis
tengah sekitar 130.000 tahun cahaya (1 tahun cahaya sama dengan 9.500 milyar
kilometer). Galaksi Bimasakti merupakan rumah bagi matahari kita beserta
planet-planet yang mengelilinginya. Galaksi ini merupakan galaksi tempat bumi
kita berada. Galaksi ini mempunyai bentuk spiral dengan diameter kira-kira
100.000 tahun cahaya. Galaksi Bimasakti disebut juga Milky Way (Inggris) dan
De Melkweg (Belanda).
19

Gambar 11. Galaksi Bima Sakti

2. Galaksi Magellan

Galaksi Magellan adalah galaksi yang paling dekat dengan galaksi Bima Sakti.
Jaraknya kurang lebih 150.000 tahun cahaya dan berada di belahan langit selatan.
Galaksi ini memiliki bentuk tak beraturan.

Gambar 12. Galaksi Magellan

3. Galaksi Ursa Major

Galaksi Ursa Mayor berjarak 10.000.000 tahun cahaya dari galaksi Bima Sakti.
Galaksi ini mempunyai bentuk elips dan rapat.
20

Gambar 13. Galaksi Ursa Major

4. Galaksi Andromeda

Galaksi Andromeda dikategorikan sebagai galaksi raksasa karena memiliki


diameter sekitar 200 ribu tahun cahaya atau dua kali lebih besar dari galaksi Bima
Sakti. Andromeda memiliki massa 300 sampai 400 biliun kali masa matahari.
Intinya sangat terang dan dikelilingi bintang-bintang yang berwarna merah jambu.
Mempunyai bentuk lilin atau lensa, sehingga termasuk dalam galaksi bentuk
spiral. Spiral galaksi Andromeda menyala biru tua karena terdapat bintang yang
bermassa besar membuat galaksi ini mudah diamati dengan menggunakan
teleskop sederhana. Galaksi Andromeda berjarak 2.000.000 tahun cahaya dari
galaksi Bimasakti.

Gambar 14. Galaksi Andromeda

5. Galaksi Jauh
21

Galaksi ini terletak lebi dari 10.000.000 tahun cahaya dari galaksi Bima Sakti, dan
termasuk galaksi jauh. Contoh galaksi jauh lainnya yaitu galaksi Silvery,
Triangulum, dan Whipool.

6. Galaksi Black Eye

Pada tahun 1781 seorang astronom Prancis, Charles Messier menemukan sebuah
galaksi dengan sifat yang aneh yaitu memiliki cincin kabut dan berwarna gelap.
Cincin kabut tersebut mengelilingi intinya yang terang benderang, karena tampak
seperti mata manusia, Messier memberi nama galaksi tersebut Black Eye. Galaksi
ini termasuk galaksi spiral dengan lengannya seperti belalai yang menjulur dari
inti yang terang. Jarak galaksi Black Eye dari Bimasakti sekitar 17 juta tahun
cahaya.

Gambar 15. Galaksi Black Eye

7. Galaksi Dolar Perak (Silver coin atau Scluptor atau NGC 253)

Jaraknya kira – kira 13.000.000 tahun cahaya dari galaksi Bima Sakti. Berbentuk
spiral pipih.

8. Galaksi Roda Bitu (Blue Pin Wheel)

Jaraknya kira–kira 2 tahun cahaya dari galaksi Bima Sakti. Berbentuk spiral kecil.
Blue pin wheel galaxy merupakan galaksi kecil dan terletak agak dekat dengan
bumi sehingga para astronom dapat dengan jelas jelas mengamati bintangnya
yang besar.
22

Gambar 16. Galaksi Roda Bitu

9. Galaksi Pusaran Air

Jaraknya kira–kira 14.000.000 tahun cahaya dari galaksi Bima Sakti. Pada bagian
tengahnya terdapat bintang yang amat terang. Berbentuk spiral yang terlentang
dan terletak agak berdekatan dengan galaksi lain yang mempunyai bentuk tak
beraturan.

10. Galaksi Sombrero (M104 atau NGC4594)

Jaraknya kira – kira 28.000.000 tahun cahaya dari galaksi Bima Sakti. Berbentuk
spiral di mana lingkaran luarnya tampak lebih besar layaknya topi. Terletak
disusunan bintang virgo. Mempunyai inti yang terang dan sebuah sentral yang
berlubang besar yang bewarna hitam dan partikel debu dipermukaan yang lereng.

11. The Whir Pool Galaxy (M51a atau NGC 5194)

Jaraknya kira – kira 234.000.000 tahun cahaya dari galaksi Bima Sakti. Berbentuk
spiral. Dapat dilihat dengan teropong biasa.

2.4.2 Bintang

Bintang adalah benda langit yang dapat memancarkan cahaya dan panas sendiri.
Diduga bintang berwujud bola gas yang amat besar, yang sangat panas, dan
menyala-nyala. Bintang-bintang dapat digolongkan sesuai spectrumnya, yaitu
23

garis cahaya terkuat yang dipancarkannya. Dikenal terdapat tujuh golongan


bintang, yakni golongan O, B, A, F, G, K, dan M.

a. Bintang golongan O adalah bintang termuda sekaligus terpanas diantara


bintang-bintang lainnya dengan suhu permukaan antara 30.273 0 C hingga
60.273 0 C. Populasinya adalah yang terkecil, hanya 0,003% diantara
bintang- bintang yang ada. Bintang ini berwarna biru.
b. Bintang golongan B, memiliki suhu permukaan antara 10.273 0 C hingga
30.273 0 C. Bintang ini berwarna biru keputihan, dengan populasi sekitar
0,13%.
c. Bintang golongan A, memiliki suhu permukaan antara 7.773 0 C hingga
10.273 0 C. Bintang ini berwarna putih, dan populasinya hanya 0,63%
diantara bintang-bintang.
d. Bintang golongan F, memiliki suhu permukaan antara 6.273 0 C hingga
7.773 0 C. Bintang ini berwarna putih kekuningan, dengan populasi 3,1%
diantara bintang-bintang.
e. Bintang golongan G, memiliki suhu permukaan antara 5.273 0 C hingga
6.273 0 C. Bintang ini ditandai dengan ion kalsium tunggal yang kuat
dengan warna kuning. Populasinya adalah 8%.
f. Bintang golongan K, memiliki suhu permukaan antara 3.773 0 C hingga
5.273 0 C, ditandai dengan warna jingga, memiliki populasi tergolong
besar yakni 13% diantara bintang-bintang.

g. Bintang golongan M, merupakan bintang tertua dan sekaligus terdingin.


Bintang ini memiliki suhu permukaan lebih kecil daripada 3.773 0 C.
Bintang ini ditandai dengan warna merah, dengan populasi yang terbesar
yakni 78% diantara bintang-bintang.
24

Gambar 17. Klasifikasi Bintang

A. Gugus Bintang

Gugus bintang atau disebut sebagai “Star Cluster” adalah kumpulan bintang-
bintang yang masih berada didalam ruang lingkup galaksi khususnya galaksi
Bimasakti. Berdasarkan jenisnya, gugus bintang terbagi atas dua macam yaitu
Gugus bintang bola(Globular Cluster) dan gugus bintang terbuka(Open Cluster).
25

1. Gugus Bintang Bola (Globular Cluster)

Gugus bintang bola atau Globular Cluster merupakan kumpulan bintang yang
memiliki bentuk simetri seperti bola. Diameternya mencapai 10 tahun cahaya
hingga 30 tahun cahaya. Didalam gugus bintang bola hampir sebagian besar
terdiri atas bintang-bintang berumur tua dengan jumlah bintang mencapai 10.000
bintang hingga jutaan bintang didalamnya. Saking besarnya diameter yang
dimiliki gugus bintang bola, seluruh bintang-bintang yang ada didalam gugus ini
terikat oleh besarnya gravitasi gugus bintang yang menyebabkan bintang-bintang
terkonsentrasi ke arah pusat. Dapat kita lihat bersama bahwa pada wilayah pusat
gugus bintang bola akan tampak lebih terang dengan kerumunan bintang-bintang
yang hampir tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Massa dari
bintang-bintang ini memiliki massa yang kurang dari dua massa matahari kita.
Gugus bintang bola tersebar diwilayah bulge dan pusat galaksi Bimasakti.

Di dalam galaksi Bimasakti, gugus bintang bola tersebar luas di kawasan halo
galaksi dan pusat galaksi Bimasakti dengan orbit yang sangat elips. Beberapa
contoh gugus bintang bola yang dapat dengan mudah kita temukan dilangit malam
salah satunya adalah gugus bintang bola Omega Centauri. Gugus bintang Omega
Centauri dapat kita temukan di rasi bintang Centaurus. Jika cuaca cerah dan
terbebas dari polusi cahaya maupun terbebas dari awan dilangit, gugus bintang
Omega Centauri dapat kita temukan menggunakan binokuler bahkan mata
telanjang. Satu pertanyaan, apakah gugus bintang bola pasti berbentuk seperti
bola? Ya! Gugus bintang bola pasti memiliki bentuk seperti bola dengan
kepadatan bintang berada dipusat gugus bintang.

2. Gugus Bintang Terbuka (Open Cluster)

Jika gugus bintang bola memiliki bentuk simetri seperti bola, lain halnya dengan
gugus bintang terbuka. Gugus bintang terbuka tidak memiliki bentuk simetri
seperti yang dimiliki oleh gugus bintang bola. Hal ini dikarenakan pada gugus
bintang terbuka lemahnya gaya gravitasi yang dimiliki gugus bintang
menyebabkan jarak antara bintang satu dengan lainnya tampak berjauhan, tidak
26

teratur serta tidak memiliki kepadatan di pusat gugus bintangnya. Jumlah bintang-
bintang di dalam gugus bintang terbuka berkisar antara puluhan hingga ratusan
dengan rata-rata umur bintang masih “remaja” yaitu antara ratusan tahun hingga
jutaan tahun. Dalam studi evolusi bintang, gugus bintang terbuka merupakan
benda langit terpenting karena bintang-bintang didalam gugus bintang terbuka
masih memiliki umur dan komposisi kimia serupa. Gugus bintang terbuka dapat
kita temukan disekitar wilayah lengan spiral galaksi.

Dalam beberapa buku, istilah Open Cluster atau gugus bintang terbuka juga
disebut sebagai gugus bintang galaktik atau Galactic Clusters. Penyebutan Open
Cluster atau galactic cluster sesungguhnya memiliki pengertian yang sama yaitu
gugus bintang terbuka. Salah satu contoh gugus bintang terbuka yang dapat kita
amati di musim penghujan adalah gugus bintang terbuka Pleiades di rasi bintang
Taurus. Gugus bintang Pleiades merupakan gugus bintang terbuka paling terang
dilangit malam yang dapat diamati oleh mata telanjang.

Anda mungkin juga menyukai