Buat Essay SK 5
Buat Essay SK 5
ETIOLOGI PERIODONTITIS
Faktor Utama
a) Plak
Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri
atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang
melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.
b) Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi. Kalkulus merupakan plak terkalsifikasi. Jenis kalkulus di
klasifikasikan sebagai supragingiva dan subgingiva berdasarkan relasinya dengan gingival
margin. Kalkulus supragingiva ialah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi
mulai dari puncak margin gingiva dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-
kuningan atau bahkan kecoklat-coklatan. Konsistensi kalkulus ini seperti batu tanah liat dan
mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan bantuan skeler.
c) Aggregatibacter actinomycetemcomitans
Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans adalah bagian dari flora normal
pada individu yang sehat, tetapi juga sebagai agen utama dalam beberapa bentuk
periodontitis yang agresif. Sebuah studi longitudinal menunjukkan bahwa anak-anak
dengan keadaan periodontal yang sehat dengan adanya koloni Aggregatibacter
actinomycetemcomitans memiliki peningkatan risiko untuk berkembangnya periodontitis
agresif lokalisata.
2. KLASIFIKASI PERIODONTITIS
a. Periodontitis kronis
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan secara
umum berkembang lambat, tetapi nampak periode destruksi yang cepat. Peningkatan
perkembangan periodontitis dapat disebabkan oleh dampak faktor lokal, sistemik dan
lingkungan yang dapat mempengaruhi akumulasi plak. Penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus dan HIV dapat mempengaruhi pertahanan hospes; faktor lingkungan
seperti kebiasaan merokok dan stress juga dapat mempengaruhi respon hospes
terhadap akumulasi plak.
Ciri-ciri periodontitis krinis:
Lebih prevalen pada orang dewasa namun juga dapat terjadi pada anak-anak
Besarnya kerusakan konsisten/sesuai dengan faktor lokal
Berhubungan dengan pola variabel mikrobial
Ditemukan kalkulus subgingiva
Tingkat perkembangan penyakit lambat sampai sedang dengan kemungkinan
periode perkembangan yang cepat
Dapat dimodifikasi atau berhubungan dengan: penyakit sistemik seperti diabetes
mellitus dan infeksi HIV faktor lingkungan seperti merokok dan stress emosional.
Inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi pendarahan waktu penyikatan atau
bahkan pendarahan spontan.
Poket
Resesi gingiva
Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi tidak
selalu merupakan tanda dari penyakit.
Mobilitas gigi
Menurut miller:
- Derajat 1 kegoyangan kurang dari 1mm pergerakan horizontal dalam arah fasial lingual
- Derajat 2 kegoyangan sedang lebih dari 1mm pergerakan horizontal dari arah fasial
lingual
- Derajat 3 kegoyangan berat lebih dari 1mm pergerakan horizontal dalam arah fasial
lingual dan atau mesial distal dan pergerakan kearah vertikal
Migrasi gigi
Gerakan gigi (atau gigi-geligi) keluar dari posisi sebenarnya di dalam lengkung rahang
merupakan tanda umum dari penyakit periodontal dan salah satu penyebab yang
membuat pasien cemas.
Nyeri
Salah satu tanda penting dari periodontitis kronis adalah absennya nyeri dan sakit
kecuali bila keadaan tersebut didahului oleh inflamasi. Nyeri atau sakit waktu gigi
diperkusi menunjukkan adanya inflamasi aktif dari jaringan penopang, yang paling akut
bila ada pembentukan abses dimana gigi sangat sensitif terhadap sentuhan.
Kerusakan tulang alveolar
Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan ligamen periodontal adalah tanda paling
penting dari periodontitis kronis dan merupakan salah satu penyebab lepasnya gigi.
Tanda radiografi yang pertama dari kerusakan periodontal adalah hilangnya densitas
tepi alveolar.
Halitosis dan rasa tidak enak
Rasa dan bau yang mengganggu sering menyertai penyakit periodontal terutama
bila
kebersihan mulut buruk. Inflamasi akut, dengan produksi nanah yang keluar dari
poket bila poket ditekan juga menyebabkan halitosis
b. Periodontitis agresif
Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada kecepatan
perkembangan penyakitnya yang sebaliknya terlihat pada individu yang sehat, tidak
adanya akumulasi besar plak dan kalkulus, dan riwayat periodontitis agresif pada
keluarga
Karateristik umum periodontitis agresif:
Pasien sehat secara klinis
Attachment loss yang cepat dan destruksi tulang
Besarnya deposit mikrobial inkonsisten/tidak sesuai dengan keparahan penyakit
Agregasi keluarga pada individu yang menderita
Karakteristik berikut umum tetapi tidak bersifat universal:
Daerah yang terkena terinfeksi oleh Actinobacillus actinomycetemcomitans
Abnormalitas fungsi fagosit
Makrofag hiperresponsif, peningkatan produksi PGE2 dan IL-1β
Klasifikasi periodontitis agresif:
Localized:
Onset penyakit terjadi pada saat usia pubertas
Localized pada molar pertama atau insisivus dengan proximal attachment loss
pada setidaknya dua gigi permanen yang salah satunya adalah molar pertama
Respon serum antibodi yang kuat pada agen penginfeksi
Generalized:
Biasanya pada individu berusia dibawah 30 tahun (namun dapat juga lebih dari
30 tahun)
Proximal attachment loss tergeneralisir setidaknya pada tiga gigi selain molar
pertama dan insisivus
Destruksi periodontal episodik
Respon serum antibodi yang buruk pada agen penginfeksi
c. Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik
Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik adalah suatu kondisi jika
penyakit sistemik menjadi faktor predisposisi utama dari periodontitis, tetapi faktor
lokal seperti jumlah plak dan kalkulus di dalam mulut tidak terlihat jelas, sedangkan jika
kerusakan periodontal akibat dari faktor lokal dan diperburuk dengan kondisi sistemik
seperti diabetes mellitus atau infeksi HIV, diagnosisnya menjadi periodontitis kronis
dengan modifikasi kondisi sistemik.
Periodontitis dapat menjadi manifestasi dari penyakit sistemik berikut:
1. Penyakit Hematologi
o Acquired neutropenia
o Leukemias
o Penyakit lainnya
2. Penyakit Genetik
a. Kekaburan dan putusnya kontinuitas lamina dura, pada bagian mesial atau distal dari
puncak septum interdental dipertimbangkan sebagai perubahan radiografi paling awal
pada periodontitis.
c. Proses destruksi berjalan sepanjang puncak septum interdental dan tingginya tulang
menjadi berkurang.
d. Tinggi tulang septum interdental berkurang secara progresif akibat perluasan inflamasi
dan resorpsi tulang.
4. PATOGENESIS PERIODONTITIS
Periodontitis adalah gangguan multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri dan
gangguan keseimbangan pejamu dan parasit sehingga menyebabkan destruksi jaringan.
Proses terjadinya periodontitis melibatkan mikroorganisme dalam plak gigi dan faktor
kerentanan pejamu. Faktor yang meregulasi kerentanan pejamu berupa respon imun
terhadap bakteri periodontopatogen.
Tahap awal perkembangan periodontitis adalah inflamasi pada gingiva sebagai
respon terhadap serangan bakteri. Periodontitis dihubungkan dengan adanya plak
subgingiva. Perluasan plak subgingiva ke dalam sulkus gingiva dapat mengganggu
perlekatan bagian korona epitelium dari permukaan gigi. Mikroorganisme yang terdapat di
dalam plak subgingiva seperti Porphiromonas gingivalis, Actinobacillus
actinomycetemcomitans, Tannerela forsythia, Provotella intermedia dan Treponema
denticola akan mengaktifkan respon imun terhadap patogen periodontal dan endotoksin
tersebut dengan merekrut neutrofil, makrofag dan limfosit ke sulkus gingiva untuk
menjaga jaringan pejamu dan mengontrol perkembangan bakteri.
Faktor kerentanan pejamu sangat berperan dalam proses terjadinya periodontitis.
Kerentanan pejamu dapat dipengaruhi oleh genetik, pengaruh lingkungan dan tingkah laku
seperti merokok, stres dan diabetes. Respon pejamu yang tidak adekuat dalam
menghancurkan bakteri dapat menyebabkan destruksi jaringan periodontal.
Tahap destruksi jaringan merupakan tahap transisi dari gingivitis ke periodontitis.
Destruksi jaringan periodontal terjadi ketika terdapat gangguan pada keseimbangan jumlah
bakteri dengan respon pejamu, hal ini dapat terjadi akibat subjek sangat rentan terhadap
infeksi periodontal atau subjek terinfeksi bakteri dalam jumlah yang besar. Sistem imun
berusaha menjaga pejamu dari infeksi ini dengan mengaktifasi sel imun seperti neutrofil,
makrofag dan limfosit untuk memerangi bakteri. Makrofag distimulasi untuk memproduksi
sitokin matri metalloproteinases (MMPs) dan prostaglandin E2 (PGE2). Sitokin MMPs
dalam konsentrasi tinggi di jaringan akan memediasi destruksi matriks seluler gingiva,
perlekatan serat kolagen pada apikal epitel penyatu dan ligamen periodontal. Sitokin PGE2
memediasi destruksi tulang dan menstimulasi osteoklas dalam jumlah besar untuk
meresorbsi puncak tulang alveolar.
Kehilangan kolagen menyebabkan sel epitelium penyatu bagian apikal berproliferasi
sepanjang akar gigi dan bagian korona dari epitelium penyatu terlepas dari akar gigi.
Neutrofil menginvasi bagian korona epitelium penyatu dan memperbanyak jumlahnya.
Jaringan akan kehilangan kesatuan dan terlepas dari permukaan gigi. Sulkus akan meluas
secara apikal dan pada tahap ini sulkus gingiva akan berubah menjadi poket periodontal.
Periodontitis Kronis
Pemeriksaan Subjective:
- Periodontitis kronis umumnya merupakan penyakit progresif yang lambat yang
tidak menyebabkan individu yang terkena merasakan rasa sakit.
- Pada orang-orang dengan perkembangan penyakit lanjut, area nyeri tumpul local
atau
- sensasi nyeri yang menjalar ke area lain dari mulut atau kepala dapat terjadi.
- Pasien periodontitis kronis umumnya memiliki plak dan kalkulus subgingiva yang
cukup banyak
- Laju perkembangan penyakit lambat
Pemeriksaan Objective:
o Probbing, Untuk mengetahui terbentuknya pocket dan hilangnya perlekatan.
Subklasifikasi periodontitis kronis didasarkan pada jumlah kehilangan perlekatan:
ringan (1 mm hingga 2 mm), sedang (3 mm hingga 4 mm), dan berat (≥5 mm).
o Pemeriksaan mobilitas gigi, Pada periodontitis kronis, ditemukan mobilitas gigi akibat
hilangnya attachment.
Pemeriksaan Penunjang:
Radiografi gigi menunjukkan tingkat kehilangan tulang, yang ditunjukkan oleh
penurunan puncak tulang alveolar dari CEJ. Perbedaan antara periodontitis agresif dan
kronis kadang-kadang sulit, karena gambaran klinis mungkin serupa pada saat
pemeriksaan pertama. Pada titik waktu selanjutnya selama perawatan, periodontitis
agresif dan kronis dapat dibedakan dengan tingkat perkembangan penyakit dari waktu ke
waktu, sifat keluarga dari penyakit agresif, resistensi penyakit terhadap terapi anti-infeksi
periodontal, dan adanya factor lokal.
Periodontitis agresif:
Kriteria diagnosis penyakit periodontitis agresif menurut Land et al. (1999) dan
Joshipura et al. (2015) adalah sebagai berikut:
• Onset pada usia muda
• Keterlibatan beberapa gigi dengan pola kehilangan perlekatan klinis dan kehilangan
tulang secara radiografis yang khas.
• Perjalanan penyakit yang cepattanpa keterlibatanpenyakit sistemik yang mengganggu
respon tubuh terhadap infeksi.
• Walaupun padasebagian kasus penyakit munculsebelum pubertas, pada sebagian
besar kasus muncul saat atau setelah periode pubertas. Seseorang dapat terkena kasus
ini pada usia yang muda (misalnya sebelum usia 25 tahun), walaupun gejalanya baru
bisa dirasakan setelah penyakit tersebut terlihat secara klinis.
• Awalnya, lesi-lesi periodontal menunjukkan pola yang spesifik, secara radiografis
tampak kehilangan tulang vertikal pada permukaan proksimal gigi-gigi posterior yang
biasa terjadi secara bilateral. Gambaran radiografis pada kasus-kasus periodontitis
agresif yang parah tampak seperti kehilangan tulang horizontal. Lesi periodontal yang
agresif juga dapat mengenai gigi sulung, walaupun kehilangan dini gigi sulung sangat
jarang.
• Periodontitis agresif dapat bersifat lokal atau menyebar. Pada kasus yang lokal,
kehilangan perlekatan jaringan periodontal dan tulang alveolar biasanya dimulai pada
gigi-gigi insisif dan gigi-gigi molar pertama permanen, dengan bertambahnya usia maka
lesi tersebut dapat menyebar ke gigi-gigi sebelahnya. Bentuk yang menyebardapat
mengenai hampir seluruh gigi permanen.
• Terdapat agregasi familial.
• keberadaan mikroorganisme spesifik, khususnya Aggregatibacter
actinomycetemcomitans (Aa). Bakteri periopatogen ini dapat diidentifikasi
menggunakan metode biologi molekuler modern seperti PCR dan DNA-probes.
6. Tatalaksana periodontitis
Penatalaksanaan Kasus Perawatan yang dilakukan terdiri dari perawatan periodontal
inisial, bedah, dan perawatan pemeliharaan.
a. Perawatan inisial meliputi :
Pasien diberi edukasi dan motivasi mengenai cara menjaga kebersihan rongga mulut.
Scalling dan root planning
Scalling : tindakan melepaskan plak dan kalkulus dari supragingiva dan subgingiva
Root planing : tindakan melepaskan sementum nekrotik dan kalkulus residual sehingga
menghasilkan permukaan akar yang halus dan bersih
Bila ada plak dan kalkulus terbatas permukaan enamel saja, cukup dengan scalling.
Bila terdapat exposed dari akar scaling dan root planning.
Terapi antimikrobial, pemberian antibiotik sistemik selama 8 hari
Splinting sementara
Fungsi : menstabilkan gigi goyang, mendistribusikan tekanan
Indikasi : gigi dengan kegoyangan derajat 3
Pasien dievaluasi untuk melihat sejauh mana terjadi perbaikan setelah perawatan
inisial selesai dilakukan. Perawatan bedah dilakukan sebulan kemudian setelah tidak
terlihat adanya pengurangan kedalaman poket.
Indikasi
Untuk debridemen poket dengan kedalaman lebih dari 5 mm, tidak ada kelainan
sistemik
c. Perawatan pemeliharaan
Cek OHIS
Cek kondisi gingiva
Cek oklusi dan kegoyangan gigi
Cek apakah ada prubahan patologis lain
Manifestasi oral
Obat kardiovaskular yang dikonsumsi pasien PJK memiliki efek samping sistemik
maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia. Pusat saliva mengontrol
derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang mempersarafi kelenjar
saliva.Rangsangan parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva dapat
menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi
simpatis di pihak lain, menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan
konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi
saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya.