PEMBAHASAN
digunakan guru untuk menciptakan suatu kondisi yang positif, juga menciptakan
pengalaman kelas yang produktif. Hal ini disebut manajemen kelas, yaitu strategi
Baumert, & Koller, 2007; Martin, 2008). Kelas tanpa masalah perilaku dapat
yang efektif (Evertson & Poole, 2008). Siswa yang mengikuti kegiatan yang
terstruktur dengan baik yang berhubungan dengan minat mereka, yang sangat
termotivasi untuk belajar, dan yang bekerja pada tugas-tugas yang menantang
namun masih dalam batas kemampuan mereka jarang menimbulkan masalah yang
serius ketika diatur. Ms. Cavalho memiliki kelas yang dikelola dengan baik karena
dia mengajarkan pelajaran yang menarik, melibatkan imajinasi dan energi para
harapan yang tinggi, dan menumbuhkan antusiasme. Namun, kelas yang dikelola
dengan baik tetap terdiri atas sisiwa secara individu yang dapat berkelakuan
1
2
buruk. Beberapa siswa memandang, kedekatan fisik sudah cukup sedang bagi
aktivitas dalam kelas, pembelajaran, dan kelas olahraga agar penggunaan waktu
untuk mencegah masalah perilaku atau sebagai respon untuk jalan keluar masalah
teknik yang guru dapat belajar dan menerapkannya. Setiap guru, seefektif apapun
Jika satu waktu hanya dihabiskan mengajarkan satu pokok bahasan, murid
tidak akan mempelajarinya. Meskipun lebih banyak waktu yang dihabiskan dalam
tetap memberikan efek yang rendah atau tidak konsisten (Gijelaers & Schmidt,
1995; Karweit, 1989). Secara spesifik perbedaan khas dalam panjang hari sekolah
dan tahun sekolah di beberapa kawasan hanya memiliki dampak yang kecil pada
prestasi siswa (Karweit, 1989). Waktu aktif belajar, atau waktu untuk
Dengan kata lain, aspek yang paling penting dari waktu adalah hal yang berada
3
memiliki sesi sekitar 6 jam sehari selama 180 hari setiap tahun. Waktu untuk
dikerjakan dirumah, kegiatan setelah sekolah atau sekolah musim panas, tetapi
jumlah keseluruhan waktu yang tersedia untuk pembelajaran pada dasarnya telah
diatur. Dari waktu 6 jam (atau lebih) harus digunakan untuk mengajar berbagai
mata pelajaran ditambah waktu untuk makan siang, istirahat, dan pendidikan
sampai 60 menit dalam mata pelajaran tertentu, banyak faktor yang sangat
sekitar pedesaan Maryland, menemukan kelas yang terorganisir dengan baik dan
lugas, dengan guru-guru yang berdedikasi dan pekerja keras. Perilaku siswa
umum baik dan menghormati otoritas. Bahkan, disekolah dengan kualitas yang
pengujian standar, acara sekolah, karyawisata, dan ketidakhadiran guru. Pada hari-
hari ketika pengajaran diberikan, waktu kelas hilang karena keterlambatan dalam
memulai pelajaran dan kegiatan yang bukan pengajaran seperti diskusi tentang
4
Pada akhirnya meskipun matematika yang diajarkan, banyak siswa yang tidak
pelajaran atau waktu seatwork, bermain-main, atau mengasah pensil; sedang yang
lainnya tidak ada hal yang dilakukan, baik karena mereka selesai dengan
pekerjaan mereka ditugaskan atau karena mereka belum ditetapkan tugas. Angka
60 persen yang diperkirakan oleh Karweit dan Slavin adalah, jika ada, perkiraan
tinggi. Dalam penelitian Weinstein dan Migano (1993) menemukan bahwa siswa
sekolah dasar hanya menghabiskan sepertiga waktu dari mereka untuk terlibat
siswa memiliki kesempatan untuk belajar, ketika guru mengajar, siswa dapat
belajar dengan memperhatikan. Ketika siswa sedang menulis tugas atau tugas-
tugas lain, mereka dapat sekaligus belajar dengan melakukannya. Ada beberapa
periode. Jumlah dari periode yang terbuang saat pengajaran mengganggu aliran
Menjadikan pemakaian yang baik pada semua kelas akan mengurangi masalah
waktu terbuang dibanding berkomunikasi dengan para murid bahwa belajar adalah
hal penting yang bernilai bagi waktu dan usaha mereka. Jika seorang guru
membuat alasan untuk tidak mengajar, siswa akan belajar bahwa pelajaran
5
bukanlah hal penting untuk dilakukan. Apakah tambahan waktu tidak dapat
mengakhiri pelajaran.
purposive pengajaran. Jika siswa tahu bahwa guru tidak memulai pelajaran tepat
waktu, siswa akan memunculkan persepsi dating tepat waktu bukanlah hal yang
penting, sehingga kedepannya akan sulit untuk menanamkan sikap tepat waktu.
Guru yang tidak mengajar sampai akhir waktu, lebih baik daripada memulai
pelajaran dengan buruk atau keterlambatan, tapi akan lebih baik menghindarinya
c. Mencegah gangguan
disebabkan oleh guru atau siswa sendiri. Gangguan tidak hanya secara langsung
di pintu untuk menginformasikan orang yang ingin menyela untuk kembali lagi
nanti. Urusan apapun yang dapat ditunda sampai setelah pelajaran harus ditunda.
berbaris bagi siswa sebelum melakukan sesuatu, guru harus menangani hal ini
Penelitian menemukan bahwa siswa belajar lebih banyak dari guru yang
memberikan banyak konten dalam setiap pelajaran (Good & Brophy, 2008).
Kecepatan pembelajaran juga memberikan kontribusi untuk minat dan waktu saat
mengerjakan tugas.
siswa untuk diam, akan lebih efektif untuk masalah perilaku kecil tanpa harus
mengganggu pelajaran.
tugas.
bersemangat melakukan apa yang diminta dari mereka (Emmer & Evertson,
2009;. Evertson dkk, 2009; Weinstein & Mignano, 2003). Cara ini menekankan
semua murid atau sebagian besar murid untuk belajar sendiri-sendiri dibangku
lebih tinggi ketika guru mengajar daripada selama seatwork individu (Evertson &
1990), dan memberikan siswa banyak kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam
pelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran yang lebih besar juga (Finn & Cox,
1992).
b. Menjaga momentum
fokus yang lebih tinggi di dalam kelas. Istilah momentum mengacu pada
mempertahankan momentum yang baik, siswa selalu dapat bekerja dengan baik,
saat mulai bekerja, focus mereka tidak akan terganggu. Slowdowns dalam
pengajaran dapat berasal dari guru yang terlalu lama menghabiskan waktu untuk
tersebut dapat dengan mudah diabaikan. Sehingga hal tersebut mengganggu fokus
8
momentum dengan jumlah waktu pada pengerjaan tugas, Brophy & Evertson
yang mengacu pada keadaan fokus yang terus-menerus pada setiap rangkaian
pelajaran. Pelajaran yang lancer menghindari lompatan dari satu topic ke topic
lain tanpa adanya proses perpindahan atau dari pelajaran menuju kegiatan lainnya.
(Kounin, 1970). Kelancaran ditemukan sangat terkait dengan waktu siswa pada
pengerjaan tugas (Kounin, 1970) dan prestasi (Anderson dkk, 1979; Brophy &
Evertson, 1976).
lainnya. Anderson & koleganya (1979) dan Evertson & koleganya (1980)
1) Ketika membuat transisi, sinyal harus diberikan secara jelas untuk siswa
guru menggunakan bel atau sinyal tangan untuk menunjukkan kepada siswa
2) Sebelum transisi dibuat, siswa harus yakin tentang apa yang mereka lakukan
sebagai sebuah kelompok, bukan hanya pada satu siswa di satu waktu
(Charles, 2008).
memastikan bahwa semua siswa di kelas terlibat dalam pelajaran, bahkan ketika
hanya satu siswa yang dipanggil oleh guru. Dua komponen utama konsep Kounin
dan group alerting. Accountability berarti sejauh mana orang bertanggung jawab
untuk pertunjukan tugas atau hasil keputusan Kounin (1970). Group alerting
siswa terlibat dalam kerja kelompok kooperatif, siswa dapat memeriksa pekerjaan
secara individu yang berusaha untuk bersaing di dalam kelas. Interaksi dengan
siswa selama seatwork harus sesingkat mungkin karena jika guru terlalu lama
untuk fokus pada satu siswa, siswa di kelas dapat menyimpang dari tugas yang
g. Withitness
perilaku siswa di semua waktu (Kounin, 1970). Komponen utama dari withitness
adalah berupa seringnya memindai kelas dan melakukan kontak mata dengan
siswa. Beberapa studi menemukan bahwa pengelola kelas yang efektif adalah
dengan seringnya memindai kelas secara visual, monitoring laju kegiatan serta
Pengelola kelas yang efektif harus mampu menafsirkan dan bertindak pada
suasana kelas secara keseluruhan. Pengajar melihat ketika siswa mulai gelisah
atau sebaliknya, dan bertindak atas informasi ini untuk mengubah kegiatan agar
h. Overlapping
11
dapat dihindari, dan kemampuan untuk menjaga kegiatan tetap berlangsung saat
siswa tampak fokus pada tugas tetapi tidak benar-benar terlibat dalam
di kelas di mana siswa sudah cukup baik dalam berperilaku tidak meningkatkan
prestasi siswa (Blackadar & Nachtigal, 1986; Slavin, 1986; Stalling & Krasavage,
1986). Terlalu menghabiskan waktu pada tugas dapat merusak belajar dalam
rendah, akan menjadi pembelajaran yang buruk jika menghindari tugas-tugas ini
untuk menjaga waktu pada tugas dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Menjaga
ketertiban kelas adalah tujuan penting dari pengajaran, tetapi hal ini hanya salah
classroom)
12
banyak waktu mereka bekerja satu sama lain, melakukan proyek terbuka, menulis,
dan bereksperimen. Dalam kelas yang berpusat pada siswa anajemen kelas
siswa dan konsisten dijalankan (Freiberg, Connell, & Lorentz, 2001; Freiberg &
Lamb, 2009). Jika siswa di kelas yang berpusat pada siswa yang sangat terlibat
dan termotivasi oleh keberagaman, kegiatan, dan sifat sosial kegiatan kelas, maka
tindakan disiplin akan kurang diperlukan (Weinstein & Mignano, 2003), masalah
perilaku siswa akan mengganggu siswa lainnya dalam belajar, dan pengajar harus
memiliki strategi untuk membantu siswa memenuhi norma telah disepakat oleh
seluruh kelas.
Efektif
termasuk mulai tahun dengan benar, mengatur ruang kelas untuk pengajaran yang
efektif, menetapkan aturan dan prosedur kelas, dan membuat harapan perilaku
peduli antara guru dan siswa membantu membangun nada kooperatif dalam kelas
13
yang mengurangi masalah disiplin (Crowe, 2008; Freiberg & Lamb, 2009;
McNeely, Nonnemaker, & Blum dkk, 2002;. Osher & Fleishman 2005 ).
Kelas yang berbeda tingkatan dan siswa dalam kelompok ini memiliki
masalah manajemen yang berbeda. Misalnya, siswa yang lebih muda, memiliki
masalah tentang sosialisasi siswa dengan norma dan perilaku yang diharapkan di
sekolah (Epstein, 2008; Evertson, Emmer, & Worsham, 2009; Weinstein &
sekolah yang konsisten dan membangun hubungan yang positif dan keberhasilan
prinsip yang menggarisbawahi aturan dan prosedur dan secara rasional dapat
setuju untuk memperhatikannya (Emmer & Evertson, 2009; Evertson dkk, 2009;
penegakan aturan, dan frekuensi komunikasi dengan rumah telah sangat efektif
Emmer, Evertson, & Anderson (1980) dan Evertson & Emmer (1982)
mempelajari tindakan guru pada awal tahun ajaran dan hubungannya dengan
membandingkan guru yang kelas kebanyakan pada tugas selama tahun sekolah
14
dengan guru yang kelas kurang konsisten pada tugas dan menemukan bahwa
manajer kelas yang lebih baik terlibat dalam kegiatan-kegiatan berikut selama
hari-hari pertama jika sekolah secara signifikan lebih sering daripada yang kurang
manajer yang efektif (Evertson dkk, 2009; Wong & Wong, 2004).
b. Pengelola yang efektif dengan melibatkan seluruh kelas diawal. Pengajar tetap
terlibat dengan kelas setiap saat, jarang meninggalkan siswa tanpa sesuatu
untuk dilakukan atau tanpa pengawasan. Sebagai contoh, pengelola yang lebih
efektif jarang bekerja dengan siswa individu kecuali sisa kelas yang produktif
waktu.
bermasalah.
bekerjasama membuat suatu aturan kelas berupa yaitu aturan berhubungan dengan
tugas, peraturan tidak terlalu banyak, peraturan harus masuk akal tidak
memberatkan siswa dan guru, dan peraturan harus jelas dimengerti siswa dan
rasional dan adil kepada pihak siswa dan guru, tidak tumpang tindih atau berat
sebelah. Ketika siswa dan guru setuju dengan peraturan kelas, setelah itu tugas
Pengaplikasiannya di kelas berupa siswa tahu jika ia melanggar aturan kelas sama
saja melanggar perjanjian aturan kelas sehingga mendapatkan hukuman, dan guru
kelas, ketika guru atau siswa lain sedang berbicara hendaknya siswa lain tidak
Barr dan Parrett (2001), Freiberg dan Lapointte (2006) mengatakan bahwa
interesting lessons, pelajaran menarik sangat berguna di dalam kelas dan secara
perilaku dan banyak masalah lainnya secara bersama dengan baik. Contoh
tugas jangka panjang juga berhubungan dengan beberapa masalah perilaku yang
serius. Waktu dari tugas tersebut bisa mengarah ke masalah perilaku, banyak
masalah perilaku yang bermunculan karena siswa frustrasi dan bosan di sekolah.
Program sekolah yang melibatkansecara aktif dan menyiapkan para murid menuju
(ekstrakurikuler).
Emmer dan Stough (2011) mengatakan bahwa pelajaran yang efektif dan
mencegah atau mengatasi perilaku meyimpang. Disamping itu penataan kelas baik
17
aturan dan lain-lain dapat mengurangi frekuensi dari kesalah pahaman siswa dan
guru, guru harus mempunyai strategi dalam menghadapi beberapa masalah yang
Fay (2001) mengatakan bahwa hal utama dalam masalah perilaku yang
sekecil apapun, seperti masalah ketika siswa gagal atau tidak mengikuti peraturan
kelas, biasanya guru menganggap hal tersebut tidak terlalu serius namun perilaku
yang seperti itu harus diminimalisir untuk membiasakan siswa. Sebelum membuat
pelajar yang kompeten dan mengerti bahwa blajar itu sangat menyenangkan dan
memuaskan dan satu lagi yang paling penting adalah lingkungan kelas yang
keterkaitan yang kuat antara perhatian penuh, perilaku baik dan pencapaian siswa.
Lingkungan kelas yang baik tidak bisa tercipta jika siswa tidak menghormati
untuk dimasukkan dalam pengaturan ruangan kelas, tetapi guru adalah pemimpin
kelas maka guru tersebut hanya akan mengurusi perilaku bermasalah dengan
waktu yang lama atau hanya akan meneriaki siswa sebagai intruksi yang tepat
18
sebagai akibat hilangnya wibawa. Berbeda kelas maka strategi yang digunakan
Banyak pelajaran yang tertunda karena kita terlalu banyak membuang waktu
hanya untuk mendisiplinkan siswa hal itu akan memperlambat pencapain siswa
disebabkan oleh bahan yang terlalu sulit atau tugas yang tidak realistis dengan
lebih baik dengan mempersiapkan siswa untuk bekerja sendiri. Kepenatan dapat
dikurangi jika istirahat pendek diperbolehkan, kegiatan yang bervariasi, dan mata
pelajaran yang sulit dijadwalkan di pagi hari ketika siswa masih dalam keadaan
segar.
3. Isyarat Nonverbal
menggunakan isyarat sederhana. Cukup dengan kontak mata kita bisa mencegah
biasanya akan efektif. Maksud dari isyarat non verbal tersebut adalah dengan
maksud mengatakan “saya melihat apa yang kamu lakukan, dan saya tidak suka,
yang akan berhenti mengerjakan tugas ketika salah satu siswa ditegur (Kounin,
1970). Hal ini dapat menganggu konsentrasi dan menghilangkan konsentrasi para
siswa bukan hanya yang melakukan tindakan tersebut tetapi banyak siswa yang
terkena efeknya.
Pujian bisa menjadi motivasi yang sangat kuat bagi siswa. Salah satu
memberikan pujian bagi siswa terhadap perilakunya dan hal itu akan menolak atau
perilaku menyimpang. Hal itu akan membawa siswa untuk melakukan hal baik
lain. Contohnya Dina sedang mengantuk dan menguap, guru bisa mengatakan
saya senang melihat kalian semua belajar dengan bak. Mukhlis bekerja baik, Budi
bekerja dengan baik juga, Agung dan Gina juga bekrja dengan baik. Ketika Dina
20
mendegar hal tersebuat, Dina akan memperhatikan juga. Kemudian puji pula Dina
setelah itu.
6. Kata-kata Pengingat
Apabila isyarat non verbal tidak memungkinkan atau tidak efektif, maka
memungkinkan guru mengarahkan apa yang harus dilakukan siswa setelah itu,
pengingat ini haruslah fokus terhadap perilaku bukan siswa. Beberapa perilaku
dari siswa ada yang tidak bisa ditoleransi, namun siswa tersebut akan selalu
Kebanyakan dari isyarat non verbal bekerja dengan baik begitu juga kata
nilai buruk, karena akhirnya mereka tidak mengerjakan tugas tersebut. Dan
akhirnya mereka akan mulai membuat alasan, tugas ini akan mendapatkan
tambahan waktu lagi sehingga akan membuat siswa tidak akan mengerti maksud
guru yang sebenarnya. Sehingga perintah guru dalam kata-kata pengingat tidak
21
terakhir yang harus dilakukan adalah membuat siswa menderita dengan hukuman
waktu istirahat, menambah waktu belajar di waktu pulang sekolah, atau menelpon
dengan hukuman yang tidak menyengkan dan harus dilakukan segera setelah
dihukum atas ketidak patuhannya guru harus memberikan tindakan atau kata-kata
yang tegas seperti: sekarang kamu memilih bekerja dengan baik dan patuh, atau
lima menit waktu istirahatmu dikurangi untuk mengerjakan tugas. Guru harus
memilih orang tertentu yang bersedia untuk mengamati siswa disaat istirahat, bisa
juga dilakukan tehnik empty threats seperti “apabila kamu masih melakukan hal
tersebut maka saya akan menghukum kamu selama satu bulan” namun hal itu
akan menjadi buruk dan tidak berguna apabila guru tersebut tidak bisa benar-
Hal yang perlu diperhatikan setelah menghukum siswa, guru tidak boleh
mengungkit-ungkit hal tersebut lagi, contohnya ketika siswa boleh masuk ke kelas
kembali, kita tidak boleh menyidir atau mengucilkan, siswa pantas mendapatkan
fresh start.
22
dan Traudman; Mallott, 2008 bahwa analisa perilaku berdasrkan konsep behavior
dari perhatian guru. Siswa mendapatkan satu persatu pelajaran tentang kenakalan
Prinsip dasar dari behavior learning theories adalah bahwa setiap perilaku
Penguat yang paling umum untuk perilaku di kelas adalah perhatian dari
guru, peer group, atau keduanya. Siswa menerima satu per satu contoh perilaku
23
buruk, baik karena mereka tidak menerima perhatian penuh dari orang dewasa
maupun karena tidak ada teman sekelas yang hadir untuk memperhatikan perilaku
a. Perhatian guru
perhatian guru, hal ini yang merupakan hal yang umum menurut pemikiran para
guru. Yang terpenting adalah cara untuk mendapat perhatian dari siswa, caranya
sangat mudah berikan perhatian kepada siswa ketika melakukan pekerjaan yang
baik dan abaikan ia sebisa mungkin ketika ia nakal. Ketika mengabaikan siswa
Perhatian dari teman adalah salah satu alasan perilaku nakal siswa. Hal itu
Perilaku buruk dapat diperkuat dengan adanya perhatian yang diberikan teman-
temannya. Mengabaikan perilaku negative tidak akan efektif jika perilaku tersebut
kontingensi, strategi ini berfungsi untuk semua orang di dalam kelas dengan
Hal ketiga yang memperkuat perilaku nakal dari siswa adalah untuk
Namun bukan hanya yang nakal tetapi bahkan siswa yang sangat rajinpun akan
meraskan bosan dan frustrasi. Hal ini bisa diketahui dengan memperhatikan
frekuensi dari siswa yang meminta izin minum, ke wc, menamjamkan pensil. Hal
ini yang biasa membuat seriusnya perilaku menyimpang pada siswa. Terkadang
ada siswa yang sengaja melakukan kenakalan akan diusir dari kelas dan
mengeluarkan siswa dari kelas terkadang menjadi tindakan yang kurang tepat.
lain bisa menjadi hal yang efektif. Namun metode sistematis terkadang
dibutuhkan. Di dalam kelas dimana lebih banyak siswa yang berperilaku baik
dibandingkan tidak, strategi mengatur perilaku secara individual akan lebih efektif
namun di dalam kelas kebanyakan siswa yang nakal. Strategi group kontigensi
akan lebih dibutuhkan. Berikut adalah bagian dari program analisa penerapan
perilaku, yaitu:
nakal siswa,
25
tersebut.
2) Tujuan untuk observasi ini adalah menetapkan batasan dengan perilaku yang
ingi diperbaiki.
3) Perilaku yang dijadikan target adalah perilaku yang paling serius karena
sangat mudah untuk diobservasi dan merupakan hal yang paling penting,
menguatkan perilaku tersebut, hal ini akan membuat perilaku lebih terarah.
Apabila perilaku nakal terhadap orang lain, seperti berbicara tanpa ada
melawak, maka penguatnya bisa kita amati, apakah itu berasal dari
temannya.
Apabila penguatnya dari kelas seperti pujian, maka hal itu merupakan hal
yang baik untuk memulai program dengan memberikan perhatian dan pujian
menggunakan penguatan yang lebih kuat, apabila pujian tidak berhasil. Selain
pujian mungkin pemberian bintang atau smilly atau hadiah kecil lainnya akan
berguna. Hadiah-hadiah kecil tersebut akan lebih tepat sasaran dan terlihat
siswa.
sebaiknya dihindari karena tidak menghasilkan kebahagiaan dan kelas yang sehat
dan seharusnya dilakukan tanpa keraguan ketika strategi penguatan tidak efektif.
3) Siapkan untuk anak penguatan positif ketika melakukan hal yang baik.
4) Memperkuat perilaku anak yang tidak sesuai dengan hukuman yang kita
berakhir.
puncak target.
Ketika program penguatan telah berjalan dengan baik, dan ketika perilaku
telah meningkat satu level menjadi baik, frekuensi penguatan bisa dikurangi,
semakin banyak perilaku yang baik maka semakinn kecil juga frekuensi
penguatan. Hal ini dapat membantu perilaku yang baru dapat bertahan lebih lama
mengatasi perilaku dalam waktu yang singkat sangat beresiko gagal dan
Salah satu hukuman yang efektif disebut timeout, sang guru menyuruh
anak nakal ini untuk pergi ketempat yang lain selain kelas, seperti kantor,
lapangan, dan lain-lain. Kalau bisa tempatkan siswa di tempat yang tidak menarik
dan sedikit siswanya. Hukuman ini berguna untuk menghilangkan perhatian dari
teman sekelasnya, ini cocok anak-anak yang nakal karena mencari perhatian
teman-temannya.
Satu dari sekian banyak cara dalam mengatur keefektifan ruang kelas
siswa catatan harian ataupun mingguan untuk dibawa pulang dan kemudian
berdasarkan laporan dari gurunya tersebut. Strategi ini memberikan banyak sekali
untuk kegiatan anak menonton, videogame, komputer dan lain-lain. Orangtua juga
akan lebih tahu apa yang disukai dan tidak disukai anaknya. Kedua, strategi ini
kesalahan. Hal ini tidak baik antara hubungan orangtua dan sekolah bisa berakibat
saling menuduh. Ketiga, strategi ini sangat mudah dikelola, kita bisa melibatkan
banyak orang dewasa untuk menangani anak ini selain gurunya dan lain-lain,
Daily report card program adalah kartu yang di setup oleh guru yang
harus dibawa siswa setiap harinya, hal ini merupakan catatan harian yang diisi
oleh guru yang akan dilihat orangtua siswa dan ini adalah alat dalam strategi home
based reinforcement.
report card. Pilihlah perilaku yang ingin dimasukkan dalam daily report
card, dan kemudian pilihlah skema penilaian pada setiap perilaku dan
bertanya ketika laporan anaknya baik. Pada program ini haruslah difokuskan
frekuensi dari laporan, ketika program ini berjalan dengan baik maka sudah
penghargaan kepada setiap group atau keseluruhan group ketika salah satu
anggota group melakukan perilaku baik maupun buruk, dengan kata lain setiap
anggota kelas harus bekerja sama. Program ini sangat mudah untuk diberlakukan
karena seluruh kelas akan mendapatkan imbalannya ketika salah satu anggota
melakukan perilaku baik atau buruk. Teori dibalik program adalah ketika sebuah
group diberikan sebuah penghargaan walaupun salah satu anggota group yang
melakukan, hal ini akan mendorong satu sama lain untuk bekerja sama untuk
peraturan kelas.
perilaku.
setiap perilaku. Contonhya seperti perilaku baik diberi nilai 5 dan perilaku
buruk diberi nilai -5. Setiap poin bisa ditukar dengan imbalan seperti
Kelas akan diberi penghargaan setiap hari atau minggu jika mereka
beberapakali pada siang hari. Sebagai contoh, anda mungkin menyetel timer
kepada kelas yang muridnya mampu menyesuaikan diri dengan aturan kelas.
Beberapa guru memasukkan sebuah kelereng kedalam guci setiap waktu dan
istirah tambahan tidak mungkin, setiap harga dari kelereng bisa dipindahkan
31
hal ini membantu siswa dalam menyesuaikan diri sehingga ketika meraka
siswa.
Behavior analisis strategi dapat menjadi cara paling kuat dalam metode
menuju ke level yang bisa dikontrol namun walaupun demikian ada beberapa
bahaya pada guru yang menggunakan tehnik tersebut untuk over kontrol terhadap
siswanya. Seperti membuat siswa tetap duduk tenang, diam, dan memperhatikan
secara produktif, namun ia tidak mengetahui bahwa inti dari bersekolah adalah
Beberapa tahun yang lalu Wineet dan Winkler (1972) menulis sebuah
system telah disalahgunakan karena guru percaya bahwa “quiet last is learning
32
dan intensfitas belajar akan meningkat dam mendidik. Namun waktu tambahan
kelas tidak cukup untuk menciptakan lingkungan positif untuk belajar. Tidaklah
etis terlalu banyak menggunakan metode ini tetapi mungkin lebih etis jika gagal
mengaplikasikan kedua metode tersebut, dan membuat kita tahu bahwa ada
Setiap orang bermasalah, sangat sulit bagi seoranguntuk suatu waktu tidak
melakukan sesuatu yang ia salah dan itu ilegal, bagaimanapun beberapa orang
bermasalah jauh lebih sering dibandingkan dengan yang lainnya, dan siswa pada
1. Program Pencegahan
perilaku seperti menciptakan kelas yang aman dan pro sosial, akan membuka
diskusi yang baik terhadap perilaku dan cara menghindarinya (Learning First
Alliance, 2001; Osher, Dwyer, dan Jackson, 2004; Stipek dkk, 1999).
menjadi leader dalam aktifitas, dan memberikan dampak yang baik untuk sekolah
33
dan komunitas (Allen, 2003; Freiberg dan Lapoointe, 2006). Membuat kelas
pencapaian akademik juga memberikan efek yang baik kepada perilaku (Barr dan
Meskipun ada beberapa siswa yang lebih rentan terhadap perilaku yang
sekolah secara konsisten, sebagi contoh grafity atau perusakan, harus diperbaiki
sekaligus sehingga siswa tidak akan memikirkan untuk merusak atau mencoret-
dengan tegas dan adil; penerapan kaku pada aturan tanpa toleransi sudah tidak
menjadi produktif.
34
Bolos dan kenakalan adalah dua hal yang sangat berkaitan, ketika siswa
keluar dari sekolah, mereka akan sering akan berada di komunitas dan membuat
masalah. (Haslinger, Kelly, dan O’Lara, 1996; Lehr, Hansen, Sinclair, dan
Christenson, 2003; Minke dan Bear, 2000). Barber dan Kagey (1977) mengatakan
bahwa dengan mengadakan pesta kehadiran satu bulan penuh akan meningkatan
dengan cara menelpon orangtua dimanapun siswa berada dalam beberapa hari
berturut-turut, apabila siswa tidak hadir dalam 6 hari dalam satu bulan akan
beberapa intervensi.
pengaruh terkait antara rumah dan sekolah dan bantuan dari sumber daya
lokal.
menyalahkan sumbernya.
6. Melatih Intervensi
(Gresham, 2005; Walker, Ramsey, dan Gresham, 2003). Hawkins, Guo, Hill,
membantu anak dengan pencapaian yang rendah dan juga bertujuan mengontrol
36
siswa dalam group, siswa dalam program ini yang jarang dikeluarkan dan diusir
serius saat hal ini terjadi orangtua harus diberitahukan, apabila perlakuan tersebut
berlanjut orangtua harus terlibat dalam menetapkan program, hal ini bertujuan
menyimpang.
antara teman sekolahnya, siswa yang memiliki masalah dengan siswa lain bisa
diminta untuk membawa masalahnya ke peer mediasi dari pada meminta solusi
dari orang dewasa dan peer mediasi sendiri harus aktif dalam melihat lagi masalah
9. Menghadapi Bullying
bullying secara online dan lain-lain. Berikut cara yang efektif untuk menghindari
bullying, yaitu:
seluruh sekolah.
37
c. Menyiapkan training dan kemampuan sosial dan mengenali siswa yang ikut
serta dalam aktifitas peran sosialnya. Skill-skill yang perlu dilatih adalah
hal itu membuat siswa ketika membolos akan mendapatkan pengalaman tidak
namun saat hukuman itu berlangsung hukuman itu harus singkat. Mengeluarkan
beberapa hak bisa juga digunakan bagaimanapun itu setiap hukuman tidak boleh
terlalu lama, setiap anak memiliki kapasitas terhadap perilaku baik dan perilaku
tidak baik, sekolahlah yang harus mengarahkan anak untuk menjadikan perilaku