Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL

Nama : ADILA KURNIATI


NIM : A1C419005
Kel. : 2 (Dua)

Dosen Pengampu :
1. Dr. Drs. Jodion Siburian, M.Si.
2. Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si.
3. Dr. Dra. Evita Anggereini, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI 2020
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Zulhidayati Pratiwi Putri (A1C418018)1
ABSTRAK
Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak
melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang
merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik. Percobaan ini
bertujuan untuk membuktikan adanya penyimpangan semu hukum mendel, mengetahui
perbandingan genotif dan fenotif, dan dapat melakukan pengujian lewat test X2. Dari
percobaan ini didapatkan hasil keturunan yang berbeda dari kedua induknya yaitu
bentuk tunggal (single) pada persilangan parental 1 antara Ros (RRpp) dan Pea (rrPP),
yang menghasilkan F1 Walnut (RrPp).
Kata Kunci : Avatisme, Penyimpangan semu, Hukum Mendel.

PENDAHULUAN
Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan suatu bentuk persilangan yang
dapat menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid berdasarkan
hukum Mendel. Fenotip adalah karakteristik yang bisa diamati dari suatu organisme
yang dapat diatur oleh genotip dengan lingkungan atau interaksi antar keduanya.
Karakteristik dari fenotip mencangkup biokimia, struktural, perilaku, dan fisiologis
serta dari berbagai tingkat gen dari suatu organisme. Penyimpangan semu hukum
mendel dapat diamati pada kasus kodominan, interaksi gen, kriptomeri, polimeri,
epistasishipostasis, gen komplementer, atavisme, dan gen dominan rangkap. Berikut
beberapa penjelasan mengenai jenis-jenis penyimpangan semu hukum mendel.
Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak
melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang
merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik (Ramandhani,
2013).
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk membuktikan adanya penyimpangan semu
Hukum Mendel, mengetahui perbandingan genotif dan fenotif, dan dapat melakukan
pengujian lewat test X2 ( Chi-square test) untuk mengetahui apakah hasil yang didapat
bias dianggap baik atau tidak.
KAJIAN TEORI
Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak
melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang
merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik (Ramandhani,
2013).
Penyimpangan semu hukum mendel adalah penyimpangan yang tidak keluar dari
aturan hukum Mendel, meskipun terjadi perubahan rasio F2-nya karena gen memiliki
sifat berbeda-beda. Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya dua pasang gen atau
lebih saling memmengaruhi dalam memberikan fenotipe pada suatu individu. Ada
beberapa macam peristiwa yang dikategorikan sebagai penyimpangan semu hukum
Mendel, yaitu atavisme (interaksi), kriptomeri, epistasis dan hipostasis, komplementer,
serta polimeri. Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat adanya interaksi
beberapa gen, contohnya bentuk jengger atau pial ayam. Hasil perbandingan fenotif
pada F 2-nya adalah 9:3:3:1. Kriptomeri merupakan peristiwa tertutupnya ekspresi gen
dominan apabila berdiri sendiri. Ekspresi gen ini akan terlihat jika terdapat secara
bersamaan dengan gen dominan lain. Hasil perbandingan fenotif pada F2-nya adalah
9:3:4. Epistasis merupakan peristiwa suatu gen mengalahkan (Astarini, 2018: 441).
Menurut Abdurrahman (2008 : 332) penyimpangan semu hukum mendel memiliki
lima bentuk, yaitu: komplementer, polimer, epistatis, hipostatis dan kriptomeri.
1. Komplementer, merupakan bentuk gen yang saling melengkapi. Jika salah satu
gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud oleh gen tersebutjuga tidak muncul
atau muncul tidak sempuma. Berdasarkan hasil persilangan, perbandingan
penyimpangan semu ini adalah 9 : 7.
2. Polimer, adalah dua gen atau lebih yang menempati lokus yang berbeda tetapi
memiliki sifat yang sama. Berdasarkan hasil persilangan, pen yimpangan semu
ini menghasilkan perbandingan 15 : 1.
3. Epistatis dan hipostatis saling berinteraksi. Epistatis merupakan sifat yang
menutupi, sedangkan hipostatis adalah sifat yang tertutupi
a. Epistatis dominan, adalah adanya gen dminan yang menutupi (bersifat
epistatis). Perbandingannya 12 : 3 : 1.
b. Epistatis resesif, yaitu terdapat satu gen resesif yang bersifat epistatis.
Perbandingannya 9 : 3 : 4.
4. Kriptomeri, adalah sualu sifat tersembunyi pada induk dan akan muneul pada
keturunannya karena adanya dua gen dominan yang bertemu membentuk sifat
lain dan adanya satu gen yang bersifat epistatis. Perbandingan persilangan ini 9 :
3 : 4.
Penyimpangan semu hukum Mendel disebabkan oleh genetik dan interaksi alel
dimana alel-elel yang berasal dari gen yang berbada terkadang berinteraksi dengan
memunculkan perbandingan fenotipe yang tidak umum. Hal tersebul menyebabkan
dominasi suatu alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi. Contohnya interaksi bentuk
pial pada ayam yang berbentuk rose dan walnul (Yumus, dkk., 2006: 62).
Menurut Oktarisna (2013), dalam suatu percobaan hanya memiliki dua hasil
keluaran, contohnya pelemparan mata uang, kita mendapatkan sisi depan dan sisi
belakang, maka distribusi normal dapat digunakan untuk menentukan apakah frekuensi
kedua hasil tersebut cukup signifikan terhadap frekuensi yang diharapkan. Namun
demikian, jika lebih dari dua hasil yang muncul, katakanlah ada k- hasil, maka distribusi
normal tidak dapat digunakan untuk menguji perbedaan signifikan antara frekuensi hasil
pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk melakukan uji hipotesis
menggunakan Uji Chi-Kuadrat (Chi-Square Testing, dilambangkan dengan 2). Jika kita
mempunyai frekuensi observasi sebanyak k, yaitu o1, o2, o3, …., ok dan frekuensi
harapan (expectation) yaitu e1, e2, e3 , …, ek, maka rumusan chi-kuadrat dituliskan :

Jika 2 = 0, maka ada kesesuaian sempurna antara hasil observasi dan nilai harapan.
Jika2> 0, maka antara hasil observasi dan nilai harapan tidak terjadi kesesuaian
sempurna. Semakin besar nilai 2, ketidaksesuaian antara hasil observasi dan nilai
harapan juga semakin besar (Oktarisna, 2013).
METODE
Praktikum dilakasakan pada hari Kamis, tanggal 19 November 2020, pukul 13.30
WIB. Praktikum dilaksanakan di Perumahan Indoguna Asri Blok F.64, Mendalo Darat,
Muaro Jambi, Jambi.
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Kardus/karton
2. Pipet
3. Jarum pentul
4. Lidi (30 cm)
5. Gunting
Prosedur kerja yang dilakukan praktikan sebagai berikut :
Pertama dibuat baling genetika. Diberi pada bagian ujung baling genetika kode,
tandai dengan dengan spidol. diputar kedua baling – baling secara bersamaan. Hentikan
secara acak dan amatilah tangan baling-baling yang bertemu. Kemudian catatlah dalam
tabel (tangan yang berhadapan menunjukan 2 gamet yang bersatu). Lakukan
pengulangan sebanyak 96 kali untuk mendapatkan kombinasi yang berbeda. Dicatat
hasil fenotif dan genotipe yang muncul dalam tabel laporan sementara. Dihitung jumlah
masing-masing fenotif yang muncul Pasangan gen yang mempengaruhi jengger pada
ayam:
R_P_= Sumpel (walnut),
rrP_ = biji (pea),
R_pp= Gerigi (ros),
rrpp = belah (single).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil Percobaan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
No Genotipe Fenotipe Turus Jumlah
1. RRPP walnut IIII I 6
2. RRPp walnut IIII IIII II 12
3. RrPP walnut IIII IIII IIII 23
IIII III
4. RrPp walnut IIII IIII IIII 19
IIII
5. RRpp Rose IIII 4
6. Rrpp Rose IIII III 8
7. rrPP Pea IIII 5
8. rrPp Pea IIII IIII IIII 14
9. rrpp single IIII 5
Pembahasan
Percobaan yang dilakukan yaitu penyimpangan semu hukum mendel pada
pewarisan sifat atavisme. Atavisme adalah interaksi gen yang menghasilkan keturunan
dengan fenotip yang berbeda dari induknya. Hasil perbandingan fenotif pada F2-nya
adalah 9:3:3:1. Persilangan atavisme parentalnya RRpp (Rose) dan rrPP (Pea),
menghasilkan F1 atau keturunan pertama RrPp (Walnut), kemudian hasil F1 disilangkan
lagi dengan sesamanya dan membentuk gamet RP, Rp, rP, rp dengan rasio fenotip
9:3:3:1. Data yang diperoleh dari 96 kali perputaran yaitu R_P_ sebanyak 60 kali, R_pp
sebanyak 12 kali, rrP_ sebanyak 19 kali, dan rrpp sebanyak 5 dengan total sebanyak 96
kali.
Penyimpangan semu hukum Mendel disebabkan oleh genetik dan interaksi alel
dimana alel-elel yang berasal dari gen yang berbada terkadang berinteraksi dengan
memunculkan perbandingan fenotipe yang tidak umum. Hal tersebul menyebabkan
dominasi suatu alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi. Contohnya interaksi bentuk
pial pada ayam yang berbentuk rose dan walnul (Yumus, dkk., 2006: 62).
Menurut Abdurrahman (2008 : 332) penyimpangan semu hukum mendel memiliki
lima bentuk, yaitu: komplementer, polimer, epistatis, hipostatis dan kriptomeri.
1) Komplementer, merupakan bentuk gen yang saling melengkapi. Jika salah satu
gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud oleh gen tersebutjuga tidak muncul
atau muncul tidak sempuma. Berdasarkan hasil persilangan, perbandingan
penyimpangan semu ini adalah 9 : 7.
2) Polimer, adalah dua gen atau lebih yang menempati lokus yang berbeda tetapi
memiliki sifat yang sama. Berdasarkan hasil persilangan, pen yimpangan semu
ini menghasilkan perbandingan 15 : 1.
3) Epistatis dan hipostatis saling berinteraksi. Epistatis merupakan sifat yang
menutupi, sedangkan hipostatis adalah sifat yang tertutupi
a) Epistatis dominan, adalah adanya gen dminan yang menutupi (bersifat
epistatis). Perbandingannya 12 : 3 : 1.
b) Epistatis resesif, yaitu terdapat satu gen resesif yang bersifat epistatis.
Perbandingannya 9 : 3 : 4.
5. Kriptomeri, adalah sualu sifat tersembunyi pada induk dan akan muneul pada
keturunannya karena adanya dua gen dominan yang bertemu membentuk sifat
lain dan adanya satu gen yang bersifat epistatis. Perbandingan persilangan ini 9 :
3 : 4.

KESIMPULAN
Percobaan yang dilakukan yaitu penyimpangan semu hukum mendel pada
pewarisan sifat atavisme. Atavisme adalah interaksi gen yang menghasilkan keturunan
dengan fenotip yang berbeda dari induknya. Penyimpangan semu hukum Mendel
disebabkan oleh genetik dan interaksi alel dimana alel-elel yang berasal dari gen yang
berbada terkadang berinteraksi dengan memunculkan perbandingan fenotipe yang tidak
umum. Contoh lain dari penyimpangan semu hokum mendel adalah komplementer,
polimer, epistatis, dan kriptomeri.
Pertanyaan Pasca Praktikum :
1. Berapakah jumlah macam fenotif yang terbentuk pada simulasi tersebut?
Jawab : terbentuk 4 fenotip.
2. Bagaimanakah angka perbandingan fenotif yang dihasilkan?
Jawab : 9 : 3 : 3 : 1
3. Samakah dengan angka perbandingan fenotif dihibrid normal? Jika tidak sama apa
penyebabnya?
Jawab :
4. Buatlah diagram Punnet (diagram persilangannya) !
Jawab : RrPp >< RrPp
Lk/Pr RP rP Rp rp
RP RRPP RrPP RRPp RrPp
(Walnut) (Walnut) (Walnut) (Walnut)
rP RrPP rrPP rRPp rrPp
(Walnut) (Pea) (Walnut) (Pea)
Rp RrPp RrPp RRpp Rrpp
(Walnut) (Walnut) (Ros) (Ros)
rp RrPp rrPp Rrpp Rrpp
(Walnut) (Pea) (Ros) (Single)

5. Buatlah kesimpulan persilangan tersebut !


Jawab : persilangan antara RrPp >< RrPp menghasilkan sifat walnut (R_P_)
sebanyak 9, sifat Pea (rrP_) sebanyak 3, sifat Ros (R_pp) sebanyak 3 dan sifat single
(rrpp) sebanyak 1. Sehingga perbandingannya 9 : 3 : 3: 1.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
Astarini, Dwi. 2018. Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu Hukum
Mendel Melalui Alat Bantu Baling-Baling Genetika Pada Siswa Kelas Xii Ips 2
Sma N 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Jarlitbang Pendidikan, Vol.
3(2).
Oktarisna, F. A., Andy, S., Arifin, N. S., 2013. Pola Pewarisan Sifat Warna Polong pada
Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas Introduksi
dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi Tanaman. 1 (2): 82-84.
Ramandhani M. R., 2013. Penerapan Pattern Matching dalam Penentuan Pewarisan
Sifat Genetis Tetua pada Anaknya. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Yunus, Rosman, Dkk. 2006. Teori Darwin Dalam Pandangan Sains Dan Islam. Jakarta:
Prestasi.

LAMPIRAN
Lampiran Hitung
Tabel Uji Chi Square
Fenotip Observed Expected O-E (O-E)2/E
R_P_ 60 54 6 0,2
rrP_ 12 18 -6 0,7
R_pp 19 18 1 0,06
rrpp 5 6 -1 0,17
2
Jumlah 96 96 0 X = 1,13
X2 = 1,13 < X2 tabel (7,82) Menerima hukum mendel
Expected
9/16 x 96 = 54
3/16 x 96 = 18
3/16 x 96 = 18
1/16 x 96 = 6
 Avatisme
X2=(60-54)2/54+(12-18)2/18+(19-18)2/18+(5-6)2/6
= (6)2/54+(-6)2/18+(1)2/18+(-1)2/6
= 0,2+0,7+0,06+0,7
X2 = 1,13
 X2 Tabel
db = 4-1 = 3
X2 Tabel = 7,82
Lampiran Foto
Foto Jam

13:40 wib
13:42 wib

13:45 wib

13:47 wib

Lampiran Laporan Sementara


Laporan Sementara

Nama : Zulhidayati Pratiwi Putri


NIM : A1C418018
Kelas : Reguler A 2018 (ruang R002)
Judul Praktikum : Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Hari/Tanggal : Kamis / 19 November 2020

Alat dan bahan :

1. 2 botol yang tutupnya sudah dilubangi dan diisi air


2. Selotip dan Tusuk sate
3. Gunting
4. 4 kardus ukuran 4 cm X 20 cm
5. ATK (Kertas, pena, penggaris)
Tabel1. Hasil Percobaan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

No Genotipe Fenotipe Turus Jumlah


1) RRPP walnut IIII I 6
2) RRPp walnut IIII IIII II 12
3) RrPP walnut IIII IIII IIII IIII III 23
4) RrPp walnut IIII IIII IIII IIII 19
5) RRpp Rose IIII 4
6) Rrpp Rose IIII III 8
7) rrPP Pea IIII 5
8) rrPp Pea IIII IIII IIII 14
10. rrpp single IIII 5

REFLEKSI
a) Pengetahuan dan pengalaman apa yang didapatkan dari praktikum ?
Jawab : saya mengetahui tentang penyimpangan semu hukum mendel.
b) Kendala atau kesulitan apa yang ditemui saat pelaksanaan praktikum ?
Jawab : karena melakukan perputaran baling-baling yang terlalu banyak cukup
melelahkan.
c) Saran yang diberikan untuk perbaikan pelaksanaan praktikum yang akan datang !
Jawab : Selanjutnya semoga menjadi lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai