Jurnal MDR TB Primer Dengan Diabetes Melitus
Jurnal MDR TB Primer Dengan Diabetes Melitus
Abstrak
Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun didiagnosis MDR TB dalam pengobatan OAT MDR paduan jangka pendek
+ DM tipe II normoweight tidak terkontrol. Pasien memiliki keluhan batuk berdahak sejak kurang lebih dua bulan
sebelum masuk rumah sakit, riwayat batuk darah 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, jumlah ±100 cc,
berwarna merah segar. Nyeri dada saat benapas sejak kurang lebih dua bulan yang lalu. Sesak napas dirasakan
sejak 2 bulan ini bersifat hilang timbul . Demam sejak 1 bulan ini hilang timbul tidak tinggi dan tidak menggigil.
Keringat malam sejak 1 bulan ini. Penurunan berat badan ± 10 kg dalam 3 bulan terakhir. Penurunan nafsu
makan ada sejak tiga bulan lalu. Pasien telah melakukan pemeriksaan di laboratorium RS Yos Sudarso Padang
pada tanggal 20 Maret 2019 dengan hasil MTB (+), resisten Rifampisin (RR). Pasien sudah dikenal menderita
diabetes melitus sejak tahun 2007 dan konsumsi metformin dan glimepiride. Pemeriksaan fisik paru ditemukan
suara napas vesicular, ronkhi pada kedua paru dan tidak terdengar wheezing. Rontgen dada menunjukkan
kesan tuberculosis paru aktif. Pasien mendapat terapi OAT MDR paduan jangka pendek dan obat diabetes
melitus.
Kata kunci : Tuberculosis, diabetes melitus, batuk
Abstract
A 60-year-old male patient was diagnosed with MDR TB inshort-term mixed MDR + DM type II normoweight
treatment uncontrolled. The patient had complaints of cough with phlegm since approximately two months before
being admitted to the hospital, a history of coughing up blood 1 week before being admitted to the hospital, the
volume is about 100 cc, fresh red. Chest pain when breathing since two months ago. Shortness of breath that
has been felt since 2 months is intermittent. The fever since 1 month has disappeared and is not high and there
are no chills. Night sweats since 1 month. Weight loss of ± 10 kg in the last 3 months. Decrease in appetite since
three months ago. The patient had an examination at the Yos Sudarso Hospital Padang laboratory on March 20,
2019 with the results of MTB (+), Rifampin resistance (RR). The patient has been known to suffer from diabetes
mellitus since 2007 and is taking metformin and glimepiride. Physical examination of the lungs found vesicular
breath sounds, ronkhi in both lungs and no wheezing. Chest X-ray shows the impression of active pulmonary
tuberculosis. The patient received a combination of short-term MDR and diabetes mellitus medication.
Key words: Tuberculosis, diabetes mellitus, cough
Korespondensi: Nama
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
1
Nama penulis pertama: judul pendek dalama Bahasa Indonesia maksimal 140 karakter (termasuk spasi)
Multi Drug Resistance Tuberculosis (MDR- persentase resistensi primer di seluruh dunia telah
TB) adalah resistensi kuman Mycobacterium terjadi poliresistensi 17,0%, monoresistensi terdapat
Tuberculosis terhadap INH dan Rifampisin dengan 10,3%, dan Tuberculosis -Multidrug Resistant (TB-
atau tanpa OAT lini pertama lain, misalnya resisten MDR) sebesar 2,9%. Resistensi primer terjadi pada
HR, HRE, HRES.1 Kasus Tuberculosis (TB) baru di pasien yang sebelumnya tidak pernah mendapat
dunia secara umum 10 juta kasus, dan diperkirakan pengobatan OAT atau telah mendapatkan OAT
400 juta kasus diabetes mellitus tahun 2017, dan kurang dari 1 bulan. Kontak penularan M.
558.000 kasus adalah MDR TB dengan rifampisin Tuberculosis secara droplet yang telah mengalami
resisten atau resisten Isoniazid (INH) dan rifampisin. resistensi obat akan menciptakan kasus baru pasien
TB dan DM termasuk 10 besar penyebab kematian TB yang resistensi primer, pada akhirnya mengarah
pada kasus multi-drug resistance (MDR).4
karena infeksi di dunia setelah infeksi HIV.1,2 Song
Menurut WHO tahun 2018, TB menyebabkan
dkk tahun 2019 di Cina melaporkan kasus TB DM
kematian 1,3 juta setiap tahunnya dan ditemukan 10
pada kasus TB baru di India 54%, Kepulauan Pasifik
juta kasus TB aktif dan TB laten pada akhir tahun
40% dan Meksiko 25%. Studi epidemiologi dan
2017. Faktor risiko untuk berkembangnya TB adalah
analisis sequensing DNA M.TB didapatkan
koinfeksi HIV, malnutrisi, asap rokok dan diabetes
kebanyakan adalah MDR TB karena infeksi primer,
mellitus tipe 2 (DM tipe 2). DM tipe 2 adalah
dan DM adalah salah satu konkommitant faktor
gangguan metabolik kronik yang disebabkan oleh
risiko MDR. Penelitian di India, Spanyol dan Turki
kerusakan fungsi dari sel beta pankreatik yang
didapatkan 10-23% pasien MDR adalah dengan
menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang
DM.3
progresif dan inflamasi kronik.1,5 Penelitian yang
Badan kesehatan dunia (world health
dilakukan oleh Wan-mei dkk di China pada tahun
organization /WHO) memperkirakan di dunia
2004-2007 menemukan bahwa kasus TB resisten
terdapat sekitar 500.000 kasus TB resisten terhadap
obat primer lebih tinggi pada pasien dengan DM
INH dan rifampisin (TB MDR) setiap tahunnya
dibandingkan dengan non- DM. 6 Penelitian Amare
dengan angka kematian 150.000 dan yang
tahun 2013 melaporkan terjadinya peningkatan
ditemukan serta diobatai sebanyak 10% pada tahun
kasus TB aktif bahkan MDR TB meningkat 2 sampai
2016. Kasus MDR TB diseluruh dunia diperkirakan
4 kali lipat pada pasien dengan DM tipe 2. Tahun
terdapat 4,1% kasus baru MDRTB dan 19% kasus
2018, diperkirakan terjadi peningkatan kasus DM
MDRTB pernah mendapatkan pengobatan
tipe 2 yang juga akan meningkatkan risiko tinggi
sebelumnya pada tahun 2016. Negara dengan
terjadinya penyebaran TB untuk tahun mendatang. 7,8
jumlah kasus terbanyak adalah China, India dan
Cristian Alvredo dkk menganalisa perubahan
Federasi Rusia. Indonesia termasuk 27 negara
metabolik pada pasien DM tipe 2 akan
dengan high burden MDRTB di dunia, diperkirakan
mempengaruhi infeksi TB dan progresifitas TB.
6800 kasus baru per tahun, 2,8% merupakan kasus
Perubahan metabolik itu antara lain hiperglikemia,
baru dan 16% pernah mendapatkan OAT
peningkatan Hb A1C, peningkatan trigliserida,
sebelumnya. Tahun 2016, terdapat 2293 pasien
penurunan HDL, penigkatan lipoprotein, dan
terkonfirmasi MDR/RRTB dan 1420 (62%)
modifikasi dari hormonal lainnya. Tatalaksana
diantaranya merupakan kasus baru.1 imunitas untuk metabolik sindrom akan
dikembangkan sebagai strategi baru untuk tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 86x/menit,
diagnosis, tatalaksana dan pencegahan frekuensi napas 18x/menit, suhu 36,70C dan
5
tuberkulosis. Berdasarkan hal diatas maka penulis saturasi oksigen sebesar 98%. Pemeriksaan fisik
tertarik untuk membuat laporan kasus tentang MDR mata ditemukan konjungtiva tidak anemis dan sklera
TB primer dengan komorbid DM. tidak ikterik. Pemeriksaan leher JVP 5-2 cmH2O.
LAPORAN KASUS Pemeriksaan fisik dada dan punggung
Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun didapatkan inspeksi simetris dimana sisi kanan
kiriman dari Poli Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang sama dengan sisi kiri (statis) serta pergerakan dada
dengan keluhan batuk berdahak sejak kurang lebih kanan sama dengan kiri (dinamis). Palpasi fremitus
dua bula sebelum masuk rumah sakit. Batuk kanan meningkat dari kiri. Perkusi kanan dan kiri
berdahak sejak kurang lebih dua bulan sebelum sonor. Auskultasi kanan ditemukan suara napas
masuk rumah sakit, dahak warna putih kekuningan, vesicular ronkhi dan tidak terdengar wheezing.
bersifat hilang timbul. Batuk darah tidak ada, riwayat Auskultasi paru kiri suara napas vesicular, ronkhi
batuk darah 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan tidak terdengar wheezing
jumlah ±100 cc, berwarna merah segar. Nyeri dada Pemeriksaan fisik bagian lain pada jantung,
saat benapas sejak kurang lebih bulan masuk abdomen dan ekstremitas didapatkan jantung iktus
rumah sakit. Sesak napas dirasakan sejak 2 bulan tidak terlihat, iktus teraba 2 jari lateral linea
ini bersifat hilang timbul, sesak tidak menciut. midclavicularis sinistra (LMCS) ruang intercostal
(RIC) V. Batas jantung kanan sukar dinilai, batas
Demam sejak 1 bulan ini hilang timbul tidak tinggi
atas RIC II. Perkusi jantung tidak dilakukan.
dan tidak menggigil. Keringat malam sejak 1 bulan
Auskultasi bunyi jantung terdengar irama teratur,
ini. Penurunan nafsu makan ada sejak kurang lebih
murmur tidak ada, gallop tidak ada. Pemeriksaan
3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Penurunan
fisik abdomen ditemukan inspeksi tidak tampak me
berat badan kurang lebih 7 kg dalam 3 bulan
mbuncit, palpasi supel, hepar dan lien tidak teraba,
terakhir. Buang air besar dan buang air kecil tidak
tidak ada nyeri tekan epigastrium, perkusi timpani
ada keluhan. Pasien telah melakukan pemeriksaan
dan auskultasi bising usus positif normal.
di laboratorium RS Yos Sudarso Padang pada
Pemeriksaan ekstremitas tungkai, tidak ditemukan
tanggal 20 Maret 2019 dengan hasil MTB (+),
edema.
resisten Rifampisin (RR).
Pemeriksaan laboratorium saat masuk di
Pasien sudah dikenal menderita diabetes
IGD RSUP DR. M Djamil didapatkan
melitus sejak tahun 2007 dan konsumsi metformin
hemoglobin(Hb) 11,4g/dl, leukosit 4.680/mm3,
dan glimepiride, pasien hanya kontrol ke dokter
hematokrit 34%, trombosit 82.000/mm3, hitung jenis
umum dan tidak teratur.. Pasien tidak dijumpai
leukosit 0/1/9/53/39/3, PT/APTT 12,4/36,1, INR
minum obat anti tuberculosis. Riwayat penyakit
1,16, gula darah sewaktu (GDS) 320 mg/dl, gula
keluarga tidak ditemukan anggota keluuarga yang
darah puasa (GDP) 207 mg/dl, gula darah post
memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Ibu
prandial (GD2PP) 231 mg/dl, ureum 11 mg/dl,
pasien memiliki riwayat diabetes melitus. Pasien
kreatinin 0,6 mg/dl, natrium 138 mmol/l, kalium 3,9
seorang pedagang pakaian di Pasar Raya. Pasien
mmol/l, klorida 98 mmol/L, total protein 5,9 g/dl,
merokok dengan indeks brinkman berat.
albumin 2,8 g/dl, globulin 2,8 g/dl, bilirubin total 0,6
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mg/dl, bilirubin direk 0,7 mg/dl, bilirubin indirek 0,3
kesadaran komposmentis kooperatif, keadaan
mg/dl, serum glutamic oxaloacetic transaminase
umum tampak sakit sedang. Berat badan 55 kg.
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
3
Nama penulis pertama: judul pendek dalama Bahasa Indonesia maksimal 140 karakter (termasuk spasi)
(SGOT) 22µl dan serum glutamic pyruvic Follow up hari 2 tanggal 23 Maret 2019
transaminase (SGPT) 19µl, anti HIV non reaktif. pasien mengeluhkan batuk dan sesak minimal.
Foto toraks didapatkan tidak sentris, tidak Riwayat kontak dengan pasien pre XDR atau XDR
simetris, densitas sedang, tampak gambaran infiltrat tidak ada, konsumsi OAT lini 2 tidak ada dan tidak
di apex kedua lapangan paru dan perihilum kanan ada Riwayat alergi obat. Vital sign dalam batas
serta gambaran kavitas di paru kanan. Kesan TB normal, BMI 22 kg/m2, pemeriksaan auskultasi
paru aktif. ronkhi di kedua lapang paru. Hasil laboratorium
hemoglobin(Hb) 11,3g/dl, leukosit 4.4300/mm3,
hematokrit 34%, trombosit 85.000/mm3, hitung jenis
leukosit 0/0/3/81/9/7, gula darah sewaktu (GDS) 217
mg/dl, gula darah puasa (GDP) 107 mg/dl, gula
darah post prandial (GD2PP) 279 mg/dl, HbA1C 8,3
gr/dl, ureum 12 mg/dl, kreatinin 0,6 mg/dl, natrium
132 mmol/l, kalium 3,9 mmol/l, klorida 98 mmol/L,
total protein 5,8 g/dl, albumin 2,7 g/dl, globulin 3,1
g/dl, bilirubin total 0,7 mg/dl, bilirubin direk 0,7 mg/dl,
bilirubin indirek 0,3 mg/dl, serum glutamic
Gambar 1. Foto toraks
oxaloacetic transaminase (SGOT) 22µl dan serum
Pasien didiagnosis kerja dengan MDR TB +
glutamic pyruvic transaminase (SGPT) 19µl.
DM tipe 2 telah dikenal normoweight tidak terkontrol.
Follow up hari 3 tanggal 24 Maret 2019
Pasien diberi terapi IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf,
keluhan batuk dan sesak napas minimal.
tablet N Asetilsistein 1x200 mg, dan tablet
Pemeriksaan paru auskultasi rhonki sudah
paracetamol 3x500 mg. Pasien direncanakan untuk
berkurang. Hasil konsul mata, THT, jantung dan jiwa
cek TCM ulang dan konsul Penyakit Dalam untuk
menunjukka tidak ada kelainan. Hasil konsul
diabetes melitus.
penyakit dalam DM tipe II tidak terkontrol
Follow up hari 1 tanggal 22 Maret 2019
normoweight.
pasien masih mengeluhkan batuk dan sesak
Follow up hari 4 tanggal 25 Maret 2019
minimal. Vital sign dalam batas normal.
keluhan batuk da sesak minimal, vital sign dalam
Pemeriksaan fisik paru pada auskultasi masih
batas normal. Pemeriksaan fisik paru auskultasi
terdapat rhonki. Hasil TCM MTB detected medium,
terdapat rhonki sudah berkurang. Hasil BTA positif
rifampisin resisten detected. Hasil konsul penyakit
2. Pasien rencana masuk OAT panduan jangka
dalam cek GDP/GD2PP/HbA1C, novorapid 3x6 IU
pendek sesuai berat badan mulai besok pagi.
SC, MB DD 1700 kkal. Pasien didiagnosis MDR TB
Follow up hari 5 tanggal 26 Maret 2019
primer + DM tipe 2 telah dikenal normoweight tidak
keluhan batuk dan sesak minimal. Diagnosis pasien
terkontrol. Pasien direncanakan cek BTA II,
MDR TB primer dalam pengobatan OAT MDR
persiapan pemberian OAT MDR panduan shorter
paduan jangka pendek H1 + DM tipe II normoweight
regiment, konsul mata, konsul THT, konsul penyakit
tidak terkontrol. Pasien mendapat OAT MDR hari 1
dalam, konsul jantung, konsul jiwa, pemeriksaan
yaitu, Injeksi kanamisin 1x750 mg, Moxifloksasin
faal hepar, faal ginjal, faal tiroid, EKG, kultur MTB
1x800 mg, Clofazimin 1x1000 mg, Etambutol
dan sensitifitas OAT lini I dan II, dan pemeriksaan
1x1000 mg, Pirazinamid 1x2000 mg, INH 1x600 mg,
LPA lini 2.
Etionamid 1x750 mg, B6 1x100 mg.
pemberian regimen yang tidak tepat seperti Pada kasus ini pasien dikategorikan
pemberian OAT dengan monoterapi contohnya sebagai pasien TB MDR primer karena pasien
penggunaan florokuinolon tunggal pada pasien TB, belum pernah mendapatkan OAT sebelumnya dan
pemberian regimen yang gagal secara terus terpajan oleh penderita TB yang sudah mengalami
menerus, modifikasi regimen yang tidak memamdai. MDR. Untuk menegakkan diagnose TB MDR primer
2) penggunaan dosis yang lebih rendah dari yang pada kasus ini telah dilakukan pemeriksaan Gene
dianjurkan, 3) kualitas obat rendah, kepatuhan Xpert, dan didapatkan hasil M.tb positif, rifampisin
pengobatan yang buruk dan pemakaian obat tidak resisten. Resistensi natural adalah resistensi yang
9
teratur. ditemukan pada strain liar yang timbul sebagai hasil
Pemeriksaan fisik pada kedua lapangan multiplikasi berkelanjutan kuman-kuman tersebut.
paru.ditemukan adanya ronki terjadi karena ada Populasi ini tidak signifikan. Resistensi pada strain
cairan di rongga alveolus akibat reaksi inflamasi dari liar tersebut harus terpapar suatu obat
bakteri di parenkim paru. Pemeriksaan penunjang antituberkulosis agar terekspresi secara fenotip. Bila
rontgen torak tampak infiltrat di apex kedua resistensi terjadi karena terapi yang tidak adekuat
lapangan paru dan perihilum kanan serta gambaran (monoterapi) maka resistensi yang terjadi bersifat
kavitas di paru kanan, HbA1C 8,3 gr/dl,GDS 320, didapat atau acquired resistance atau juga disebut
GDP 201, dan GD2PP 231. Gambaran rontgen resistensi sekunder. Jika pasien TB dengan
sesuai dengan TB aktif. Pasien telah melakukan resistensi sekunder ini menularkan pada orang lain
pemeriksaan di laboratorium RS Yos Sudarso yang belum mendapat OAT, maka resistensi yang
Padang pada tanggal 20 Maret 2019 dengan hasil terjadi adalah resistensi inisial atau resistensi
MTB (+), resisten Rifampisin (RR). Pasien primer.12 Pada kasus ini mekanisme resistensi obat
didiagnosis MDR TB dengan DM tipe 2 telah dikenal TB terjadi karena faktor kuman. Mutasi genetik yang
normoweight tidak terkontrol. menimbulkan obat tidak efektif elawan kuman yang
Berkembangnya kasus TB yang menjadi mengalami mutasi.
MDR ini pada umumnya terjadi karena manajemen Faktor risiko utama juga yang menyebabkan
yang tidak tepat dari penyediaan obat-obat anti TB, terjadinya MDR TB pada pasien ini adalah penyakit
pengobatan TB yang tidak tepat, dan mudahnya DM yang tidak terkontrol.13 Cristian Alvredo dkk
transmisi penyakit di masyarakat yang padat menganalisa perubahan metabolik pada pasien DM
10
penduduk. Resistensi primer terjadi pada pasien tipe 2 akan mempengaruhi infeksi TB dan
yang sebelumnya tidak pernah mendapat progresifitas TB. Perubahan metabolik itu antara lain
pengobatan OAT atau telah mendapatkan OAT hiperglikemia, peningkatan Hb A1C, peningkatan
kurang dari 1 bulan.1 Kontak penularan M. trigliserida, penurunan HDL, penigkatan lipoprotein,
Tuberculosis secara droplet yang telah mengalami dan modifikasi dari hormonal lainnya. Tatalaksana
resistensi obat akan menciptakan kasus baru pasien imunitas untuk metabolik sindrom akan
TB yang resistensi primer, pada akhirnya mengarah dikembangkan sebagai strategi baru untuk
pada kasus multi-drug resistance (MDR). Data awal diagnosis, tatalaksana dan pencegahan
5
survey resistensi obat lini pertama yang dilakukan di tuberculosis.
Jawa Tengah pada tahun 2006, menunjukkan angka
TB MDR pada kasus baru yaitu 2,07%, angka ini
meningkat pada pasien yang pernah diobati
11
sebelumnya yaitu 16,3%.
Gambar 3. Alur pengobatan TB resisten obat tahun 1x1000 mg, Pirazinamid 1x2000 mg, INH 1x600 mg,
penunjang seperti: 1) Anamnesis ulang untuk mengikuti panduan yang ditetapkan secara nasional
kecendrungan alergi obat tertentu, riwayat pennyakit Jangka pendek (shorter regimen 9-
KESIMPULAN
1. DM mempercepat perkembangan infeksi
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
9
Nama penulis pertama: judul pendek dalama Bahasa Indonesia maksimal 140 karakter (termasuk spasi)