Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM VIII

KIMIA ANALISIS

“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS”

Disusun oleh :

Nama : Putri Margaretha Glaudy Pani

NIM : 19101105032

Program studi : Farmasi

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
A. Tujuan Praktikum
a. Memahami prinsip dasar identifikasi kualitatif dengan metode kromatografi lapis
tipis
b. Memisahkan dan menentukan komponen-komponen dalam sampel
c. Identifikasi fenilbutason dengan metode kromatografi lapis tipis

B. Alat dan Bahan

a. Erlenmeyer
b. Gelas ukur
c. Gelas piala
d. Chamber
e. Pipit mikro
f. Lampu UV
g. Tablet fenilbutason
h. n-heksan
i. etil asetat
j. methanol

C. Dasar Teori
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inet. KLT merupakan
salah satu jenis kromatohrafi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal,
karena banyak keuntungan menggunakan KLT, diantaranya adalah sederhana dan murah.
KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik
penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa yang sifatnya hidrofibik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen
untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil
(Fessenden, 2003).
➢ Tablet Fenilbutazon
Menurut FI edisi III, 1979
- Nama resmi : Phenylbutazoni Compressi
- Tablet fenilbutazon mengandung fenilbutazon, C19H20N2O2, tidak kurang dari
93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang terterah pada etiket.
- Identifikasi : sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 500 mg fenilbutazon,
masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 100 ml heksana P, refluks
selama 15 menit, saring selagi panas dan biarkan dingin. Pisagkan hablur dengan
penyaringan dan keringkan dalam hampa udara pada suhu 80º selama 30 menit;
hablur memenuhi Identifikasi A yang tertera pada Phenylbutazonum.
- Syarat tablet : Memenuhi syarat tablet yang tertera pada Compressi
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

➢ N-Heksan
Menurut FI IV, 1995
- Nama resmi : n-heksana
- Nama lain : n-heksana
- Rumus kimia : C6H14
- Berat molekul : 86,18
- Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, bau seperti eter lemah atau bau seperti
petroleum.
- Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak, dapat dicampur
dengan eter, dengan kloroform, dengan benzene dan dengan sebagian besar minyak
lemak dan minyak atsiri.
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
- Kegunaan : sebagai pelarut

➢ Etil asetat
Menurut FI edisi III, 1995
- Rumus molekul : CH5COOC2H
- Berat molekul : 88,11
- Kegunaan : sebagai pereaksi
➢ Methanol
Menurut FI edisi III, 1979
- Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.
- Kelarutan : dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak berwarna.
- Bobot jenis : (15,5º/15,5º) 0,796 sampai 0,798
- Indeks bias : 1,328 sampai 1,329
- Jarak didih : tidak kurang 95% tersuling pada suhu antara 64,5º dan 65,5º.
- Sisa penguapan : tidak lebih dari 0,005% b/v; penetapan dilakukan dengan cara
penguapan dan pengeringan pada suhu 105º hingga bobot tetap.

D. Metode Praktikum/ Cara Kerja


a. Aktifkan plat KLT pada suhu pada suhu 1100C selama 30 menit.
b. Siapkan plat KLT dengan ukuran 5cm x 10cm dan buatlah batas kira-kira 1 cm dari batas
dan bawah plat menggunakan pensil.
c. Jenuhkan chamber dengan cara mencelupkan kertas saring sepanjang bejana kromatografi.
Apabila kertas saring sudah basah sampai dibagian atas arting chamber/bejana telahjenuh
d. Totolkan sampel menggunakan pipa kapiler pada garis batas bawah plat KLT.
e. Masukkan plat KLT ke dalam bejana pengembang sedalam 0,5 cm.
f. Lakukan pengamatan.
g. Angkat plat setelah cairan pengembang berjarak mencapai garis batas atas dan keringkan
h. Amati noda/bercak yang dihasilkan, dibawah lampu UV 256 nm
i. Lakukan pengukuran untuk memperoleh nilai Rf.
j. Keruk noda yang ada pada lempeng larutkan dalam pelarut etanol pro anlisis
k. Scan panjang gelombang pada 200-400 nm, setelah diperoleh panjang gelombang
maksimum, ukur absorbansi larutan yang telah disediakan.

E. Pembahasan
Pada praktikum kromatografi lapis tipis ini, yang pertama dilakukan ialah
mengaktifkan plat KLT pada suhu 110°C selama 30 menit dengan tujuan untuk
menghilangkan kadar air yang terdapat pada plat KLT. Plat KLT disiapkan terlebih
dahulu dengan pembuatan batas pada plat KLT sepanjang 1 cm dari batas atas plat
bertujuan untuk menunjukkan batas dari proses elusi dan 1 cm dari batas bawah plat
bertujuan untuk menunjukkan posisi awal totolan. (Rahmawati, F., 2015).
1 cm
Batas atas

Batas bawah
1 cm
Plat KLT setelah di aktifkan pada suhu 110ºC

Kemudian chamber dijenuhkan dengan mencelupkan kertas saring sepanjang


bejana kromatografi. Tujuan penjenuhan chamber ini adalah untuk menjadikan eluen
memenuhi chamber dan fungsinya sebagai fasa gerak dalam kromatografi dapat
berjalan dengan baik. Jika eluen tidak memenuhi chamber, maka distribusi dari fasa
diam tidak akan dapat berjalan sehingga kromatografi gagal dan hasil yang diperoleh
tidak teliti.

Chamber

Bejana telah jenuh


jika kertas saring
Kertas saring telah basah sampai
bagian atas
Sampel ditotolkan di garis batas bawah plat KLT dengan pipa kapiler untuk dapat
diamati dibawah sinar UV. Tujuan digunakan pipa kapiler adalah untuk memperkecil
luas permukaan penotolan, sehingga elusi yang terjadi dapat lebih sempurna karena
apabila totolan yang dihasilkan berukuran besar, dapat menurunkan resolusi (Rohman,
2007).
Selanjutnya, Plat KLT dimasukkan ke dalam bejana pengembang agar dapat
dilakukan pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang melambat naik
dalam lapisan. Bejana yang digunakan harus cocok dengan ujung paling bawah, dimana
cuplikan ditempatkan, dicelupkan dalam fase bergerak yang telah dipilih
(Sastrohamidjojo, 1985). Yang dilanjutkan dengan melakukan pengamatan.
Pengamatan dilakukan untuk melihat pemisahan komponen-komponen dalam campuran
dan untuk mengetahui jarak cairan pengembang sampai batas atas plat KLT.

Batas atas

Pelarut

Plat KLT dimasukkan Terjadi pemisahan-


kedalam bejana pemisahan komponen

Plat harus dikeluarkan dari dalam bejana sebelum pelarut menyentuh bagian atas
dari fasa diam karena jika mencapai bagian atas dari fasa maka hasil yang diperoleh
tidak akurat, kemudian plat dikeringkan tujuannya adalah agar mudah untuk melihat
noda/bercak pada plat. Lampu UV digunakan untuk melihat penampakan noda sampel.
Lempeng KLT akan berfluoresensi dan sampel akan tampak berwarna gelap. Daya
interaksi antara sinar UV dan indicator fluoresensi menyebabkan penampakan noda
jelas, hal ini dikarenakan fluoresensi cahaya yang dipancarkan oleh komponen ketika
electron yang terekstitasi dari tingkat tinggi yang kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi.
Lampu UV

Selanjutnya dilakuakan pengukuran jarak noda dan jarak batas atas-bawah plat
tujuannya untuk menentukan nilai Rf. Nilai Rf digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa. Bila nilai Rf yang didapatkan dari senyawa tersebut memiliki nilai yang sama
makan dapat dikatakan bahwa senyawa memiliki karakteristik yang sama. Namun jika
berbeda, dapat dikatakan senyawa tersebut berbeda. Selain itu, senyawa yang memiliki
Rf lebih besar mempunyai kepolaran yang rendah, begitu sebaliknya. Sampel kemudian
dikeruk dan dilarutkan dalam pelarut etanol pro anlisis untuk diidentifikasi dengan
menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis
Metode spektrofotometri UV-Vis merupakan metode yang digunakan untuk
identifikasi suatu senyawa berdasarkan panjang gelombang.Metode ini digunakan untuk
mengidentifikasi (senyawa) yang diperoleh dari pemisahan senyawa dengan KLT.
Sampel yang telah larut discan panjang gelombang pada 200-400 nm, untuk diperoleh
panjang gelombang maksimum dari senyawa tersebut sehingga dapat diukur
absorbansinya

F. Kesimpulan
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada
pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada
dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak
senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada bagaimana kelarutan
senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara
molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
G. Daftar Pustaka

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta:Departemen Kesehatan RI.

Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organic: Jakarta, Erlangga.

Rahmawati, F., 2015. Optimasi Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Pada
Pemisahan Senyawa Alkaloid Daun Pulai. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim)

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sastroharmidjojo H. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai