Itu karenanya, tawakal adalah urusan hati kepada Allah SWT, sedangkan amal
perbuatan tidak pernah boleh untuk ditinggalkan.
Sebab, itu Sahal bin Abdullah berkata, ''Barang siapa yang berusaha, berarti ia
mengikuti sunah. Dan barang siapa yang bertawakal, berarti ia menjalankan
imannya.
dalam kitab Al Jami' li Syuabil Iman bahwa Hatim Al-Asham pernah ditanya, ''Apa
saja dasar pemikiranmu tentang tawakal?''
Ia menjawab, ''Dasar pemikiranku ada empat, yaitu rezekiku tidak akan dimakan
orang lain, maka aku tidak begitu resah. Amalku tidak akan dikerjakan orang lain,
karena akulah yang mengerjakannya. Kematian akan datang kepadaku secara tiba-
tiba, maka aku harus segera mempersiapkan kebutuhannya, dan yang keempat, aku
sadar bahwa diriku ini berada dalam pengawasan Allah, maka aku malu berbuat
maksiat kepada-Nya.''
Tawakal adalah ajaran semua rasul, mereka menggunakannya dan berlindung
dengannya. Al-Qur‘an menceritakan bahwa para rasul selalu mengucapkan:
Surat Ibrahim Ayat 12
َ َُو َما لَ َنٓا أَاَّل َن َت َو َّك َل َعلَى ٱهَّلل ِ َو َق ْد َهد َٰى َنا ُس ُبلَ َنا ۚ َولَ َنصْ ِب َرنَّ َعلَ ٰى َمٓا َءا َذ ْي ُتمُو َنا ۚ َو َعلَى ٱهَّلل ِ َف ْل َي َت َو َّك ِل ْٱل ُم َت َو ِّكل
ون
“Dan mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah, padahal Dia menunjukan jalan
kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan yang
kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang
bertawakal itu berserah diri”