Anda di halaman 1dari 2

Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal :

TAWAKAL ITU ADALAH AMALAN HATI (AMAL QALB) BUKAN AMALAN


FISIK/DZOHIR JUGA BUKAN TERMASUK MASALAH ILMU/TEORI
ibn Qoyyim al-Jauziyyah, Abu ‘Abdullah Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub. 2003. Madarij as-
Salikin…. h. 114
(bukan apa yang dinyatakan dengan perkataan lisan dan perbuatan anggota badan, juga bukan
termasuk masalah ilmu atau teori)

Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah SAW pernah mengingatkan seorang


sahabatnya yang lupa mengikatkan untanya saat masuk ke masjid. Ketika
diingatkan untuk mengikatkannya, orang itu berkata bahwa ia bertawakal kepada
Allah Sang Maha Pemelihara dan ia yakin untanya tidak akan lari. Namun,
Rasulullah SAW lalu menyerukan, ''Ikatlah untamu terlebih dahulu dan
bertawakallah!''

Itu karenanya, tawakal adalah urusan hati kepada Allah SWT, sedangkan amal
perbuatan tidak pernah boleh untuk ditinggalkan.

Sebab, itu Sahal bin Abdullah berkata, ''Barang siapa yang berusaha, berarti ia
mengikuti sunah. Dan barang siapa yang bertawakal, berarti ia menjalankan
imannya.

dalam kitab Al Jami' li Syuabil Iman bahwa Hatim Al-Asham pernah ditanya, ''Apa
saja dasar pemikiranmu tentang tawakal?''

Ia menjawab, ''Dasar pemikiranku ada empat, yaitu rezekiku tidak akan dimakan
orang lain, maka aku tidak begitu resah. Amalku tidak akan dikerjakan orang lain,
karena akulah yang mengerjakannya. Kematian akan datang kepadaku secara tiba-
tiba, maka aku harus segera mempersiapkan kebutuhannya, dan yang keempat, aku
sadar bahwa diriku ini berada dalam pengawasan Allah, maka aku malu berbuat
maksiat kepada-Nya.''
Tawakal adalah ajaran semua rasul, mereka menggunakannya dan berlindung
dengannya. Al-Qur‘an menceritakan bahwa para rasul selalu mengucapkan:
Surat Ibrahim Ayat 12
َ ُ‫َو َما لَ َنٓا أَاَّل َن َت َو َّك َل َعلَى ٱهَّلل ِ َو َق ْد َهد َٰى َنا ُس ُبلَ َنا ۚ َولَ َنصْ ِب َرنَّ َعلَ ٰى َمٓا َءا َذ ْي ُتمُو َنا ۚ َو َعلَى ٱهَّلل ِ َف ْل َي َت َو َّك ِل ْٱل ُم َت َو ِّكل‬
‫ون‬

Wa mā lanā allā natawakkala 'alallāhi wa qad hadānā subulanā, wa


lanaṣbiranna 'alā mā āżaitumụnā, wa 'alallāhi falyatawakkalil-
mutawakkilụn.

“Dan mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah, padahal Dia menunjukan jalan
kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan yang
kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang
bertawakal itu berserah diri”

Anda mungkin juga menyukai