Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sahaifah Isfahani

Nim : A031181317 :

RMK AKUNTANSI PERPAJAKAN


Akuntansi PPh Badan (2)

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha. Bentuk Badan dapat berupa Perseroan Terbatas (PT),
Perseroan Komanditer (CV), perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

A. Objek Pajak Penghasilan


Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Namun demikian, terdapat beberapa jenis
penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan, di antaranya adalah:
1.
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan lainnya yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
b. Harta hibahan yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, apabila diberikan oleh bukan Wajib
Pajak atau Wajib Pajak tertentu akan menjadi Penghasilan); dan
5. Penghasilan lain sebagaimana tertera dalam Undang-undang Pajak Penghasilan.

B. Penghasilan Kena Pajak


Langkah-langkah untuk mendapatkan besaran Penghasilan Kena Pajak adalah sebagai berikut:
Nama : Sahaifah Isfahani
Nim : A031181317 :

1. Pertama, hitung seluruh Penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak.
Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan penghasilan yang telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat Final.
2. Kedua, kurangkan biaya-biaya yangmeliputi seluruh biaya yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: biaya pembelian bahan; biaya
berkenaan dengan pekerjaan atau jasa (gaji, tunjangan dsb), biaya bunga, biaya sewa, royalti,
biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya promosi dan penjualan, biaya
administrasi. Jangan lupa untuk mengurangkan biaya penyusutan dan amortisasi.
3. Ketiga, perhatikan biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan sebagaimana di atur dalam
perundangan perpajakan beserta aturan turunannya. Keluarkan biaya-biaya tersebut dalam
penghitungan Penghasilan Kena Pajak.
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya didapat kerugian sehingga tidak
terdapat Penghasilan Kena Pajak, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

C. Tarif Pajak Penghasilan Badan


Tarif pajak penghasilan Badan untuk tahun pajak 2019 ke bawah adalah sebesar 25% dari
penghasilan kena pajak (20%, bila wajib pajak adalah perusahaan yang Go Public). Untuk tahun
pajak 2020, tarif pajak penghasilan badan turun menjadi 22%, dan turun lagi menjadi 20% untuk
tahun pajak 2022. Wajib pajak Badan yang berbentuk perseroan terbuka dapat menggunakan tarif
lebih rendah 3% apabila jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia paling sedikit 40% dan memenuhi kriteria tertentu, menjadi 19% untuk tahun pajak 2020
dan 17% untuk tahun pajak 2021.

D. Pelunasan Pajak di Tahun Berjalan


Setelah diperoleh angka Penghasilan Kena Pajak dan Pajak terhutang, langkah berikutnya
adalah mengurangkan Pajak Penghasilan dengan kredit pajak. Kredit Pajak untuk wajib pajak
badan meliputi:
1. Pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha tertentu yang biasa disebut sebagai Pajak
Penghasilan Pasal 22 dan pemotongan pajak atas penghasilan dari modal, jasa dan kegiatan
tertentu yang biasa disebut sebagai Pajak Penghasilan Pasal 23.
2. Pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri yang biasa disebut sebagai Pajak Penghasilan Pasal 25.
Hasil dari pengurangan tersebut adalah pajak penghasilan yang masih harus dibayar sendiri.
Nama : Sahaifah Isfahani
Nim : A031181317 :

E. Pajak yang Masih Harus Dibayar


Perusahaan A diketahui memiliki data penghasilan tahun 2020 sebagaimana berikut:
1. Peredaran Bruto Rp6.000.000.000,00
2. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan bruto Rp5.400.000.000,00
3. Penghasilan lainnya Rp50.000.000,00
4. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan lainnya Rp30.000.000,00
5. Kompensasi kerugian dari tahun sebelumnya Rp10.000.000,00
6. Kredit PPh Pasal 25 Rp100.000.000,00
7. Kredit PPh Pasal 22 Rp10.000.000,00
8. Kredit PPh Pasal 23 Rp20.000.000,00

Maka, penghitungan pajak penghasilan terutangnya adalah:


Peredaran Bruto (angka 1) Rp6.000.000.000,00
Dikurangi Biaya 3M Bruto (angka 2) (Rp5.400.000.000,00)
Penghasilan Neto Rp600.000.000,00
Ditambah Penghasilan Lainnya (angka 3) Rp50.000.000,00
Dikurangi Biaya 3M Lainnya (angka 4) (Rp30.000.000,00)
Total Penghasilan Neto Rp620.000.000,00
Dikurangi Kompensasi Kerugian (angka 5) (Rp10.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Rp610.000.000,00

Pajak penghasilan terutangnya adalah sebesar:


Rp610.000.000,00 x 22% = Rp134.200.000,00

Sedangkan pajak yang masih harus dibayar adalah sebesar:


Pajak penghasilan terutang Rp134.200.000,00
Dikurangi kredit PPh Pasal 22 (angka 7) (Rp10.000.000,00)
Dikurangi kredit PPh Pasal 23 (angka 8) (Rp20.000.000,00)
Dikurangi kredit PPh Pasal 25 (angka 6) (Rp100.000.000,00)
Pajak yang masih harus dibayar Rp4.200.000,00

F. Fasilitas Pengurangan Tarif


Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh
Nama : Sahaifah Isfahani
Nim : A031181317 :

persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Apabila menggunakan contoh
sebelumnya, dapat diilustrasikan sebagaimana berikut:
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas
(Rp 4.800.000.000,00 : Rp 6.000.000.000,00) x Rp 610.000.000,00 = Rp 488.000.000,00

Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas
Rp 610.000.000,00 – Rp 488.000.000,00 = Rp 122.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang:


(50% x 22%) x Rp 488.000.000,00 = Rp 53.680.000,00
22% x Rp 122.000.000,00 = Rp 26.840.000,00 (+)
Total Pajak Penghasilan yang terutang Rp 80.520.000,00

dan pajak yang masih harus dibayar menjadi:


Pajak penghasilan terutang Rp80.520.000,00
Dikurangi kredit PPh Pasal 22 (Rp10.000.000,00)
Dikurangi kredit PPh Pasal 23 (Rp20.000.000,00)
Dikurangi kredit PPh Pasal 25 (Rp100.000.000,00)
Pajak yang masih harus dibayar (Rp49.480.000,00)

Pajak yang masih harus dibayar tidak selamanya memiliki saldo. Saldo dapat bernilai nol, atau
bernilai lebih bayar (seperti contoh kasus di atas). Dalam hal pajak yang masih harus dibayar
memiliki saldo, maka wajib pajak wajib menyetorkan kekurangannya ke kas negara. Namun,
bilamana saldo bernilai lebih bayar, maka wajib pajak pun dapat mengkompensasikannya ke
periode pajak berikutnya, atau mengajukan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi)
ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar.
Nama : Sahaifah Isfahani
Nim : A031181317 :

Daftar Pustaka

pajak.go.id. Mekanisme Penghitungan Pajak Penghasilan Badan .


https://www.pajak.go.id/id/mekanisme-penghitungan-pajak-penghasilan-badan

Anda mungkin juga menyukai