A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mendasar yang dibutuhkan manusia. Kualitas
kesehatan masyarakat sangat didukung oleh peran serta pemerintah dalam menyediakan layanan
kesehatan yang baik dan terjangkau untuk seluruh kalangan. Oleh karena itu dalam undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang system Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai wujud komitmen
pemerintahan dalam penyelenggaraan jaminan social nasional, membentuk badan penyelenggara.
Jaminan Sosial (BPJS) yang ditetapkan dalam undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang terdiri atas BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.
Hal ini juga berkait dengan keputusan mahkamah konstitusi terhadap perkara nomor 007/PPU-
III/2005 (Kemenkes RI, 2013). Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam peraturan
pemerintah dan peraturan presiden, Antara lain ; peraturan pemerintah No.101 Tahun 2012
tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI) :Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan ; dan Peta Jalan JKN (Roadmap jaminan Kesehatan Nasional).
Sistem tersebut menyatakan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan
atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayana kesehatan tingkat ketiga hanya
dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecualui
pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis,
dan pertimbangan ketersediaan fasilitas (Anonim,2014).
Sistem pengembangan manajemen pelayanan klinik di puskesmas, merupakan salah satu upaya
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pada pemberi pelayanan klinis di
puskesmas. Meningkatkan tanggung jawab secara profesional.
B. Pengertian
Indikator mutu pelayanan klinis adalah suatu standar pelayanan klinis untuk mengukur suatu
pelaksanaan klinis di puskesmas.
C. Tujuan
a. Sebagai acuan untuk memberikan pelayanan klinis
b. Sebagai dasar utuk melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan klinik yang dilakukan
petugas kesehatan di puskesmas Kotttaaa Jantho.
Hasil pengumpulan data digunakan puskesmas untuk melakukan identifikasi perbaikan atau
mengurangi (mencegah KTD). Pelaporan data secara rutin atau data yang diperoleh dari hasil asesmen
secara intensif akan dapat menjadi dasar perbaikan apa yang perlu direncanakan termasuk prioritasnya.
Secara khusus perbaikan direncanakan sesuai area perbaikan yang ditetapkan pimpinan.
Penetapan target puskesmas
≥80 %
KESIMPULAN
Puskesmas menetapkan seberapa sering data di kumpulkan dan di analisis. Frekuensi ini
tergantung dari kegiatan area yang dikaji, prioritas yang di tetapkan oleh puskesmas Kota Jantho.
Sebagai contoh, pengendalian mutu laboratorium klinik dapat di analisis setiap bulan. Jadi,
pengumpulan data setiap waktu tertentu dapat menjadikan puskesmas Kota Jantho mampu menilai
stabilitas dari proses dan prediksi dari outcome di bandingkan dengan harapannya.
Puskesmas menggunakan sumber daya dari individu, kelompok disiplin ilmu dan departemen
yang terkait dengan proses atau kegiatan di area perbaikan. Tanggung jawab perencanaan dan
pelaksanaan perbaikan di bebankan pada individu atau tim, pelatihan diberikan jika dibutuhkan,
manajemen informasidan sumber daya lain juga di sediakan. Begitu rencana ditetapkan, data
dikumpulkan dalam masa percobaan untuk mengetahui apakah perubahan yang direncanakan betul
terjadi. Untuk memastikan bahwa perbaikan dapat dipertahankan, data dikumpulkan untuk digunakan
sebagai alat ukur. Secara efektif, perubahan yang terjadi ditetapkandalam prosedur standard an
pelatihan staf diadakan jika dibutuhkan.Puskesmas membuat dokumen tentang hal-hal yang diperbaiki
berikut pencapaiannya sebagai bagian dari manajemen mutu dan program peningkatan.
2. INDIKATOR MUTU
≤30 menit
4. Waktu tunggu di rawat jalan
5. Kepuasan pelanggan
≥90 %
3 Rawat Inap 1. Pemberi pelayanan di dr. Umum
Rawat Inap.
2. Dokter penaggung jawab Perawat minimal
pasien rawat inap. pendidikan D III
3. Ketersediaan pelayana 80 %
rawat inap.
4. Tidak adanya kejadian a. anak
pasien jatuh yang b. Umum
berakibat kecatatan/ c. Usila
kematian. 100 %
5 KB 1. Keluarga berencana
a. Presentase KB IUD, PIL 4.75 %
KB suntik
b. Presentase peserta KB
mantap yang mendapat
konseling KB mantap
bidan terlatih.
YARLINA