Disusun Oleh :
Page | 2
Kata Pengantar
Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini dapat diselesaikan. Dalam
proses penyusunannya sempat mengalami beberapa kendala. Namun, berkat
kesungguhan dan kerja keras Penyusun dan dorongan kerja sama dari berbagai
pihak, kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah yang dibuat masih banyak
kekurangan di berbagai aspek, oleh sebab itu, Penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan
pembaca. Amin.
Page | i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................................3
2.1. Pengertian Motivasi........................................................................................................3
2.2. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow.................................................................................7
2.3. Teori Motivasi (Herzbeg).............................................................................................10
2.4. Teori Erg Aldefer..........................................................................................................12
2.5. Teori Motivasi Prestasi McClelland............................................................................14
2.6. Teori X dan Y (Douglas McGregor)............................................................................19
2.7. Goal-Setting (Locke).....................................................................................................22
2.8. Keadilan (Adams).........................................................................................................25
2.9. Teori Harapan Vroom...................................................................................................27
2.10. Supermotivation............................................................................................................30
BAB III............................................................................................................................................32
KESIMPULAN...............................................................................................................................32
Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Page | 1
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
menjelaskan pengertian motivasi dan menjelaskan teori motivasi yang
berhubungan dengan komunikasi organisasi.
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Karena sangat luasnya ranah motivasi dalam peri kehidupan manusia maka
untuk memahami motivasi perlulah dipahami asumsi dasar motivasi. Stoner
(1996:134) mengatakan bahwa terdapat empa asumsi dasar motivasi yaitu:
b. Motivasi adalah satu dari beberapa faktor yang imenentukan prestasi kerja
seseorang faktor yang lain adalah kemampuan, sumber daya, kondisi
tempat kerja, kepemimpinan, dan lain-lain.
Page | 3
c. Motivasi bisa habis dan perlu ditambah suatu waktu, seperti pada beberapa
faktor psikologis yang lain yang bersifat siklikal, maka pada saat berada
pada titik terendah motivasi perlu ditambah.
Page | 4
Gambar 1
Page | 5
Memahami motivasi adalah penting, karena reaksi terhadap kompensasi dan
masalah-masalah sumber daya manusia lainnya berkaitan dengan motivasi
(Danang Sunyoto dan Burhanudin,2011:27).
Motivasi membicarakan tentang bagaimana cara mendorong semangat kerja
seseorang, agar mau bekerja dengan memberikan secara optimal kemampuan
dan keahliannya guna mencapai tujuan. Rangsanagan ini akan menciptakan
dorongan pada seseorang untuk melakukan aktivitas. Menurut Berelson dan
Steiner yang dikutip oleh Wahjosumidjo motivasi adalah suatu usaha sadar
untuk memengaruhi perilaku seseorang supaya mengarah tercapainya tujuan
organisasi (Danang Sunyoto,2015:10)
Menurut Terry, motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseoraang
individu yang merangsang untuk melakukan tindakan-tindakan. Pengertian ini
menyimpulkan bahwa motivasi merupakan perangsangan yang bersumber dari
keinginan individu untuk melaksanakan tindakan. Pada dasarnya motivasi ini
berangkat dari motif-motif yang dimiliki oleh seseorang (Marno dan
Triyo,2013:21)
Motivasi adalah keinginan atatu gairah untuk melakukan sesuatu. Tanpa
motivasi tak akan ada kegiatan karena tanpa motivasi orang akan menjadi
pasif. Oleh karena itu, pada setiap usaha apapun timbulnya motivasi sangat
dibutuhkan. Untuk mau berkembang, orang juga memerlukan motivasi.
Pemahaman motivasi tidaklah mudah. Ia merupakan sesuatu yang ada dalam
diri seseorang dan tidak tampak dari luar serta hanya kelihatan melalui
perilaku seseorang yang dapat dilihat. Peranannya sangat besar untuk
mendukung prestasi kerja (Sunhaji,2008:64)
Menurut Mc Donald (dalam Sardiman, 2011:73), motivasi adalah perubahan
energi dalam diei seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Ada tiga elemen penting
yang terkandung dalam pernyataan Mc Donald tersebut yaitu : 1) Motivasi
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
Walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia, penampakannya akan
menyangkut kegiatan fisik manusia; 2) Motivasi ditandai dengan munculnya
rasa/ feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan
Page | 6
tingkah laku manusia; dan 3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Jadi, motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi
yaitu tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan.
Kast dan Rosenzweig mendefinisikan Motif sebagai sesuatu yang
menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau setidaknya
untuk mengembangkan suatu kecenderungan perilaku yang khas (Kast dan
Rosenzweig, 2005: 296).
Motivasi dapat didefinisikan sebagai satu kekuatan dalam diri seseorang yang
mendorong atau menggerakkannya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
dasarnya (Yorks, 2001: 21).
Tingkat kebutuhan akan memutuskan penghargaan seperti apa yang akan
memuaskan seorang pekerja. Menurut Dessler, kebanyakan psikolog meyakini
bahwa semua motivasi berasal dari suatu ketegangan yang terjadi jika satu
atau lebih kebutuhan penting kita tidak terpenuhi (Dessler, 2006: 332).
Maslow juga mengatakan bahwa: ‘Hanya kebutuhan yang tidak terpenuhi
yang akan menjadi sumber motivasi; kebutuhan yang terpenuhi tidak
menciptakan ketegangan dan oleh karena itu tidak ada motivasi’. (Burke,
2007: 321).
Ada tiga kualitas yang termasuk dalam setiap definisi motivasi: (1)
menganggap adanya kekuatan dari dalam, (2) yang menggerakkan untuk
bekerja, (3) menentukan arah tindakan (Russell, 2001: 5). Sejauh ini, proses
motivasi telah dilihat sebagai proses membuat keputusan yang terjadi pada
para pekerja (Aldag, 2002: 27).
Vroom mendefinisikan motivasi sebagai proses untuk membuat pilihan dari
berbagai kemungkinan aktivitas yang bisa dilakukan (Hammer dan Organ
2005: 142). Motivasi adalah faktor yang menggerakkan, mengarahkan dan
menyokong secara terus menerus hasil yang semakin meningkat (Duttweiler,
2006: 371).
Page | 7
Abraham Maslow meyakini bahwa pada dasarnya manusia itu baik dan
menunjukkan bahwa individu memiliki dorongan yang tumbuh secara terus
menerus yang memiliki potensi besar. Sistem hirarki kebutuhan, dikembangkan
oleh Maslow, merupakan pola yang biasa digunakan untuk menggolongkan
motif manusia. Sistem hirarki kebutuhan meliputi lima kategori motif yang
disusun dari kebutuhan yang paling rendah yang harus dipenuhi terlebih dahulu
sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (Wallace, Goldstein dan
Nathan, 2007: 277).
Page | 8
3. Kebutuhan Akan Cinta, Memiliki dan Kasih Sayang (Need for Love and
Belongingness)
Kebutuhan ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk
mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik
dengan sesama jenis maupun lawan jenis, di lingkungan keluarga maupun
kelompok masyarakat. Ia berharap memperoleh tempat semacam itu melebihi
segalagalanya di dunia, bahkan mungkin ia lupa bahwa ketika ia merasa lapar,
ia mencemooh cinta sebagai suatu yang tidak nyata, tidak perlu atau tidak
penting. Namun satu hal yang harus diperhatikan, bahwa cinta tidak bisa
disamakan dengan seks.
4. Kebutuhan Akan Harga Diri (Esteem Needs).
Setelah kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang terpenuhi,
kebutuhan mendasar berikutnya yang muncul adalah kebutuhan akan harga diri
(need for self esteem). Kebutuhan ini meliputi dua hal, “for self respect or self
esteem, and for the esteem of others” 28 yaitu harga diri dan penghargaan dari
orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi,
penguasaan, ketidaktergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain
meliputi nama baik, prestise, gengsi, pengakuan, penerimaan, perhatian,
kedudukan, nama baik serta apresiasi. Kebutuhan akan penghargaan diri telah
diabaikan oleh Sigmund Freud, namun ditekankan oleh Alfred Adler.
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan
hierarki kebutuhan dasar manusia yang paling tinggi dalam Maslow.
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan dari individu yang
paling tinggi, mengembangkan semua potensi yang ia miliki dan menjadi apa
saja menurut kemampuannya. 31 Contoh dari aktualisasi diri adalah seseorang
yang berbakat musik menciptakan komposisi musik, seseorang yang berbakat
melukis menciptakan karya lukisannya, seseorang yang berpotensi menyanyi
akan mengembangkan bakatnya.
Dua dalil utama dapat disimpulkan dari Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
yaitu:
Page | 9
a) Kebutuhan kepuasan bukanlah motivator suatu perilaku,
Page | 10
Misalnya orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi, lalu makan lagi dan
seterusnya. Faktor pemeliharaan ini meliputi hal-hal :
a) Gaji (salaries)
Menurut Mardi (2014:107) gaji adalah “sebuah bentuk pembayaran atau
sebuah hak yang diberikan oleh sebuah perusahaan atau instansi kepada
pegawai atau karyawan”.
b) Kondisi kerja (work condition)
Menurut Mangkunegara (2013:105) kondisi kerja adalah “semua aspek
fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja”.
c) Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (company policy and
administrasion )
Menurut Siagian (2012:290) kebijaksanaan dan administrasi perusahaan
adalah “tingkat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja terhadap semua
kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan”.
d) Hubungan antar pribadi (interpersonal relation)
Menurut Siagian (2012:290) hubungan antar pribadi adalah “tingkat
kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi antar tenaga kerja lain”.
e) Kualitas supervisi (quality supervisor)
Menurut Siagian (2012:290) kualitas supervisi adalah “tingkat kewajaran
supervisi yang dirasakan oleh tenaga kerja”.Hilangnya Faktor
pemeliharaan dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan .(dissatisfiers
= faktor higienis/hygiene factor ) dan tingkat absensi serta turnover
karyawan akan meningkat. Faktor-faktor pemeliharaan perlu
mendapatkan perhatian yang wajar dari pimpinan, agar kepuasan dan
kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan.
Page | 11
motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara
langsung berkaitan dengan pekerjaan. Faktor ini dinamakan satisfiers yang
meliputi :
a) Prestasi (achievement)
Menurut Hasibuan (2014:160) prestasi, “prestasi kerja adalah suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas
kecakapan, usaha dan kesempatan.
b) Pengakuan (recognition)
Menurut Siagian (2012:290) pengakuan adalah “besar kecilnya pengakuan
yang diberikan kepada tenaga kerja atas hasil kerja”.
c) Pekerjaan itu sendiri (the work itself)
Menurut Siagian (2012:290) pekerjaan itu sendiri adalah “berat ringannya
tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya”.
d) Tanggung jawab (responbility)
Menurut Siagian (2012:290) tanggung jawab adalah “besar kecilnya yang
dirasakan terhadap tanggung jawab diberikan kepada seorang tenaga
kerja”.
e) Pengembangan potensi individu (advancement)
Menurut Siagian (2012:290) pengembangan potensi individu adalah “besar
kecilnya kemungkinan tenaga kerja berpeluang maju dalam pekerjaannya
seperti naik pangkat”.
Page | 12
Demikian seterusnya sampai seseorang mencapai kebutuhan yang paling tinggi.
Namun demikian, menurut Clayton Paul Alderfer (dalam Wijono, 2012), pakar
psikologi organisasi Amerika Serikat, ada kelemahan pada teori Maslow.
Berdasarkan risetnya Alderfer menemukan, diantaranya adalah lima level
kebutuhan dalam teori Maslow tidak selalu ada dan urutan level tidak selalu sama
pada penerapannya. Selain itu individu dari kultur berbeda cenderung memiliki
kategori dan hirarki kebutuhan yang berbeda pula. Berdasarkan kelemahan-
kelemahan tersebut, Alderfer memodifikasi teori Maslow. Piramida kebutuhan
manusia yang digagas Maslow diklasifikasikan menjadi tiga kategori oleh
Alderfer, yaitu eksistensi, hubungan, dan pertumbuhan yang tidak bersifat hirarki.
Page | 13
diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih
lanjut akan tampak bahwa :
Page | 14
Motivasi Berprestasi merupakan teori yang dikembangkan oleh David
McClelland (1985) bahwa motivasi berprestasi adalah suatu keinginan yang ada
dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk berusaha mencapai
suatu standar atau ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan didapat dengan acuan
prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat dengan membandingkan prestasi yang
dibuat sebelumnya. Dan Teori ini didasarkan pada teori kebutuhan Maslow,
namun ia memiliki konsep tersendiri yang dirangkumnya menjadi tiga kebutuhan
dan salah satunya adalah kebutuhan untuk berprestasi, yaitu need for
achievement (nAch).
Page | 15
1. Motivasi untuk berprestasi (n-ACH) yaitu dorongan untuk melebihi,
mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil. Orang yang
memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi akan selalu ingin mencari
prestasi, ingin selalu unggul, menyukai kompetesi, dan menyukai
tantangan yang realistik.
a. Tanggung Jawab
Page | 16
Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan
merasa dirinya bertanggungjawab terhadap tugas yang dikerjakannya dan
akan berusaha sampai berhasil menyelesaikannya, sedangkan individu yang
memiliki motivasi berprestasi rendah memiliki tanggungjawab yang kurang
terhadap tugas yang 30 diberikan kepadanya dan bila mengalami kegagalan
cenderung menyalahkan halhal lain di luar dirinya.
Page | 17
Individu yang memiliki berprestasi motivasi yang tinggi akan
berusaha menyelesaikan tugas dalam waktu yang cepat serta tidak suka
membuang waktu, sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi
yang rendah kurang tertantang menyelesaikan tugas secepat mungkin,
sehingga cenderung memakan waktu yang lama, sering menunda-nunda,
dan tidak efisien.
Page | 18
c. Peniruan tingkah laku (modeling) Melalui modeling, anak mengambil
atau meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan
untuk berprestasi jika model tersebut memiliki motivasi dalam derajat
tertentu.
Teori X
Teori X ini menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan yang bekerja pada
suatu perusahaan secara alami tidak termotivasi dan tidak suka bekerja.
Dengan asumsi dan anggapan demikian, maka manajemen akan cenderung
Page | 19
menggunakan gaya otoriter dalam mengoperasikan perusahaannya.
Menurut Teori X ini, manajemen harus secara tegas melakukan intervensi
untuk menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan. Teori x memiliki
anggapan bahwa karyawannya :
Teori Y
Teori Y ini menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan yang bekerja pada
suatu perusahaan menyenangi pekerjaannya, termotivasi, kreatif, bangga
terhadap hasil kerjanya yang baik, bekerja penuh dengan tanggung jawab
dan senang untuk menerima tantangan. Dengan asumsi dan anggapan
demikian, maka manajemen akan cenderang menggunakan gaya
manajemen partisipatif. Teori Y ini beranggapan bahwa karyawannya :
1. Bertanggung jawab penuh atas semua pekerjaannya dan memiliki
motivasi yang kuat untuk mengerjakan semua pekerjaan yang
diberikan kepadanya.
2. Hanya memerlukan sedikit bimbingan atau bahkan tidak memerlukan
bimbingan dalam menyelesaikan tugasnya.
3. Beranggapan bahwa pekerjaan adalah bagian dari hidupnya.
4. Dapat menyelesaikan tugas dan masalah dengan kreatif dan imajinatif.
Teori X
a. Kelebihan
Page | 20
Asumsi yang mendasari teori X dipandang sangat sederhana dalam
menjelaskan perilaku manusia dalam organisasi.
Memudahkan bagi manajer untuk mengatur karyawan yang tidak
produktif.
Teori ini dipandang sangat cocok untuk era industrialisasi awal.
Karyawan dapat dikaryakan terlepas dari strategi yang telah ditetapkan.
Manajemen mudah dilakukan dan memberikan hasil yang cepat.
Adaptif terhadap budaya dan gagasan yang berlaku.
b. Kekurangan
Teori Y
a. Kelebihan
Page | 21
Beberapa organisasi tidak sesuai dengan gaya kepemimpinan manajer
seperti yang disebutkan dalam teori Y.
Teori Y dipandang cocok untuk karyawan dengan tingkat kompetensi
dan keterampilan yang rendah.
Karyawan dapat menyalahgunakan kebebasan yang ada.
Manajer dapat kehilangan fokus dalam bekerja.
Pengambilan keputusan tidak terjadi setiap waktu.
Teori penetapan tujuan atau goal setting theory awalnya dikemukakan oleh
Edwin Locke pada akhir tahun 1960. Dia menemukan bahwa tujuan spesifik dan
sulit menyebabkan kinerja tugas lebih baik dari tujuan yang mudah. Goal setting
theory didasarkan pada bukti yang berasumsi bahwa sasaran (ide-ide akan masa
depan; keadaan yang diinginkan) memainkan peran penting dalam bertindak.
Teori penetapan tujuan yaitu model individual yang menginginkan untuk memiliki
tujuan, memilih tujuan dan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan
(Birnberg dalam Mahennoko, 2011).
Menurut teori ini salah satu dari karakteristik perilaku yang mempunyai
tujuan yang umum diamati ialah bahwa perilaku tersebut terus berlangsung
sampai perilaku itu mencapai penyelesaiannya, sekali seseorang mulai sesuatu
(seperti suatu pekerjaan, sebuah proyek baru), ia terus mendesak sampai tujuan
tercapai. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide
(pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan atau
tingkat kerja yang ingin dicapai oleh individu. Goal setting theory mengisyaratkan
bahwa seorang individu berkomitmen pada tujuan (Robbins, 2008). Jika seorang
individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan
mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsenkuensi kinerjanya.
Teori ini juga menjelaskan bahwa penetapan tujuan yang menantang (sulit)
dan dapat diukur hasilnya akan dapat meningkatkan pestasi kerja (kinerja), yang
Page | 22
diikuti dengan kemampuan dan keterampilan kerja. Tuntutan akuntabilitas atas
lembaga-lembaga publik, pemerintah daerah wajib menyampaikan
pertanggungjawaban keberhasilan ataupun kegagalan yang dialami instansi harus
dipublikasikan melalui laporan keuangan yang transparan dan akuntabel. Dengan
pendekatan goal setting theory, laporan keuangan pemerintah daerah diasumsikan
sebagai tujuan pemerintah daerah, sedangkan variabel good governance, SAP dan
kualitas aparatur adalah sebagai faktor penentu.
Salah satu dari karakteristik prilaku yang mempunyai tujuan tersebut terus
berlangsung sampai prilaku itu mencapai penyelesaiannya, yaitu sekali orang
memulai sesuatu (misalkan pekerjaan) ia terus terdorong sampai tercapainya
tujuan. Berikut uraian tentang penetapan tujuan :
Page | 23
d. intensitas tujuan (goal intensity) ialah menyangkut proses
penetapan tujuan atau menentukan bagaimana mencapai tujuan
tersebut
Implikasi Teori
Penekanan pada sasaran yang harus diketahui dan dimengerti oleh manajer
dan bawahannya
Page | 24
Tinjauan akhir untuk memeriksa cara pengerjaan dan modifikasi yang
ditentukan. Manajemen berdasarkan sasaran memberi kesempatan kepada
tenaga kerja untuk membuat penilaiannya sendiri mengenai hasil-hasil
operasi, artinya jika ia membicarakan hasil maka sebenarnya individu
tersebut menilai dirinya sendiri dan mungkin sekali mendapatkan wawasan
mendalam bagaimana ia harus memperbaiki sikapnya. cara-caranya atau
kelakuannya.
Asumsi – asumsi yang dijelaskan dalam teori keadilan (Adam’s Equity Theory) :
Page | 25
3. Jika muncul persepsi kesenjangan outcome/input maka terjadilah
ketidakadilan.
4. Persepsi atas outcome yang melebihi input akan membuat individu merasa
bersalah sedangkan persepsi atas outcome yang kurang dari input akan
membuat invidu marah.
5. Individu akan berusaha memulihkan titik keadilan melalui perubahan
kognitif, perubahan komparasi, atau perubahan output maupun input.
6. Perbedaan toleransi individu dalam mempersepsikan keadilan, Sehingga
banyak orang yang secara tidak etis mungkin mengambil keuntungan dari
seseorang individu atau toleransi yang lebih tinggi untuk ketimpangan
dalam rangka memenuhi kepentingan mereka sendiri.
Input Output
Pengetahuan/pendidikan Gaji
Keahlian Bonus
Pengalaman Tunjangan
Waktu Penghargaan
Komitmen
Kemampuan adaptasi
Sikap kerja
Page | 26
Antusias
Pengorbanan Individu
Kerja Sama
Kepercayaan
Fleksibilitas
Determinasi
Teori keadilan telah diuji dan terbukti memiliki validitas empiris kuat jika
dibandingkan dengan teori perilaku organisasi lainnya sebagaimana penelitian
Wicker dan Bushweiler (1970) dan Carrell dan Dittrich (1978), serta Leventhal,
Allen, & Kemelgor (1969).
Teori ini juga dipandang sebagai indikator yang sangat bermanfaat dan
memiliki hubungan yang kuat dengan :
Page | 27
bahwa pemilihan perilaku juga tergantung pada persepsi korelasi antara upaya,
kinerja dan hasil yang pada akhirnya akan menghasilkan imbalan yang dapat
menguntungkan. Perlu ditekankan disini bahwa Teori motivasi harapan Vroom ini
bukan hanya tentang kepentingan atau keuntungan diri sendiri tetapi juga tentang
hasil yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan orang-orang lain. Teori ini
lebih menekankan pada faktor hasil (outcomes) daripada kebutuhan (needs)
seperti yang dikemukakan oleh Maslow dan Herzbeg.
Page | 28
melebihiharapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari
yang diharapkan.
Page | 29
1. Tingkatkan Expectancy: Para pekerja perlu merasa bahwa mereka mampu
mencapai prestasi yang tinggi. Jika perlu, perusahaan perlu memberikan
pelatihan untuk memastikan bahwa para karyawan memang memiliki
keahlian yang dituntut oleh masing-masing pekerjaannya.
2. Tingkatkan Instrumentality: Ciptakan reward system yang terkait dengan
prestasi. Misalnya, selain gaji pokok, tim yang berhasil mencapai
targetnya secara konsisten akan mendapatkan bonus. Dengan cara ini,
para karyawan mengetahui bahwa prestasi yang lebih baik memang benar
akan mendatangkan penghasilan yang lebih baik pula.
3. Tingkatkan Valence: Karena masing-masing individu memiliki penilaian
yang berbeda, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk merancang reward
system yang memiliki nilai tinggi bagi setiap individu karyawan. Salah
satu cara mengatasi hal ini adalah dengan memberikan poin bonus yang
bisa ditukarkan dengan berbagai jenis hal sesuai kebutuhan individu,
misalnya poin bonus bisa ditukarkan dengan hari cuti, uang, kupon
makan, dsb. Konsekuensi dari program ini adalah perusahaan harus
menerapkan sistem pencatatan yang rapi untuk memastikan bahwa
masing-masing karyawan mendapatkan poin bonus secara adil
2.10. Supermotivation
Page | 30
dilipatgandakan oleh motivasi. Oleh karenanya pada saat terdesak atau krisis,
manusia sering dapat memobilisasi kapasitas yang tersembunyi untuk
menuntaskan prestasi. Supermotivation juga efektif digunakan untuk
menumbuhkan motivasi dalam jangka panjang.
Pendekatan supermotivation mencakup dua proses secara parallel, yang
pertama adalah mengurangi demotivator dan yang kedua menambah motivator.
Demotivasi ditunjukkan oleh indikasi-indikasi seperti karyawan menarik diri dari
proses perencanaan pengambilan keputusan produksi yang penting, Menerima
sedikit informasi, suasana rapat dan kelas pelatihan yang membosankan,
menerima sangat sedikit umpan balik, maka indikasi-indikasi tersebut harus
dipecahkan dan diatasi. Setelah semua faktor demotivasi diselesaikan maka
Langkah kedua adalah dengan menambah pemotivasi. Yang dimaksud dengan
pemotivasi di sini bukanlah orang, melainkan kondisi lingkungan. Manajemen
mempunyai kesempatan yang menantang untuk mengubah cara kerja karyawan
secara permanen. Perbaikan kondisi lingkungan kerja itu diupayakan tidak
temporer, dalam arti hari ini berubah besok sudah berubah lagi Perubahan tersebut
bersifat permanen dan menjadi bagian dari organisasi itu sendiri.
Page | 31
BAB III
KESIMPULAN
Page | 32
DAFTAR PUSTAKA
Andjarwati, Tri. 2015. Motivasi dari Sudut Pandang Teori Hirarki Kebutuhan
Maslow. 1(1), 45-54.
Ruswanti, E., Rosita, A. R., & Januarko, U. (2013). Aplikasi Teori Kebutuhan
ERG Alderfer Terhadap Motivasi Karyawan Rumah Sakit Islam
Hidayatullah Yogyakarta. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Siagian SP. 2012. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta. Uno
HB. 2010 Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-motivasi-prestasi-d-
mcclelland/12764/6
Page | 33
http://eprints.ums.ac.id/57321/5/BAB%20II.pdf
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/view/19
39
https://media.neliti.com/media/publications/243527-motivasi-dari-sudut-pandang-
teori-hirark-435de4b7.pdf
https://ilmumanajemenindustri.com/teori-x-dan-teori-y-menurut-douglas-
mcgregor/
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/5609/1/junaidin.pdf
http://repository.unsada.ac.id/934/8/Bab%20II.pdf
https://ilmumanajemenindustri.com/teori-harapan-vroom-vrooms-expectancy-
theory-teori-motivasi/
Page | 34