DIABETES MELITUS
Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu kumpulan kecil sel
yang tersebar di seluruh organ. Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam
pulau-pulau tersebut :
a) Sel alfa : jumlah sekitar 20-40%, memproduksi glukagon yang menjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like activity.
1
b) Sel beta : mengekskresikan insulin yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah
c) Sel delta : mengekskresi somastatin, hormon yang berfungsi menghalangi hormon
pertumbuhan untuk menghambat sekresi glukagon dan insulin.
d) Sel F : mengekskresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan dimana fungsinya
tidak jelas.
2
Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa
memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat melewati
membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah
senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang berperan dalam proses
metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk
dari luar ke dalam jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat
dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam
darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini merupakan langkah penting, agar
selanjutnya ke dalam sel, molekul glukosa tersebut dapat mengalami proses glikolisis
dan fosforilasi yang akan membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbebas
tersebut dibutuhkan untuk mengaktifkan proses penutupan channel K yang terdapat
pada membran sel, yang diikuti kemudian oleh proses pembukaan channel Ca.
Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca2+ sehingga meningkatkan
kadar ion Ca2+ intrasel, suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui
mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan.
3
Diabetes melitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat
digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. (Sidartawan 2014).
4
Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (Price
& Wilson).
5
d. Patofisiologis/Pathway
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar glukosa darah
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring.
6
- Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
3) Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi
dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4) Tes saring
- GDP, GDS
- Tes Glukosa Urin:
Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
Tes carik celup (metode glucose oxidase/Hexokinase)
5) Tes diagnostik
Tes-tes dagnostik pada DM adalah: GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2 Jam Psot
Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO.
6) Tes monitoring terapi
- GDP: Plasma vena, darah kapiler.
- GD2PP : Plasma vena.
- A1c : Darah vena, darah kapiler.
7) Tes untuk mendeteksi komplikasi
- Mikroalbuminuria : Urin
- Ureum, kreatinin, asam urat
- Kolesterol total : Plasma vena (puasa)
- Kolesterol LDL : Plasma vena (puasa)
- Kolesterol HDL : Plasma vena (puasa)
- Trigliserida : Plasma vena (puasa)
f. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan:
1. Penurunan berat badan yang cepat.
2. Hiperglikemia berat disertai ketosis.
3. Ketoasidosis diabetik (KAD) ata hiperglikemia hiperosmolar non ketotik (HONK).
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat.
5. Gagal dengan kombinasi Obat Hipoglikemik Oral OHO dosis optimal.
6. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke).
7. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan
pencernaan makan.
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
g. Komplikasi
7
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik.
(Sarwono 2016)
a) Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah ( Smeltzer, 2002, dalam NANDA 2015)
3. Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi aklau kadar
glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi
akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : NANDA 2015)
b) Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua pembuluh
darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi
2 yaitu : (Long 1996 NANDA 2015) :
1. Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat,
maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : NANDA 2015)
c. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom, Medsulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan – perubahan
metabolik lain dalam sintesa atau funsi myelin yang dikaitkan dengan
hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf
2. Makrovaskuler
8
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam
pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan
resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
9
keluhan yang sama dengan yang dirasakan sekarang, atau pernah menderita
penyakit/di diagnosa suatu penyakit sebelumnya.
Pemeriksaan fisik
Berisi tentang data pengkajian head to toe.
Pola kegiatan sehari-hari.
Berisi tentang kebutuhan fisik, psikologi, sosial dan spiritual pasien.
Hal yang perlu dikaji pada klien dengan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu : (sumber :
NANDA (North American Nursing Diagnostic Association) NIC-NOC)
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
2) Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh, hipovolemia.
10
3) Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gangrene).
4) Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes melitus).
5) Retensi urin b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri.
6) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer,
proses penyakit (DM).
7) Keletihan b.d sel kekurangan bahan untuk metabolisme.
3. Intervensi Keperawatan
11
kadar Ht.
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva.
- Monitor kalori dan dintake nutrisi.
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.
Rasional :
- Penting untuk mengetahui pasien mempunyai
alergi atau tidak, karena dengan
megetahuinya kita bisa memberikan makanan
yang tidak menyebabkan alergi pada pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi yaitu untuk
mengetahui makanan yang tidak pantang
untuk pasien DM.
- Pasien menjaga pola makannya seimbang
sesuai yang di anjurkan.
- Menjaga asupan nutrisi yang diberikan pada
pasien sehinga tidak terjadi penurunan berat
badan.
- Tetap memantau status nutrisi pada pasien
sehingga tidak terjadinya kekurangan nutrisi
dan kalori.
- Untuk mengetahui nutrisi dan kalori, tetap
simbang.
- Informasi yang di berikan dapat memotivasi
pasien untuk meningkatkan intake nutrisi.
- Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.
- Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
- Mengetahui perkembangan berat badan
pasien ( berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet ).
- Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
(termasuk absorpsi dan utilitasnya).
12
2. Resiko syok b.d Syok prevention. Syok Prevention
ketidakmampuan Syok management. - Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu
elektrolit kedalam Kriteria Hasil : kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi
perifer, dan kapiler refill.
sel tubuh, Nadi dalam batas yang - Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan.
hipovolemia. diharapkan. - Monitor suhu dan pernafasan.
- Monitor input dan output.
Irama jantung dalam
- Pantau nilai labor :
batas yang diharapkan. HB, HT, AGD dan elektrolit.
Frekuensi nafas dalam - Monitor hemodinamik invasi yang sesuai.
- Monitor tanda dan gejala asites.
batas yang diharapkan.
- Monitor tanda awal syok.
Irama pernapasan - Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki
dalam batas yang elevasi untuk peningkatan preload dengan
tepat.
diharapkan. - Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas.
Natrium serum dbn. - Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat.
- Berikan vasodilator yang tepat.
Kalium serum dbn.
- Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda
Klorida serum dbn. gejala datangnya syok.
Kalsium serum dbn. - Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala syok.
Magnesium serum dbn.
Syok Mangement
PH darah serum dbn.
- Monitor fungsi neurologis.
- Monitor fungsi ranal (e.g BUN Cr Lavel).
- Monitor tekanan nadi.
- Monitor status cairan input dan output.
- Catat gas darah arteri dan oksigen di jaringan.
- Monitor EKG, sesuai.
- Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi pembacaan tekanan
darah, sesuai.
- Menggambar gas darah arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi.
Rasional :
- Melihat adanya gejala awal syok agar dapat
ditangani lebih dini.
- Monitor ttv pada pasien untuk mendeteksi
adanya ketidaknormalan pada pasien
sehingga dapat dilakuakan tindakan segera.
- pasien dan keluarga perlu mengerti tanda dan
gejala syok agar dapat mengatasi gejala syok
dan memberikan pertolongan pertama.
3. Kerusakan Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention wound care
integritas jaringan and mocous. - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
b.d nekrosis Wound healing : yang longgar.
- Jaga kulit agar tetap bersih dan kering.
kerusakan jaringan primary and secondary
13
(nekrosis luka intention. - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
gangrene). Kriteria Hasil : dua jam sekali.
- Monitor kulit akan adanya kemerahan.
Perfusi jaringan - Oleskan lotion atau minyak/baby oil
normal. padadaerah yang tertekan.
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
Tidak ada tanda-tanda
- Monitor status nutrisi pasien.
infeksi. - Memandikan pasien dengan sabun dan air
Ketebalan dan tekstur hangat.
- Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman
normal. luka, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi
Menunjukkan lokal, formasi traktus.
- Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan
pemahaman dalam
luka.
proses perbaikan kulit - Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP
dan mencegah (tinggi kalori tinggi protein).
- Cegah kontaminasi feses dan urin.
terjadinya cidera - Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril.
berulang. - Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka.
Menunjukkan
- Hindari kerutan pada tempat tidur.
terjadinya proses Rasional :
penyembuhan luka. - Pakaian longgar dapat memberikan ruang
yang longgar sehingga tidak ada gesekan dan
tekanan kulit atau luka dengan baju.
- Observasi luka untuk dilakukan perawatan
luka.
- Pasien dan keluarga perlu mengerti
bagaimana merawat luka yang benar.
- Menjaga kulit dan luka agar tetap bersih
sehingga tidak terjadi kerusakan integritas
jaringan.
- Kolaborasi diet TKTP membantu pasien tetap
dalam keadaan normal jaringan juga normal.
- Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses penyembuhan akan membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
- merawat luka dengan teknik aseptik, dapat
menjaga kontaminasi luka dan larutan yang
iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang
timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
4. Resiko infeksi b.d Immune status. Infection Control (Kontrol Infeksi)
trauma pada Knowledge : Infection - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
14
jaringan, proses control. lain.
penyakit (diabetes Risk control - Pertahankan teknik isolasi.
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
melitus). Kriteria Hasil : tangan.
Klien bebas dari tanda - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
dan gejala infeksi.
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
Mendeskripsikan pelindung.
proses penularan - Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat.
penyakit, faktor yang - Ganti letak IV perifer dan line central dan
mempengaruhi dressing sesuai dengan petunjuk umum.
- Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection
penularan serta
Protection (proteksi terhadap infeksi).
penatalaksanaannya. - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
Menujukkan lokal.
- Monitor hitung granulosit, WBC.
kemampuan untuk - Monitor kerentanan terhadap infeksi.
mencegah timbulnya - Pertahankan teknik isolasi k/p.
- Berikan perawatan kulit pada area eipdema.
infeksi.
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
Jumlah leukosit dalam kemerahan , panas, drainase.
batas normal. - Inspeksi kondisi luka/insisi bedah.
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
Menunjukkan perilaku sesuai resep.
hidup sehat. - Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi.
- Ajarkan cara menghindari infeksi.
Rasional :
- Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda
penyebaran infeksi dapat membantu
menentukan tindakan selanjutnya.
- Kebersihan diri yang baik merupakan salah
satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
- untuk mencegah kontaminasi luka dan
penyebaran infeksi.
- Antibiotika dapat menbunuh kuman,
pemberian insulin akan menurunkan kadar
gula dalam darah sehingga proses
penyembuhan.
5. Retensi urin b.d Urinary elemination - Monitor intake dan output.
inkomplit Urinary continence. - Monitor penggunaan obat antikolionergik.
- Monitor derajat distensi bladder.
pengosongan Kriteria Hasil : - Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk
kandung kemih, Kandung kemih kosong mencatat output urine.
- Sediakan privasi untuk eliminasi.
sfingter kuat dan secara penuh.
- Stimulasi refleks bladder dengan kompres
poliuri. Tidak ada residu urin dingin pada abdomen.
15
>100-200 cc - Katerisasi jika perlu.
Bebas dari ISK - Monitor tanda dan gejala ISK (panas,
hematuria, perubahan bau dan konsistensi
Tidak ada spasme urine).
bladder. Rasional :
- Melihat balance cairan yang masuk ketubuh
Balance cairan
agar dapat dinilai jumlah urine yang
seimbang
dikeluarkan.
- Menyediakan privasi untuk membantu pasien
tetap terjaga privasi nya.
- Memberikan kompres dingin pada abdomen
untuk stimulasi reflex bladder.
- Monitor gejala dan tanda ISK agar dapat
ditemukan segera dan diobati segera.
6. Ketidakefektifan Circulation status. Peripheral Sensation Management
perfusi jaringan Tissue Perfusion : (Manajemen sensasi perifer)
16
Memproses informasi
Membuat keputusan
dengan benar.
Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
involunter.
7. Keletihan b.d sel Endurance Energy Management
kekurangan bahan Konsentrasi - Observasi adanya pembatasan klien dalam
untuk metabolisme. Energy Conservation melakukan aktivitas.
- Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Nutritional status : kelelahan.
energy. - Monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat.
Kriteria Hasil :
- Monitor pasien akan adnya kelelahan fisik
Memverbalisasikan dan emosi secara berlebihan.
peningkatan energi dan - Monitor respon kardiovaskular terhadap
aktivitas.
merasa lebih baik.
- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
Menjelaskan pasien.
penggunaan energy - Dukung pasien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan, berhubungan
untuk mengatasi dengan perubahan hidup yang disebabkan
kelelahan. keletihan.
- Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan
Glukosa darah adekuat.
kebutuhan.
Kualitas hidup - Tingkatkan tirah baring dan pembatasan
meningkat. aktivitas (tingkatkan periode istirahat).
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk
Istirahat cukup. meningkatkan asupan makanan yang bereergi
Mempertahankan tinggi.
Rasional :
kemampuan untuk
- Membatasi aktivitas agar pasien tidak banyak
berkonsentrasi.
mengeluarkan energy untuk beraktifitas dan
mengurangi adanya efek keletihan.
- Dengan dapat diketahuinya faktor penyebab
kelelahan maka akan dapat segera ditangani
dan keletihan tidak akan terjadi.
- Manfaatkan adanya energy yang adekuat
untuk membantu dalam aktifitas.
- Dengan bantuan saat beraktifitas dapat
membantu meringankan keletihan pada
pasien tetapi harus juga dimandirikan jika
17
keletihan pada pasien sudah tidak terjadi.
- Asupan makanan yang tinggi gizi dapat
meningkatkan energy untuk aktifitas dan
keletihan tidak akan terjadi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Asman Manaf. 2016. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta:
19
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
( ) ( )
20