Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Disusun oleh :
dr. Triza Ahmad Praramadhan

Pembimbing:
dr. Hanry Tanto

RUMAH SAKIT SILOAM SRIWIJAYA PALEMBANG


2020
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus yang berjudul


HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Oleh :

dr. Triza Ahmad Praramadhan

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dalam Menjalani


Program Internsip Dokter Indonesia

Palembang, April 2020


Pembimbing,

dr. Hanry Tanto

ii
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,
Segala puji bagi Tuhan Yang Masa Esa karena atas rahmat-Nya lah
laporan kasus yang berjudul “Hernia Inguinalis Lateralis” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Hanry Tanto sebagai dokter pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan
kasus hingga laporan kasus ini selesai.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada
kritik dan saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan
kasus ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Palembang, April 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….……. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………….……. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….… iv
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB 2 STATUS PASIEN..............................................................................2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………11
BAB 4 ANALISIS KASUS………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
Dinding abdominal normal memiliki kekuatan yang memadai untuk menahan
tekanan abdominal yang tinggi dan menghambat herniasi. Herniasi terbentuk dari
tekanan tinggi saat konstipasi, batuk yang berlebihan pada penyakit respiratorik,
dan kegemukan. Terdapat bukti bahwa hernia adalah penyakit kolagen, dan
akibat adanya ketidakseimbangan tipe kolagen yang diturunkan. Hal ini di
dukung oleh bukti sejarah hubungan antara hernia dan penyakit lain yang
berkaitan dengan kolegen seperti aneurisma aorta.
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan
hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai
skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis
terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2 : 1, dan
diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan
wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin
besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai
melemah. Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi
diinguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau
daerah perut lainnya.
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat
terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Isi hernia dapat tercekik oleh
cincin hernia sehingga terjadi strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi.
Kompetensi dokter umum pada kasus hernia adalah 3B uttuk kasus
strangulata dan inkarserata, dan 2 untuk hernia reponibilis dan ireponibilis.

1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. HA
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 64 tahun
Alamat : Swadaya, Kampus, Palembang
Pekerjaan : Pekerja Bangunan
Agama : Islam
Status : Menikah
MRS : 28 Maret 2020

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 Maret 2020 pukul
09.00 WIB

KELUHAN UTAMA
Keluar benjolan di lipat paha kanan yang muncul makin sering sejak 1 bulan
SMRS.
KELUHAN TAMBAHAN
Perut terasa begah dan penuh.
Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang dengan keluhan ada benjolan di lipat paha kanan sejak kurang
lebih 5 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan berbentuk bulat, dengan
permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran
benjolan kira-kira berdiameter ± 6 cm. Permukaan benjolan rata dengan
konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Menurut OS ukuran benjolan
berubah-ubah, jika OS sedang batuk atau mengedan, maka benjolan akan keluar
dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila OS sedang berbaring,
maka ukuran benjolan mengecil. OS tidak pernah mengalami trauma pada daerah
buah zakar, lipat paha maupun perut sebelumnya. OS tidak berobat.

2
Sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan semakin sering keluar.
Benjolan keluar dan membesar di lipat paha kanan ketika batuk, mengejan
bahkan saat berjalan. OS tidak berobat namun mengurut benjolannya dan
benjolan dapat masuk kembali tiap diurut.
Sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit OS mengeluhkan terkadang perut
terasa penuh. OS juga mengeluh benjolan masuk dibantu menggunakan tangan.
Os mengeluh perut terasa begah dan penuh. Frekuensi BAB menjadi berkurang
dari biasanya 2-3x sehari menjadi sekali sehari. OS menyangkal keluhan lain
seperti demam, pusing, mual, dan muntah. Os berobat ke poli RS Siloam
Sriwijaya

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat pernah menderita keluhan yang sama saat usia 8 tahun, tidak berobat.
Keluhan menghilang sendiri usia 10 tahun. Usia 30 tahun keluhan benjolan di
lipat paha muncul kembali. Hilang timbul, OS tidak berobat.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga OS yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Kebiasaan
OS mengaku sering mengangkat beban berat karena bekerja sebagai petani.

Riwayat Pengobatan
Riwayat Pengobatan sebelumnya disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Suhu : 36,4oC

3
 Pernafasan : 20 x/menit
Status generalis
1. Kulit
Warna : sawo matang, tidak ikterik dan tidak terdapat hipopigmentasi
maupun hiperpigmentasi
Rambut : tumbuh rambut permukaan kulit
Turgor : baik
Suhu raba: hangat

2. Kepala
Ekspresi : ekspresif
Simetris wajah : simetris
Nyeri tekan sinus : tidak terdapat nyeri tekan sinus
Rambut : distribusi merata, warna hitam
Pembuluh darah : tidak terdapat pelebaran pembuluh darah
Deformitas : tidak terdapat deformitas

3. Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema,
perdarahan, blefaritis, maupun xanthelasma
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya langsung
positif pada mata kanan dan kiri, reflex cahaya tidak langsung
positif pada mata kanan dan kiri

4. Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang

4
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun
kiri
Nyeri tarik auricular : tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun kanan
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri

5. Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : tidak ada perdarahan

6. Mulut dan tenggorok


Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-geligi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

7. Leher
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah

8. Kelenjar getah bening


Leher : tidak terdapat pembesaran di KGB leher
Aksila : tidak terdapat pembesaran di KGB aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal

9. Thorax
Paru-paru

5
 Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat
statis dan dinamis
 Palpasi : gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua
hemithorax
 Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga
VI pada linea midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari
pemeriksa, batas paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea
axilatis anterior sinistra.
 Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun
wheezing pada kedua lapang paru
Jantung
 Inspkesi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
 Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea
midklavikularis sinistra
 Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
 Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur
maupun gallop

10. Abdomen
Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan
kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi : teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan,
maupun nyeri lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan
hasil negative
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok
CVA, ballotment (-)
Auskultasi : bising usus positif 2x/menit, intensitas sedang
11. Ekstremitas
Tidak tampak deformitas

6
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Tidak terdapat oedema pada keempat ekstremitas

Status lokalis Regio Inguinalis Dextra


Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 6x 5 x 3
cm di daerah inguinal dextra, berwarna seperti warna kulit
disekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda radang
Palpasi : teraba massa di daerah inguinal dextra dengan ukuran ± 6 x 5 x 3 cm,
permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), benjolan
dapat dimasukan kembali dengan bantuan tangan. Finger Test: Teraba
impuls di ujung jari saat batuk.

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN


Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 14.6 g/dl 13 – 18 g/dl
Hematokrit 45,6 % 40 – 52 %
Eritrosit 5,6 juta / µL 4,5 – 5,9 juta / µL
Leukosit 5.700 /µL 4400 – 11300 /µL
Trombosit 186.000 /mm3 150.000 – 450.000 /mm3
Bleeding time 4 menit 20 2 – 10 menit
detik
Clotting time 10 menit 6 – 15 menit
Gula darah sewaktu 139 mg% < 200 mg%

V. RESUME
Pasien Tn HA, usia 64 tahun dengan keluhan ada benjolan di lipat paha
kanan sejak kurang lebih 5 tahun SMRS. Benjolan berbentuk bulat,
dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit
sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 6 cm. Permukaan
benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan.
Ukuran berubah-ubah, jika sedang batuk atau mengedan benjolan akan
keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila OS
sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. Sejak 2 tahun

7
sebelum masuk rumah sakit, benjolan semakin sering keluar. Sejak 1
bulan sebelum masuk rumah sakit OS mengeluhkan terkadang perut
terasa penuh. Benjolan dapat masuk dibantu tangan. Os mengeluh perut
terasa begah dan penuh. Frekuensi BAB menjadi berkurang dari biasanya
2-3x sehari menjadi sekali sehari. Pada pemeriksaan fisik Inspeksi :
terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 6x 5 x 3 cm di
daerah inguinal dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan
tidak terdapat tanda-tanda radang
Palpasi : teraba massa di daerah inguinal dextra dengan ukuran ± 6 x 5
x 3 cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-).
benjolan dapat dimasukan dengan tangan. Finger Test: saat batuk impuls
teraba di ujung jari. Pada pemeriksaaan penunjang didapatkan dalam
batas normal.

VI. DIAGNOSA BANDING


1. Hernia Inguinalis Lateralis Dextra.
2. Hernia Inguinalis Medialis Dextra
3. Hernia Femoralis Dextra

VII. DIAGNOSA KERJA


Hernia Inguinalis Lateralis Dextra

VIII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL gtt xx/menit
Cek darah rutin, darah kimia, BSS, EKG, RO Thorax
Konsul SpB untuk rencana operasi hernioraphy

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia Ad bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad bonam
X. FOLLOW UP

8
30 Maret 2020 pukul 08.30
S : Benjolan di lipat paha kanan (+), nyeri pada benjolan (-)
O : KU: Tampak sakit sedang
Sens: Compos mentis
TD : 140/100 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 C
Regio Inguinalis Dextra:
Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 6x
5 x 3 cm di daerah inguinal dextra, berwarna seperti warna kulit
disekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
Palpasi : teraba massa di daerah inguinal dextra dengan ukuran ± 6 x 5
x 3 cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-).
A : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
P : Rencana operasi hari ini.

31 Maret 2020 pukul 08.30 WIB


S : Nyeri luka operasi (+)
O : TD : 140/90 mmHg
HR : 90 x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5 C
Regio Inguinalis Dextra
Tampak luka operasi, tertutup perban, perban kering, perdarahan (-), nyeri
tekan (-).
A : Post hernioraphy hari ke 1
P : IVFD RL gtt xx/menit
Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj ketorolac 2 mg/8 jam
Diet nasi biasa

9
1 April 2020 pukul 08.30 WIB
S : Luka nyeri operasi (+), batuk (+) tidak berdahak
O : TD : 130/80 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,4 C
Regio Inguinalis Dextra:
Tampak luka operasi tertutup perban, perban kering, perdarahan (-), nyeri
tekan (-).
A : Post hernioraphy hari ke 2
P : IVFD RL gtt xx/menit
Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj ketorolac 2 mg/8 jam
Ambroxol Syr 3x1C
Diet nasi biasa

BAB III

10
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hernia Secara Umum


Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia
dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh
selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan
isi hernia.1,2

Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan
akuisita. Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical,
femoral, insisional (sering) dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal,
obturator (jarang).1,3
Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel
bila isi kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong
dengan tangan. Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel.
Biasanya hernia ireponibel disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan
nyeri atau tanda sumbatan usus.1
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang
ireponibel, maka disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia
tersebut mengakibatkan gangguan vaskularisasi maka disebut hernia
strangulata.1
Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan
didapat (acquired) :
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :

11
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya
testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga
terjadi penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi
penonjolan (prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir
akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat masuk
melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis
inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus
(tidak mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
lateralis kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
 Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
 Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui kantong dan isi hernia
 Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen
yang kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi,
ascites) yang akan mendorong isi hernia ke annulus inguinalis
internus
 Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau
kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah
appendiktomi

B. Hernia Inguinalis

Anatomi Regio Inguinalis

Gbr 1. Dinding Abdomen

12
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan
aponeurosis m. transverses abdominis. Di medial bawah, di atas
tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus,
yaitu bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya
adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum
inguinale. Akanal ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan
ligamentum rotundum pada perempuan.1

Gbr 2. Kanalis Inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena


keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus.
Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia
skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol
langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi
ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi
otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh
fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses
abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk

13
menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya
tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1

Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal


Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain
yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin
karena annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding
wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis
pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis.
Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus
internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi hernia
melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5

14
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m. ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi,
dan fascia transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya
hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan
terjadinya hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen
keluar melalui celah tersebut.1,3
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering
mendahului hernia inguinalis.1,6

Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen
tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika
otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih
transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya
usus ke dalam kanalis inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena
usia dapat membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang
cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di
samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. 1,7
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan
terjadi jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ
atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.

15
Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
cairan serosanguinus. 1
Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di
lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan,
dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1

Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di
lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda
berat atau mengedan, dan menghilang saat berbaring. Pasien sering
mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir. Keluhan nyeri
jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat
dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu
diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan
atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4

16
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila
hernia dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus,
pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti
hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh,
berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis
kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda
sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin
meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan
pemeriksaan klinis yang teliti.2

Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :


1. Hernia inguinalis medialis (direk)
Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui
trigonum hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui
kanlis inguinalis dan tidak ke scrotum.
Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian
tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia
inguinalis medialis memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan
penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi
inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi).
Lebih sering pada pria usia tua.1,3
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus
internus, secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke
skrotum.3

2. Hernia inguinalis lateralis


Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang
langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe

17
lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat.
Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar
annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher
yang sempit. Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami
komplikasi strangulata.1,3
Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga
seringkali turun ke dalam skrotum.3
Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis
peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis.1,4

Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan
yang tetap sampai terjadi reposisi.1
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan
vitalitas lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas
hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari
berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai
seumur hidup. Ini tidak dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di
daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.1
Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi
maka factor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus
dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan
lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi.2

18
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar
operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.1
Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.1
Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal
berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil annulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus
abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke
ligamentum inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia
transversa, m. transverses abdominis, m. oblikus internus abdominis ke
ligamentum cooper menurut McVay.1

Gbr 4. Herniotomi dan


Hernioplasti

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya


regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan
metode penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis
yang menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke
inguinal.1
Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya
sama dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus
dinilai apakah vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan
reseksi dan anastomosis.2

19
Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus
ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan.
Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana.
Sumbatan dapat terjadi parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila
cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan
parsial.1
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke
jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga
terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia. Timbulnya udem
mengakibatkan jepitan semakin bertmbah sehingga suplai darah
terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi
cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi
perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik
akibat gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan
mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang
peroitoneal.1
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda
peritonitis atau abses lokal. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan
kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.1

20
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pasien Tn HA usia 64 tahun datang dengan keluhan utama benjolan di lipat


paha yang hilang timbul dan semakin sering muncul sejak 1 bulan SMRS.
Berdasarkan anamnesis ada benjolan di lipat paha kanan sejak kurang lebih 5
tahun SMRS. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna
sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 6
cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat
digerakan. Ukuran berubah-ubah, jika sedang batuk atau mengedan benjolan akan
keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila OS sedang

21
berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. Sejak 2 tahun sebelum masuk rumah
sakit, benjolan semakin sering keluar. Sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
OS mengeluhkan terkadang perut terasa penuh. OS juga mengeluh benjolan
masuk dibantu menggunakan tangan. Os mengeluh perut terasa begah dan penuh.
Berdasarkan anamnesis ini dapat disimpulkan kemungkinan diagnosis pasien
ini adalah hernia, karena keluhan benjolan terjadi rekuren, benjolan muncul
ketika batuk, mengejan, dan melakukan pekerjaan berat. Pekerjaan pasien sebagai
pekerja bangunan dapat menjadi faktor risiko terjadinya hernia. Keluhan ini
terjadi akibat rongga abdomen tidak dapat menahan tekanan abdomen yang tinggi
akibat aktifitas seperti mengangkat benda-benda berat. Benjolan hernia yang
masuk kembali saat berbaring dan masuk dengan bantuan tangan menunjukkan
hernia masih reponibilis, karena masih dapat masuk kembali ke dalam rongga
abdomen.
Pada pemeriksaan fisik Inspeksi: terdapat massa dengan bentuk agak bulat
dengan ukuran ± 6 x 5 x 3 cm di daerah inguinal dextra, berwarna seperti warna
kulit disekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
Palpasi : teraba massa di daerah inguinal dextra dengan ukuran ± 6 x 5 x 3 cm,
permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-). Benjolan dapat
dimasukkan dengan jari. Finger test: terasa impuls di ujung jari saat batuk.
Kesan yang didapatkan pada pemeriksaan fisik ini adalah belum adanya
tanda-tanda inflamasi yang mengarah pada hernia strangulata. Adanya impuls
yang terasa diujung jari pada Finger test menunjukkan hernia inguinalis lateralis,
karena hernia keluar melaui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah hernioraphy.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004.
Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3.
2006. Jakarta : Erlangga Medical Series

23
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April
24th 2011. (Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia,
cited on May 12th 2011)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse.
Last Updated December 2008.
(Available from
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on
May 12th 2011)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine
Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm
cited on May 13th 2011)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa
Laniyati Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-
515

24

Anda mungkin juga menyukai