Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Latar Belakang

Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk
disimpan dibank darahyang digunakan untuk keperluan transfusi darah(Daradjatun, 2008). Darah
yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Biasanya hal ini sering
dilakukan di kalangan remaja sampai kalangan dewasa, perlunya keinginan pendonor dimulai
dari usia remaja akhir agar terwujud suatu kebiasaan, dan jiwa sosial karena darah diperoleh dari
sumbangan darah para donor darah sukarela maupun donor darah pengganti. Donor darah
sukarela merupakan seseorang yang menyumbangkan darahnya secara sukarela untuk
kepentingan masyarakat yang membutuhkan tanpa mengetahui untuk siapa (Elfazia, 2009).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan setiap negara harus memiliki pasokan
darah minimal 2 persen dari jumlah penduduk. Di Indonesia, baru 70 persen darah yang
tersimpan di PMI dari target tersebut, yang artinya stok darah di PMI dan rumah sakit Indonesia
masih mengalami kekurangan. Banyaknya permintaan darah belum diimbangi dengan jumlah
pendonor darah yang ada. Dalam salah satu artikel website Vivanews, Jusuf Kalla selaku mantan
Ketua Umum Palang Merah Indonesa memaparkan bahwa salah satu faktor terus meningkatnya
permintaan darah yaitu karena membaiknya ekonomi dan gaya hidup modern. Sebagai contoh,
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor diikuti kenaikan angka kecelakaan lalu lintas.
Bertambahnya pabrik industri diiringi meningkatnya angka kecelakaan kerja. Semakin modern,
orang yang dulunya berobat ke dukun, beralih pergi berobat ke dokter dan rumah sakit.
Pengobatan untuk penyakit yang berat serta kecelakaan tentu banyak membutuhkan darah,
Berdasarkan data yang diperoleh,untuk menekankan pentingnya persediaan darah hasil
sumbangan, Palang Merah di Amerika Serikat, menyampaikan bahwa 97% orang kenal orang
lain yang pernah membutuhkan donordarah. Menurut Palang Merah Australia, 80% orang
Australia akan membutuhkan donor darahsuatu saat pada hidup mereka, tetapi hanya 3% yang
menyumbang darah setiap tahun. Dan menurut survei di Kanada, 52% orang Kanada pernah
mendapatkan transfusi darah atau kenal orang yang pernah membtuhkan transfusi darah (WHO,
2010). Indonesia seharusnya mempunyai stok darah 4,5 juta sampai 4,8 juta kantong darah per
tahun, sedangkan PMI baru bisa mencukupi sekitar 2 juta kantong darah, yang 64 persenya
diolah menjadi komponen darah sebanyak 3 juta komponen darah yang mampu memenuhi 70
persen dari kebutuhan darah penduduk Indonesia di 520 Kota/Kabupaten. Hal yang
menyebabkan kurangnya persedian darah di Indonesia adalah kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya mendonorkan darah dan hal ini menyebabkan kurangnya persediaan darah di
Indonesia.Untuk meningkatkan kapastitas stok kebutuhan darah yang ditetapkan oleh WHO,
PMI berupaya dengan meningkatkan kualitas serta pelayanan Unit Donor Darah (UDD) yang
tersebar di sekitar 200 PMI Kota / Kabupaten di seluruh Indonesia. PMI juga membangun gerai-
geraiUDD di 6 Mall dan 2 Universitas yang menjadi salah satu antisipasi PMI untuk
mendekatkan layanan donor darah sukarela kepada masyarakat dan memenuhi kebutuhan
kantong darah nasional (Suhardi, 2013). Berdasarkan pemberitaan pada website VOA Indonesia,
PMI terus berupaya menambah stok darah di Indonesia seperti membangun 100 kios donor darah
di berbagai pusat perbelanjaan dan mendirikan posko sementara di sejumlah wilayah serta
menambah mobil unit donor darah di setiap provinsi. PMI pun sudah mulai giat melakukan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari donor darah. Upaya PMI ini tentu akan
berhasil apabila didukung dengan minat dan kesadaran kita sebagai masyarakat Indonesia untuk
rutin melakukan donor darah.
Dari sekian banyak kota di Indonesia, Kota Bandung merupakan salah satu kota yang
sudah dapat men-cover kebutuhan stok darah hariannya. Bapak Priyo Handoko selaku Kepala
Sub Bagian Informasi Komunikasi PMI Kota Bandung menyatakan, lebihnya stok darah tersebut
dikarenakan minimnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga Februari 2015. Namun
stoknya tetap harus diantisipasi karena kebutuhan darah sewaktu-waktu dapat berubah. Dalam
satu hari, permintaan darah di PMI Kota Bandung rata-rata mencapai 350-400 labu. Sehingga
dalam satu bulan PMI membutuhkan sekitar 12.000 labu. Permintaan juga datang dari daerah
lain di Jawa Barat dan pernah pula dari Jakarta. PMI Kota Bandung cukup terbantu dari PMI
yang tersebar di 30 kecamatan. Ditambah juga dengan unit mobil yang setiap harinya bergerak.
Rata-rata mereka mendapat 80 labu dari 4-5 unit mobil dalam satu hari.
Sosialisasi mengenai manfaat donor darah sedang giat dilakukan dan sangat dibutuhkan
untuk terus meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat untuk melakukan donor darah. Selain
itu sosialisasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin, mengingat usia minimal untuk mendonor
yaitu 17 tahun, maka pendonor awal kurang lebih adalah usia mahasiswa. Kebiasaan untuk donor
darah dapat ditanamkan sejak usia awal mereka dapat melakukan donor darah.
Etik
Peraturan Pemerintah N0. 7/ 2011 tentang Pelayanan Darah menyebutkan
penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan oleh Unit Donor Darah (UDD)
yang diselenggarakan oleh organisasi sosial dengan tugas pokok dan fungsinya di bidang
Kepalangmerahan atau dalam hal ini Palang Merah Indonesia (PMI).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN


2015
TENTANG STANDAR PELAYANAN TRANSFUSI DARAH
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (5), Pasal 10 ayat (3), Pasal 11
ayat (4), Pasal 12 ayat (3), Pasal 13 ayat (5), Pasal 14 ayat (4), Pasal 15 ayat (4), Pasal 24, dan
Pasal 29 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431); 2.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah
Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1756);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR PELAYANAN TRANSFUSI
DARAH.
Pasal 1 Standar Pelayanan Transfusi Darah menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dan/atau
pelaksana program di bidang kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan transfusi darah.
Pasal 2 Standar Pelayanan Transfusi Darah bertujuan menjamin pelayanan darah yang aman,
berkualitas dan dalam jumlah yang cukup.

Pasal 3
(1) Standar Pelayanan Transfusi Darah meliputi:
a. sistem manajemen mutu pelayanan darah;
b. pelayanan transfusi darah di Unit Transfusi Darah;
c. pelayanan transfusi darah di pusat plasmapheresis;
d. pelayanan transfusi darah di Bank Darah Rumah Sakit;
e. pemberian transfusi darah kepada pasien; dan
f. sistim informasi pelayanan darah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Pelayanan Transfusi Darah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 4
(1) Menteri, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan standar pelayanan transfusi darah sesuai dengan tugas dan
kewenangannya masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan
Komite Pelayanan darah dan organisasi profesi.

Anda mungkin juga menyukai