Anda di halaman 1dari 13

JURNAL

PENGARUH SISTEM PENGHARGAAN, PENGALAMAN, PRESTASI


KERJA, DAN KULTUR ORGANISASI
TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR

EMILIA RUWAIDA
NPM: 02150200036

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017
Pengaruh Sistem Penghargaan, Pengalaman, Prestasi Kerja, dan Kultur
Organisasi Terhadap Pengembangan Karir
Emilia Ruwaida 1, Astrid Novita2
1,2
Program Studi Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jln.
Harapan Nomor 50, Lenteng Agung–Jakarta Selatan 12610 Telp: (021) 78894045,
Email: 1emilia.ruwaida@yahoo.co.id, astridnh.by28@gmail.com

Abstrak

Dampak yang diderita bila pegawai tidak melakukan pengembangan karir adalah pegawai tersebut akan
tertinggal dengan segala ilmu maupun teknologi yang terbaru, berimbasnya adalah tidak mampu bersaing dengan
rumah sakit lain yang telah berkembang mengikuti perubahan globalisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh sistem penghargaan, pengalaman, prestasi kerja, dan kultur organisasi terhadap
pengembangan karir pegawai. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2017 di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor. Populasi dalam
penelitian adalah seluruh pegawai di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor dengan jumlah 919 orang.
Jumlah sampel berdasarkan perhitungan rumus 1 populasi sebanyak 153 pegawai. Pengambilan data
menggunakan kuesioner, kemudian diolah dan dianalisis univariat dan bivariat. Penyajian data dengan narasi,
dan tabel. Hasil uji statistik didapatkan ada pengaruh sistem penghargaan (t-hitung 11,879; sebesar 58,3%),
pengalaman (t-hitung 9,161; sebesar 35,7%), prestasi kerja (t-hitung 14,798; sebesar 79,2%), dan kultur
organisasi (t-hitung 11,554; sebesar 56,9%) terhadap pengembangan karir pegawai. Saran dari penelitian ini
diharapkan pegawai meningkatkan prestasi kerjanya, seperti bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya,
selalu bekerja sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan, selalu menyelesaikan pekerjaanya tanpa harus
menunggu perintah, dan selalu mengutamakan kerjasama tim dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, sehingga
manajemen dapat menilai pegawainya sebagai rekomendasi dalam pengembangan karir pegawai tersebut.

Kata Kunci : Karir, Kultur, Pengalaman, Penghargaan, Prestasi

Abstract

The impact that suffers if employees do not do career development is the employee will be left behind with all the
latest science and technology, the result is not able to compete with other hospitals that have grown to follow
changes in globalization. The purpose of this study was to determine the effect of reward system, experience,
work performance, and organizational culture on employee career development. This research type is
quantitative with cross sectional design. This research was conducted in July-August 2017 at the Indonesian
Red Cross Hospital Bogor. The population in the study were all employees at the Bogor Palang Merah
Indonesia Hospital with 919 people. The number of samples based on calculation formula 1 population as many
as 153 employees. The data were collected using questioner, then processed and analyzed univariat and
bivariate. Presentation of data by narration, and tables. The result of statistic test showed that there was
influence of appreciation system (t-hitung 11,879; 58,3%), experience (t-hitung 9,161; 35,7%), job performance
(t-hitung 14,798; 79,2%), and organizational cu78lture (t-hitung 11,554; 56,9%) to career development of
employees. Suggestions from this study are expected to improve the performance of employees, such as working
in accordance with the duties and responsibilities, always work in accordance with the standard established
procedures, always finish the job without waiting for orders, and always prioritize teamwork in completing a
job, so management can assess employees as a recommendation in the career development of these employees.

Keywords : Career, Culture, Experience, Awards, Achievements


1

Pendahuluan Mereka bukan seperti uang, mesin dan materil


yang sifatnya positif dan dapat diatur
Rumah sakit adalah bentuk organisasi
sepenuhnya dalam mendukung tercapainya
pelayanan kesehatan yang bersifat
tujuan perusahaan. Keberadaan pengembangan
komprehensif mencakup aspek promotif,
karier diperlukan pada sumber daya manusia
preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta
untuk mewujudkan tujuan organisasi.
sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat.
menyatakan bahwa organisasi yang maju dan
Dimana rumah sakit merupakan bagian
berkembang identik dengan pengembangan
integral dari keseluruhan sistem pelayanan
karier.3
kesehatan yang melayani pasien dengan
berbagai jenis pelayanan. Pengelolaan rumah Pengembangan karir sebagai kegiatan
sakit yang efisien dan efektif merupakan syarat manajemen SDM pada dasarnya memiliki
mutlak agar rumah sakit dapat memberi tujuan untuk dapat memperbaiki dan
pelayanan yang optimal. Pesatnya peningkatan meningkatkan efektivitas pelaksanaan
teknologi bidang pelayanan kesehatan yang pekerjaan oleh para pekerja agar semakin
dibarengi dengan semakin kompleknya mampu memberikan kontribusi terbaik dalam
kebutuhan masyarakat modern akan sistem mewujudkan tujuan bisnis organisasi.
pelayanan kesehatan, memberikan pengaruh Pengembangan karier juga diperlukan bagi
terhadap praktisi kesehatan dalam pegawai karena untuk dapat mewujudkan
mengimplementasi kan sistem pelayanan tercapainya pelayanan yang berkualitas
kesehatan masyarakat tidak terkecuali bagi diperlukan tenaga kepegawaian yang
pegawai. Pada era globalisasi ini seorang profesional; memiliki kemampuan intelektual,
pegawai dituntut untuk melakukan perbaikan teknikal, dan interpersonal, berdasarkan
dan meningkatkan kualitas pelayanan standar praktik; serta memperhatikan kaidah
kesehatan.1 etik dan moral. Selain keselamatan pasien dan
mutu pelayanan, ada faktor karier pegawai
Selain itu, masyarakat menuntut rumah
yang sangat mempengaruhi pelayanan
sakit harus dapat memberikan pelayanan yang
tersebut.4 pengembangan karier dalam suatu
one stop services, artinya seluruh kebutuhan
organisasi identik dengan peningkatan
pelayanan kesehatan dan pelayanan terkait
pendidikan, pelatihan, mutasi kerja dan
pasien harus dapat di layani oleh Rumah Sakit
promosi jabatan.5
secara cepat, akurat, bermutu dengan biaya
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi
Sedangkan manajemen rumah sakit berbeda pengembangan karir pegawai, salah satunya
dengan usaha di bidang lain karena rumah adalah prestasi kerja. Menurut Rivai V prestasi
sakit merupakan usaha yang padat modal, kerja mempengaruhi pengembangan karir,
padat karya, dan padat teknologi, disamping prestasi kerja yang ditampilkan pegawai
harus menerapkan nilai sosial dan etika, juga kepada organisasinya akan menjadi bekal oleh
harus memperhitungkan segi ekonomi.2 manajer sumber daya manusia dalam penilaian
Semakin banyaknya rumah sakit baik pengembangan karir pegawai.6 Salah satu cara
pemerintah, swasta atau asing menimbulkan yang harus ditempuh oleh manajemen
munculnya persaingan, tidak hanya dalam personalia atau sumber daya manusia adalah
merebut pasar atau meningkatkan mutu dan mengadakan penilaian prestasi kerja secara
pelayanan rumah sakit namun juga persaingan sistematis dalam perusahaan. Bagi manajemen
dalam mendapatkan sumber daya manusia perusahaan, penilaian prestasi kerja bagi setiap
yang terbaik. Sumber daya manusia memegang pegawai tentunya akan mampu menjaring
peranan penting dalam peningkatan mutu potensi pegawai yang akan dikembangkan
pelayanan yang dimiliki setiap rumah sakit. kelak dalam rangka menduduki jabatan-jabatan
atau karir yang lebih tinggi di dalam
Sumber daya manusia merupakan aset
perusahaan.
utama bagi perusahaan yang menjadi
perencanaan dan pelaku aktif berbagai aktifitas Prestasi kerja pegawai dalam melakukan
dalam suatu organisasi. Mereka mempunyai tugas yang dipercayakan kepadanya
pikiran, perasaan, keinginan, status, dan latar merupakan pangkal tolak untuk memperoleh
belakang pendidikan yang dibawa ke dalam pengembangan karir. Prestasi kerja pegawai
suatu lingkungan organisasi perusahaan. yang kurang memuaskan menyebabkan
2

pegawai sulit untuk dipromosikan ke jabatan penelitian ini adalah simple random sampling,
atau pekerjaan yang lebih tinggi di periode yaitu seluruh populasi diundi satu-persatu
yang akan datang.7 Seseorang pegawai yang diambil secara acak kemudian yang terpilih
berkeinginan promosi demi perkembangan dijadikan sebagai sampel penelitian. 12 Jadi
karirnya, maka dibutuhkan prestasi kerja yang sampel dalam penelitian ini adalah pegawai
memenuhi standar yang telah menjadi Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor
ketetapan dalam suatu organisasi. yang berjumlah 153 responden.
Penilaian prestasi kerja para pegawai Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-
memiliki peranan dan arti yang sangat penting ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
dalam pengambilan keputusan seperti populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
indentifikasi kebutuhan program diklat, Kriteria inklusi adalah: 1) Pegawai Rumah
rekrutmen, seleksi, penempatan, program Sakit Palang Merah Indonesia Bogor; 2)
pengenalan, sistem imbalan, promosi dan Pegawai yang bersedia menjadi responden.
berbagai aspek dalam proses manajemen SDM Kriteria Non Inklusi. Kriteria inklusi adalah
secara efektif.8 kriteria atau ciri-ciri yang tidak perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat
Faktor lain yang mempengaruhi
diambil sebagai sampel. Kriteria non inklusi
pengembangan karir adalah pengalaman.
adalah: 1) Bukan pegawai Rumah Sakit Palang
Pengalaman kerja berpengaruh terhadap
Merah Indonesia Bogor; 2) Pegawai yang tidak
pengembangan karir seorang pegawai. 9 Masa
bersedia menjadi responden. c. Kriteria
kerja dapat menjadi acuan pengalaman kerja
Eksklusi Kriteria eksklusi adalah kriteria
yang dimiliki seorang pegawai, semakin lama
inklusi yang dikeluarkan. Kriteria eksklusinya
masa kerja yang dimiliki seorang pegawai
adalah pegawai yang datanya tidak lengkap
maka akan semakin kaya pengalaman kerja
dalam pengisian kuesioner.
yang dimilikinya dan semakin besar pula
kesempatan dalam pengembangan karir Data yang diambil adalah data primer,
pegawai. yaitu sumber-sumber dasar yang terdiri dari
bukti-bukti atau saksi utama dari kejadian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di
mengetahui pengaruh sistem penghargaan,
lapangan. Data primer diperoleh secara
pengalaman, prestasi kerja, dan kultur
langsung dari sumbernya dan diperoleh dari
organisasi terhadap pengembangan karir
jawaban atas pertanyaan yang disediakan
pegawai Rumah Sakit Palang Merah Indonesia
melalui pengisian kuesioner oleh pegawai
Bogor tahun 2017.
Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor.
Metode Selain itu terdapat data sekunder yang
Jenis penelitian ini adalah penelitian merupakan data diperoleh dari catatan atau
kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dokumen yang berasal dari Rumah Sakit
adalah cross-sectional (potong lintang), yaitu Palang Merah Indonesia Bogor, serta data
pengumpulan data penelitian yang lainnya yang dianggap relevan dengan tujuan
dilaksanakan sekaligus pada suatu saat (point penelitian.
time approach).10 Data variabel dependen dan
variabel independen diambil dalam waktu yang
bersamaan untuk mengetahui pengaruh sistem
penghargaan, pengalaman, prestasi kerja, dan
kultur organisasi terhadap pengembangan karir
pegawai. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Palang Merah Indonesia Bogor.
Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus
2017.
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.11 Populasi penelitian ini adalah
seluruh karyawan Rumah Sakit Palang Merah
Indonesia Bogor yang berjumlah 919
responden. Teknik pengambilan sampel dalam
3

Prosedur pengumpulan data dalam dilakukan dengan aplikasi program SPSS


penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Statistics 18.
Meminta izin kepada bagian akademik Sekolah
Reliabilitas ialah indeks yang
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
menunjukkan kehandalan atau dapat dipercaya
(STIKIM) Jakarta. 2. Peneliti meminta izin
dari suatu alat ukur. Kuesioner telah memiliki
kepada kepada Rumah Sakit Palang Merah
reliabilitas, berarti semua item yang ada di
Indonesia Bogor. 3. Peneliti memperkenalkan
dalam kuesioner tersebut hasil pengukurannya
diri dan menunjukkan surat izin penelitian. 4.
tetap konsisten atau tetap asas, apabila
Memberikan penjelasan tentang tujuan
dilakukan pengukuran berulang kali terhadap
penelitian. 5. Setelah mendapatkan izin peneliti
gejala yang sama dan menggunakan alat ukur
mulai menyebarkan kuesioner. 6. Meminta izin
yang sama. Butir pertanyaan dianggap reliabel,
dan menjelaskan kepada responden tentang
jika butir pertanyaan tersebut telah valid, selain
maksud dari mengisi kuesioner. 7. Jika
itu, jika nilai rhitung lebih besar dari rtabel
responden besedia, peneliti mempersilahkan
maka item tersebut reliabel, sebaliknya jika
responden untuk mengisi kuesioner.
nilai rhitung lebih kecil dari rtabel maka item
Pengolahan data Ada beberapa tahapan tersebut tidak reliable.13 Uji validitas butir
yang harus dilalui yaitu: 1. Editing Pada tahap dilakukan dengan aplikasi program SPSS
ini, setelah peneliti mendapatkan kuesioner Statistics 18.
yang telah diisi oleh responden, peneliti
Analisis univariat bertujuan untuk
memeriksa kembali data yang telah diisi,
menjelaskan atau mendeskripsikan
apakah sudah terisi semua yang dipertanyakan
karakteristik setiap variabel penelitian.
pada kuesioner apa belum. 2. Coding Pada
Analisis ini hanya menghasilkan distribusi
tahap ini, jawaban kuesioner yang telah diisi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
oleh responden dimasukkan ke dalam sistem
Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis
komputerisasi, dengan dilakukan terlebih
dataya. Untuk data numerik digunakan nilai
dahulu perubahan data huruf menjadi data
mean atau rata-rata, median dan standar
angka, yaitu pada jawaban kuesioner. 3. Entry
deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini
Data Pada tahapan ini, peneliti memasukkan
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
data yang telah di-coding ke dalam sistem
presentase dari tiap variabel.
komputer. Data yang telah di-coding,
dimasukkan ke dalam sistem komputer sesuai Analisis ini digunakan untuk menguji
dengan pengkodingan dari jawaban responden. hipotesis yang telah ditetapkan yaitu
4. Cleaning Pada tahap ini, peneliti memeriksa mempelajari hubungan antar variabel dengan
kembali data yang telah diinput ke dalam menggunakan “pearson correlation”. Analisis
sistem komputer, untuk memastikan data korelasi yaitu suatu penelitian yang melibatkan
bersih dari kesalahan dengan memeriksakan tindakan pengumpulan data guna menentukan,
apakah masih ada data yang terlewatkan dalam apakah ada hubungan dan tingkat hubungan
pengisian ataupun tidak terisi. 5. Skoring Pada antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini
tahapan ini, peneliti melakukan pengolahan dilakukan, ketika kita ingin mengetahui
pada sistem komputerisasi menyesuaikan hasil tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya
ukur penelitian 6. Processing Pada tahap akhir, hubungan variabel yang terkait dalam suatu
peneliti melakukan proses pengolahan data objek atau subjek yang diteliti. Adanya
sesuai dengan tujuan penelitian. hubungan dan tingkat variabel ini penting,
karena dengan mengetahui tingkat hubungan
Validitas adalah suatu indeks yang
yang ada, peneliti akan dapat
menunjukkan bahwa instrumen yang dipakai
mengembangkannya sesuai dengan tujuan
benar-benar mengukur apa yang hendak
penelitian.
diukur. Kuesioner telah memiliki validitas,
berarti semua item yang ada di dalam Hubungan masing-masing antar variabel
kuesioner tersebut mampu mengukur konsep dapat dilihat dengan menggunakan uji korelasi,
yang diukur. Jika nilai rhitung lebih besar dari antar variabel dikatakan berhubungan jika
rtabel maka item tersebut valid, sebaliknya jika memiliki p-value < alpha (0,05), sedangkan
nilai rhitung lebih kecil dari rtabel maka item antar variabel dikatakan tidak berhubungan
tersebut tidak valid. Uji validitas butir jika memiliki p-value > alpha (0,05).
4

Analisa multivariat yang digunakan analisis didapatkan skor rata-rata variabel


dalam penelitian ini adalah regresi linier ganda pengalaman sebesar 6,58, sedangkan skor
karena variabel dependen berskala numerik. median sebesar 6,00. Skor standar deviasi
Pada tahap ini analisis dimaksudkan untuk sebesar 1,83, dengan nilai minimal dan
mendapatkan pengaruh yang paling baik dan maksimalnya adalah 1 – 10. Hasil analisis
sederhana yang akan dapat menggambarkan didapatkan skor rata-rata variabel prestasi kerja
pengaruh antara variabel independen terhadap sebesar 55,64, sedangkan skor median sebesar
variabel dependen. 57,00. Skor standar deviasi sebesar 10,45,
dengan nilai minimal dan maksimalnya adalah
Analisis regresi linier berganda adalah
31 – 75. Hasil analisis didapatkan skor rata-
suatu analisis asosiasi yang digunakan secara
rata variabel kultur organisasi sebesar 51,49,
bersamaan untuk meneliti pengaruh dua
sedangkan skor median sebesar 55,00. Skor
variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel
standar deviasi sebesar 10,17, dengan nilai
tergantung dengan skala pengukuran yang
minimal dan maksimalnya adalah 28 – 69.
bersifat metrik untuk variabel bebas maupun
Hasil analisis didapatkan skor rata-rata
variabel tergantungnya. Pada dasarnya, tehnik
variabel pengembangan karir sebesar 57,72,
analisis ini merupakan kepanjangan dari teknik
sedangkan skor median sebesar 60,00. Skor
analisis regresi linier sederhana.
standar deviasi sebesar 9,24, dengan nilai
Penyajian data dalam bentuk teks minimal dan maksimalnya adalah 36 – 75.
dilakukan untuk mendeskripsikan atau
Analisis Bivariat
memberikan penjelasan dari data yang telah
disajikan dalm bentuk tabel. Penyajian data Tabel 2. Analisis Korelasi Variabel Sistem
secara tabular yaitu memberikan keterangan Penghargaan, Pengalaman, Prestasi Kerja,
berbentuk angka. Jenis yang digunakan dalam Kultur Organisasi, Pengembangan Karir pada
penelitian ini adalah master tabel dan tabel Pegawai di Rumah Sakit Palang Merah
distribusi frekuensi, dimana data disusun Indonesia Bogor Tahun 2017
dalam baris dan kolom dengan sedemikian
P- Arah
rupa sehingga memberikan gambaran. Variabel Nilai r
value Hubungan
Hasil Sistem
Penghargaan
Analisis Univariat dengan 0,000 0,575 Linier positif
Tabel 1. Statistik Variabel Sistem Pengembanga
n Karir
Penghargaan, Pengalaman, Prestasi Kerja,
Pengalaman
Kultur Organisasi, Pengembangan Karir dengan
pada Pegawai di Rumah Sakit Palang 0,000 0,567 Linier positif
Pengembanga
Merah Indonesia Bogor Tahun 2017 n Karir
Std. Prestasi Kerja
Medi Min – dengan
Variabel Mean Devi 0,000 0,769 Linier positif
an Max Pengembanga
asi
Sistem 10,3 n Karir
52,52 56,00 29 – 70 Kultur
Penghargaan 2
Pengalaman 6,58 6,00 1,83 1 – 10 Organisasi
Prestasi 10,4 dengan 0,000 0,685 Linier positif
55,64 57,00 31 – 75 Pengembanga
Kerja 95
Kultur 10,1 n Karir
51,49 55,00 28 – 69
Organisasi 7 Dari tabel 2 diatas dapat dijelaskan
Pengembang bahwa pada hasil analisis korelasi variabel
57,72 60,00 9,24 36 - 75
an Karir sistem penghargaan dengan variabel
Dari tabel 1 didapatkan bahwa hasil pengembangan karir diperoleh p value 0,000,
analisis didapatkan skor rata-rata variabel maka dapat disimpulkan ada hubungan antara
sistem penghargaan sebesar 52,52, sedangkan variabel sistem penghargaan dengan variabel
skor median sebesar 56,00. Skor standar pengembangan karir. Selain itu diperoleh nilai
deviasi sebesar 10,32, dengan nilai minimal r = 0,575 sehingga dapat disimpulkan
dan maksimalnya adalah 29 – 70. Hasil hubungan antara variabel sistem penghargaan
dengan variabel pengembangan karir
5

menunjukkan hubungan kuat (r = 0,575) dan karir diperoleh p value 0,000, maka dapat
berpola positif, berarti semakin baik sistem disimpulkan ada hubungan antara variabel
penghargaan yang diterima pegawai, maka pengalaman dengan variabel pengembangan
akan semakin baik pula pengembangan karir karir. Selain itu diperoleh nilai r = 0,567
pegawai. sehingga dapat disimpulkan hubungan antara
variabel pengalaman dengan variabel
Pada hasil analisis korelasi variabel
pengalaman dengan variabel pengembangan
Tabel 4. Analisis Regresi Variabel Sistem Penghargaan, Pengalaman, Prestasi Kerja dan Kultur
Organisasi dengan Variabel Pengembangan Karir pada Pegawai di Rumah Sakit Palang Merah
Indonesia Bogor Tahun 2017

Model Koefisien tidak standar Koefisien standar

B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 11,807 2,566 4,602 0,000
Sistem 0,614 0,052 0,695 11,879 0,000
Penghargaan
Pengalaman 0,699 0,404 0,598 9,161 0,000
Prestasi Kerja 1,682 0,046 0,769 14,798 0,000
Kultur 0,618 0,053 0,685 11,554 0,000
Organisasi

Tabel 5. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Sistem Penghargaan, Pengalaman, Prestasi Kerja dan Kultur
Organisasi pada Pegawai di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor Tahun 2017

R Std. Error Of the Durbin-


Model R Adjusted R Square
Square Estimate Watson
1 0,833a 0,794 0,686 5,19770 1,024
diinterpretasikan jika variabel pengalaman
meningkat sebesar 1 (satu) satuan maka
pengembangan karir menunjukkan hubungan
pengembangan karir juga akan meningkat
kuat (r = 0,567) dan berpola positif, berarti
0,699 satuan, dengan nilai konstanta sebesar
semakin lama pengalaman kerja pegawai,
22,673. Nilai t dalam t-tabel dengan derajat
maka akan semakin baik pengembangan karir
kebebasan (n-2) = 151 pada tingkat kesalahan
pegawai.
α = 5% sebesar 1,655 dan nilai t-hitung sebesar
Pada hasil analisis korelasi variabel 9,161, sehingga (9,161 > 1,655). Maka
prestasi kerja dengan variabel pengembangan dinyatakan bahwa t-hitung jauh pada daerah
karir diperoleh p value 0,000, maka dapat penolakan Ha, dengan nilai signifikan,
disimpulkan ada hubungan antara variabel sehingga hal tersebut dapat digeneralisasikan
prestasi kerja dengan variabel pengembangan untuk populasi.
karir. Selain itu diperoleh nilai r = 0,769
Dari hasil olah data pada tabel 4 dapat
sehingga dapat disimpulkan hubungan antara
disajikan persamaan regresinya adalah Y =
variabel prestasi kerja dengan variabel
29,992 + 1,682 (X3). Yang dapat
pengembangan karir menunjukkan hubungan
diinterpretasikan jika variabel prestasi kerja
sangat kuat (r = 0,769) dan berpola positif,
meningkat sebesar 1 (satu) satuan maka
berarti semakin baik prestasi kerja pegawai,
pengembangan karir juga akan meningkat
maka akan semakin baik pula pengembangan
1,682 satuan, dengan nilai konstanta sebesar
karir pegawai.
29,992. Nilai t dalam t-tabel dengan derajat
Pada hasil analisis korelasi variabel kebebasan (n-2) = 151 pada tingkat kesalahan
kultur organisasi dengan variabel α = 5% sebesar 1,655 dan nilai t-hitung sebesar
pengembangan karir diperoleh p value 0,000, 14,798, sehingga (14,798 > 1,655). Maka
maka dapat disimpulkan ada hubungan antara dinyatakan bahwa t-hitung jauh pada daerah
variabel kultur organisasi dengan variabel penolakan Ha, dengan nilai signifikan,
pengembangan karir. Selain itu diperoleh nilai sehingga hal tersebut dapat digeneralisasikan
r = 0,685 sehingga dapat disimpulkan untuk populasi.
hubungan antara variabel kultur organisasi
Dari hasil olah data pada tabel 4 dapat
dengan variabel pengembangan karir
disajikan persamaan regresinya adalah Y =
menunjukkan hubungan kuat (r = 0,685) dan
26,090 + 0,618 (X4). Yang dapat
berpola positif, berarti semakin baik kultur
diinterpretasikan jika variabel kultur organisasi
organisasi, maka akan semakin baik pula
meningkat sebesar 1 (satu) satuan maka
pengembangan karir pegawai.
pengembangan karir juga akan meningkat
0,618 satuan, dengan nilai konstanta sebesar
Dari tabel 4 diatas didapatkan hasil olah 26,090. Nilai t dalam t-tabel dengan derajat
data disajikan persamaan regresinya adalah Y kebebasan (n-2) = 151 pada tingkat kesalahan
= 25,645 + 0,614 (X1). Yang dapat α = 5% sebesar 1,655 dan nilai t-hitung sebesar
diinterpretasikan jika variabel sistem 11,554, sehingga (11,554 > 1,655). Maka
penghargaan meningkat sebesar 1 (satu) satuan dinyatakan bahwa t-hitung jauh pada daerah
maka pengembangan karir juga akan penolakan Ha, dengan nilai signifikan,
meningkat 0,614 satuan, dengan nilai sehingga hal tersebut dapat digeneralisasikan
konstanta sebesar 25,645. Nilai t dalam t-tabel untuk populasi.
dengan derajat kebebasan (n-2) = 151 pada
Dari tabel 5 dapat dijelaskan bahwa
tingkat kesalahan α = 5% sebesar 1,655 dan
variabel sistem penghargaan, pengalaman,
nilai t-hitung sebesar 11,879, sehingga (9,161
prestasi kerja dan kultur organisasi
> 11,879). Maka dinyatakan bahwa t-hitung
berpengaruh terhadap pengembangan karir
jauh pada daerah penolakan Ha, dengan nilai
sebesar 0,794 x 100 = 79,4%, sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil pengujian yang
dilakukan memberikan hasil yang baik, karena
signifikan, sehingga hal tersebut dapat sekitar 20,6% variasi dari pengembangan karir
digeneralisasikan untuk populasi. tidak dapat dijelaskan oleh variabel sistem
penghargaan, pengalaman, prestasi kerja dan
Dari hasil olah data pada tabel 4 dapat kultur organisasi.
disajikan persamaan regresinya adalah Y =
22,673 + 0,699 (X2). Yang dapat Pembahasan
Pengaruh Sistem Penghargaan Terhadap memotivasi personelnya agar mencapai tujuan
Pengembangan Karir perusahaan (bukan tujuan personel secara
individu) dengan perilaku sesuai dengan yang
Hasil analisis korelasi variabel sistem
diharapkan oleh perusahaan (bukan perilaku
penghargaan dengan variabel pengembangan
yang disukai oleh personel secara pribadi). 16
karir diperoleh p value 0,000, maka dapat
Dengan adanya sistem penghargaan, maka
disimpulkan ada hubungan antara variabel
otomatis pegawai akan terdorong dirinya untuk
sistem penghargaan dengan variabel
berkompetisi antar sesama pegawai dalam
pengembangan karir. Selain itu diperoleh nilai
mengembangkan dirinya. Sistem penghargaan
r = 0,575 sehingga dapat disimpulkan
juga merupakan wadah yang isinya dapat
hubungan antara variabel sistem penghargaan
berupa pengembangan diri untuk pegawai.
dengan variabel pengembangan karir
menunjukkan hubungan kuat (r = 0,575) dan Menurut asumsi peneliti, sesuai dengan
berpola positif, berarti semakin baik sistem hasil uji hipotesis statistik bahwa sistem
penghargaan yang diterima pegawai, maka penghargaan mempengaruhi pengembangan
akan semakin baik pula pengembangan karir karir pegawai, hal ini sejalan dengan keadaan
pegawai. Nilai t dalam t-tabel dengan derajat sebenarnya bahwa RS PMI Bogor,\ dalam
kebebasan (n-2) = 151 pada tingkat kesalahan sebuah organisasi, seorang karyawan bisa
α = 5% sebesar 1,655 dan nilai t-hitung sebesar merencanakan pengembangan karirnya. Dalam
11,879, sehingga (9,161 > 11,879), dapat merencanakan pengembangan karir individu,
diartikan bahwa terdapat pengaruh yang positif tak bisa dilepaskan antara peran individu
variabel sistem penghargaan (X1) terhadap (karyawan), manajer, dan organisasi tersebut.
variabel pengembangan karir (Y) pada Ketiga-tiganya harus berperan saling
pegawai di Rumah Sakit Palang Merah mendukung dan mendorong pengembangan
Indonesia Bogor, dengan persamaan regresinya karir karyawan. Ada beberapa hal/faktor yang
adalah Y = 25,645 + 0,614 (X1) yang dapat mempengaruhi pengembangan karir individu,
diinterpretasikan jika variabel sistem tapi bisa disimpulkan jadi dua factor, yakni
penghargaan meningkat sebesar 1 (satu) satuan factor internal (professionalisme karyawan)
maka pengembangan karir juga akan dan factor internal (lingkungan organisasi,
meningkat 0,614 satuan, dengan nilai seperti tipe manajemen, manajer, system
konstanta sebesar 25,645. Variabel sistem pengembangan karir di organisasi, dan lain-
penghargaan berpengaruh terhadap lain) dan Pengembangan karir merupakan
pengembangan karir sebesar 0,583 x 100 = salah satu tugas manajemen Sumber Daya
58,3%, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil Manusia (SDM). Setiap manajer harus
pengujian yang dilakukan memberikan hasil memiliki sistem manajerial dalam mengelola
yang baik, karena sekitar 41,7% variasi dari karyawan, salah satunya ssstem pengembangan
pengembangan karir tidak dapat dijelaskan karir karyawan. Semakin bagus sistem
oleh variabel sistem penghargaan. pengembangan karir karyawan di dalam
organisasi, semakin mudah bagi karyawan
Berdasarkan hasil penelitian yang
untuk merencanakan pengembangan karirnya
dilakukan oleh Hamidah (2012) bahwa sistem
penghargaan mempengaruhi pengembangan Jika tidak ada yang namanya kebijakan
karir pegawai dengan nilai p value sebesar terkait sistem penghargaan, maka tidak akan
0,032, sistem penghargaan memberikan ada pula pengembangan karir pegawai, karena
kepada seluruh pegawai untuk di dalam sistem penghargaan tersebut terselip
mengembangkan karirnya sehingga menambah adanya studi lanjut bagi pegawai, pemberian
kompetensi dan keterampilan pegawai dalam pelatihan, maupun promosi jabatan.
bekerja serta menunjang mengikuti pergolakan
Pengaruh Pengalaman Terhadap
zaman modernisasi.14
Pengembangan Karir
Pengembangan karir juga dipengaruhi
Hasil analisis korelasi variabel
oleh sistem penghargaan. Sistem penghargaan
pengalaman dengan variabel pengembangan
merupakan pemberian kompensasi kepada para
karir diperoleh p value 0,000, maka dapat
manajer yang terdiri atas pembayaran tetap
disimpulkan ada hubungan antara variabel
saja dan pembayaran tetap ditambah variabel
pengalaman dengan variabel pengembangan
yang jumlahnya ditentukan berdasarkan
karir. Selain itu diperoleh nilai r = 0,567
kinerja manajerial.15 Sistem penghargaan
sehingga dapat disimpulkan hubungan antara
merupakan salah satu alat pengendali penting
variabel pengalaman dengan variabel
yang digunakan oleh perusahaan untuk
pengembangan karir menunjukkan hubungan seorang pegawai. Pengalaman kerja
kuat (r = 0,567) dan berpola positif, berarti merupakan salah satu persyaratan yang harus
semakin lama pengalaman kerja pegawai, dipertimbangkan oleh pimpinan untuk dapat
maka akan semakin baik pengembangan karir menduduki suatu jabatan yang kosong, karena
pegawai. Nilai t dalam t-tabel dengan derajat masa kerja merupakan suatu penilaian khusus
kebebasan (n-2) = 151 pada tingkat kesalahan untuk dapat dipromosikan pada jabatan yang
α = 5% sebesar 1,655 dan nilai t-hitung sebesar lebih tinggi di dalam organisasi.Menurut
9,161, sehingga (9,161 > 1,655), dapat asumsi peneliti, besar pengaruh paling kecil
diartikan bahwa terdapat pengaruh yang positif tehadap pengembangan karir pegawai terdapat
variabel pengalaman (X2) terhadap variabel pada variabel pengalaman, hal ini disebabkan
pengembangan karir (Y) pada pegawai di pegawai yang memiliki pengalaman kerja
Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor paling lama belum tentu dapat ditingkatkan
dengan persamaan regresinya adalah Y = pengembangan karirnya oleh manajemen,
22,673 + 0,699 (X2) yang dapat pernyataan ini berdasarkan hasil studi
diinterpretasikan jika variabel pengalaman pendahuluan bahwa 6 pegawai mengatakan
meningkat sebesar 1 (satu) satuan maka walaupun sudah lama bekerja di Rumah Sakit
pengembangan karir juga akan meningkat Palang Merah Indonesia Bogor, tetapi dalam
0,699 satuan, dengan nilai konstanta sebesar pengembangan karir harus dilakukan secara
22,673. Variabel pengalaman berpengaruh mandiri, tidak didukung secara penuh oleh
terhadap pengembangan karir sebesar 0,357 x manajemen. Pengembangan Karir merupakan
100 = 35,7%, sehingga dapat dikatakan bahwa suatu proses dalam peningkatan dan
hasil pengujian yang dilakukan memberikan penambahan kemampuan seseorang
hasil yang baik, karena sekitar 64,3% variasi karyawan/pegawai yang dilakukan secara
dari pengembangan karir tidak dapat dijelaskan formal dan berkelanjutan untuk mencapai
oleh variabel pengalaman. sasaran dan tujuan.dan Dalam pelaksanaan
pengembangan karir, perlu dilakukan beberapa
Berdasarkan penelitian Ricard, bahwa
kegiatan: penyusunan perencanaan
pengalaman berpengaruh terhadap
pengembangan karir, pendekatan
pengembangan karir pegawai RS Budhi Jaya
pengembangan karir, system pengembangan
Jakarta dengan nilai t-statistik sebesar 3,978.
karir, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengalaman membuat pegawai dapat bekerja
pengembangan karir.Pengembangan karir
menjadi terampil dan mampu pencapai tujuan
mustahil akan terlaksana dengan baik jika
dari yang ditetapkan, sehingga pegawai
tanpa adanya peran elemen atau stakeholder
tersebut dapat dipromosikan jabatannya oleh
yang berpengaruh. Masing-masing peran
manajer RS Budhi Jaya Jakarta.
mempunyai fungsi dan tanggung jawab
Faktor yang mempengaruhi masing-masing dan jadi lebih diberikan
pengembangan karir adalah pengalaman. kesempatan dalam pengembangan karir seperti
Pengalaman kerja berpengaruh terhadap pemberian pelatihan kepada pegawai yang
pengembangan karir seorang pegawai. 9 Masa minim dalam pengalaman kerjanya.
kerja dapat menjadi acuan pengalaman kerja
Pengaruh Prestasi Kerja Terhadap
yang dimiliki seorang pegawai, semakin lama
Pengembangan Karir
masa kerja yang dimiliki seorang pegawai
maka akan semakin kaya pengalaman kerja Hasil analisis korelasi variabel prestasi
yang dimilikinya dan semakin besar pula kerja dengan variabel pengembangan karir
kesempatan dalam pengembangan karir diperoleh p value 0,000, maka dapat
pegawai, pengalaman kerja berpengaruh positif disimpulkan ada hubungan antara variabel
dan signifikan tehadap pengembangan karir prestasi kerja dengan variabel pengembangan
pegawai, semakin sering seseorang karir. Selain itu diperoleh nilai r = 0,769
mengulangi suatu pekerjaan maka semakin sehingga dapat disimpulkan hubungan antara
bertambah kecakapan dan pengetahuannya variabel prestasi kerja dengan variabel
terhadap pekerjaan, sehingga akan pengembangan karir menunjukkan hubungan
memberikan kontribusi terhadap tugas-tugas sangat kuat (r = 0,769) dan berpola positif,
dan fungsinya sebagai pegawai yang akan berarti semakin baik prestasi kerja pegawai,
dijadikan sebagai bahan untuk penilaian maka akan semakin baik pula pengembangan
pengambangan karir. Nofiarsyah (2014) karir pegawai. Nilai t dalam t-tabel dengan
menyatakan pengalaman kerja memiliki derajat kebebasan (n-2) = 151 pada tingkat
pengaruh terhadap pengembangan karir kesalahan α = 5% sebesar 1,655 dan nilai t-
hitung sebesar 14,798, sehingga (14,798 > merupakan pangkal tolak untuk memperoleh
1,655), dapat diartikan bahwa terdapat pengembangan karir. Prestasi kerja pegawai
pengaruh yang positif variabel prestasi kerja yang kurang memuaskan menyebabkan
(X3) terhadap variabel pengembangan karir pegawai sulit untuk dipromosikan ke jabatan
(Y) pada pegawai di Rumah Sakit Palang atau pekerjaan yang lebih tinggi di periode
Merah Indonesia Bogor, dengan persamaan yang akan datang.7 Seseorang pegawai yang
regresinya adalah Y = 29,992 + 1,682 (X3) berkeinginan promosi demi perkembangan
yang dapat diinterpretasikan jika variabel karirnya, maka dibutuhkan prestasi kerja yang
prestasi kerja meningkat sebesar 1 (satu) memenuhi standar yang telah menjadi
satuan maka pengembangan karir juga akan ketetapan dalam suatu organisasi. Siagian
meningkat 1,682 satuan, dengan nilai mengungkapkan, penilaian prestasi kerja para
konstanta sebesar 29,992. Variabel prestasi pegawai memiliki peranan dan arti yang sangat
kerja berpengaruh terhadap pengembangan penting dalam pengambilan keputusan seperti
karir sebesar 0,792 x 100 = 79,2%, sehingga indentifikasi kebutuhan program diklat,
dapat dikatakan bahwa hasil pengujian yang rekrutmen, seleksi, penempatan, program
dilakukan memberikan hasil yang baik, karena pengenalan, sistem imbalan, promosi dan
sekitar 20,8% variasi dari pengembangan karir berbagai aspek dalam proses manajemen SDM
tidak dapat dijelaskan oleh variabel prestasi secara efektif.8
kerja.
Menurut asumsi peneliti, hasil penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ini sejalan dengan kebijakan yang dibuat oleh
Hadidu, menunjukkan bahwa penilaian prestasi manajemen RS PMI Bogor, hal ini dalam
dan pengembangan karier pegawai pada PT pernyataan studi pendahuluan bahwa 4
Bank Sulsel Kabupaten Gowa berkorelasi pegawai memiliki prestasi kerja yang kurang
sangat kuat. Hal ini ditunjukkan dengan angka baik, sehingga tidak diberikan kesempatan
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,964 (96,4 untuk mengembangkan karirnya seperti
persen), sementara hasil analisis regresi diizinkannya untuk studi lanjut. Jadi hanya
menunjukkan pengaruh yang positif dan pegawai yang berprestasi saja yang dapat
signifikan. Pegawai yang mempunyai prestasi dikembangkan karirnya oleh manajemen, hal
kerja yang tinggi tentu harus pula dibarengi ini sudah adil menurut peneliti, pegawai
dengan pengembangan karir bagi mereka ke menjadi termotivasi untuk berprestasi dalam
depan agar mampu lebih berperan membawa kerjanya terjadi di dalam diri seseorang baik
perusahaan untuk berkinerja tinggi dan unggul yang berasal dari luar maupun dari dalam diri
dalam persaingan yang semakin ketat. seseorang. Banyak hal yang menyebabkan
orang termotivasi untuk bekerja, dan semuanya
Prestasi kerja mempengaruhi
di latar belakangi oleh beragam macam hal
pengembangan karir, prestasi kerja yang
seperti faktor lingkungan, kepemimpinan,
ditampilkan pegawai kepada organisasinya
kebudayaan bahkan pendapatan.
akan menjadi bekal oleh manajer sumber daya
manusia dalam penilaian pengembangan karir Pengaruh Kultur Organisasi Terhadap
pegawai.6 Salah satu cara yang harus ditempuh Pengembangan Karir
oleh manajemen personalia atau sumber daya
Hasil analisis korelasi variabel kultur
manusia adalah mengadakan penilaian prestasi
organisasi dengan variabel pengembangan
kerja secara sistematis dalam perusahaan. Bagi
karir diperoleh p value 0,000, maka dapat
manajemen perusahaan, penilaian prestasi
disimpulkan ada hubungan antara variabel
kerja bagi setiap pegawai tentunya akan
kultur organisasi dengan variabel
mampu menjaring potensi pegawai yang akan
pengembangan karir. Selain itu diperoleh nilai
dikembangkan kelak dalam rangka menduduki
r = 0,685 sehingga dapat disimpulkan
jabatan-jabatan atau karir yang lebih tinggi di
hubungan antara variabel kultur organisasi
dalam perusahaan. Sebaliknya bagi pegawai
dengan variabel pengembangan karir
yang bersangkutan, dengan adanya penilaian
menunjukkan hubungan kuat (r = 0,685) dan
prestasi tersebut akan lebih memacu mereka
berpola positif, berarti semakin baik kultur
untuk menghasilkan prestasi kerja atau kinerja
organisasi, maka akan semakin baik pula
yang lebih tinggi lagi demi mencapai jenjang
pengembangan karir pegawai. Nilai t dalam t-
atau pengembangan karir yang lebih tinggi dari
tabel dengan derajat kebebasan (n-2) = 151
sebelumnya.
pada tingkat kesalahan α = 5% sebesar 1,655
Prestasi kerja pegawai dalam melakukan dan nilai t-hitung sebesar 11,554, sehingga
tugas yang dipercayakan kepadanya (11,554 > 1,655), dapat diartikan bahwa
terdapat pengaruh yang positif variabel kultur Berdasarkan temuan penelitian, maka
organisasi (X4) terhadap variabel dapat disimpulkan: Ada pengaruh signifikan
pengembangan karir (Y) pada pegawai di antara sistem penghargaan, pengalaman,
Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor prestasi kerja dan kultur organisasi terhadap
dengan persamaan regresinya adalah Y = pengembangan karir pegawai Rumah Sakit
26,090 + 0,618 (X4) yang dapat Palang Merah Indonesia Bogor tahun 2017.
diinterpretasikan jika variabel kultur organisasi Hal tersebut ditunjukkan pada hasil analisis
meningkat sebesar 1 (satu) satuan maka korelasi variabel sistem penghargaan,
pengembangan karir juga akan meningkat pengalaman, prestasi kerja dan kultur
0,618 satuan, dengan nilai konstanta sebesar organisasi dengan variabel pengembangan
26,090. Variabel kultur organisasi berpengaruh karir menunjukkan hubungan kuat dan berpola
terhadap pengembangan karir sebesar 0,569 x positif. Hasil analisis regresi linier berganda
100 = 56,9%, sehingga dapat dikatakan bahwa menunjukkan bahwa variabel sistem
hasil pengujian yang dilakukan memberikan penghargaan, pengalaman, prestasi kerja dan
hasil yang baik, karena sekitar 43,1% variasi kultur organisasi berpengaruh terhadap
dari pengembangan karir tidak dapat dijelaskan pengembangan karir dengan hasil pengujian
oleh variabel kultur organisasi. yang dilakukan memberikan hasil yang baik.
Hal ini berarti semakin baik sistem
Berdasarkan penelitian Deni AS bahwa
penghargaan yang diterima pegawai, semakin
ada pengaruh kultur organisasi terhadap
lama pengalaman kerja pegawai, semakin baik
pengembangan karir pada pegawainya, hasil
prestasi kerja pegawai dan semakin baik
penelitian menunjukkan bahwa analisis regresi
kultur organisasi, maka akan semakin baik
stepwise, variabel kultur organisasi
pula pengembangan karir pegawai.
mempunyai korelasi (r = 0,178; P = 0,05)
dengan pengembangan karir, dan hasil analisis Saran
regresi stepwise menunjukkan kontribusi
Saran dari penelitian ini diharapkan
variabel kultur organisasi sebesar 5,8% dengan
pegawai meningkatkan prestasi kerjanya,
signifikansi (F=0,040) terhadap pengembangan
seperti bekerja sesuai dengan tugas dan
karir.
tanggungjawabnya, selalu bekerja sesuai
Pengembangan karir dipengaruhi oleh dengan standar prosedur yang ditetapkan,
kultur organisasi. Sebagaimana masyarakat selalu menyelesaikan pekerjaanya tanpa harus
pada umumnya, organisasi juga mempunyai menunggu perintah, dan selalu mengutamakan
kultur. Ada organisasi yang berkultur kerjasama tim dalam menyelesaikan suatu
professional, obyektif, rasional dan pekerjaan, sehingga manajemen dapat menilai
demokratis. Dan kultur ini sedikit banyak akan pegawainya sebagai rekomendasi dalam
mempengaruhi pengembangan karir yang ada pengembangan karir pegawai tersebut.
dalam organisasi tersebut.15
Daftar Pustaka
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan
1. Marquis B. Kepemimpinan dan
observasi selama penelitian, kultur organisasi
manajemen keperawatan: teori dan
di RS PMI Bogor seperti kesungguhan dan
aplikasi, (Ed. 4). Jakarta: EGC; 2010.
kejujuran dalam bekerja serta menjaga citra
2. Anwar P. Manajemen Sumber Daya
baik rumah sakit di dalam maupun di luar
Manusia. Perusahaan, Penerbit Bandung:
pekerjaan yang membuat kompetisi pegawai
Remaja Rosdakarya; 2015.
berlangsung secara sehat dalam penentuan
3. Faustino C. Manajemen Sumber Daya
manajemen mengembangkan karir
Manusia, Penerbit Andi, Yogyakarta.
pegawainya. RS PMI Bogor telah menciptakan
2013.
kultur organisasi yang professional, obyektif,
4. Gustisyah. Mannjemen Personalia.
rasional dan demokratis, hal ini yang
Yogyakarta: Edisi Ketiga. BPFE; 2009.
meciptakan pula sistem pengembangan karir
5. Dharma S. Manajemen Kinerja. Jakarta:
yang baik dimana diharapkan kemampuan dari
Pustaka Pelajar; 2015.
para karyawan baik secara individu ataupun
6. Rivai V. Manajemen Sumberdaya
secara keseluruhan akan meningkat, dan
Manusia: dari Teori ke Praktik. Jakarta:
nantinya akan membawa mereka ke jenjang
PT. Raja Grafindo Persada; 2016.
karir yang lebih tinggi lagi.
7. Ardana K. Perilaku Keorganisasian. Edisi
Kesimpulan 2 Yogyakarta: Graha Ilmu; 2009.
8. Siagian S. Teori dan Praktek
Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta;
2013.
9. Sutrisno E. Manajemen Sumber Daya
Manusia Edisi Pertama. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group; 2009.
10. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta; 2010.
11. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta;
2008.
12. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet;
2016.
13. Sukardi. Metode Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabetoi; 2008.
14. Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2012
15. Danang S. Penelitian Sumber Daya
Manusia; Teori, Kuesioner, Alat Statistik
dan Contoh Riset. Yogyakarta: Caps;
2015.
16. Mulyadi. Sistem Perencanaan dan
Pengendalian Manajemen. Edisi Kedua.
Jakarta: Salemba Empat; 2017.

Anda mungkin juga menyukai