LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN PADA KASUS DIABETES MELITUS
2.1.3 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai
lesi dapat insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM.(Smeltzer,2001)
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi
DM yaitu :
1.Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2.Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4.Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin (Wong, 2007).
7
2.1.4 Patofisiologi
Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan kecepatan insulin
oleh sel-sel beta pulau langerhans, sebagian besar patologi Diabetes
Melitus dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin
sebagai berikut : (Engram, 2005)
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah setinggi
300-1200 mg%/ml, peningkatan nyata mobilisasi lemak dari
penyimpanan lemak dapat menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular yang mengakibatkan
artetiosklerosis dan pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Tetapi selain itu dapat terjadi beberapa masalah patofisiologi
pada Diabetes Melitus yang tidak tampak, yaitu :
Kehilangan glukosa dalam urin pada penderita Diabetes
Melitus, yang masuk ke dalam tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus
meningkat kira-kira 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah bermakna
mulai dibuang ke dalam urin, dan jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar
glukosa darah meningkat melebihi 180 mg% akibatnya sering disebut
bahwa ambang darah untuk timbulnya glukosa dalam urin adalah
sekitar 180 mg%.(Engram,2005)
Kehilangan glukosa di dalam urin dapat menyebabkan diuresis
karena efek osmotik glukosa di dalam tubulus adalah mencegah
reabsorbsi cairan oleh tubulus, keseluruhan efeknya adalah dehidrasi
ruangan intrasel yang kemudian menyebabkan dehidrasi ruangan
extrasel juga, jadi salah satu gambaran Diabetes yang paling penting
adalah kecenderungan timbulnya dehidrasi ekstra sel dan intra sel, dan
ini juga sering disertai dengan kolapsnya sirkulasi dalam tubuh.
(Ignatavicius, 2007).
Asidosis terjadi pada diabetes bila tubuh menggantungkan
hampir seluruh energinya pada lemak, kadar asam asetat dan asam
hidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 meq/L
sampai setinggi 10 meq/L, dan jelas ini mudah menyebabkan asidosis,
efek kedua yang biasanya lebih penting dalam menyebabkan asidosis
adalah pada peningkatan langsung asam amino keto dimana asam
amino keto adalah penurunan konsentrasi natrium yang disebabkan oleh
efek asam-asam keto yang mempunyai ambang eksresi ginjal yang
rendah, oleh karena itu bila kadar asam amino pada diabetes meningkat
sebanyak 100-200 gram maka akan dieksresikan ke dalam urin setiap
hari, dan karena mengandung asam amino yang kuat yang sangat
8
2.1.5 Pathway
WOC : Wab Of Caution
Usia > 65
2.1.3.1 - Obesitas imunolo Faktor
thn (proses - Hiperten gi lingkun
penuaan si (autoim gan
2.1.3.2
dan defek
Insulin
2.1.3.6
menjadi Penin
tidak gkata
n
Jumlah
2.1.3.7 Peningkat
insulin
an Pening
yang katan
glukosa
darah osmol
aritas
2.1.3.8
Sel beta
gagal Memper
membagi
2.1.3.9 cepat - Poli
terjadin dipsi
- Poli
ketidak
Penurun Penurun D seimban
an an aliran i gan Diit
sensitifit dengan
darah a
as
ischemia Hipoglikemia/
jaringan Hiperglikemia
Penurunan Resik
o - Kekakuan/
fungsi
kerus kelemahan exstrimitas
imunitas
akan - Perubahan Mual,
kartilago dalam munta
persendian h,
G Nafsu
a
Resi n
ko Ga I Nurisi
tingg ng n kurang
gu t dari
2.1.6 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Smeltzer (2001) adalah
sebagai berikut:
1. DM tipe I (destruksi sel beta biasanya menjurus ke
defisiensi insulin absolut): Autoimun, Idiopatik.
Diabetes tipe ini hanya disebabkan oleh rusaknya sel-sel pada
pankreas karena infeksi virus dan sebagainya, sehingga kelenjar ini
hanya dapat menghasilkan sedikit sekali insulin atau tidak ada
sama sekali. Diabetes tipe ini termasuk tipe keturunan dan biasanya
diderita sejak masih kanak-kanak, mereka bergantung sepenuhnya
kepada suntikan insulin.
2. DM tipe II (biasanya berawal dari resistensi insulin
yang predominan dengan defisiensi insulin relatif menuju ke defek
sekresi insulin yang predominan dengan resistensi insulin).
Diabetes tipe ini memiliki sel-sel pankreasnya yang masih utuh
tetapi tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang
dibutuhkan, lagi pula insulin yang hanya sedikit ini tidak
secepatnya tersalurkan/dialirkan ke dalam peredaran darah, berkat
diet yang tepat, olah raga teratur, dan tablet insulin, penyakit ini
bisa ditanggulangi.
3.DM tipe spesifik lain:
Diabetes tipe ini, penderita memiliki pankreas yang masih
berfungsi menghasilkan insulin, tetapi insulin ini tidak berfungsi
secara efisien. Hal ini disebabkan terlalu banyak lemak di dalam
tubuh, jenis diabetes ini sangat umum pada mereka yang menderita
kegemukan (obesitas).
a. Defek genetik fungsi sel beta
1) Maturiti Onset of The Young (MODY) 1.2.3.4.5.6 (yang
terbanyak MODY 3)
2) DNA mitokondria
3) dan lain-lain
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokin pankreas
1) Pankreatitis
2) Tumor pankreatomi
3) Pankreatopati fibrokalkulus
4) dan lain-lain
d. Endokrinopati
1) Akromegali
2) Sindrom cushing
12
3) Feokromositoma
4) Hipertiroidisme
5) dan lain-lain
e.Karena obat/zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukokortiroid, hormon tiroid
3) Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
f.Infeksi
1) Rubella kongenital, Cytomegalovirus(CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang
1) Antibodi anti insulin
2) Lain-lain
h.Sindrom genetik yang lain berkaitan dengan DM
1) Sindrom down, sindrom klinefleter, sindrom turner dan lain-
lain. (Ignatavicius, 2007).
2.1.7 Tanda dan Gejala
1. Gejala
a. Gejala Akut
Gejala pada klien Diabetes yang satu dengan yang lain
tidaklah selalu sama, gejala-gejala umumnya timbul dengan
tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala yang
lain, dan bahkan ada penderita Diabetes yang tidak
menunjukkan gejala apapun sampai pada suatu saat tertentu.
(Tambayong, 2007).
Pada permulaan gejala yang timbul meliputi tiga yaitu:
1) Polifagia/ banyak makan
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan,
untuk mengkompensasikan hal ini penderita sering
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan.
2) Polidipsia/ banyak minum
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus
yang berlebihan sehingga banyak minum.
3) Poliuria/banyak kencing
Gejala awal berhubungan dengan efek
langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar
gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl, maka
glukosa akan sampai ke air kemih, jika kadarnya lebih
tinggi, ginjal akan membuang urin tambahan untuk
13
gangren.
e. Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan
adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa
tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun
dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes
Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat
dan tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
berpakain.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi
gangguan dalam hal temperatur atau sirkulasi.
h. Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami
hambatan untuk melakukan (menjaga) kebersihan dirinya,
kemungkinan klien mengalami hambatan dalam pemenuhan
personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu
berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan
oleh luka gangren tersebut.
i. Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan
rasa aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat klien
melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan keamanan
ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.
j. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga
maupun orang lain, serta begaimana klien berinteraksi dengan
lingkungannya.
k. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien
masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami
hambatan dalam melakukan ibadah, pada keadaan spiritual ini
perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah tetap
melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu
karena penyakit yang dialami.
21
l. Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan
adalah pola aktivitas klien mengalami gangguan, karena pada
klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu karena
kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat
terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah
memburuk.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan
adalah hal-hal apa saja yang membuat klien merasa tenang,
biasanya klien tidak bisa memenuhi kebutuhan bermain dan
rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien dengan
Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain
dan rekreasi karena dalam kondisi lemah
n. Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan
dalam bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk,
disertai dengan komplikasi.
(Doenges, 2000)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan
mengeluh kuat makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika
telat berobat maka keluhan klien menjadi nafsu makan
menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang
sulit sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis,
pusing bila duduk lama, mengeluh cepat lapar dan cepat
kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan,
sering bertanya tentang penyakit dan kesembuhan lukanya,
mengeluh tidak bisa tidur, tatapan mata kosong, tegang.
b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
fisik, yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi
pengkajian keadaan umum dan status generalis (Head to toe)
1) Inspeksi: sering dijumpai status
dehidrasi, gelisah, keringat dingin, katarak, bintik-bintik
coklat pada tulang kering, meringis, gugup, ngantuk,
22
gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat
pembesaran hati, bila disertai neuropatik maka akan ada
sensasi terhadap jarum, rasa getar serta reflek pergerakan
kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal
jantung, radang paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
c. PemeriksaanPenunjang
a) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP): Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
b) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari
dilakukan 30 menit sebelum makan, dapat juga 4 kali
sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari sebelum
makan. Urin reduksi normal warna biru, bila terdapat
glukosa dalam urin :
Warna hijau : +
Warna kuning : ++
Warna merah : +++
Warna merah bata / coklat : ++++
d. Analisa data
Penurunan fungsi
imun
Kerusakan integritas
kulit
3 D/S: Tingginya Risiko
- Klien mengeluh gatal, kadar glukosa dalam tinggi
terasa panas dan kulit darah penyebaran
menegang disekitar daerah infeksi
luka
D/O: Penurunan aliran
- Didaerah sekitar luka darah ketungkai
tampak kemerahan
24
Resti
penyebaran infeksi
3 D/S : Peningkatan kadar Gangguan
4 - Klien mengeluh cepat lapar glukosa dalam darah pemenuhan
dan cepat kenyang kebutuhan
- Klien mengeluh merasa nutrisi
mual saat makan Peningkatan
D/O : osmolaritas oleh
- Nafsu makan klien glukosa
berkurang
- Mukosa oral kering
- Turgor kulit menurun Ketidak seimbangan
- BB ideal (165 cm- 100) - antara Diit, dengan
10 % (65- 6,5)= 58, 5 Pemberian Obat Anti
- BB sekarang : 45 kg Diabetika oral (OAD)
- Klien tidak mampu dan Terapi insulin.
menghabiskan semua porsi
yang di sediakan di rumah
sakit Hipoglikemia
- Klien tampak lemah
Nafsu makan
berkurang, mual,
muntah
Intake berkurang
Kerusakan
mobilitas fisik
Keterbatasan
aktivitas
Kecemasan
26
d. Beri d. Pe
obat antidiabetika mberian obat
sesuai program antidiabetika dapat
pengobatan mencegah terjadinya
infeksi berlanjut.
e. Anj e. keb
urkan pada klien ersihan diri yang terjaga
untuk selalu menjaga dapat mengurangi Risiko
kebersihan dirinya terjadinya kerusakan
integritas kulit
30
glukosa darah, dan baik, klien mampu penjelasan kepada makanan tambahan dari
klien mengeluh menghabiskan keluarga agar tidak luar yang tidak sesuai
cepat lapar, nafsu porsi makan yang memberikan dengan diit dapat
makan klien disediakan, klien makanan tambahan mengacaukan terapi diit
berkurang klien makan secara dari luar yang telah diberikan
tidak teratur sesuai dirumah sakit
mampu.menghabisk jadwal makannya. c. Beri c. Penyuluhan tentang
an semua porsi penyuluhan tentang diit bagi klien Diabetes
yang di sediakan di diit Melitus sangat penting
rumah sakit sebab diet yang benar
dapat mencegah
komplikasi
hiperglikemia/
hipoglikemia
d. Dengan
d. Observa mengobservasi keadaan
si keadaan umum dan umum dan gejala-gejala
tanda-tanda hipoglikemia perawat
hipoglikemia/hipergli dapat mengetahui tingkat
kemia perkembangan klien
sehingga bila ada
komplikasi cepat
diketahui dan bisa diatasi
e. Terapi insulin
e. Pember bertujuan untuk
ian terapi insulin memudahkan
penggunaan glukosa oleh
sel dan jaringan
f. Periksa f. Dengan melakukan
gula darah setiap 3 pemeriksaan gula darah
hari sekali dan dan urin secara teratur
monitor reduksi urin akan memberikan
3 kali sehari gambaran keadaan klien
selama dirawat serta
mengetahui sejauh mana
perkembangan status
kesehatan klien.
32