Anda di halaman 1dari 35

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN PADA KASUS DIABETES MELITUS

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus


2.1.1 Pengertian
Diabetes Melitus atau kencing manis adalah suatu gejala
kelainan dalam tubuh yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
dan adanya gula dalam air kencing (Mansjoer, 2005).
Diabetes Melitus berasal dari kata Yunani diaberneris
“tembus” atau pancaran air”, dan kata Latin mellitus “rasa manis”
yang umumnya dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan hiperglikemia yaitu peningkatan kadar gula darah
yang melebihi batas normal, yang terus menerus dan bervariasi,
terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia
kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, kelainan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron, kelainan kulit atau
ekstrimitas dapat berupa furunkel, karbunkel, ulkus kaki yang terjadi
karena distribusi tekanan abnormal sekunder neuropati
diabetik/kepekaan yang berkurang atau menghilang akibat komplikasi
diabetes, yang biasanya terjadi pada bagian-bagian yang menonjol
(pressure points). Rangkaian kejadian yang khas dalam proses ulkus
diabetik pada kaki dimulai dari cideranya jaringan lunak, kemudian
terbentuknya fisura antara jari-jari kaki atau didaerah kulit yang
kering, dimana ulkus tersebut tidak dirasakan oleh klien yang
kepekaan kakinya sudah hilang, sehingga jika klien tidak memiliki
kebiasaan untuk memeriksakan setiap hari, cidera atau fisura tersebut
dapat berlangsung tanpa diketahui sampai akhirnya terjadi infeksi
yang serius yaitu pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan,
akibat selulitis yang akhirnya akan menimbulkan gangren. (Smeltzer,
2001).
Gangren adalah suatu nekrosis atau kematian jaringan akibat
obstuksi, hilangnya, atau berkurangnya suplai darah di jaringan,
gangren dapat terlokalisasi pada daerah yang sempit atau dapat
melibatkan seluruh ekstrimitas atau8 organ.( Carpenito,2007)
Dikenal beberapa macam gangren antara lain :
1. Gangren Kering yaitu keadaan nekrosis atau kematian jaringan yang
2

biasanya timbul pada jari-jari, dimana jaringan ujung jari-jari


tersebut sudah menjadi nekrotik karena suplai darah yang buruk
sehingga memudahkan dan mempercepat pertumbuhan jaringan
saprofit yang lama kelamaan mati dan menghitam. Biasanya
gangren kering terjadi pada ujung-ujung ekstrimitas bawah (ujung
jari kaki). (Smeltzer, 2001).
2.Gangren Basah yaitu keadaan nekrotik atau kematian jaringan yang
dapat melibatkan organ dalam akibat kurangnya suplai darah yang
diperoleh organ tersebut, seperti gangren yang terjadi pada
lengkung usus halus yang mengalami gangren dibagian kanan atas
akan menimbulkan kontak dengan usus bagian kanan bawah,
sehingga bakteri saprofit akan tumbuh subur pada jaringan yang
nekrotik, dan menyebar pada daerah yang terkena kontak.
(Smeltzer,2001)
3. Gaseus gangren/ gangren Gass yaitu keadaan nyeri akut dan hebat
yang sering berasal dari luka laserasi kotor hingga otot dan jaringan
subkutan menjadi terisi dengan gas dan eksudat serosanguinossa
yang disebabkan oleh bakteri anaerob misalnya C sporogenes, C
novyi, C septicum.(Smeltzer, 2001).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit ancreas , dimana
karena adanya gangguan ancreas m zat hidrat arang yang
kebanyakan herediter dan klinis, sebagai akibat dari kurangnya insulin
efektif baik oleh karena adanya disfungsi sel beta ancreas atau
ambilan glukosa di jaringan perifer (biasanya DM Tipe-2), atau
kurangnya insulin absoulut (DM tipe 1) dengan tanda-tanda
hiperglikemi dan glukosuria, disertai dengan gejala klinis akut
(poliuria, polidipsia, penurunan berat badan) dan ataupun gejala
kronik ataupun kadang-kadang tanpa gejala.(Dongoes, 2000).
3

2.1.2 Anatomi dan Patofisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Pangkreas (Pearce, 2005).


Pancreas adalah sebuah kelenjar saluran cerna berwarna merah
muda keabuan yang berbentuk memanjang dengan panjang 12-15 cm dan
terletak melintang pada dinding abdomen dorsal, membelakangi lambung,
Pancreas menghasilkan :
1. Sekret eksokrin (getah pankreas) yang dicurahkan ke dalam
duodenum melalui ductus pancreaticus
2. Sekret endokrin (glukagon dan insulin) yang dicurahkan langsung ke
dalam darah.
Pankreas terdiri dari lobulus-lobulus, masing- masing terdiri dari
satu pembuluh kecil yang mengarah pada duktus utama dan berakhir pada
sejumlah alveoli, Alveoli dilapisi sel-sel yang mensekresi enzim yang
disebut tripsinogen, amilase dan lipase. Tripsinogen diubah menjadi tripsin
aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi usus halus, dalam bentuk
aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein menjadi asam amino.
Amilase mengubah zat pati menjadi maltosa, dan Lipase mengubah lemak
menjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi lemak.
(Smeltzer, 2001)
Caput pancreatis terletak dalam lengkungan duodenum. Caput
pancreatis memiliki bagian yang menonjol ke arah kranial kiri, dorsal dari
pembuluh mesenterica superior, dan dikenal sebagai processus uncinatus.
Ke arah dorsal caput pancreatis berbatas langsung pada vena cava inferior,
arteria renalis dextra dan vena renalis dextra dan vena renalis sinistra.
Ductus choledochus yang melintas ke duodenum, terletak dalam alur pada
permukaan dorsokranial caput pancreatis.(Smeltzer, 2001)
Collum pancreatis di sebelah dorsal beralur, disebabkan oleh
pembuluh mesenterica superior. Permukaan ventralnya tertutup oleh
peritoneum dan berbatas pada pylorus. Persatuan vena mesenterica
4

superior dengan vena splenica (lienalis) menjadi vena portae hepatis


terdapat dorsal dari collum pancreatis. (Smeltzer, 2001)
Corpus pancreatis meluas ke kiri dengan melintasi Aorta dan
vertebra L2, dorsal dari bursa omentalis. Corpus pancreatis berhubungan
erat dengan pembuluh splenica (lienalis). Permukaan ventral pancreas
tertutup oleh peritoneum dan turut membentuk palungan gaster (stomach
bed). Permukaan dorsal pancreas yang sama sekali tidak memiliki lapisan
peritoneum, berhubungan dengan Aorta, Arteria mesenterica superior,
glandula suprarenalis sinistra dan ren sinistra serta pembuluh renalis.
(Smeltzer, 2001)
Cauda pancreatis terletak antara kedua lembar ligamentum
splenorenale (lienorenale) bersama pembuluh splenica (lienalis). Ujung
cauda pancreatis biasanya menyentuh hilum splenicum.
Ductus pancreaticus berawal dalam cauda pancreatis dan melalui
massa kelenjar ke caput pancreatis untuk membelok ke kaudal dan
mendekati ductus choledochus (biliaris). Biasanya kedua ductus ini
bersatu, membentuk ampulla hepatopancreatica, sebuah pelebaran pendek
yang bermuara melalui ductus bersama ke dalam duodenum pada puncak
papilla duodeni major. Musculus sphincter ductus pancreatici mengitari
bagian akhir ductus pancreaticus (ductus Wirsung) juga terdapat musculus
sphincter ampullae hepatopancreaticae (sphincter Oddi) mengitari
ampulla hepatopancreatica. Kedua sphincter tersebut mengatur aliran
empedu dan getah pancreas ke dalam duodenum.(Smeltzer, 2001)
Ductus pancreaticus accesorius (ductus Santorini) menyalurkan
getah pancreas dari proccesus uncinatus dan bagian kaudal caput
pancreatis. Biasanya ductus pancreaticus accessorius berhubungan dengan
ductus pancreaticus major, tetapi pada sekitar 9% dari populasi ductus
pancreaticus accessorius tetap terpisah. Secara khas pipa ini bermuara ke
dalam duodenum pada papilla duodeni minor.(Smeltzer, 2001)
Arteri-arteri pancreas berasal dari arteria pancreaticoduodenalis.
Sampai 10 cabang arteria splenica (lienalis) mengantar darah kepada
corpus pancreatis dan cauda pancreatis. Arteria pancreaticoduodenalis
anterior dan posterior, yakni cabang arteria gastroduodenalis, dan ramus
anterior arteria pancreaticoduodenalis inferior dan ramus posterior arteria
pancreaticoduodenalis inferior, yakni cabang arteria mesenterica superior,
mengantar darah kepada caput pancreatis. Vena-vena pancreas
menyalurkan darah ke vena portae hepatis, vena splenica (lienalis) dan
vena mesenterica superior, tetapi yang terbanyak ke vena splenica
(lienalis). (Smeltzer, 2001)
Pembuluh limfe pancreas mengikuti pembuluh darah. Terbanyak
5

pembuluh ini berakhir pada nodi lymphoidei pancreaticoduodenales


sepanjang arteria splenica (lienalis), tetapi beberapa pembuluh berakhir
pada nodi lymphoidei pylorici. Pembuluh eferen dari kelenjar-kelenjar itu
ditampung oleh nodi lymphoidei coeliaci, nodi lymphoidei hepatici, nodi
lymphoidei mesenterici superiores. Saraf-saraf pancreas berasal dari
nervus vagus dan nervi splanchnici thoracici. Serabut parasimpatis dan
simpatis dari plexus coeliacus dan plexus mesentericus superior mencapai
pancreas dengan mengikuti arteri-arteri. (Soeparman, 2005).
6

2.1.3 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai
lesi dapat insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM.(Smeltzer,2001)
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi
DM yaitu :
1.Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2.Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4.Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin (Wong, 2007).
7

2.1.4 Patofisiologi
Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan kecepatan insulin
oleh sel-sel beta pulau langerhans, sebagian besar patologi Diabetes
Melitus dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin
sebagai berikut : (Engram, 2005)
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah setinggi
300-1200 mg%/ml, peningkatan nyata mobilisasi lemak dari
penyimpanan lemak dapat menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular yang mengakibatkan
artetiosklerosis dan pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Tetapi selain itu dapat terjadi beberapa masalah patofisiologi
pada Diabetes Melitus yang tidak tampak, yaitu :
Kehilangan glukosa dalam urin pada penderita Diabetes
Melitus, yang masuk ke dalam tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus
meningkat kira-kira 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah bermakna
mulai dibuang ke dalam urin, dan jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar
glukosa darah meningkat melebihi 180 mg% akibatnya sering disebut
bahwa ambang darah untuk timbulnya glukosa dalam urin adalah
sekitar 180 mg%.(Engram,2005)
Kehilangan glukosa di dalam urin dapat menyebabkan diuresis
karena efek osmotik glukosa di dalam tubulus adalah mencegah
reabsorbsi cairan oleh tubulus, keseluruhan efeknya adalah dehidrasi
ruangan intrasel yang kemudian menyebabkan dehidrasi ruangan
extrasel juga, jadi salah satu gambaran Diabetes yang paling penting
adalah kecenderungan timbulnya dehidrasi ekstra sel dan intra sel, dan
ini juga sering disertai dengan kolapsnya sirkulasi dalam tubuh.
(Ignatavicius, 2007).
Asidosis terjadi pada diabetes bila tubuh menggantungkan
hampir seluruh energinya pada lemak, kadar asam asetat dan asam
hidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 meq/L
sampai setinggi 10 meq/L, dan jelas ini mudah menyebabkan asidosis,
efek kedua yang biasanya lebih penting dalam menyebabkan asidosis
adalah pada peningkatan langsung asam amino keto dimana asam
amino keto adalah penurunan konsentrasi natrium yang disebabkan oleh
efek asam-asam keto yang mempunyai ambang eksresi ginjal yang
rendah, oleh karena itu bila kadar asam amino pada diabetes meningkat
sebanyak 100-200 gram maka akan dieksresikan ke dalam urin setiap
hari, dan karena mengandung asam amino yang kuat yang sangat
8

sedikit bisa dieksresikan dalam bentuk asam, dan sebagai gantinya


maka terjadi ikatan dengan natrium yang berasal dari cairan intra sel,
sebagai akibatnya konsentrasi natriun diganti oleh ion hidrogen, jadi
sangat meningkatkan terjadinya asidosis, dan jelas semua reaksi yang
terjadi dalam asidosis metabolik berlangsung pada asidosis diabetika,
termasuk pernafasan cepat dan dalam, namun yang terpenting adalah
asidosis dapat menyebabkan koma dan kematian. (Syamsuhidayat,
2007).
a. Pada Diabetes tipe I: Pada diabetes tipe ini terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pangkreas telah dihancurkan oleh proses autoimun, hiperglikemia
saat puasa yang terjadi akibat produksi glukosa yang tidak diukur
oleh hati, disamping itu glukosa yang berasal dari makanan yang
tidak bisa disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan dapat menimbulkan postprandial yaitu puncak peningkatan
kadar gula dalam darah pada 2 jam sesudah makan. Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi ginjal tidak dapat menyerap
kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin yang disebut Glukosuria dan ketika glukosa
yang berlebihan itu dieksresikan ke dalam urin, eksresinya ini
biasanya akan disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan, dan keadaan ini dinamakan Diuresis Osmotik yang
terjadi sebagai akibat terjadinya kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan, yang ditandai dengan klien mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) yang secara langsung dapat
menyebabkan peningkatan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin
juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan, sehingga tidak jarang
ditemukan penderita Diabetes yang kurus, akibat terjadinya
penurunan berat badan.(Brunner&Suddarth,2001)
b. Diabetes tipe II: Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut terjadinya suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat
9

peningkatan jumlah insulin yang disekresi.


(Brunner&Suddarth,2001)
c. Diabetes pada kehamilan/ Diabetes Gestasional : terjadi pada
wanita yang tidak menderita Diabetes Melitus sebelum
kehamilannya, dan Hiperglikemia terjadi selama kehamilan adalah
akibat sekresi hormon-hormon plasenta sehingga pada saat wanita
tersebut hamil dianjurkan memulai program terapi yang intensif
(pemeriksaan kadar glukosa darah empat kali per hari dan
pemberian suntikan insulin tiga hingga empat kali perhari), dengan
maksud untuk mencapai kadar hemoglobin dan glukosa darah yang
normal tiga bulan sebelum pembuahan. Pemantauan yang ketat dan
pemeriksaan oleh dokter spesialis untuk kehamilan beRisiko tinggi
padi ibu dengan Diabetes Melitus sangat dianjurkan.
(Brunner&Suddarth,2001)
10

2.1.5 Pathway
WOC : Wab Of Caution
Usia > 65
2.1.3.1 - Obesitas imunolo Faktor
thn (proses - Hiperten gi lingkun
penuaan si (autoim gan
2.1.3.2
dan defek

2.1.3.3 Produ Merusak


Perubahan
reseptor ktif sel beta
hormon insulin pangkre
2.1.3.4
insulin, tidak
Kerusakan seimb
ang Kegagal
an
produksi
2.1.3.5
Resisten

Insulin
2.1.3.6
menjadi Penin
tidak gkata
n

Jumlah
2.1.3.7 Peningkat
insulin
an Pening
yang katan
glukosa
darah osmol
aritas
2.1.3.8
Sel beta
gagal Memper
membagi
2.1.3.9 cepat - Poli
terjadin dipsi
- Poli

ketidak
Penurun Penurun D seimban
an an aliran i gan Diit
sensitifit dengan
darah a
as
ischemia Hipoglikemia/
jaringan Hiperglikemia
Penurunan Resik
o - Kekakuan/
fungsi
kerus kelemahan exstrimitas
imunitas
akan - Perubahan Mual,
kartilago dalam munta
persendian h,
G Nafsu
a
Resi n
ko Ga I Nurisi
tingg ng n kurang
gu t dari

Gambar 2.2. Pathway Diabetes Meletus (Price, 2007)


11

2.1.6 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Smeltzer (2001) adalah
sebagai berikut:
1. DM tipe I (destruksi sel beta biasanya menjurus ke
defisiensi insulin absolut): Autoimun, Idiopatik.
Diabetes tipe ini hanya disebabkan oleh rusaknya sel-sel pada
pankreas karena infeksi virus dan sebagainya, sehingga kelenjar ini
hanya dapat menghasilkan sedikit sekali insulin atau tidak ada
sama sekali. Diabetes tipe ini termasuk tipe keturunan dan biasanya
diderita sejak masih kanak-kanak, mereka bergantung sepenuhnya
kepada suntikan insulin.
2. DM tipe II (biasanya berawal dari resistensi insulin
yang predominan dengan defisiensi insulin relatif menuju ke defek
sekresi insulin yang predominan dengan resistensi insulin).
Diabetes tipe ini memiliki sel-sel pankreasnya yang masih utuh
tetapi tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang
dibutuhkan, lagi pula insulin yang hanya sedikit ini tidak
secepatnya tersalurkan/dialirkan ke dalam peredaran darah, berkat
diet yang tepat, olah raga teratur, dan tablet insulin, penyakit ini
bisa ditanggulangi.
3.DM tipe spesifik lain:
Diabetes tipe ini, penderita memiliki pankreas yang masih
berfungsi menghasilkan insulin, tetapi insulin ini tidak berfungsi
secara efisien. Hal ini disebabkan terlalu banyak lemak di dalam
tubuh, jenis diabetes ini sangat umum pada mereka yang menderita
kegemukan (obesitas).
a. Defek genetik fungsi sel beta
1) Maturiti Onset of The Young (MODY) 1.2.3.4.5.6 (yang
terbanyak MODY 3)
2) DNA mitokondria
3) dan lain-lain
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokin pankreas
1) Pankreatitis
2) Tumor pankreatomi
3) Pankreatopati fibrokalkulus
4) dan lain-lain
d. Endokrinopati
1) Akromegali
2) Sindrom cushing
12

3) Feokromositoma
4) Hipertiroidisme
5) dan lain-lain
e.Karena obat/zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukokortiroid, hormon tiroid
3) Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
f.Infeksi
1) Rubella kongenital, Cytomegalovirus(CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang
1) Antibodi anti insulin
2) Lain-lain
h.Sindrom genetik yang lain berkaitan dengan DM
1) Sindrom down, sindrom klinefleter, sindrom turner dan lain-
lain. (Ignatavicius, 2007).
2.1.7 Tanda dan Gejala
1. Gejala
a. Gejala Akut
Gejala pada klien Diabetes yang satu dengan yang lain
tidaklah selalu sama, gejala-gejala umumnya timbul dengan
tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala yang
lain, dan bahkan ada penderita Diabetes yang tidak
menunjukkan gejala apapun sampai pada suatu saat tertentu.
(Tambayong, 2007).
Pada permulaan gejala yang timbul meliputi tiga yaitu:
1) Polifagia/ banyak makan
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan,
untuk mengkompensasikan hal ini penderita sering
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan.
2) Polidipsia/ banyak minum
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus
yang berlebihan sehingga banyak minum.
3) Poliuria/banyak kencing
Gejala awal berhubungan dengan efek
langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar
gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl, maka
glukosa akan sampai ke air kemih, jika kadarnya lebih
tinggi, ginjal akan membuang urin tambahan untuk
13

mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang,


karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah
yang berlebihan, maka sering berkemih dalam jumlah
yang banyak.
4) Berat badan menurun meskipun banyak makan dan
minum
5) Sering merasa lelah dan mengantuk
6) Mudah timbul bisul dan lama sembuhnya
7) Gatal-gatal terutama pada bagian luar alat kelamin
8) Nyeri otot
9) Menurunnya gairah seksual
10) Penglihatan kabur, sering ganti ukuran kaca. (Sudoyo,
2007).
Dalam keadaan ini penderita biasanya menunjukkan
peningkatan berat badan yang terus naik (gemuk), karena
pada saat ini kebutuhan insulin masih mencukupi, dan bila
keadaan tersebut tidak lekas diobati maka lama kelamaan
mulai terjadi kemunduran kerja insulin, kemudian tidak
terjadi 3P lagi melainkan 2P saja yaitu nafsu makan mulai
berkurang, banyak minum atau polidipsi, banyak kencing
atau poliuria, mudah lelah, berat badan turun dengan cepat
yaitu turun sampai 5-10 kg dalam 2-4 minggu, dan bila
tidak cepat diobati maka dapat timbul rasa mual bahkan
penderita dapat tidak sadarkan diri akibat peningkatan
kadar glukosa yang sangat tinggi, biasanya 600 mg %
yang disebut dengan Koma Diabetika.
b. Gejala kronik
Kadang-kadang penderita Diabetes Melitus tidak
menunjukkan adanya gejala akut atau mendadak, tetapi
penderita tersebut tidak menunjukkan gejala-gejala
sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap
penyakit Diabetes Melitus, yang biasa disebut gejala
kronis menahun, dan gejala kronis yang sering timbul
adalah: Kesemutan, rasa panas di kulit, rasa tebal di kulit,
kram, capai, ngantuk, mata kabur yang berubah-ubah,
gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi
mudah goyah dan lepas, kemampuan seksual menurun,
sering pada ibu hamil mengalami keguguran, atau
melahirkan bayi mati. (Smeltzer, 2001)
2. Tanda
14

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :


a.Test urin reduksi dan sedimen positif.
b.Kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl.
c.Glukosa darah 2 jam post puasa lebih dari 200 mg/dl.
2.1.8 Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi Diabetes Melitus merupakan faktor yang
membahayakan jiwa penderita, dengan adanya insulin komplikasi akut
dapat dicegah, akan tetapi harapan hidup penderita yang lebih panjang
sulit dihindarkan terjadinya komplikasi kronik. (Syamsuhidayat,
2007).
1. Komplikasi Metabolik Akut
Selain hipoglikemia klien rentan terhadap dua penyakit
metabolik nonketotik, yaitu ketoasidosis diabetik merupakan
komplikasi IDDM (Independent Insulin Diabetes Melitus)
sedangkan koma hiperosmoler nonketotik biasanya terjadi pada
NIDDM (Non Independent Insulin Diabetes Melitus) dan jarang
terjadi, kecuali terjadi pada NIIDM sejati. Reaksi Hipoglikemia
yaitu gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan gula yaitu rasa
lapar, gemetar, keringat dingin, koma diabetika yaitu kadar
glukosa melebihi 600 mg%. Gejala: nafsu makan menurun, haus,
banyak minum, banyak kencing, sering biasanya disertai panas
karena infeksi.(Engram,2005)
2. Komplikasi Metabolik Kronik
a. Kelainan sirkulasi : Hipertensi, IMA, Isufisiensi koroner
dan lain-lain.
b. Kelainan mata : Retinopati Diabetika, katarak, dan
lain-lain
c. Kelainan syaraf : CVD, Neuropati Diabetika
merupakan gangguan metabolisme
syaraf sebagai akibat terjadinya
hiperglikemia kronis, yang secara
umum diyakini bahwa terdapat dua
kelompok gangguan patologis yang
sangat penting pada patogenesis
neuropati.
d. Kelainan Pernafasan: TBC dan lain-lain
e. Kelainan ginjal : Pielonefritis, glomerulonekrosis dan
lain-lain.
f. Kelainan kulit/ekstrimitas: ganggren, furunkel, karbunkel,
dan Ulkus kaki.
15

Ulkus kaki adalah berkembangnya ulkus pada kaki


dan tungkai bawah, ulkus terutama terjadi karena
distribusi tekanan abnormal sekunder karena neuropati
diabetik.
g. Hati : Sirosis Hepatis
h. Asidosis
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Diabetes Melitus berupa serangkaian aturan
yang ketat yang harus dilakukan, dimana terdapat empat konsep dasar
pada pengobatan Diabetes Melitus: (Ignatavicius, 2007)
1. Diet Diabetes Melitus
Berbeda dengan diet Diabetes di negara barat yang biasanya
mengandung karbohidrat sekitar 40%-50%, lemak 30-35%, protein
20-25%.
Di Indonesia diet disesuaikan dengan keadaan klien, dimana
jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut:
Berat badan ideal = (TB cm - 100) kg-10 % pada waktu
istirahat, dan diperlukan 25 kal/kg BB ideal.
Kemudian diperhitungkan pula :
a. Aktivitas: kerja ringan ditambah 10-20%, kerja sedang
ditambah 30%, kerja berat ditambah dengan 50%, dan kerja
berat sekali misalnya buruh kasar ditambah 75%.(Ignativicius,
2007)
b. Berat badan sebenarnya : gemuk dikurangi 20-30%, kurus
ditambah 20-30%.(Ignatavicius, 2007)
c. Stres (infeksi, operasi) : ditambah dengan 20-30%, karbohidrat
diberikan sesuai dengan menu orang Indonesia rata-rata
sehingga bisa lebih murah yaitu: 60-70% dari kalori lebih baik
diberikan karbohidrat berupa tepung daripada bentuk gula,
karena gula terlalu cepat diserap sehingga dapat menyebabkan
perubahan cepat dalam sistem di tubuh, sedangkan tepung
dicerna dulu baru diserap perlahan-lahan.(Ignatavicius, 2007)
d. Protein harus cukup yaitu sedikitnya 1 gr/kgBB untuk orang
dewasa dan 2-3 gr/kgBB untuk anak-anak.(Ignatavicius, 2007)
e. Lemak sebaiknya dikurangi terutama yang banyak mengandung
lemak jenuh dan kolesterol, yang baik adalah lemak jenuh
yang terkandung dalam jenis makanan seperti: lemak hewan,
kuning telur, coklat, kream, sedangkan yang banyak
mengandung lemak tidak jenuh: minyak jagung, minyak kapas
16

dan minyak bunga matahari.(Ignatavicius, 2007)


2. Latihan Fisik atau Olah Raga
Sudah lama diketahui bahwa olah raga dapat menimbulkan
penurunan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh karena
peningkatan penggunaan glukosa dalam pembuluh darah perifer,
hal ini berlaku pada orang normal maupun pada penderita Diabetes
Melitus ringan. Tetapi jika kadar glukosa darah tinggi yaitu 32 mg
% atau lebih dan apabila ada ketosis, olahraga sebaliknya akan
menyebabkan keadaan menjadi semakin parah, gula darah dan
ketonemia akan semakin meninggi, karena ketogenesis yang terjadi
selama olah raga itu berlangsung dan terus sekalipun olah raga itu
sudah selesai, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
ketosis pasca olah raga. Sebenarnya hal tersebut tidak terjadi jika
sebelum olah raga diberikan reguler insulin subcutan 1/3 dosis
harian 1 jam sebelum olah raga dimulai yang akan menyebabkan
kadar glukosa dalam darah akan turun waktu olah raga. Wahren
dkk (Kapita Selekta Kedokteran)
3. Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan pada klien Diabetes Melitus dapat
dilakukan dengan beberapa cara atau melalui beberapa media
misalnya: TV, kaset video, diskusi kelompok, poster, leaflet dan
lain sebagainya, penyuluhan kesehatan ini sangat penting agar
regulasi Diabetes Melitus mudah tercapai, dan komplikasi Diabetes
Melitus dapat dicegah peningkatan jumlah dan frekwensinya.
Adapun beberapa hal yang perlu dijelaskan pada penderita
Diabetes Melitus adalah:
a. Apakah penyakit Diabetes Melitus itu ?
b. Cara diit yang benar
c. Latihan ringan, sedang, teratur, setiap hari tidak boleh latihan
yang berat seperti berenang dan lain-lain
d. Menjaga kebersihan bagian bawah (daerah tungkai, ujung kaki)
e. Tidak boleh menahan kencing (karena retensi urin dapat
memudahkan infeksi saluran kemih)
f. Komplikasi-komplikasi lain yang dapat timbul
4. Obat Hipoglikemik/Anti Diabetes (OAD dan Insulin)
Obat Hipoglikemik: Tablet OAD (obat anti Diabetes)OAD
sejak tahun 1953 telah dicoba khasiatnya selama 20 tahun untuk
menurunkan kadar glukosa dalam darah, dan akhirnya pada tahun
1954 mulai dicoba oleh Frangke dan Fusch pada manusia yang
menderita Diabetes Melitus.
17

Mekanisme kerja OAD (Sulfonilurae dan Biguanide) cara


kerja yang tepat dari OAD masih kontroversial, tetapi penulis
mencoba merangkum berdasarkan hasil sensitivitas insulin, dengan
demikian maka haruslah dipahami betul mekanisme kerja insulin di
daerah prereseptor, reseptor dan pasca reseptor, dimana yang
prereseptor dapat dibedakan jenis pankreatik dan ekstra pankreatik.
a. Cara kerja Sulfonilurea
1) Merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin.
2) Menghalangi peningkatan insulin.
3) Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin.
4) Menekan pengeluaran glukagon.
Contohnnya: tolbutamid, gliclazid
b. Cara kerja Biguanid:
1) Meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan perifer sehingga
dapat bekerja walaupun pankreas rusak.
2) Menurunnya glukogenesis dalam hati dan ginjal.
3) Tidak bekerja hipoglikemik pada orang non diabetes.
4) Menghalangi proses lipogenesis (pembentukan lemak).
5) Menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan menyebabkan
berat badan menurun.
c. Sedangkan obat suntik berdasarkan cara kerjanya dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1) Insulin kerja cepat, contohnya reguler insulin.
2) Insulin kerja sedang.
3) Insulin kerja lambat contohnya Protamizid Zing Insulin

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Dalam pelaksanaan tugasnya seorang perawat harus berpedoman pada
proses keperawatan yaitu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis,
sistematis, dramatis, teratur yang mempunyai tahap-tahap yaitu: pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan, dan
evaluasi. (Nursalam, 2008).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan
secara keseluruhan, tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data,
analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan, (Nursalam, 2008)
yang meliputi:
1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal
18

masuk Rumah Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan


sumber biaya, penanggung jawab.(Nursalam, 2008)
2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala
apa yang manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul
saat awal dilakukan pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus
Diabetes Melitus, klien datang ke rumah sakit setelah terjadi
komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti tidak ada nafsu
makan, kuat minum dan kuat kencing, badan lemas, luka yang
tidak sembuh-sembuh, kesemutan. (Nursalam, 2008)
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari
akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai urutan
waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan penyakitnya,
keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia,
polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes
Melitus, tetapi hal itu jarang diperhatikan sehingga klien yang
diopname di rumah sakit biasanya yang sudah mengalami
komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan utamanya
biasanya keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak
ada nafsu makan, kuat minum dan kencing, badan lemas, luka
tidak sembuh-sembuh dan lain-lain. Riwayat penyakit keluarga
sering ditemukan pada penderita Diabetes Melitus dan ada
riwayat melahirkan bayi besar dengan BBL > 400 gr juga
merupakan salah satu faktor pencetus. (Nursalam, 2008)
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang
penyakit sistem cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem
pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi dll, yang dicatat adalah
keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan komplikasi
yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin dicatat menurut
urutan waktu. (Nursalam, 2008)
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga
adalah bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang
dimiliki pada salah satu anggota keluarga, pada klien dengan
Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis atau penyakit
degeneratif lainnya, serta upaya apa yang dilakukan jika
mengalami sakit. (Nursalam, 2008).
19

6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut


Virginia Handerson
a. Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi
pernafasan, gerakan dinding dada, pernafasan cuping hidung,
apakah klien merasa sesak, pada klien dengan Diabetes
Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada sistem
pernafasan.
b. Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus,
suplement yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu
makan, jumlah cairan dan makanan yang masuk perhari, ada
tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan, penggunaan gigi
palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah
dalam status gizi dll, pada klien dengan Diabetes Melitus
mengalami gangguan atau perubahan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi. Klien mengalami peningkatan nafsu
makan, klien sering merasa lapar dan haus, sehingga klien
menjadi banyak makan dan banyak minum.
c. Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea,
inkontinensia, kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria,
nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes
Melitus mengalami gangguan dalam BAK, karena efek
peningkatan asupan cairan melalui Diit yang juga
berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula dalam
darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah
berlebih,yang menjadikan klien menjadi sering BAK.
d. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah
baring untuk mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes
Melitus klien akan mengalami gangguan gerak atau
aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau akibat
salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan,
misalnya kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau
20

gangren.
e. Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan
adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa
tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun
dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes
Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat
dan tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
berpakain.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi
gangguan dalam hal temperatur atau sirkulasi.
h. Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami
hambatan untuk melakukan (menjaga) kebersihan dirinya,
kemungkinan klien mengalami hambatan dalam pemenuhan
personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu
berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan
oleh luka gangren tersebut.
i. Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan
rasa aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat klien
melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan keamanan
ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.
j. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga
maupun orang lain, serta begaimana klien berinteraksi dengan
lingkungannya.

k. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien
masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami
hambatan dalam melakukan ibadah, pada keadaan spiritual ini
perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah tetap
melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu
karena penyakit yang dialami.
21

l. Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan
adalah pola aktivitas klien mengalami gangguan, karena pada
klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu karena
kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat
terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah
memburuk.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan
adalah hal-hal apa saja yang membuat klien merasa tenang,
biasanya klien tidak bisa memenuhi kebutuhan bermain dan
rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien dengan
Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain
dan rekreasi karena dalam kondisi lemah

n. Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan
dalam bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk,
disertai dengan komplikasi.
(Doenges, 2000)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan
mengeluh kuat makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika
telat berobat maka keluhan klien menjadi nafsu makan
menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang
sulit sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis,
pusing bila duduk lama, mengeluh cepat lapar dan cepat
kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan,
sering bertanya tentang penyakit dan kesembuhan lukanya,
mengeluh tidak bisa tidur, tatapan mata kosong, tegang.
b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
fisik, yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi
pengkajian keadaan umum dan status generalis (Head to toe)
1) Inspeksi: sering dijumpai status
dehidrasi, gelisah, keringat dingin, katarak, bintik-bintik
coklat pada tulang kering, meringis, gugup, ngantuk,
22

gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat
pembesaran hati, bila disertai neuropatik maka akan ada
sensasi terhadap jarum, rasa getar serta reflek pergerakan
kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal
jantung, radang paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
c. PemeriksaanPenunjang
a) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP): Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
b) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari
dilakukan 30 menit sebelum makan, dapat juga 4 kali
sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari sebelum
makan. Urin reduksi normal warna biru, bila terdapat
glukosa dalam urin :
Warna hijau : +
Warna kuning : ++
Warna merah : +++
Warna merah bata / coklat : ++++

d. Analisa data

Merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data


yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data
subjektif dan objektif yang didapatkan dari berbagai sumber dengan
berdasarkan standar nilai normal (Hidayat, 2008).
No Symptom Etiologi Problem
1 D/S : Pelebaran luka Gangguan
1 - Klien mengeluh kesakitan gangren rasa
pada daerah sekitar lukanya nyaman
D/O : nyeri
- Ada luka gangren di jari mengenai syaraf tepi
kaki (Os Metatarsal 3, 4, 5)
sebelah kiri,klien tampak
meringis menekan reseptor
- Nadi : 88x / mnt nyeri
23

- Skala nyeri 4 (0-5 Mc. gill)


skala nyeri : P: Nyeri terasa
pada kulit sekitar luka Infuls nyeri
gangren di Os metatarsal disampaikan
3,4,5 sinistra, Q:Nyeri
terasa seperti terbakar,
R:Nyeri pada daerah luka Nyeri
dan kulit sekitar luka
gangren, S : Skala nyeri 4
(0-5 Mc gill), T : Nyeri
menetap
2 D/S : Tingginya kadar Kerusakan
2 - Klien merasa gatal pada glukosa/gula dalam integritas
daerah sekitar luka (pada darah kulit
kaki sebelah kiri, Os
metatarsal 3,4,5)
D/O : Penurunan aliran
- Ada luka gangren pada Os darah ketungkai
metatarsal 3,4,5
- Klien tampak meringis
- Kulit tampak kemerahan Ischemia
dan terkelupas di daerah
sekitar kulit
Penurunan sensitifitas
dingin, panas, Nyeri

Penurunan fungsi
imun

Kerusakan integritas
kulit
3 D/S: Tingginya Risiko
- Klien mengeluh gatal, kadar glukosa dalam tinggi
terasa panas dan kulit darah penyebaran
menegang disekitar daerah infeksi
luka
D/O: Penurunan aliran
- Didaerah sekitar luka darah ketungkai
tampak kemerahan
24

- Didaerah sekitar luka


tampak bengkak Ischemia jaringan
- Ada nyeri tekan di daerah
sekitar luka
Gangren

Resti
penyebaran infeksi
3 D/S : Peningkatan kadar Gangguan
4 - Klien mengeluh cepat lapar glukosa dalam darah pemenuhan
dan cepat kenyang kebutuhan
- Klien mengeluh merasa nutrisi
mual saat makan Peningkatan
D/O : osmolaritas oleh
- Nafsu makan klien glukosa
berkurang
- Mukosa oral kering
- Turgor kulit menurun Ketidak seimbangan
- BB ideal (165 cm- 100) - antara Diit, dengan
10 % (65- 6,5)= 58, 5 Pemberian Obat Anti
- BB sekarang : 45 kg Diabetika oral (OAD)
- Klien tidak mampu dan Terapi insulin.
menghabiskan semua porsi
yang di sediakan di rumah
sakit Hipoglikemia
- Klien tampak lemah

Nafsu makan
berkurang, mual,
muntah

Intake berkurang

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
25

4 D/S : Ketidak Keter


5 - Klien mengatakan seimbangan antara batasan
badannya terasa lemas Diit, dengan aktivitas.
- Klien mengeluh pusing Pemberian Obat Anti
setelah duduk yang lama. Diabetika oral (OAD)
D/O : dan Terapi insulin
- Klien tampak mengantuk,
sering tertidur dipagi hari,
- Adanya luka gangren pada Hipoglikemia
jari kaki kiri (os metatarsal
3,4,5)
- Pemenuhan kebutuhan Kelemahan
sehari- hari (ADL) dibantu otot, Kekakuan
oleh perawat dan keluarga extrimitas

Kerusakan
mobilitas fisik

Keterbatasan
aktivitas

6 D/S : Perubahan status Kecemasan


5 - Klien sering bertanya kesehatan dan kurang
6 tentang penyakit dan pengetahuan klien
kesembuhan lukanya tentang penyakitnya
D/O :
- Klien tampak gelisah,
tatapan mata kosong. Kurang pengetahuan

Kecemasan
26

2.2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan/resiko perubahan pola)
dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito, 2007).
Adapun diagnosa yang bias muncul pada klien dengan Diabetes
Melitus menurut Nanda (2006) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka gangren
yang melebar sehingga mengenai syaraf tepi ditandai dengan
klien mengeluh kesakitan, tampak meringis, ada luka gangren.
2. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan terganggunya
sirkulasi darah ditandai dengan klien mengeluh gatal-gatal,
adanya luka gangren.
3. Risiko tinggi infeksi sehubungan dengan tingginya kadar glukosa
dalam darah, menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga
dapat merusak jaringan kulit seperti gangren.
4. Nutrisi berhubungan dengan terjadinya Hipoglikemia/
Hiperglilkemia ditandai dengan terjadinya peningkatan/penurunan
kadar glukosa/gula darah, mengeluh cepat lapar dan cepat
kenyang, tidak mampu menghabiskan porsi makan yang
disediakan.

5. Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren,


dan ketidakseimbangan antara diit dengan terapi insulin, ditandai
dengan klien mengatakan badannya lemas, luka pada ekstimitas,
klien tampak gugup, gemetar, pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(ADL) dibantu.
6. Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan,
ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan luka komplikasinya
ditandai dengan klien mengatakan sulit tidur, sering bertanya
tentang penyakitnya, dan kesembuhan lukanya, klien tampak
tegang, dan gelisah, tatapan mata kosong.
2.2.3 Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana


tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi
masalah kesehatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang timbul
atau telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
(Nursalam, 2008).
27

Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa


keperawatan di atas yaitu :
No Diagnosa Tujuan danKriteria
Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
28

1 Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Obs a. Untuk mengetahui


nyaman nyeri tindakan perawatan ervasi keadaan umum keadaan kesehatan klien
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x 24 klien
luka gangren yang jam) nyeri dapat b. Sebagai data awal
melebar sehingga berkurang dan b. Obs untuk mengetahui status
mengenai syaraf tepi akhirnya hilang, ervasi tanda- tanda kesehatan klien
ditandai dengan dengan kriteria hasil: vital klien c. Dengan mengetahui
klien Klien - Klien tidak kualitas dan kuantitas
mengeluh mengeluh c. Obs nyeri dapat disesuaikan
- kesakitan pada kesakitan, tidak ervasi kualitas dan dengan terapi
daerah sekitar meringis, keadaan intensitas nyeri pengobatan dan
lukanya, Ada luka luka membaik. perawatan yang
gangren di jari diberikan.
kaki (os metatarsal d. Posisi tidur diatur
3,4,5 sinistra) agar tidak menekan luka
karena penekanan pada
d. Anj luka dapat menghambat
urkan klien untuk vaskulerisasi jaringan
mengatur posisi dan dapat meningkatkan
tubuhnya agar luka rasa nyeri
tidak tertekan
e. Jika alat dan
penanganan luka
dilakukan secara steril
dapat mem-percepat
e. Jag proses kesembuhan luka
a kesterilan alat dan sehingga nyeri akan
teknik steril dalam menghilang.
mengobati luka. f. Dengan konsultasi
dengan dokter akan
memberikan manfaat
dalam pemberian terapi
pengobatan dan
f. Kon perawatan selanjutnya
sultasi pada dokter jika g. Tehnik pembalutan
nyeri tidak bisa hilang luka yang terlalu ketat
akan menekan luka dan
dapat meningkatkan
nyeri
g. Teh
29

nik pembalutan luka


yang tidak terlalu ketat
No Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Kriteria
2 Gangguan integritas Setelah dilakukan a. Beri a. De
kulit sehubungan tindakan perawatan penjelasan kepada ngan memberikan
dengan Tingginya selama 3 hari (3x klien tentang proses penjelasan tentang proses
kadar glukosa/gula 24 jam), luka penyembuhan lukanya penyembuhan
dalam darah, membaik dan yang lama lukanya, disamping
menyebabkan aliran integritas kulit baik untuk persiapan mental
darah terganggu dengan kriteri juga agar klien lebih
sehingga dapat hasil: berpartisipasi dalam
merusak jaringan - Klien tidak lagi mempercepat proses
kulit ditandai dengan mengeluh kulitnya penyembuhan lukanya.
klien mengeluh gatal-gatal. b. Pert b. Pri
Klien - Integritas kulit ahankan prinsip steril nsip perawatan luka steril
- merasa gatal pada terjaga dalam perawatan akan mencegah terjadinya
daerah sekitar luka - Luka membaik. luka infeksi kuman.
(pada kaki sebelah c. Ra c. M
kiri) klien tampak wat luka 1 x sehari erawat luka 1 kali sehari
meringis gatal- akan mempercepat proses
gatal,adanya luka penyembuhan luka,
gangren pada os sehingga bisa tampak
metatarsal 3,4,5 perkembangan keadaan
lukanya.

d. Beri d. Pe
obat antidiabetika mberian obat
sesuai program antidiabetika dapat
pengobatan mencegah terjadinya
infeksi berlanjut.
e. Anj e. keb
urkan pada klien ersihan diri yang terjaga
untuk selalu menjaga dapat mengurangi Risiko
kebersihan dirinya terjadinya kerusakan
integritas kulit
30

3Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan a. Observasi tanda- a. Deteksi dini


3 sehubungan dengan tindakan tanda infeksi untuk penanganan lebih
tingginya kadar keperawatan selama dini
glukosa dalam darah 3x 24 jam tidak b. Lakukan cuci
, menyebabkan terjadi penyebaran tangan sebelum b. Mencegah
aliran darah infeksi, dengan berhubungan dengan timbulnya infeksi silang
terganggu, sehingga kriteria : klien
dapat merusak - Tidak terdapat c. Pertahankan
jaringan kulit seperti tanda-tanda infeksi tehnik aseptik pada c. Mencegah
gangren ditandai - Perubahan gaya prosedur infasif. terjadinya infeksi
dengan Klien hidup untuk d. Beri perawatan
mengeluh gatal, mencegah infeksi kulit dan massage d. sirkulasi
terasa panas dan, diharapkan tulang yang tertekan perifer dapat terganggu
kulit menegang yang dapat
Didaerah sekitar menempatkan Risiko ter-
luka tampak e. Jaga kulit agar jadinya ke-rusakan pada
kemerahan, tampak tetap kering,seprai kulit
bengkak, ada nyeri kering dan tetap e. Iritasi pada
tekan di daerah kencang kulit dapat meningkatkan
sekitar luka f. Anjurkan untuk Risiko infeksi
makan dan minum f. menurunka
secara adekuat n terjadinya infeksi
dengan mem-
g. Pertahankan pertahankan asupan
tehnik aseptik pada nutrisi
prosedur infasif g. Penanganan
awal dapat membantu
mencegah timbulnya
sepsis.
4 Nutrisi kurang dari Setelah diberikan a. Beri a. Dapat
kebutuhan tubuh tindakan perawatan diit sesuai terapi menyeimbangkan kadar
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x gula darah sehingga akan
terjadinya 24 jam) klien tidak mencapai kadar gula
hipoglikemia mengalami darah sekitar normal,
dengan pemberian gangguan atau sekitar normal,
obat anti diabetika pemenuhan mengarahkan keberat
dan terapi insulin kebutuhan nutrisi, badan normal dan
ditandai dengan dengan mencegah terjadinya
terjadinya Kriteria Hasil: komplikasi
peningkatan - Nafsu makan klien b. Beri b. Pemberian
31

glukosa darah, dan baik, klien mampu penjelasan kepada makanan tambahan dari
klien mengeluh menghabiskan keluarga agar tidak luar yang tidak sesuai
cepat lapar, nafsu porsi makan yang memberikan dengan diit dapat
makan klien disediakan, klien makanan tambahan mengacaukan terapi diit
berkurang klien makan secara dari luar yang telah diberikan
tidak teratur sesuai dirumah sakit
mampu.menghabisk jadwal makannya. c. Beri c. Penyuluhan tentang
an semua porsi penyuluhan tentang diit bagi klien Diabetes
yang di sediakan di diit Melitus sangat penting
rumah sakit sebab diet yang benar
dapat mencegah
komplikasi
hiperglikemia/
hipoglikemia
d. Dengan
d. Observa mengobservasi keadaan
si keadaan umum dan umum dan gejala-gejala
tanda-tanda hipoglikemia perawat
hipoglikemia/hipergli dapat mengetahui tingkat
kemia perkembangan klien
sehingga bila ada
komplikasi cepat
diketahui dan bisa diatasi
e. Terapi insulin
e. Pember bertujuan untuk
ian terapi insulin memudahkan
penggunaan glukosa oleh
sel dan jaringan
f. Periksa f. Dengan melakukan
gula darah setiap 3 pemeriksaan gula darah
hari sekali dan dan urin secara teratur
monitor reduksi urin akan memberikan
3 kali sehari gambaran keadaan klien
selama dirawat serta
mengetahui sejauh mana
perkembangan status
kesehatan klien.
32

4 Keterbatasan Setelah a. Beri penjelasan a. Prosedur meminta


5 aktivitas dilakukan tindakan mengenai prosedur bantuan yang dijelaskan
sehubungan dengan perawatan selama 3 meminta bantuan kepada klien, agar klien
adanya luka hari (3 x 24 jam) jika klien tidak me-maksakan
gangren, dan klien dapat membutuhkan dirinya melakukan
ketidakseimbangan melakukan bantuan. aktivitas yang belum
antara diit dengan aktivitas ringan. Mampu
terapi insulin Dengan dilaksanakan.
ditandai kriteri hasil: b. Jelaskan pada b. Penjelasan kepada
dengan:Klien - Klien bisa makan, keluarga untuk keluarga klien
mengatakan melap tubuhnya membantu klien bila untuk membantu klien
badannya terasa sendiri, tidak. tidak bisa memenuhi jika belum bisa di-
lemas, lemas, pusing, kebutuhan sehari- lakukan klien, dengan
Klien mengeluh ngantuk, gugup, hari, seperti BAK, tujuan agar tidak
pusing bila berdiri gemetar, dan luka Makan, minum, dan memperburuk keadaan
setelah duduk yang membaik mandi klien yang sudah lemah.
lama, Klien tampak
mengantuk, sering c. Beri bantuan c. Memberikan bantuan
tertidur dipagi hari, kepada klien dalam kepada klien dalam
adanya luka memenuhi memenuhi kebutuhan
gangren pada jari kebutuhan sehari- sehari-hari bagi perawat
kaki kiri hari merupakan salah satu
(osmetatarsal 3,4,5) cara untuk mengevaluasi
pemenuhan tingkat perkembangan
kebutuhan sehari- klien
hari (ADL) dibantu d. Anjurkan klien d. Kegiatan-kegiatan
oleh untuk memenuhi yang dilakukan klien
perawat dan kebutuhanny-a secara dapat melatih pergerakan
keluarga bertahap otot secara bertahap
e. Motivasi klien e. Menghabiskan diit
untuk menghabiskan yang disediakan sangat
diit yang diberikan. penting untuk
metabolisme tubuh,
karena gejala-gejala
seperti lemas, gugup,
gemetar, disamping
dipengaruhi oleh insulin
dan pemasukan nutrisi
33

5 Kecemasan Setelah dilakukan a. Observasi tingkat a. Dengan mengkaji


6 sehubungan dengan tindakan kecemasan klien tingkat kecemasan klien
perubahan status keperawatan sehingga dapat
kesehatan dan selama 3 hari (3 x menentukan tindakan
kurangnya 24 jam) diharapkan perawatan yang
informasi mengenai kecemasan klien diberikan.
penyakitnya dapat berkurang, b. Beri penjelasan b. Penjelasan
ditandai dengan dengan kriteria tentang penyebab mengenai penyakit dan
klien sering hasil: terjadinya luka dan luka yang timbul dapat
bertanya tentang Klien dapat cara penyembuhannya memberikan gambaran
penyakit dan tidur nyenyak, yang terarah pada klien
kesembuhan klien dapat sehingga dapat
lukanya, klien mengerti tentang mengurangi kecemasan
tampak gelisah dan penjelasan yang. dan meningkatkan
tatapan mata diberikan, klien partisipasi klien dalam
kosong tampak santai dan pengobatan serta
tidak gelisah lagi tindakan perawatan
c. Lakukan pendekatan c. Pendekatan yang
tiap melakukan diberikan tiap melakukan
tindakan tindakan bertujuan agar
klien lebih yakin atas
tindakan yang diberikan
perawat
d. Ajarkan klien tehnik d. Dengan tehnik
relaksasi dengan cara pengallihan perhatian
memikirkan hal- hal diharapkan kecemasan
yang tidak membuat dapat terkontrol
kecemasan bertambah
e. Observasi rasa e. Mengobservasi
cemas klien sebelum rasa cemas klien
dan setelah melakukan bertujuan apakah
tindakan penjelasan dan tindakan
yang telah diberikan
mampu mengurangi
kecemasan sebelumnya
f. Mendengarkan f. Dengan
keluhan-keluhan klien. mendengarkan keluhan-
keluhan klien bertujuan
untuk memulihkan rasa
percaya diri klien pada
34

perawat dan menandakan


bahwa perawat
memperhatikan klien
2.2.4 Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Agar lebih
jelas dan akurat dalam melakukan implementasi diperlukan
perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional (Tarwoto dan
Wartonah, 2006)
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksankan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal diantaranya bahaya-bahayafisik dan perlindungan bagi
klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak dari klien serta dalam memahami tingkat
perkembangan klien (Hidayat, 2007)
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses
keperawatan, evaluasi dalam proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi merupakan aspek
yang penting dari proses keperawatan, karena kesimpulan yang
didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
dihentikan/ dilanjutkan/diubah (dimodivikasi). (Hidayat, 2007).

Tolak ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap


evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap
perencanaan. Dengan patokan pada kriteria tersebut, dinilai apakah
masalah teratasi sebelumnya, sebagian, atau belum sama sekali atau
malah timbul masalah baru, jika masalah telah teratasi maka intervensi
keperawatan dihentikan, jika masalah belum teratasi atau malah
timbul masalah baru, maka intervensi keperawatan diubah atau
dimodivikasi.(Nursalam, 2008).
Penilaian dan kesimpulan tersebut dituangkan dalam catatan
perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAP yaitu:
S: Subjektif :Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan
klien secara objektif setelah diberikan tindakan
keperawatan.
35

O: Objektif :Keadaan subjektif yang di identifikasikan oleh


perawat menggunakan pengamatan yang objektif
setelah implementasi kaperawatan.
A: Analisa :Merupakan analisa perawat sebelum mengetahui
respon subjektif dan objektif klien yang
dibandingkan dengan kriteria dan standar yang lebih
ditentukan mengacu pada tujuan rencana
keperawatan klien, kesimpulan perawat tentang
kondisi klien.
P: Plan of Care :Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisa terhadap keperawatan.
Evaluasi di klasifikasikan sebagai berikut
1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diberikan pada saat
intervensi dengan respons segera
2. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulassi dari hasil observasi
dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan
yang direncanakan pada tahap perencanaan.
2.2.6 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. Dokumentasi
dilakukan segera setelah setiap kegiatan atau tindakan dalam setiap
langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
(Wartonah, 2006).
Sebagai dokumentasi yang mencatat semua pelayanan
keperawatan klien, dokumentasi tersebutdapat diartikan sebagai suatu
catatan bisnis dan hokum yang mempunyai banyak manfaat dan
penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk:
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasikan tindakan.
2. Dokumentasi untuk Penulisan, keuangan, hokum dan etika.
Sedangkan manfaat dan pentingnya dokumentasi dapat dilihat
dari berbagai aspek seperti hukum, jaminan mutu pelayanan,
komunikasi, keuangan, pendidikan, Penulisan dan akreditasi
(Nursalam, 2008 )

Anda mungkin juga menyukai