Anda di halaman 1dari 9

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan laporan ini dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut.

 Aspek Fisik dan Lingkungan


1. Topografi
Berdasarkan data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa Jakarta
Selatan dapat dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat
kemiringan 0,9˚ atau 0,25%. Selain itu, ketinggian rata-rata tanah di Jakarta Selatan
mencapai 5-50 meter di atas permukaan laut.
2. Morfologi
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kondisi
morfologi Jakarta Selatan termasuk ke dalam bentuk morfologi gurita dengan
penggunaan lahan campuran, satu (sepanjang jalan atau tengah).
3. Tanah dan Batuan
Berdasarkan data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya jenis tanah yang ada di Jakarta Selatan merupakan tanah berupa butiran
pasir lepas dan tanah aluvial yang walaupun diselang seling dengan tanah lempung
kedap air, memiliki potensi yang sangat baik sebagai penyimpan air tanah, sedangkan
jenis batuannya termasuk intrusi Granit, Adamelit, dan Granodiorit. Ekstrusinya
termasuk ke dalam Ryolit, Ryodasit, dan Dasit. Untuk sifatnya termasuk ke dalam
jenis asam, kandungan silikanya sebesar > 65%, kandungan mineral maficnya sebesar
0-30%, dan indeks warnanya yaitu Leucoctratic.
4. Hidrologi
Berdasarkan data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa di Jakarta
Selatan terdapat beberapa sungai besar dan kecil, seperti Kali Cideng, Kali Krukut,
Kali Mampang, Kali Ciliwung, dan Kali Pesanggarahan yang pada umumnya
memiliki kondisi yang sama seperti banyaknya sampah yang terdapat pada kali dan
kali masih cenderung berwarna kecoklatan karena air kali sudah tercampur dengan
sampah dan tanah. Kondisi muka air tanah di Jakarta Selatan dapat dikatakan stabil
setiap bulannya, karena hanya mengalami penurunan 3-11, maka dari itu termasuk ke
dalam aquifer zona 2 dan 3.
5. Suhu, Curah Hujan, Kecepatan Angin, dan Kelembapan
Berdasarkan data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa suhu yang
ada di Jakarta Selatan dapat dikatakan stabil atau normal karena pada suhu
minimumnya hanya mengalami penurunan atau kenaikan sebesar 1-3˚ C saja,
sedangkan untuk suhu yang maksimum dapat dikatakan stabil atau normal karena
hanya mengalami penurunan atau kenaikan sebesar 1-2˚ C setiap bulannya. Kondisi
curah hujan di Jakarta Selatan dikatakan stabil karena hanya dipengaruhi oleh
kecepatan angin, akan tetapi di beberapa bulan mengalami kenaikan dan mempunyai
kondisi hujan ekstrem. Kondisi kecepatan angin juga dapat dikatakan stabil terutama
di bulan Oktober-Desember. Kondisi kelembapan di Jakarta Selatan dikatakan normal
karena perubahannya hanya sebesar 0,01 m/det.
6. Rawan Bencana
Berdasarkan data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa Jakarta Selatan
berada pada posisi ke-dua di DKI Jakarta sebagai wilayah rawan bencana dengan skor
84 dan dalam kelas rawan bencana yang tinggi dengan ancaman bencana tertinggi
yaitu banjir. Banjir ini disebabkan karena kurangnya pengelolaan dari saluran
air/drainase yang ada di Jakarta Selatan sehingga air yang seharusnya dialirkan
menjadi tertahan di jalan.
7. Tata Guna Lahan
Berdasarkan data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa tata guna lahan
yang ada di Jakarta Selatan sebagian besar diperuntukkan menjadi pusat perkantoran,
perdagangan, jasa, stasiun terpadu, titik perpindahan moda transportasi, dan pusat
pemerintahan.

 Aspek Sosial dan Kependudukan


Berdasarkan data data yang telah diperoleh dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kemacetan yang terjadi khususnya di daerah Kota Jakarta Selatan bisa dipengaruhi
oleh faktor kependudukan, khususnya jika dilihat dari :
 Jumlah penduduk Kota Jakarta Selatan menurut kecamatan, yaitu berdasarkan
data BPS tahun 2019, penduduk Jakarta Selatan berjumlah 2,264 juta jiwa.
Penduduk terbanyak tinggal di Kecamatan Jagakarsa yaitu 413,3 ribu jiwa
atau 18,25 persen. Sebaliknya, penduduk paling sedikit tinggal di Kecamatan
Setiabudi yaitu 143,5 ribu jiwa atau hanya 6,34 persen.
 Jumlah penduduk Kota Jakarta Selatan menurut jenis kelamin, yaitu penduduk
Jakarta Selatan menurut jenis kelamin laki laki yaitu berjumlah 1.152,588 juta
jiwa dan sebanyak 1.112,142 jiwa adalah menurut jenis kelamin perempuan.
 Jumlah penduduk Kota Jakarta Selatan menurut agama, yaitu menurut agama
yang dianut di Jakarta Selatan pada tahun 2019 pada tiap kecamatan, agama
Islam mendominasi diantara agama agama lain, yakni sebanyak 2.146.966
jiwa menganut agama islam. Sedangkan, agama lainnya memiliki jumlah
paling sedikit untuk dianut, yakni sebanyak 150 jiwa.
 Jumlah penduduk Kota Jakarta Selatan menurut pendidikan tertinggi yang
ditamatkan dan jenis kegiatan, yaitu jumlah yang lulusan Sekolah Menengah
Atas (SMA) menjadi yang paling dominan diantara lulusan lainnya, yakni
untuk kegiatan bekerja sebanyak 480.851,00 jiwa. Sedangkan lulusan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), menjadi lulusan paling sedikit diantara lulusan
lainnya untuk kegiatan bekerja, yakni sebanyak 136.819,00 jiwa. Sedangkan,
untuk lulusan Sekolah Dasar (SD) merupakan yang paling sedikit untuk
tingkat pengangguran, yakni sebanyak 6.303,00 jiwa.
 Angkatan kerja, yaitu penduduk yang berusia produktif antara 15 – 64 tahun
dari total jumlah angkatan kerja yang tersedia, sekitar 1,02 juta jiwa bekerja,
yang terdiri dari 630 ribu laki-laki dan 390 ribu perempuan. Sisanya, kurang
lebih 74 ribu jiwa termasuk sebagai pengangguran terbuka. Selain itu,
persentase penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja di Kota Jakarta
Selatan mencapai 93,16 %.

Dari banyaknya jumlah penduduk yang bekerja, maka akan tinggi pula mobilitas
penduduknya. Maka, bisa di prediksikan bahwa dengan tingginya tingkat mobilitas
penduduk tadi akan berdampak pula pada kepadatan penduduk di lalu lintas yang bisa
kita indikasikan akan terjadi kemacetan khususnya pada waktu-waktu tertentu di
wilayah Kota Jakarta Selatan, seperti pada pagi hari dan sore hari.

 Aspek Ekonomi
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa
kemacetan yang terjadi di Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat dipengaruhi oleh
perekonomian yang terjadi, khususnya pada :
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Kota Administrasi Jakarta Selatan mengalami kenaikan
yang cukup signifikan dalam periode 2016-2019, yakni sebesar 164.959,34 miliar
rupiah. Kenaikan yang paling besar berasal dari lapangan usaha Perdagangan
Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, yakni senilai 104.887,290
miliar rupiah.
2. Struktur Ekonomi
Pada tahun 2019 lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor memberikan sumbangsir terbesar dalam pembentukan PDRB
Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan presentase distribusi sebesar 16,18
persen. Lapangan usaha ini juga merupakan sektor basis dengan perhitungan LQ
dan Shift Share sebesar 1,242 dan 30516.
3. Unit Usaha/Perusahaan
Lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor tercatat sebagai pemilik jumlah usaha terbanyak di Kota Administrasi
Jakarta Selatan, yakni sebanyak 88.317 usaha.

Hal-hal tersebut mengakibatkan Kota Administrasi Jakarta Selatan memiliki jumlah


tenaga kerja paling besar di antara Kota/Kabupaten yang berada di DKI Jakarta, yakni
sebanyak 1.327.224 orang. Banyaknya jumlah tenaga kerja yang berada di Kota
Administrasi Jakarta Selatan akan membuat mobilitas di kota ini semakin tinggi.
Semakin banyaknya tenaga kerja yang berada di Kota Administrasi Jakarta Selatan
juga akan membuat jalanan di kota ini menjadi padat dan mengalami kemacetan pada
jam-jam kerja.

 Aspek Infrastruktur dan Transportasi


1. Drainase
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa
drainase di kota Jakarta selatan masih belum dapat dikatakan baik. Karena,
masih banyak titik rawan banjir di kota tersebut akibat luapan drainase yang
tersumbat atau tidak berjalan dengan efektif.
2. Jalan
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa
keadaan jalan disana dapat dikatakan baik namun tidak sepenuhnya kondisi
jalan disana dapat kami observasi, dikarenakan kendala yang kami hadapi di
masa pandemi ini.

3. Listrik
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa
distribusi listrik terhadap kawasan di daerah kota Jakarta selatan sudah cukup
baik. Karena distribusi dapat dikatakan merata ke setiap rumah warga dan juga
pelaku ekonomi disana.

4. Telekomunikasi
Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau
penyampaian informasi jarak jauh, dari suatu tempat ke tempat lain. informasi
tersebut bisa berupa tulisan, suara, gambar, ataupun objek lainnya. Berkenaan
dengan hasil observasi kami, dapat disimpulkan bahwa telekomunikasi
terpantau lancer dan stabil untuk lingkup kota Jakarta selatan.

5. Air bersih
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa
kebutuhan air bersih masyarakat dapat dikatakan terpenuhi dan cukup baik
dalam pendistribusian air bersih terhadap masyarakat.

6. Tempat pembuangan sampah


Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa
mengenai tempat pembungan dan juga pengelolaan sampah di kota Jakarta
selatan dapat dikatakan baik. Karena mengenai pengambilan, tempat
pembuangan sementara (TPS), dan tempat pembuangan akhir (TPA) dapat
ditemui di beberapa titik di kota Jakarta selatan.

7. Sarana Kesehatan
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa
kondisi bangunan Rumah Sakit Yadika dapat dikatakan layak untuk
dipergunakan oleh masyarakat, karena tersedianya lahan parkir yang cukup
menampung banyak kendaraan, sehingga tidak menimbulkan kemacetan
akibat parkir liar.
Begitu pun Puskesmas Kecamatan Setiabudi, Brawijaya Klinik, Kimia
Farma dan RSIA Budhi Jaya yang dapat dikatakan layak karena tersedianya
lahan parkir yang cukup menampung banyak kendaraan. Sedangkan kondisi
bangunan Toko Obat Pojok Jamu, tidak dapat dikatakan layak karena tidak
tersedianya lahan parkir, dimana hal tersebut dapat menimbulkan kemacetan
yang disebabkan oleh parkir liar.

8. Sarana Pendidikan

Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa


kondisi bangunan TK Al-Izhar, SD Cita Buana, SMAN 3 Jakarta dan
Universitas Nasional dapat dikatakan layak karena memiliki lahan parker yang
cukup menampung banyak kendaraan, namun untuk SMPN 115 Jakarta tidak
dapat dikatakan layak karena ketersediaan lahan parker yang kurang cukup
untuk menampung banyak kendaraan sehingga dapat mengganggu pejalan
kaki serta menimbulkan kemacetan yang disebabkan oleh parkir liar.

9. Sarana Perekonomian
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
kondisi bangunan Gandaria City, Restoran Plataran Dharmawangsa,
Electronic City Ampera, Bright Minimarket, dan Wisma Anugerah dapat
dikatakan layak karena memiliki lahan parkir yang luas. Kemudian FaveHotel
dan Crematology dikatakan kurang layak karena memiliki lahan parkir yang
kurang luas, dimana tidak menutup kemungkinan akan terjadinya parkir liar.
Sedangkan Pasar Pondok Labu dapat dikatakan layak, namun kemacetan yang
terjadi di sekitar pasar bukan karena lahan parkir yang tersedia melainkan
angkutan umum yang berhenti dibahu jalan. Dan Warung Sembako Vania
Madura tidak dapat dikatakn layak karena tidak memiliki lahan parkir
sehingga dapat menimbulkan kemacetan yang disebabkan oleh parkir liar.

10. Sarana Peribadatan


Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa
kondisi bangunan Pura Wira Dharma Samudra, Masjid Al-Azhar, Gereja
Santa dan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dapat dikatakan layak karena memiliki
lahan parkir yang cukup menampung banyak kendaraan sehingga tidak
menimbulkan kemacetan yang disebabkan oleh parkir liar.

11. Sarana Transportasi


Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat disimpulkn bahwa
kondisi bangunan Stasiun Pasar Minggu dapat dikatakan layak karena kondisi
bangunan yang masih kokoh serta memiliki lahan parkir yang cukup
menampung banyak kendaraan, namun padatnya lalu lintas bukan karena
lahan parkir yang tersedia melainkan karena ojek maupun angkutan umum
yang parkir di bahu jalan, selain menimbulkan padatnya lalu lintas juga
menggangu pejalan kaki. Sedangkan Halte TransJakarta Manggarai dapat
dikatakan layak karena bangunannya yang masih kokoh, namun kepadatan
lalu lintas terjadi karena masih banyak pengendara baik pribadi maupun umum
selain TransJakarta yang melanggar melewati jalur TransJakarta.

5.2 REKOMENDASI
Adapun rekomendasi laporan ini dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut.
 Aspek Fisik dan Lingkungan
1. Hidrologi
Dengan banyaknya kali dan danau yang ada di Jakarta Selatan, seharusnya
bisa lebih dijaga lagi kondisinya karena hampir semua terdapat sampah dan itu
dapat mengubah kualitas air yang ada. Hal ini perlu diperhatikan karena Jakarta
Selatan merupakan daerah resapan air yang paling baik di Provinsi DKI Jakarta.
2. Rawan Bencana
Persentase bencana alam tertinggi di Jakarta Selatan merupakan banjir. Hal
ini perlu perhatian lebih lanjut dengan lebih meningkatkan lagi antisipasi bencana
dari pihak yang berwenang agar tidak menimbulkan banyak kerugian, serta
pencegahan ini juga harus dilakukan oleh masyarakat dengan cara tidak
membuang sampah sembarangan dan tidak membangun permukiman di wilayah
rawan bencana. Banjir dapat menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan yang
ada di Jakarta Selatan karena dapat menghambat lalu lintas yang ada.
3. Tata Guna Lahan
Dengan banyaknya pembangunan yang ada di Jakarta Selatan, sebaiknya
para pemangku kepentingan lebih mengedepankan kepada aktivitas masyarakat
setempat, memilah dan memilih titik lokasi yang sesuai dengan jenis lahan yang
akan digunakan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat bahkan tidak
menimbulkan bencana alam. Lahan tertentu tidak bisa digunakan sembarangan,
apalagi jika dapat mengakibatkan kemacetan.

 Aspek Kependudukan

 Aspek Ekonomi
Dengan tingginya pendapatan domestik regional bruto yang didapatkan oleh Kota
Administrasi Jakarta Selatan, alangkah baiknya apabila Pemerintah Kota Administrasi
Jakarta Selatan dapat meningkatkan jumlah moda transportasi umum sehingga
penggunaan kendaraan pribadi dapat berkurang dan arus kendaraan tidak akan terlalu
padat pada jam kerja. Kemudian, pemerintah kota dapat membatasi pekerja migran
yang berasal dari luar Kota Administrasi Jakarta Selatan sehingga mobilitas pekerja di
kota ini tidak terlalu tinggi dan tingkat pengangguran di kota ini dapat berkurang.
Selain itu, akan lebih baik apabila pemerintah kota dapat menyisihkan dana untuk
memperbaiki dan memperluas parkir umum sehingga kasus parkir liar dapat
dikurangi. Langkah-langkah tersebut dapat mengurangi kemacetan yang terjadi di
Kota Administrasi Jakarta Selatan.
 Aspek Infrastruktur dan Transportasi
adanya sarana dan prasana yg baik dapat menciptakan kota yg baik pula. sehingga
kami mernyarankan untuk ditambahnnya ruas area jalan di kawasan jakarta selatan,
selain dapat mengurangi jumlah kepadatan volume pengguna jalan raya, hal ini juga
dapat mempermudah distritibusi ke tiap wilayah. Sarana dan prasarana baik yang
kurang layak maupun tidak layak sebaiknya dikembangkan guna meminimalisir dan
menghilangkan kemacetan di jakarta selatan. dengan terciptanya drainase yang baik
tentunya tidak akan menyebabkan banjir di Jakarta Selatan yang berujung kemacetan,
kemudian adanya lahan parkir yang luas, tersedianya halte Angkutan Umum serta
kebijakan yang ditegakkan untuk angkutan umum saat pemberhentian tentunya tidak
akan menimbulkan kemacetan yang disebabkan oleh parkir liar.

 Aspek Kebijakan
Kebijakan publik merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan
yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam dan
manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga
negara.1 Jadi kebijakan merupakan persaingan, sinergi dan kompromi dari berbagai gagasan
para aktor pembuat kebijakan yang mewakili kepentingan-kepentingan yang menyangkut
issue publik. Sedangkan implementasi merupakan suatu kajian kebijakan yang mengarah pada
proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan pada dasarnya adalah cara
agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya yaitu dengan langsung
mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai