Anda di halaman 1dari 4

Nama : Miftahul Huda

Nim : 201510043

Kelas : MN2B

Jurusan : Manajemen

Perimbang keuangan Pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Dalam Ketentuam Umum UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbanngan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Perimbangan keuangan adalah sistem pembagian keuangan
yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan bertanggung jawab dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan
kebutuhan daerah.

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan untuk
membiayai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari
dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus yang jumlahnya ditetapkan
setiap tahun anggaran dalam APBN.

          Dana bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase tertentu.  Sumber dana bagi hasil
bersumber dari:

 Pajak
 Pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri dan PPh Pasal 21 yang berasal dari propinsi sebesar 40%, dan dari
kabupaten/kota sebesar 60%.
 Sumber Daya Alam
 Penerimaan Kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan
(IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang dihasilkan wilayah yang
bersangkutan sebesar 80%, dan 20% dari pemerintah pusat. Sedangkan penerimaan
Kehutanan yang berasal dari dana reboiisasi 60% dari pemerintah pusat untuk
rehabilitasi secara nasional dan 40% dari daerah untuk rehabilitasi  hutan dan lahan di
kabupaten/kota penghasil.
 Penerimaan Pertambangan Umum 20% berasal dari pemerintah pusat dan 80%
berasal dari Penerimaan Iuran Tetap (Land-rent) dan Royalti
 Penerimaan Perikanan yang diterima secara nasional 20% dari pemerintah pusat dan
80% dari kabupaten/kota
 Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi yang dihasilkan setelah dikurangi
komponen pajak dan pungutan lainnya. Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi
84,5% dari pemerintah pusat dan 15,5% dari pembagian 3,5% propinsi, 6% daerah
setempat, 6% seluruh kabupaten/kota dalam propinsi.
 Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan setelah dikurangi komponen
pajak dan pungutan lainnya. Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi 69,5% dari
pemerintah pusat dan 30,5% dari pembagian 6,5% propinsi, 12% daerah setempat,
12% seluruh kabupaten/kota dalam propinsi.
 Pertambangan Panas Bumi yang dihasilkan yang merupakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak, yang berasal dari pemerintah pusat 20% dan 80% dari pembagian 16%
propinsi, 32% daerah setempat, 32% seluruh kabupaten/kota dalam propinsi.

Dana Alokasi Umum adalah dana yang dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan
yang mempertimbangkan kebutuan dan potensi daerah. Dana Alokasi Umum untuk propinsi
10% dan untuk kabupaten kota 90% yang masing-masing dihitung berdasarkan perkalian dari
jumlah Dana Alokasi Umum bagi seluruh daerah, dengan bobot daerah yang bersangkutan
dibagi dengan jumlah masing-masing bobot seluruh daerah di Indonesia.

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
membantu mendanai kegiatan khusus daerah dan sesuai dengan priioritas nasioal,khususnya
untuk kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat untuk mendorong
percepatan pembangunan daerah.

Tujuan Otonomi Daerah dan Manfaat Otonomi Daerah

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah yaitu membebaskan pemerintah


pusat dari berbagai beban dan menangani urusan suatu daerah yang bisa diserahkan kepada
pemerintah daerah. Oleh karenanya pemerintah pusat memiliki kesempatan untuk
mempelajari, merespon, memahami berbagai kecenderungan global dan menyeluruh serta
dapat mengambil manfaat daripadanya. Pemerintah pusat diharap lebih mampu
berkonsentrasi dalam perumusan kebijakan makro atau luas yang sifatnya umum dan lebih
mendasar, juga dengan adanya desentralisasi daerah dapat mengalami proses pemberdayaan
yang lebih optimal. Sehingga kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah akan
terpacu, dan dalam mengatasi masalah yang terjadi di daerahnya semakin kuat. Tujuan
lainnya dari kebijakan otonomi daerah antara lain: mengembangkan kehidupan demokrasi,
pemerataan, keadilan, mendorong dalam memberdayakan masyarakatnya, meningkatkan
peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD juga memelihara hubungan
baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Peningkatan pelayanan masyarakat
yang semakin baik.

 Pengembangan kehidupan demokrasi.


 Keadilan nasional.
 Pemerataan wilayah daerah.
 Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
 Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
 Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi: tujuan
politik, tujuan administratif dan  tujuan ekonomi.

Penjelasan lengkap:

1. Tujuan politik: upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik


dan DPRD.
2. Tujuan administratif : pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah,
termasuk sumber keuangan, serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di
daerah.
3. Tujuan ekonomi: terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai
indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Manfaat Otonomi Daerah

Beberapa manfaat diterapkannya sistem otonomi daerah yaitu:


 Agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan di pusat sehingga penyelenggaraan
pemerintahan berjalan lancar.
 Pemerintahan bukan hanya dijalankan oleh pemerintah pusat, melainkan pemerintah
daerah juga terlibat.
 Kesejahteraan masyarakat di daerah semakin meningkat.
 Daya kreasi dan inovasi masyarakat di daerah akan semakin meningkat, karena setiap
daerah pasti berusaha menampilkan keunggulan di daerahnya.
 Meningkatnya pengawasan kegiatan yang dilakukan.
 Meningkatkan pasokan baran dan jasa di daerah dengan biasa yang disesuaikan.
 Memudahkan pengaturan administrasi pemerintahan.
 Lembaga masyarakat mengalami peningkatan.

Pengertian Otonomi daerah

Otonomi daerah adalah daerah yang mengatur dirinya sendiri. Dalam wacana administrasi
publik, otonomi daerah sering disebut pemerintah daerah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah yakni hak, wewenang, dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Dalam sumber yang sama disebutkan, dasar diterapkannya otonomi daerah yakni Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 yang telah diamandemen dari UU No 32 Tahun 2004 dan UU
No 22 Tahun 1999. Dalam UU itu disebutkan, otonomi daerah artinya hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai