Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

NAMA : MARIA S.W CARVALLO


TINGKAT : 1A
NIM : PO530333219275

RESUME GENETIKA KUMAN BAI K ITU VIRUS,BAKTERI DAN JAMUR

GENETIKA VIRUS
Virus merupakan genom yang terbungkus di dalam suatu lapisan pelindung, Virus
terkecil memiliki diameter hanya 20 nmlebih kecil dari ribosom. Jutaan virus dapat dengan
mudah menempati kepala jarum. Bahkan virus yang paling besar sekalipun sukar dilihat
dengan mikroskop cahaya. Penemuan Stanley bahwa beberapa virus dapat dikristalkan
merupakan berita yang menggairahkah sekaligus membingungkan. Sel yang paling sederhana
sekalipun tidak dapat beragregasi menjadi kristal yang teratur. Virus bukan merupakan sel,
karena hanya terdiri dari nukleus saja, Virus merupakan penginfeksi yang terdiri dari asam
nukleat yang terbungkus di dalam lapisan pelindung dan, di beberapa kasus, di dalam selu-
bung membran.
B.     Komponen Penyusun Virus

    Genom Virus
Kita biasanya membayangkan bahwa gen terbuat dari DNA untaigandaheliks ganda
yang konvensionaltetapi virus seringkali melanggar anggapan ini. Virus terdiri dari Genom
(kumpulan gen)  mungkin terdiri dari DNA untai-ganda, DNA untai tunggal, RNA untai-
ganda, atau RNA untai-tunggal, tergantung tipe virusnya. Suatu virus bisa disebut sebagai
virus DNA atau virus RNA, tergantung dari asam nukleat yang mennyusun genomnya. Pada
masing-masing kasus, genomnya biasanya tersusun menjadi molekul asam nukleat linear
tunggal atau sirkuler,  Virus yang terkecil hanya memiliki 4 gen, sedangkan yang besar
memiliki beberapa ratus.
    Kapsid dan Selubung
Kulit protein yang menyelubungi genom virus disebut Kapsid, Tergantung dari tipe
virusnya, kapsid dapat berbentuk batang (lebih tepatnya heliks), polihedral, atau bentuk yang
lebih kompleks. Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer, tetapi
jumlah jenis proteinnya biasanya sedikit. Virus mosaik tembakau, misalnya, memiliki kapsid
batang yang kaku, yang terbuat lebih dari seribu molekul tetapi dari satu jenis protein saja
(gambar 2.1a). Adenovirus, yang menginfeksi saluran pernapasan hewan, memiliki 252
molekul protein identik yang tersusun menjadi kapsid polihedral dengan 20 faset segitiga—
suatu ikosahedron                              
Virus terdiri dari asam nukleat (DNA atau RNA) yang terbungkus di dalam suatu
lapisan protein (kapsid) dan kadangkala masih terbungkus lagi di dalam suatu selubung
membran. Masing-masing subunit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer.
Walaupun virus memiliki berbagai ukuran dan bentuk, mereka memiliki motif struktural yang
sama, sebagian besar termasuk dalam keempat contoh yang diperlihatkan di sini. (a) Virus
mosaik tembakau memiliki kapsid heliks dengan bentuk keseluruhan seperti batang yang
kaku. (b) Adenovirus memiliki kapsid polihedral dengan tanduk glikoprotein nada setiap
puncak (c) Virus influenza memiliki selubung luar yang dihiasi oleh tanduk glikoprotein.
Genomnya terdiri dari delapan molekul RNA, masing-masing terbungkusdi dalam sebuah
kapsid heliks. (d) Faga adalah virus yang menginfeksi bakteri. Faga T-genap, seperti T4,
memiliki sebuah kapsid yang kompleks, yang tersusun dari sebuah kepala polihedral dan
sebuah perlengkapan ekor. DNA disimpan di kepala, dan bagian ekor berfungsi dalam
penginjeksian DNA ini ke dalam bakteri
C.     Penggolongan Virus
Penggolongan Virus berdasarkan tipe Asam Nukleat yaitu :

Kelas* Contoh penyakit


I.          dsDNA**
 Pavovavirus       Papiloma (kutil manusia, kanker serviks); polioma
(tumor pada hewan lertentu)
 Adenovirus       Penyakit saluran pernapasan; beberapa
menyebabkan tumor pada hewan-hewan tertentu
 Herpesvirus       Herpes simpleks I (luka di sekeliling mulut); herpes
simpleks II (perlukaan genital); varicella zoster (cacar
air (chicken pox), ruam); virus Epstein-Barr
(mononukleosis, Hmfoma Burkitt)
 Poxvirus       Cacar (smallpox); vaccinia; cacar sapi (cov/pox)
II.          ssDNA (parvovirus)       Roseola; sebagian besar parvovirus harus
mclakukan infeksi bersama-sama dengan adenovirus
agar bisa tumbuh
          dsRNA (reovirus)       Diare; penyakit saluran pernapasan yang ringan
          ssRNA yang dapat
berfungsi sebagai Mrna
 Picomavirus       Poliovirus: rhinovirus (pilek biasa); virus enterik
(usus)
 Togavirus       Virus rubella; virus demam kuning; virus ensefalitis
V.          ssRNA yang berfungsi
sebagai cetakan untuk mRNA
 Rhabdovirus
 Paramyxovirus       Rabies
 Orthomyxovirus       Campak
      Virus Influenza
          ssRNA yang berfungsi       Virus tumor RNA (mis: virus leukimia); HIV (virus
sebagai cetakan untuk sintesis AIDS)
DNA (retrovirus)

*) Subkelas dari masing-masing kelas terutama berbeda dalam hal struktur  kapsid dan ada
tidakaknya salubung membran
**) ds = double-standed (untai-ganda. ss = single standed (untai-tunggal)

D.    Cara Virus Berkembang Biak

Virus merupakan parasit intraseluler obligat; mereka hanya dapat bereproduksi di


dalam sel inang. Virus yang terisolasi tidak dapat bereproduksi—atau melakukan hal-hal
lainnya yang ber-hubungan dengan itu, kecuali menginfeksi sel inang yang cocok. Virus tidak
memiliki enzim untuk melakukan metabolisme dan tidak memiliki ribosom atau peralatan
lainnya untuk membuat proteinnya sendiri. Oleh karena itu, virus yang terisolasi hanya
merupakan paket-paket yang berisi sckumpulan gen yang berpindah-pindah dari satu
sel inang ke sel inang lainnya.
Setiap tipe virus hanya dapat menginfeksi dan memparasiti beberapa jenis sel inang
tertentu. Jenis-jenis inang yang dapat diinfeksi dan diparasiti oleh virus ini disebut kisaran
inang. Penentuan inang ini bergantung pada evolusi sistem pengenalan yang dilakukan oleh
virus tersebut. Virus  mengidentifikasi sel inangnya dengan menggunakan kesesuaian lock-
and-key atau lubang-dan-kunci" ancara protein di bagian luar virus itu dengan molekul-
molekul reseptor spesifik pada permukaan sel. (Kemung-kinan reseptor muncul pertama kali
karena ia menjalankan fungsi yang bermanfaat bagi organisme tersebut.) Beberapa virus
memiliki kisaran inang yang cukup luas sehingga dapat melingkupi beberapa spesies.

Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang menggunakan peralatan dari sel
inangnya untuk bereproduksi. Dalam siklus virus yang paling sederhana (di antara semua
siklus virus) ini, parasitnya adalah virus DNA dengan kapsid yang lerdiri dari satu jens
protein. 1) Setelah memasuki sel, DNA virus menggunakan nukleotida dari enzim inangnya
untuk mereplikasi dirinya sendiri. 2) Virus menggunakan materi inang dan peralatan lainnya
untuk memproduksi protein kapsidnya 3) DNA virus dan protein kapsid kemudian tersusun
membentuk partikel virus baru, yang meninggalkan sel tersebut
Untuk mereplikasi genomnya, virus RNA harus menggunakan polimerase khusus
yang dikode oleh virus, yaitu polimerase yang menggunakan RNA sebagai cetakan.
(Biasanya sel tidak memiliki enzim untuk menjalankan proses tersebut.)
Adapun tipe genom virusnya, parasit tersebut mengalihkan sumberdaya inangnya
untuk produksi yang dilakukan oleh virus. Inang tersebut menyediakan nukleotida-nukleotida
untuk mensintesis asam nukleat. Inang ini juga menyediakan enzim, ribosom, tRNA, asam
amino, ATP dan komponen lainnya yang dibutuhkan untuk membuat protein virus yang
diarahkan oleh mRNA yang ditranskripsi dari gen-gen virus.
Setelah molekul asam nukleat dan kapsomer virus diproduksi, proses penyusunan
molekul dan kapsomer ini menjadi virus baru sering kali merupakan proses yang spontan,
proses penyusunan sendiri.
Tipe siklus reproduktif virus yang paling sederhana selesai ketika ratusan atau ribuan
virus muncul dari sel inang yang terinfeksi. Sel inang sering kali hancur pada proses ini.
Sebenarnya beberapa gejala infeksi virus pada manusia, seperti pilek dan influenza, adalah
hasil dari kerusakan dan kematian seluler serta merupakan hasil dari respons tubuh terhadap
penghancuran ini. Progeni virus yang keluar dari sel memiliki potensi untuk menginfeksi sel-
sel sekitarnya, dan menyebarluaskan infeksi virus.
E.     Cara Virus menginfeksi inangnya

Infeksi virus dimulai ketika genom dari virus mulai memasuki suatu sel inang Mekanisme
yang digunakan asam nukleat ini untuk masuk ke dalam sel berbeda-beda, tergantung tipe
virusnya. Misalnya, faga T-genap menggunakan ekornya yang rumit untuk menginjeksikan
DNA ke dalam bakteri (gambar 2.2). Begitu berada di dalam, genom virus tersebut dapat
memerintah inangnya, memprogram-ulang sel tersebut untuk membuat salinan asam nukleat
virus itu dan menghasilkan protein virus. Kebanyakan virus DNA menggunakan DNA
polimerase dari sel inang untuk mensintesis genom-genom baru yang cetakannya berasal dari
DNA virus.
1.      Glikoprotein yang menonjol keluar dari selubung virus dapat mengenali dan kemudian
mengikatkan diri pada motekul-molekul (tidak diperlihatkan) reseptor yang spesifik pada
permukaan sel inang.
2.      Selubung virus bergabung dengan membran plasma sel tersebut, serta kapsid dan
genom virus masuk ke dalam sel.
3.      Enzim seluler memisahkan kapsid.
4.      Genom virus berfungsi sebagai cetakan untuk membuat untai RNA komplementer
(panah berkelok di bawah cetakan), yang memiliki dua fungsi:
5.      Berfungsi sebagai cetakan untuk membuat salinan baru dari RNA genom, dan
6.      Berfungsi sebagai mRNA, mRNA ini ditranslasi menjadi protein kapsid dan
glikoprotein untuk selubung virus. Retikulum endoplasmik (RE) sel mensintesis glikoprotein.
7.      Vesikula mengangkut glikoprotein ke membran plasma dari sel tersebut
8.      Kapsid disusun di sekeliling setiap molekul genom virus.
9.      Virus bertunas dari sel. Selubungnya, bertahtakan glikoprotein virus, berasal dari
membran plasma sel tersebut.

GENETIKA BAKTERI
A. GENOM BAKTERI
Ada dua fenomena biologi pada konsep hereditas, yaitu:

1). Hereditas yang bersifat stabil : dimana generasi berikut yang terbentuk dari pembelahan
satu sel mempunyai sifat yang identik dengan induknya

2). Variasi genetik yang mengakibatkan adanya perbedaan sifat dari sel induknya akibat
peristiwa genetik tertentu, misal: mutasi.

1. Unit herediter bakteri ( genom bakteri)

Kromosom
Kebanyakan gen prokariota terdapat pada kromosom, yang terletak dalam suatu
bagian pusat sitoplasma, yang dinamakan daerah nuklear atau nukleoid untuk
membedakannya dari membran-pengikat nukleus pada sel eukariotik. .
Gen bakteri terdapat dalam molekul DNA tunggal (haploid). Berbentuk sirkuler,
panjangnya ± 1mm, beratnya 2-3% dari berat kering satu sel, disusun sekitar 4 juta kpb DNA,
makromolekul yang sangat banyak ini dikemas agar tidak berubah dalam bentuk superkoil (±
70-130 superkoil domain) Jumlah nukleoid dalam sel bakteri dapat lebih dari satu, tergantung
kecepatan pertumbuhan dan ukuran sel. Nukleoid berisi gen yang penting untuk pertumbuhan
bakteri.
Plasmid
Plasmid merupakan materi genetik di luar kromosom (ekstra kromosomal). Tersebar
luas dalam populasi bakteri.Terdiri dari beberapa – 100 kpb, beratnya ± 1-3 % dari kromosom
–bakteri. Berada bebas dalam sitoplasma bakteri. Kadang-kadang dapat bersatu dengan
kromosom bakteri. Dapat berpindah dan dipindahkan dari satu spesies ke spesies
lain.Jumlahnya dapat mencapai 30 atau dapat bertambah karena mutasi.
Macam-macam Plasmid dan peranannya:

Pili F dan I. Dua macam pili yang disebut, pili F dan I, diketahui terlibat dalam transfer
plasmid dari sel ke sel. Dua kelompok faga RNA diketahui menginfeksi sel yang membawa
plasmid yang dapat dipindahkan. Faga ini dapat digunakan untuk melihat adanya pili F dan I
pada sel. Dua macam pili ini dapat juga dibedakan secara imunologi. Pili F dilibatkan dalam
transfer faktor F dan beberapa plasmid resisten-antibiotik. Pili F juga terdapat pada sel Hfr.
Pili I dilibatkan dalam transfer plasmid resisten-antibiotik, plasmid yang menentukan-colicin,
dan lainnya.

Gambar 6.1 DNA kromosom sirkuler bakteri E. coli sedang mengalami replikasi
(sumber: Randall K. Holmes & Michael G. Jobling,2001)

Faktor R. Faktor R pertama kali ditemukan di Jepang pada strain bakteri enterik yang
mengalami resistensi terhadap sejumlah antibiotik (multipel resisten). Munculnya resistensi
bakteri terhadap beberapa antibiotik, sangat berarti dalam dunia kedokteran, dan
dihubungkan dengan meningkatnya penggunaan antibiotik untuk pengobatan penyakit
infeksi. Sejumlah perbedaan gen-gen resisten-antibiotik dapat dibawa oleh faktor R. Plasmid
R100 disusun oleh 90 kpb yang membawa gen resisten untuk sulfonamid,
streptomisin/spektinomisin, asam fusidat, kloramfenikol, tetrasiklin dan pembawa gen
resisten terhadap merkuri. R100 dapat berpindah diantara bakteri enterik dari genus
Escherichia, Klebsiella, Proteus, Salmonella, dan Shigella, tetapi tidak akan berpindah ke
bakteri nonenterik Pseudomonas. Juga sudah diketahui faktor R dengan gen resisten terhadap
kanamisin, penisilin, tetrasikliin, dan neomisin. Beberapa elemen resisten obat pada faktor R
merupakan elemen yang dapat bergerak, dan dapat digunakan dalam mutagenesis
transposon.
Gen-gen untuk sifat yang tidak berhubungan dengan resistensi antibiotik juga dibawa
oleh faktor R. Yang terpenting diantaranya menghasilkan pili untuk transfer konjugatif, tetapi
faktor R juga membawa gen untuk replikasi dirinya sendiri dan gen untuk mengatur produksi
protein yang mencegah pengenalan plasmid lain. Selanjutnya adanya satu faktor R yang
menghambat pengenalan dari tipe plasmid lain yang sama, suatu fenomena yang diketahui
sebagai ketidakcocokan.
Karena faktor R dapat mengalami rekombinasi genetik, gen dari dua faktor R dapat
bergabung menjadi satu. Rekombinasi plasmid merupakan suatu alat yang mungkin
pertamakali ditimbulkan oleh pembiakan organisme resisten-obat.

Gambar 6.3 Foto elektron mikgrograf sel bakteri E. coli F+ (kiri) dan F- (kanan)
selama proses konjugasi seksual (sumber: Brock & Madigan,1991)

B. PERTUKARAN MATERI GENETIK PADA BAKTERI

Dewasa ini mucul keanekaragaman dan variasi genetik pada bakteri disebabkan
oleh proses rekombinasi gen antara jenis bakteri yang satu dengan bakteri lain.
Rekombinasi atau pertukaran gen ini melalui berbagai cara yaitu:
1. Transfer Gen
Materi genetik dan plasmid dapat berpindah atau dipindahkan melalui berbagai mekanisme
sebagai berikut:

a. Transduksi
DNA dari plasmid masuk ke dalam genom bakteriofaga. Oleh bakteriofaga plasmid
ditransfer ke populasi bakteri lain. Transduksi biasa terjadi pada bakteri Gram positif seperti
Staphylococcus, tapi diketahui pula terjadi pada Salmonella
b. Transformasi
Fragmen DNA bebas dapat melewati dinding sel dan kemudian bersatu dalam genom sel
tersebut sehingga mengubah genotipnya. Hal ini biasanya dikerjakan di laboratorium dalam
penelitian rekayasa genetika, tapi dapat pula terjadi secara spontan meskipun dalam
frekuensi yang kecil.
c. Konjugasi
Transfer unilateral materi genetik antara bakteri sejenis maupun dengan jenis lain dapat
terjadi melalui proses konyugasi (“mating” = kawin). Hal ini dimungkinkan karena adanya
faktor F yang menentukan adanya pili seks pada virus bakterial tertentu. Kuman yang
mempunyai pili seks disebut kuman F+, dan melalui pilinya materi genetik dari sel donor
(F+) termasuk plasmid DNA-nya dapat berpindah ke dalam sel resipien. Jadi gengen tertentu
yang membawa sifat resistensi pada obat dapat berpindah dari populasi kuman yang resisten
ke dalam kuman yang sensitif. Dengan cara inilah sebagian besar dari sifat resisten obat
tersebar dalam populasi kuman dan menimbulkan apa yang disebut multi drug resistance.

Gambar 6.4 Mekanisme pertukaran materi gentik pada bakteri, A) Transformasi,


fragmen DNA lepas dari bakteri donor yang diterima oleh bakteri penerima B) Transduksi
perpindahan materi genetik melalui bakteriofage (virus). C) Konyugasi perpindahan materi
genetik dengan kontak langsung melalui hubungan sitoplasma (sumber: Randall K. Holmes
& Michael G. Jobling,2001)
d. Transposisi
Transposisi adalah pemindahan rantai DNA pendek (hanya beberapa urutan saja) antara
satu plasmid ke plasmid lain, atau dari kromosom ke plasmid dalam sel tersebut

TRANSPOSON

Pada awal tahun 1940-an, peneliti telah menemukan kalau beberapa urutan DNA
dapat berubah posisi. Urutan yang dapat berpindah ini disebut dengan elemen genetik yang
transposabel atau singkatnya disebut transposon. Penelitian menunjukkan bahwa elemen ini
ada pada prokariotik dan eukariotik.
Elemen transposabel ini ditemukan oleh B. McClintock melalui analisa
ketidakstabilan genetik pada maizena yang berkaitan dengan kerusakan kromosom dan
ditemukan pada bagian dimana elemen transposabel ini berada. Pada analisa McClintock,
kerusakan dideteksi dengan hilangnya penanda genetik tertentu. Pada beberapa eksperimen,
McClintock menggunakan penanda yang mengkontrol deposisi pigmentasi pada aleuron,
membran terluar dari endosperm biji maizena. Penanda tersebut adalah alel pada lokus Cpada
lengan pendek dari kromosom 9. Alel yang disebut CI ini, adalah inhibitor dominan dari
pewarnaan aleuron sehingga biji yang memiliki alel ini akan menjadi tidak berwarna.
McClintock memfertilisasikan bunga betina CC dengan polen dari bunga jantan  CI CI,
menghasilkan biji yang endospermnya CI CC. Walaupun banyak dari biji ini tersebut tidak
berwarna, beberapa juga menunjukkan adanya pigmen ungu kecoklatan.
McClintock beranggapan bahwa alel inhibitor CI telah hilang beberapa saat selama
pembentukan endosperm, sehingga klon dari jaringan yang dapat membentuk pigmen dapat
muncul. Genotip dari klon ini kemungkinan adalah –CC dan yang hilang adalah alel CI .
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa alel ini hilang akibat kerusakan kromosom.
Kerusakan pada suatu lokasi akan melepaskan segmen kromosom dari sentromernya
sehingga membentuk fragmen asentrik.
McClintock menemukan bahwa kejadian seperti ini secara berkala muncul akibat
kerusakan bagian tertentu pada kromosom 9. Dia memberi nama faktor yang menyebabkan
kerusakan ini Ds (disosiasi). Pada ekperimen tersebut, kromosom yang membawa
alel CI juga membawa faktor Ds. Jika sendirian, faktor ini tidak mampu untuk mempengaruhi
kerusakan kromosom. Ds diaktifkan oleh faktor lain yang disebut Ac (aktivator). Dua faktor
inilah yang menyebabkan ketidakstabilan genetik pada kromosom 9.
Baik Ac maupun Ds adalah bagian dari elemen transposabel. Elemen ini secara
struktur saling terhubung dan dapat memasuki lokasi berbeda pada kromosom. Ketika salah
satu dari elemen ini masuk atau berada dekat sebuah gen, fungsi dari gen tersebut telah
berubah. Bahkan fungsi dari gen tersebut bisa benar-benar hilang. Oleh karena itu,
McClintock menyebut Ac dan Ds sebagai elemen pengontrol.
Kadang-kadang, mutasi yang diakibatkan oleh elemen kontrol ini tidak tetap. Sebagai
contoh, salah satu mutasi dari lokus bronze yaitu bz-m2. Mutasi ini diakibatkan oleh insersi
dari elemen Ac dan akan berbalik jika elemen Ac dihilangkan. Sedangkan mutasi yang lain
yaitubz-m1, disebabkan oleh insersi dari Ds. Namun reversi pada kasus ini hanya terjadi jika
elemen Ac ada di bagian manapun pada genom. Inilah perbedaan dari kedua alel tersebut.
Elemen Ac dapat aktif sendiri namun Ds tidak. Ketika suatu transposon dapat mengaktifkan
dirinya sendiri, hal ini disebut berfungsi secara autonom, sedangkan jika tidak maka disebut
nonautonom
Ketidakstabilan genetik juga dapat ditemukan pada bakteri dan pada kasus ini juga
ditemukan adanya elemen transposabel. Transposon pada bakteri yang paling sederhana
adalah rangkaian insersi atau elemen IS. Elemen IS yang homolog terkadang berkombinasi
dengan gen lain untuk membentuk tansposon gabungan, yang ditandai dengan simbol Tn.
Simbol ini juga digunakan untuk menandai transposon yang tidak mengandung elemen IS,
seperti elemen yang disebut sebagai Tn3. Seperti halnya transposon gabungan, elemen ini
juga mengandung gen yang yang tidak penting untuk transposisi.
Elemen IS merupakan elemen yang terorganisasi secara kompak, biasanya merupakan
urutan sandi tunggal dengan urutan yang sama atau hampir sama dan pendek pada kedua
ujungnya. Ujung urutan ini selalu berorientasi secara invert sehingga disebut inverted
terminal repeat yang panjangnya berkisar antara 9 sampai 40 pasang nukleotida.
Ketika elemen IS masuk ke dalam kromosom atau plasmid, elemen ini membuat
duplikat dari urutan DNA pada lokasi insersi. Hasil pengkopian dari duplikasi terletak pada
masing-masing sisi dari elemen tersebut dan disebut sebagai duplikasi lokasi target. Elemen
IS memediasi integrasi episome ke dalam kromosom bakteri.
Tansposon gabungan terbentuk ketika dua elemen IS saling menginsersi. Urutan ini
dapat diubah oleh kerja sama dari elemen yang mengapitnya. Sebagai contoh, pada Tn9,
elemen IS yang mengapit langsung berorientasi dengan yang lainnya sedangkan Tn5 dan
Tn10 berorientasi terbalik. Masing-masing transposon gabungan ini membawa gen yang
resistan terhadap antibiotik. Tn9 resistan terhadap chloraphenicol, Tn5 resistan terhadap
kanamycin dan Tn10 resistan terhadap tetracycline. Hal ini menunjukkan bahwa kadang
elemen IS pengapit pada transposon gabungan tidak identik. Pada Tn5, elemen yang terletak
di kiri, disebut IS50L tidak mampu untuk menstimulasi transposisi namun elemen yang
berada di kanan yaitu IS50R mampu melakukannya. Perbedaannya adalah perubahan
pasangan nukleotida tunggal menghalangi IS50L untuk mensintesis faktor transposisi yang
penting. Faktor ini merupakan protein yang disebut transposase yang disintesis oleh IS50R.
Sedangkan Tn3 merupakan elemen dari kelompok transposons yang memiliki ulangan
ujung terbalik sepanjang 38-40 pasang nukleotid, lebih besar daripada elemen IS dan
biasanya mengandung gen yang dibutuhkan untuk transposisi. Transposisi pada Tn3
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama adalah transposase memediasi penggabungan
antara dua molokul sehingga membentuk struktur yang disebut cointegrate. Selama proses
ini, transposon mengalami replikasi dan masing-masing membentuk sambungan
pada cointegrate.  Pada tahap kedua, pengkode tnpR memutuskan mediasi rekombinasi pada
lokasi yang spesifik antara dua Tn3 elemen. tahapan ini muncul pada urutan di Tn3 yang
disebut res, lokasi resolusi, dan menyebabkan timbulnya dua molekul, masing-masing dengan
kopian dari transposon.

GENETIKA JAMUR
JAMUR

Jamur dapat berupa organisme multiseluler dan uniseluler, dan dibedakan dari mikroba lain


dengan cara mereka memperoleh nutrisi. Jamur mengeluarkan enzim ke lingkungan mereka,
untuk memecah bahan organik.  Genetika jamur menggunakan ragi , dan jamur berfilamen
sebagai organisme model untuk penelitian genetika eukariotik, termasuk regulasi siklus sel ,
struktur kromatin , dan regulasi gen . 
Studi tentang jamur Neurospora crassa telah berkontribusi besar untuk memahami cara
kerja gen . N. crassa adalah sejenis cetakan roti merah dari filum Ascomycota . Ini digunakan
sebagai model organisme karena mudah tumbuh dan memiliki siklus hidup haploid yang
membuat analisis genetik sederhana karena sifat resesif akan muncul pada
keturunannya. Analisis rekombinasi genetik difasilitasi oleh pengaturan produk meiosis yang
terurut dalam ascospora . Dalam lingkungan alaminya, N. crassa hidup terutama di daerah
tropis dan sub-tropis. Sering ditemukan tumbuh pada tanaman mati setelah kebakaran.
Neurospora digunakan oleh Edward Tatum dan George Beadle dalam percobaan mereka 
di mana mereka memenangkan Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun
1958. Hasil percobaan ini mengarah langsung ke satu gen-satu hipotesis enzim yang
kode gen spesifik untuk kode spesifik untuk spesifik protein . Konsep ini terbukti menjadi
senjata pembuka dalam apa yang menjadi genetika molekuler dan semua perkembangan yang
terjadi setelahnya. 
Saccharomyces cerevisiae adalah ragi dari filum Ascomycota . Selama pertumbuhan vegetatif
yang biasanya terjadi ketika nutrisi berlimpah, S. cerevisiae bereproduksi
dengan mitosis sebagai sel diploid . Namun, ketika kelaparan, sel-sel ini
mengalami meiosis untuk membentuk spora haploid .  Perkawinan terjadi ketika sel-sel
haploid dari tipe perkawinan yang berlawanan MATa dan MATα bersentuhan. Ruderfer et
al.  menunjukkan bahwa, di alam, kontak tersebut sering terjadi antara sel-sel ragi yang
berkaitan erat karena dua alasan. Yang pertama adalah bahwa sel-sel dari tipe kawin yang
berlawanan hadir bersama dalam acus yang sama, kantung yang berisi sel-sel yang secara
langsung diproduksi oleh meiosis tunggal, dan sel-sel ini dapat kawin satu sama lain. Alasan
kedua adalah bahwa sel-sel haploid dari satu tipe kawin, setelah pembelahan sel, sering
menghasilkan sel-sel dari tipe kawin yang berlawanan. Analisis leluhur dari strain S.
cerevisiae alami menyimpulkan bahwa penyilangan terjadi sangat jarang (hanya sekitar sekali
setiap 50.000 pembelahan sel).  Kelangkaan relatif pada sifat kejadian meiosis yang
dihasilkan dari penyilangan menunjukkan bahwa kemungkinan manfaat penyeberangan
jangka panjang (misalnya generasi keanekaragaman) tidak cukup untuk mempertahankan
seks secara umum dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sebaliknya, manfaat jangka
pendek, seperti perbaikan rekombinan meiotik kerusakan DNA yang disebabkan oleh kondisi
stres (seperti kelaparan)  mungkin menjadi kunci untuk pemeliharaan seks di S. cerevisiae .
Candida albicans adalah jamur diploid yang tumbuh baik sebagai ragi dan
sebagai filamen . C. albicans adalah patogen jamur yang paling umum pada manusia. Ini
menyebabkan infeksi mukosa yang melemahkan dan infeksi sistemik yang berpotensi
mengancam jiwa. C. albicans telah memelihara alat kawin yang rumit, namun sebagian besar
tersembunyi. Johnson  mengemukakan bahwa strategi kawin dapat memungkinkan C.
albicans untuk bertahan hidup di lingkungan yang bermusuhan dari inang mamalia.
Di antara 250 spesies aspergili yang diketahui, sekitar 33% memiliki kondisi seksual yang
teridentifikasi.  Di antara spesies Aspergillus yang menunjukkan siklus seksual mayoritas di
alam adalah homothallic (pemupukan sendiri).
 Selfing dalam jamur homothallic Aspergillus nidulans melibatkan pengaktifan jalur
perkawinan yang sama dengan karakteristik jenis kelamin dalam spesies penyilangan, yaitu
pemupukan sendiri tidak mem-bypass jalur yang diperlukan untuk penyilangan seks tetapi
membutuhkan aktivasi jalur-jalur ini dalam satu individu. [36] Penggabungan nukleus
haploid terjadi dalam struktur reproduksi yang disebut cleistothecia , di mana zygote diploid
mengalami divisi meiotik untuk menghasilkan ascospora haploid.

Anda mungkin juga menyukai