Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELUARGA DENGAN “ISPA”

Disusun Oleh:

1. Asni 2. Z
3.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Tugas

askep ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA DENGAN ISPA”.

Kami menyadari bahwa tugas askep ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan tugas askep ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan tugas askep ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Palopo, 15 Juni 2015

PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I KONSEP DASAR ISPA..................................................................... 1
A. Defenisi........................................................................................... 1
B. Klasifikasi....................................................................................... 1
C. Etiologi........................................................................................... 3
D. Patofisiologi.................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinik.......................................................................... 7
F. Pemeriksaan Diagnostik................................................................. 8
G. Diagnosis Banding.......................................................................... 9
H. Pencegahan ISPA............................................................................ 9
I. Pengobatan Pada ISPA................................................................... 10
J. Perawatan di Rumah....................................................................... 11
K. Pemberantasan ISPA...................................................................... 12
L. Komplikasi...................................................................................... 12
M. Prognosis......................................................................................... 12
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA ISPA.... 13
A. Pengkajian....................................................................................... 13
B. Analisa Data.................................................................................... 22
C. Prioritas Masalah............................................................................ 23
D. Rencana Keperawatan Kesehatan Keluarga................................... 25
E. Catatan Tindakan dan Perkembangan............................................ 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 34

3
BAB I
KONSEP DASAR ISPA
A. Defenisi
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,
dengan pengertian sebagai berikut:
 Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
 Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan.
 Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
Berdasarkan pengertian di atas, maka ISPA adalah infeksi saluran
pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud
adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya
seperti sinus, ruang telinga tengah, dan pleura.
B. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Infeksi saluran pernafasan bagian atas
Merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.
2. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah
Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring sampai
dengan alveolus paru-paru.

4
Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat dibagi
menjadi tiga golongan yaitu:
1. ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala
sebagai berikut:
a. Batuk.
b. Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya
pada waktu berbicara atau menangis).
c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas.
2. Gejala ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala
ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b. Suhu lebih dari 390C.
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
3. Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA
ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
a. Bibir atau kulit membiru
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernapas
c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas

5
g. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
h. Tenggorokan berwarna merah
C. Etiologi
1. Virus Utama :
 ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
 ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza,
Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia
sekolah: Mycoplasma pneumonia.
Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah
sebagai berikut:
1. Faktor host (diri)
a. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak
usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering
menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut.
b. Jenis kelamin
Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak
penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA
terhadap jenis kelamin tertentu.
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-
laki di negara Denmark.
c. Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah
lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang
satu merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan tubuh
menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan
keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah

6
satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi anak.
d. Status imunisasi
Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan
penderita ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan
penelitian lain yang mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat
memberikan peranan yang cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA.
e. Pemberian suplemen vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa
pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada
penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel
epitel yang mengalami diferensiasi.
f. Pemberian air susu ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada
bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber
nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang
kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis
membentuk sistem biologis.
ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian
antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan
atas.
2. Faktor lingkungan
a. Rumah
Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya
untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan
yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani,
rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.
Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih
tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster
di Denmark.

7
b. Kepadatan hunian
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.
Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian
(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.
c. Status sosioekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat
sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan
kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan
antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan
korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya
status sosioekonomi.
d. Kebiasaan merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai
kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari
keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa
episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok.
e. Polusi udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan
pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun
diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas
Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan
saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan
membandingkan antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara
tinggi dengan siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di
Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian
baru atau insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa
SD di kedua wilayah pencemaran udara. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat
pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua
orang untuk tidak menderita gangguan saluran pemafasan. Hal ini

8
menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap
tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan
mempermudah terjadinya ISPA anak (Mishra, 2003).
D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus
oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan
lapisan mukosa saluran pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran
nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk sehingga
pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder
bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat
saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang
produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti
kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan
adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak.
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga
bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa

9
menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri.
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran
nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun
sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan
jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri
khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas
sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA
(sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang
sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala
demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia.
E. Manifestasi Klinik
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam,
adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu
saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak
mau minum.
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1. Demam, Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi.
Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

10
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah
nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda
kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas. Fokus utama pada pengkajian
pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat
kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan
adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga
didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi
dari sputum

11
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia, dan
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
G. Diagnosis Banding
Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis
banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua
penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya
membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui
swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh
streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akut yang
sering disertai dengan muntah.
H. Pencegahan ISPA
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:
1. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan
yang paling baik untuk bayi.
b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu
mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral.
d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein
misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau
jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral
dari sayuran,dan buah-buahan.
e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui
apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada
penyakit yang menghambat pertumbuhan.

12
2. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu
mendapatkan imunisasi yaitu DPT. Imunisasi DPT salah satunya
dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya
adalah infeksi saluran nafas.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi
pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan
hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat
dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan
lingkungan sehat (Suyudi, 2002).
4. Pengobatan segera
Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak
memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan,
misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih,
bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak yang
terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter.
I. Pengobatan Pada ISPA
1. ISPA Berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus ,
di beri oksigen dan sebagainya
2. ISPA ringan : diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya
Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin,
Penisilin, Ampisilin
3. ISPA ringan : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10
hari.

13
J. Perawatan di Rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
1. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk
waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok
teh , diberikan tiga kali sehari.
3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada
bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan
cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5. Lain-lainnya
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan
hidung , yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat
yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan
dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter
atau petugas kesehatan.

14
K. Pemberantasan ISPA
Yang dilakukan adalah :
1. Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
2. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
3. Immunisasi
4. Menghindari anak kontak langsung dengan penderita ISPA
L. Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah:
1. Meningitis
2. OMA
3. Mastoiditis
4. Kematian
M. Prognosis
Jika penanganannya tepat dan cepat maka prognosis baik. Namun, jika
penanganan lambat dan tidak tepat maka akan terjadi komplikasi yang
menyebabkan prognosis buruk.

15
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA
DENGAN PENYAKIT ISPA

A. Pengkajian
1. Identifikasi Data
a. Nama kepala keluarga : Tn. “A”
b. Umur : 32 tahun
c. Alamat : Jl. Lebang lrg. 9 Kec. Wara
Barat
d. Pendidikan : SMP
e. Pekerjaan : Petani
f. Agama : Kristen protestan
g. Komposisi keluarga
No Nama J.K Hubungan Umur Pekerjaan Pendidikan Ket.
1 Lensi P Istri 28 tahun IRT SMP Sehat
2 Awaluddin L Anak tiri 9 tahun -- SD Sehat
3 Very Vernandes L Anak 5 tahun -- SD Sehat
4 Vira Adriani P Anak 4 tahun -- -- Sakit
Genogram tiga generasi

X ? X X
1 2 3 4

? 44 42 28 50 47 42 38 32
5 6 7 9 10 11 12 13
8

9 5 4
14 15 16

Keterangan gambar
? : laki-laki : tinggal serumah
: perempuan : hubungan suami istri
X : meninggal : hubungan keturunan
: klien

16
h. Tipe keluarga
Keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga inti (nuclear family)
yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
i. Latar belakang budaya
1). Suku : Toraja
2). Perkumpulan keluarga : ikut arisan
3). Lingkungan tempat tinggal heterogen
4). Kegiatan keagamaan yang diikuti yaitu kebaktian di gereja tiap hari
minggu.
5). Pelayanan kesehatan yang digunakan keluarga adalah puskesmas
j. Agama
1) Agama yang dianut keluarga Tn. “A” adalah agama kristen
2) Tidak ada peran serta dalam kegiatan keagamaan
k. Status sosial
Yang mencari nafkah yaitu kepala keluarga Tn. A dengan
pekerjaan petani dan pendidikan SMP. Penghasilan setiap bulannya yaitu
+ Rp. 1.300.000,-
l. Rekreasi
Keluarga tidak pernah mengikuti kegiatan rekreasi dan bila ada
waktu yang luang hanya digunakan di rumah untuk berkumpul dengan
keluarga untuk menonton TV.
2. Tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu berada pada tahap pra
sekolah dan anak sekolah
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua
c. Riwayat keluarga inti
Keluarga Tn. “A” terbentuk sejak 6 tahun yang lalu yang terdiri
dari 3 orang anak. Anak pertama An.”Vv” berusia 5 tahun dan anak kedua
bernama An. “Va” yang berumur 4 tahun, serta seorang anak tirinya yang
bernama An. “Aw” yang berusia 9 tahun.

17
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. “A” mengatakan bapaknya meninggal dunia karena jatuh dari
pohon sedangkan ibunya meninggal karena hipertensi
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
1) Jenis rumah : kayu
2) Jenis bangunan : papan / kayu
3) Luas pekarangan : 20 m X 35 m2
4) Luas rumah : 5 m X 8 m2
5) Status kepemilikan rumah : milik sendiri
6) Atap rumah : seng
7) Ventilasi : kurang
8) Cahaya matahari yang masuk : lewat ventilasi
9) Penerangan : lampu PLN
10) Lantai : semen
b. Kebersihan rumah
1) Halaman : Halaman rumah dan halaman belakang rumah
dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah.
2) Ruang tamu : ada tapi bersatu dengan ruang keluarga dan keadaan
ruangan nampak tidak teratur.
3) Ruang makan : nampak tidak teratur
4) Dapur : nampak kotor
5) Kamar mandi : keluarga Tn. “A” tidak mempunyai kamar mandi dan
WC, keluarga hanya memanfaatkan sungai untuk MCK
6) Ruang tidur : nampak tidak teratur
c. Pemakaian air
1) Sumber air : mata air sungai
2) Keadaan fisik air : jernih, tidak berbau, tidak berawarna, dan
tidak berasa
d. Tempat pembuangan limbah keluarga
1). Tempat pembuangan limbah ada di belakang rumah

18
2). Keadaan saluran : nampak terbuka dan kotor serta tergenang sehingga
airnya tidak lancar
3). Keluarga tidak mempunyai jamban, keluarga BAB di sungai
e. Pembuangan sampah terakhir keluarga
Keluarga membuang sampah di halaman rumah. Sampah
dikumpulkan lalu dibakar.
f. Hewan ternak/peliharaan:
Tn. “A” tidak mempunyai hewan ternak
g. Pencemaran lingkungan
1) Sampah dikumpulkan lalu dibakar
2) Air limbah dibuang di belakang rumah dengan SPAL terbuka.
h. Denah rumah U
8m
S
KT DP
5m
RT

RK RM
Keterangan:
DP : Dapur RT : ruang tamu
RM : ruang makan KT : kamar tidur
RK : ruang keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Komunikasi dalam keluarga cukup baik dengan menggunakan
bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga Tn. “A” adalah Tn. “A"
sendiri dan bila ada masasalah diselesaikan dengan cara musyawarah
c. Struktur peran
Yang mencari nafkah adalah Tn. “A” dan Ny. “L” selaku istri
berperan sebagai ibu rumah tangga.

d. Nilai-nilai dalam keluarga

19
Tidak ada nilai-nilai tertentu yang dianut dalam keluarga yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Tn. "A" dan istrinya sangat sayang dan perhatian terhadap
anaknya. Tn. "A" selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan anaknya.
b. Fungsi sosialisasi
Tn. "A" dan istrinya mengasuh anaknya dalam lingkungan yang
ramah, mengajar disiplin dan membentuk perilaku yang baik.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Bila ada anggota keluarga yang sakit Tn. "A" segera membawa ke
puskesmas dan istrinya bnerperan dalam pengadaan makanan dan
pengaturan belanja.
6. Koping Keluarga
a. Stressor jangka jangka pendek yaitu mengenai kebutuhan sehari-hari
akibat adanya sumber ekonomi semakin menurun dan stressor jangka
panjang yaitu apabila Tn. A sedang memikirkan kedua anaknya yang
sementara sekolah.
b. Situasi-situasi yang menimbulkan stress: apabila ada anggota keluarga
yang sakit.
c. Usaha yang dilakukan keluarga untuk menanggulangi stress adalah
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa
d. Batas kemampuan keluarga untuk mengatasi stres yang dihadapi yaitu
setelah berusaha dan berdoa keluarga pasrahkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
7. Pengkajian fisik anggota keluarga
a. Riwayat kesehatan medis anggota keluarga
1). Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yaitu batuk dan
demam
2). Keluhan yang dirasakan oleh anggota keluarga saat ini yaitu anak ke 3
saat ini sedang mengalami batuk, beringus dan kadang panas.

20
3). Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan yaitu dengan cara
minum obat.
b. Riwayat tumbuh kembang balita
1) Perkembangan motorik kasar
 Belajar merangkak pada umur 6 bulan
 Belajar berdiri pada umur 8 bulan
 Belajar berjalan pada umur 1 tahun
2) Perkembangan motorik halus
Atas nama “Va” sudah bisa makan sendiri
3) Kemampuan berbahasa
An “Va” telah mampu berbicara dan berkomunikasi dengan orang
lain.
4) Pemberian makanan
An "Va" diberikan makanan tambahan berupa bubur pada umur 4
bulan
5) Status gizi
An "Va" nampak sehat (gizi cukup) tidak ada tanda dan gejala
kekurangan gizi
6) Status imunisasi balita
No Nama balita J.K BCG DPT Polio Campak Hepatitis

1. Vina Adriani P √ √ √ √ √

21
c. Keluarga berencana
No. Nama Kontrasepsi Keluhan Alasan tidak Tempat Jumlah
menggunakan kontrol anak

1. Ny. “L” Tubektomi Tidak Tidak ada RS 3


ada

d. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Tn. "A" Ny. "L" An "A" An "Vv" An "Va"
1. Tanda-tanda vital TD : 90/70 TD : 110/90 N. : 90x/i
N. : 80x/i N. : 84x/i P : 24x/i
P : 20x/i P : 24x/i S : 36,5oC
S : 36oC S : 36oC

2. Kulit
 Warna Sawo matang Sawo Sawo Sawo Sawo matang
matang matang matang
 Turgor Baik Baik Baik Baik Baik
3. Kebersihan
rambut dan kulit
kepala Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih
4. Kesehatan mata
kiri dan kanan TAK TAK TAK TAK TAK
5. Kesehatan dan
kebersihan
hidung TAK TAK TAK TAK Beringus
6. Mulut dan gigi bersih bersih bersih bersih bersih
7. Abdomen TAK TAK TAK TAK TAK
8. Thoraks
 Jantung TAK TAK TAK TAK TAK
 Paru TAK TAK TAK TAK TAK
9. Ekstremitas

22
 Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas Bebas
 Kelainan TAK TAK TAK TAK TAK

e. Pemeriksaan fisik pada anggota keluarga yang sakit yaitu An.“Va”:


1) Tanda-tanda vital:
a). Suhu : 36,5oC
b). Nadi : 90 X/menit
c). Pernapasan : 24 X/menit
d). TD :-
2) Keadaan kulit
a). Inspeksi : kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang
b). Palpasi : turgor kulit baik
3) Kebersihan rambut dan kulit kepala
a). Inspeksi : penyebaran rambut merata, rambut nampak hitam dan
bersih, kulit kepala juga tampak bersih
b). Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan pada kepala
4) Kesehatan mata kiri dan kanan
a). Inspeksi : mata nampak simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak
anemis dan sclera tidak icterus
b). Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada mata
5) Hidung
a). Inspeksi : lubang hidung nampak simetris kiri dan kanan, nampak
tersumbat pada hidung dan adanya sekret, penciuman agak
terganggu.
b). Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Kebersihan mulut dan gigi
Inspeksi : mulut nampak bersih, gigi nampak bersih, tidak ada
peradangan pada gizi
7) Abdomen
a). Bentuk dada datar
b). Tidak ada nyeri tekan
8) Struktur dan bentuk tulang belakang : tidak nampak adanya kelainan
8. Resume : kesimpulan yang diperoleh yaitu

23
Tn."A" 6 tahun yang lalu membentuk keluarga dengan Ny. "L" .
mereka dikaruniai 2 orang anak, anak pertama berusia 5 tahun dan anak
kedua berusia 4 tahun dan ia tinggal bersama dengan anak tirinya yang
berusia 9 tahun. Keluarga ini tinggal di lingkungan yang heterogen dan
bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa daerah dan bahasa
Indonesia. Tidak ada nilai yang mempengaruhi kesehatan agama yang dianut
keluarga adalah agama Kristen. Tn."A" sebagai pencari nafkah untuk
menghidupi keluarganya, tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada
tahap pra sekolah dan anak sekolah. Keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit.
Keluarga tinggal di rumah yang berukuran 5 x 8 meter, ventilasi
kurang, tidak memiliki jamban. Halaman rumah nampak kotor, keluarga
menggunakan sumber air dari mata air sungai, dimana SPALnya terbuka,
sampah nampak berserakan dimana-mana sehingga nampak tidak memenuhi
syarat kesehatan.
Pemeriksaan fisik anggota keluarga yang bermasalah adalah An "Va"
mengalami gangguan kesehatan yaitu ISPA dari pengkajian anak. Tn."A"
mengatakan anaknya batuk sejak 3 hari yang lalu dengan keluhan batuk,
beringus dan kadang panas. Tanda-tanda vital : Suhu =36,5 oC, Nadi= 90
X/menit, Pernapasan = 24 X/menit.

24
B. Analisa Data
No Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan

1 Data subjektif An.“Va” menderita 1. Ketidakmampuan


- Ibu klien mengatakan ISPA keluarga mengenal penyakit
anaknya batuk, beringus ISPA akibat kurangnya
dan kadang panas. pengetahuan
2. Ketidaktahuan
Data objektif keluarga mengambil
- Klien nampak batuk keputusan mengenai
- Klien nampak beringus tindakan yang tepat, tidak
- Tanda-tanda vital : memahami sifat, luas dan
P : 24x/l beratnya masalah.
S : 36,5oC 3. Ketidakmampuan
N: 90x/l keluarga menggunakan
fasilitas akibat ketidaktahuan
keuntungan yang diperoleh.

2 Data subjektif Kesehatan 1. Ketidaktahuan keluarga


- keluarga mengatakan lingkungan yang mengenal masalah kesehatan
tidak mempunyai WC kurang sehat yang kurang akibat
dan SPAL. Keluarga kurangnya pengetahuan.
membuang tinja di 2. Ketidaktahuan keluarga
sungai, sampah mengambil keputusan
dikumpulkan lalu mengenai resiko terjadinya
dibakar. penyakit akibat lingkungan
Data objektif yang kurang sehat.
- Halaman nampak kotor 3. Ketidaktahuan keluarga
- Pendidikan kepala memodifikasi lingkungan
keluarga SMP yang dapat mencegah
penyakit.

25
C. Prioritas Masalah
1. Masalah kesehatan : ISPA
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah kesehatan yang kurang
- Kurang/tidak dapat menentukan tindakan
sehat cepat.

2 Kemungkinan 2/2 x 2 2 Tindakan untuk memecahkan


masalah untuk masalah dapat dijangkau.
diubah
- Dengan
mudah
3 Potensi masalah 2/3 x 1 2/3 Penularan dapat dicegah melalui
untuk diubah hidup sehat
- Cukup
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Kurang menyadari dan perlu
masalah mengatasi masalah
- Masalah
berat harus
segera
ditangani
Total skor 4 2/3

26
2. Masalah kesehatan : lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan.
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan
- Ancaman
keshatan

2 Kemungkinan 1/2 x 2 1 Resiko terjadinya penyakit


masalah dapat menular dapat diatasi bila ada
diubah kesediaan dari masyarakat untuk
- Hanya hidup sehat.
sebagian
3 Potensi masalah 3/3 x 1 1 Terjadinya penyakit dapat
untuk diubah dicegah dari kebersihan
- Tinggi lingkungan
4 Menonjolnya 0/2 x 1 0 Lingkungan yang tidak bersih
masalah tidak dianggap sebagai suatu
- Masalah tidak masalah kesehatan.
dirasakan
Total skor 2 2/3

Berdasarkan prioritas masalah kesehatan di atas, maka masalah kesehatan yang


lebih menonjol:
1. ISPA : skor 4 2/3
2. Lingkungan : skor 2 2/3

27
D. Rencana Keperawatan Kesehatan Keluarga
TUJUAN
N MASALAH MASALAH KRITERIA
O KESEHATAN. KEPERAWATAN TINDAKAN
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
1 An."V" 1. Ketidaktahuan Setelah Setelah Respon verbal 1. Penyakit ISPA 1. Kaji tingkat
menderita keluarga tindakan mendapatkan adalah penyakit pengetahuan
ISPA mengenal keperawatan tindakan, yang keluarga tentang
masalah ISPA diharapkan keperawatan disebabkan oleh penyakit ISPA
akibat tidak terjadi keluarga dapat: karena adanya 2. Berikan
kurangnya penyakit 1. Keperawatan infeksi pada penyuluhan tentang
pengetahuan menular dapat mengenal hidung dan  Pengertian ISPA
2. Ketidaktahuan masalah ISPA tenggorokan. ISPA adalah
keluarga 2. eluarga mampu Psikomotor 2. Tindakan yang penyakit yang
mengambil mengambil dilakukan untuk disebabkan oleh
keputusan keputusan mencegah karena adanya
dalam dalam terjadinya infeksi pada
melakukan melakukan penyakit hidung dan
tindakan yang tindakan yang tenggorokan.
tepat akibat tepat, Motorik 3. Dengan  penyebab ISPA
tidak memahami sifat menggunakan ISPA disebabkan

28
memahami luas dan fasilitas oleh virus dan
sifat, berat dan beratnya kesehatan bakteri
luasnya masalah masalah (Puskesmas,  Pencegahan ISPA
3. Ketidakmampu 3. Keluarga RS) a. Jauhkan anak
an keluarga mampu 4. dapat dari penderita
menggunakan menggunakan mengurangi pilek dan batuk
fasilitas fasilitas terjadinya b. Jangan
kesehatan kesehatan yang penyakit. merokok di
akibat ada. dekat anak
ketidaktahuan c. Berikan
keuntungan imunisasi
yang diperoleh lengkap
d. Berikan
makanan
tambahan yang
bergizi dan
seimbang
setiap hari
e. Jaga kebersihan
tubuh,

29
makanan dan
lingkungan.
3. Tanyakan kembali
kepada keluarga
tentang hal-hal
yang diberikan
4. Anjurkan klien
minum air hangat.
Air hangat dapat
mengencerkan
dahak
2 Lingkungan 1. Ketidakmampu Setelah Setelah Masalah kesehatan 1. Kaji
yang kurang an keluarga mendapat mendapatkan yang sering terjadi tingkat
sehat mengenal tindakan tindakan akibat lingkungan pengetahuan
masalah keperawatan keperawatan yang kurang sehat keluarga tentang
kesehatan yang keluarga dapat diharapkan Respon verbal 1. Penanganan lingkungan yang
kurang sehat terhindar dari keluarga dapat: penyakit sehat
akibat penyakit 1. Mengenal menular dapat 2. Berik
kurangnya masalah dicegah dengan an penyuluhan
pengetahuan kesehatan akibat menjaga pada keluarga

30
2. Ketidaktahuan lingkungan yang kebersihan tentang lingkungan
keluarga kurang sehat halaman yang sehat, syarat-
mengambil 2. Mampu Psikomotor 2. Sampah syarat lingkungan
keputusan mengambil dibuang pada yang sehat , yaitu :
mengenai resiko keputusan yang tempatnya,  Harus
terjadinya tepat untuk pembuangan mempunyai
penyakit akibat menangani limbah pada pekarangan
lingkungan resiko terjadinya tempatnya  Harus
yang kurang penyakit menular Motorik 3. Memodifikasi mempunyai
sehat. akibat lingkungan ventilasi yang
3. Ketidaktahuan lingkungan yang untuk mencegah cukup yang
keluarga kurang sehat. penyakit atau memungkinkan
memodifikasi 3. Mampu dengan cara sirkulasi udara
lingkungan memodifikasi membuat menjadi lanacar
yang dapat lingkungan yang tempat sampah,  Mempunyai
mencegah dapat mencegah WC dan SPAL WC dalam
penyakit. penyakit dll. kamar mandi
 Ada sumber air
yang sehat
 Harus ada

31
tempat
pembuangan
kotoran,
sampah dan air
limbah.

3. Berik
an motivasi untuk
kegiatan yang
berhubungan
dengan kesehatan
lingkungan.

32
E. Catatan Tindakan dan Perkembangan

NO HARI/TGL NDX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

1 Senin, I 09.00 1. Mengkaji tingkat S:


18 Mei pengetahuan keluarga - Ny. "L"
2015 tentang penyakit ISPA mengatakan
09.30 2. Memberikan kalau anaknya
penyuluhan tentang masih batuk
penyakit ISPA yaitu O:
- pengertian - An."Va" masih
dari ISPA : adalah nampak batuk
penyakit yang A:
disebabkan oleh karena - Masalah belum
adanya infeksi pada teratasi
hidung, tenggorokan P:
dan radang paru-paru. - Intervensi
- Penyebabny dipertahankan
a yaitu virus dan
bakteri.
- Cara
perawatan : istirahat
anak minimal 8 jam
sehari, mengatasi panas
(demam) yang timbul,
mengatasi batuk,
pemberian makanan
dan minuman.
- Cara
pencegahan yaitu
jauhkan anak dari
penderita batuk dan

34
pilek, berikan imunisasi
09.45 lengkap, jaga
kebersihan tubuh dan
makanan serta
0955 lingkungan.
3. Menanyakan kembali
pada keluarga tentang
hal yang diberikan.
4. Menganjurkan klien
minum air hangat dapat
mengencerkan dahak.

2 Senin, II 10.00 1. Mengkaji tingkat S:


18 Mei pengetahuan keluarga - Keluarga
2015 tentang lingkungan mengatakan
yang kurang sehat sudah mengerti
10.10 2. Memberikan tentang
penyuluhan pada lingkungan
keluarga tentang yang sehat
lingkungan yang sehat: O:
- Syarat- - Keluarga tidak
syarat lingkungan yang mempunyai WC
sehat yaitu harus ada - Halaman rumah
SPAL, tempat sampah tidak
dan ventilasi harus dibersihkan
cukup dan lingkungan A:
yang sehat harus - Masalah
terbebas dari penyakit sebagian teratasi
dan masalah kesehatan P:
10.30 3. Menganjurkan keluarga - Intervensi
untuk senantiasa dipertahankan
memelihara lingkungan

35
yang sehat untuk
menghindari penyakit.
10.45 4. Menganjurkan keluarga
untuk membersihkan
dapur dan halaman
rumah.

3 Selasa, I 08.00 1. Mengkaji tingkat S:


19 Mei pengetahuan keluarga - Ny. "L"
2015 tentang penyakit ISPA mengatakan
08.15 2. Memberikan kalau anaknya
penyuluhan kepada masih batuk
keluarga tentang O:
penyakit ISPA yaitu - Masih nampak
- pengertian batuk
dari ISPA A:
- Penyebabny - Masalah belum
a yaitu virus dan teratasi
bakteri. P:
- Cara - Intervensi
perawatan yaitu dilanjutkan
istirahat minimal 8 jam
sehari, mengatasi panas
(demam) yang timbul,
mengatasi batuk,
pemberian makanan
dan minuman.
- Cara
pencegahan yaitu
jauhkan anak dari
penderita batuk dan

36
pilek, berikan imunisasi
08.30 lengkap, jaga
kebersihan tubuh dan
makanan serta
08.45 lingkungan.
3. Menanyakan kembali
pada keluarga tentang
hal yang diberikan.
4. Menganjurkan klien
minum air hangat.

4 Selasa, II 09.00 1. Mengkaji tingkat S:


19 Mei pengetahuan keluarga - Keluarga
2015 tentang lingkungan mengatakan
yang sehat sudah mengerti
09.15 2. Memberikan tentang
penyuluhan tentang lingkungan
syarat-syarat yang sehat
lingkungan yang sehat O:
yaitu harus ada SPAL, - Keluarga tidak
tempat sampah dan mempunyai WC
ventilasi harus cukup A:
dan lingkungan yang - Masalah
sehat harus terbebas sebagian teratasi
dari penyakit dan P:
masalah kesehatan - Intervensi
09.45 3. Menganjurkan keluarga dipertahankan
untuk senantiasa
memelihara lingkungan
yang sehat untuk
menghindari penyakit

37
10.00 4. Menganjurkan keluarga
untuk membersihkan
dapur dan halaman
rumah

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan


Akut (ISPA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Soegijanto. 2007. Ilmu Penyakit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta:


Salemba Medika.

Suriadi, Yuliani R. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV. Sagung
Seto.

38

Anda mungkin juga menyukai