Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“HEPATITIS DAN SIROSIS HEPATIS”

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. PUTRI HALIMAH RAMADHANI 1150019009


2. CINDE MILLENIA AYU MADANI 1150019043
3. ABID ALI AHMADI 1150019046
4. NUR SHEFFA RAHMADHANI 1150019053

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Patofisiologi dengan judul Proses Infeksi. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan
dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan,
diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.

Dengan menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun
makalah ini kami telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah dengan
sebaik-baiknya. Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.

Atas segala bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih dan penulis
memohon maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini sehingga
dengan adanya makalah ini dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.

Penyusun

Surabaya, 09 November 2020

Kelompok 6

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

1.1 Rumusan Masalah 1


1.2 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hepatitis dan Sirosis Hepatis 2


2.1.1 Definisi Hepatitis 2
2.1.2 Definisi Sirosis Hepatis 2
2.2 Etiologi Hepatitis dan Sirosis Hepatis 2
2.2.1 Hepatitis 2
2.2.2 Sirosis Hepatis 3
2.3 Klasifikasi Hepatitis dan Sirosis Hepatis 3
2.3.1 Hepatitis 3
2.3.2 Sirosis Hepatis 5
2.4 Manifestasi Hepatitis dan Sirosis Hepatis 6
2.4.1 Hepatitis 6
2.4.2 Sirosis Hepatis 7
2.5 Patofisiologi Hepatitis dan Sirosis Hepatis 7
2.5.1 Hepatitis 7
2.5.2 Sirosis Hepatis 7
2.6 Pathway Hepatitis dan Sirosis Hepatis 9
2.6.1 Hepatitis 9
2.6.2 Sirosis Hepatitis 9
2.7 Diagnosa Hepatitis dan Sirosis Hepatis 10
2.7.1 Hepatitis 10
2.7.2 Sirosis Hepatis 10
2.8 Pemeriksaan Diagnostik Hepatitis dan Sirosis Hepatis 10
2.8.1 Hepatitis 10
2.8.2 Sirosis Hepatis 11
2.9 Penatalaksanaan Hepatitis dan Sirosis Hepatis 12
2.9.1 Hepatitis 12
2.9.2 Sirosis Hepatis 13
2.10 Komplikasi Hepatitis dan Sirosis Hepatis 14
2.10.1 Hepatitis 14
2.10.2 Sirosis Hepatitis 14

BAB III ASKEP

3.1 Asuhan Keperawatan Hepatitis 15


3.2 Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis 26

BAB PENUTUP

4.1 Kesimpulan 32
4.2 Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang
dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan metabolisme, obat-
obatan, alkohol, maupun parasit. Hepatitis juga merupakan salah satu penyakit yang
mendapatkan perhatian serius di Indonesia, terlebih dengan jumlah penduduk yang besar
serta kompleksitas yang terkait. Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus,
dan hiperlipidemia, membawa konsekuensi bagi komplikasi hati, salah satunya hepatitis
(Wening Sari, 2008). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas(Bar, 2002).
Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit
hati kronis. Di Negara maju, hepatitis C kronis dan konsumsi alkohol yang berlebihan
merupakan penyebab paling umum dari sirosis. Secara lengkap,sirosis ditandai dengan
fibrosis jaringan dan konversi hati yang normal menjadi nodul struktural yang abnormal.
Akibatnya,bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada
pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan
hipertensi portal (Pinzani et al., 2011).
Berdasarkan data WHO, hepatitis dan sirosis hepatitis telah menjadi masalah
penyakit didunia, dengan ditandai semakin meningkatnya angka kesakitan dan kematian.
Sekitar 170 juta orang didunia mengidap sirosis hepatitis, dan 400 juta orang didunia
terinfeksi penyakit hepatitis. Dan disinilah peran perawat sangatlah besar untuk
membantu para pasien dan tenaga medis lainnya untuk membentuk upaya mengurangi
penyakit hepatitis dan sirosis hepatitis diindonesia dan didunia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Hepatitis dan Sirosis Hepatis
2. Apa saja Etiologi Hepatitis dan Sirosis Hepatis
3. Bagaimana Teori Medis Hepatitis dan Sirosis Hepatis
4. Bagaimana Askep Medis Hepatitis dan Sirosis Hepatis
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami pengertian Hepatitis dan Hepatis
2. Dapat memahami Etiologi Hepatitis dan Sirosis Hepatis
3. Dapat memahami Teori Medis Hepatitis dan Sirosis Hepatis
4. Dapat memahami Asuhan Keperawatan Hepatitis dan Sirosis Hepatis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hepatitis dan Sirosis Hepatis


2.1.1 Hepatitis
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti /
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002;
131)
Hepatitis virus akut meupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam
tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati dengan memberikan
gambaran klinis yang mirip yang dapat berfariasi dari keadaan subklinis tanpa
gejala hingga keadaan infeksi akut yang fatal. (Sylvia A. price, 1995; 439).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapatdisebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan
serta bahan- bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

2.1.2 Sirosis Hepatitis


Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui, 1996). Sirosis hepatis juga
didefinisikan sebagai penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur
hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi
sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Price, 1996).

2.2 Etiologi
2.2.1 Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh
virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1) Virus hepatitis A (HAV)
2) Virus hepatitis B (HBV)
3) Virus hepatitis C (HCV)
4) Virus hepatitis D (HDV)
5) Virus hepatitis E (HEV)
6) Hepatitis F (HFV)
7) Hepatitis G (HGV)

Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal
adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih
disukai dari pada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”,
sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan non parental (Price
dan Wilson, 2005:243).
Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk
respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga
bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).

2.2.2 Sirosis Hepatis


Beberapa penyebab dari sirosis hepatic yang sering adalah:
1. Hepatitis virus tipe B dan C
2. Alkohol
3. Metabolik : DM
4. Kolestatis kronik
5. Toksik dari obat : INH
6. Malnutrisi

2.3 Klasifikasi
2.3.1 Hepatitis
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid)
dan DNA (Deoksi Nucleic Acid)
1. Hepatitis A
Sering kali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah,
demam, diare, mual,nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan.
Penyakit ini ditularkan terutama melalui kontaminasi oral fekal akibat higyne
yang buruk atau makanan yang tercemar. Gejala hilang sama sekali setelah 6-
12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit
tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut
ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi feses pasien, misalnya makan buah-buahan,
sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum
dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin
hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan
pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa
kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks
merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
5. Hepatitis B
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel
dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan yang
telah diketahui secara rinci dapat diidentifikasikan dari sampel darah hasil
pemeriksaan lab. hepatitis B memiliki masa tunas yang lama, antara 1-7 bulan
dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang
terjangkit hepatitis B akan mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami
peradangan hati selama lebih dari 6 bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip
flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan
muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang
terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan dengan
interferon alfa -2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin
hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang
lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika,
orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
6. Hepatitis C
Hepatitis C diidentifikasi pada tahun 1989. Cara penularan virus RNA
tersebut sama dengan hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi
darah dikalangan penduduk amerika serikat sebelum ada penapisan. Virus ini
dapat dijumpai dalam semen dan sekresi vagina tetapi jarang sekali pasangan
seksual cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan virus ini.
Masa tunas hepatitis C berkisar dari 15 sampai 150 hari, dengan rata-rata 50
hari. Karena gejalanya cenderung lebih ringan dari hepatitis B, invidu mugkin
tidak menyadari mereka mengidap infeksi serius sehingga tidak datang ke
pelayanan kesehatan. Antibody terhadap virus hepatitis C dan virus itu sendiri
dapat di deteksi dalam darah, sehingga penapisan donor darah efektif. Adanya
antibody terhadap virus hepatitis C tidak  berarti stadium kronis tidak terjadi
saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang
tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B.
Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala
penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-
infeksi) atau amat progresif. agen hepatitis D ini meningkatkan resiko
timbulnya hepatitis Fulminan, kegagalan hati dan kematian. Pencegahan dapat
dilakukan dengan menghindari virus hepatitis B.
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air
yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.

2.3.2 Sirosis Hepatitis


Secara makroskopik, sirosis dibagi atas :
1. Sirosis mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim
hati mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar
nodulnya sampai 3 mm. Sirosis mikronodular ada yang berubah menjadi
makronodular.
2. Sirosis makronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan
besar nodul lebih dari 3 mm.
3. Sirosis campuran
Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.

Selain klasifikasi diatas, sirosis hepatis terbagi dalam 3 pola yaitu :

1. Sirosis laennec/sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi


Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis
jenis ini merupakan 50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis. Perubahan
pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara
gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak).
Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik.
Pada kasus sirosis laennec yang sangat lanjut, membagi parenkim menjadi
nodula-nodula halus. Nodula-nodula ini dapat membesar akibat aktifitas
regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang rusak. Hati
tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi + regenerasi yang
dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis
sering disebut sebagai sirosis nodular halus.
Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada
stadium akhir sirosis, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.
2. Sirosis post nekrotik
Terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan hati, menimbulkan
nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisah-
pisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan parenkim
hati normal.
Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya
pasien dengan hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik
aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar peranannya.
Beberapa kasus berhubungan dengan intoksikasi bahan kimia industri, dan
ataupun obat-obatan seperti fosfat, kloroform dan karbon tetraklorida/jamur
beracun. Sirosis jenis ini merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati
primer.
3. Sirosis Billaris
Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya obstruksi
billaris post hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan empedu
didalam masa hati dengan akibat kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-
lembar fibrosa di tepi lobulus.

2.4 Manifestasi Klinis


2.4.1 Hepatitis
Menurut Arif mansjoer (2001: 513) Manifestasi klinis merupakan suatu gejala
klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala klinis
dari penyakit hapatitis.
1.) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri
di perut kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.
2.) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula
terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan
berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja
mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri
tekan.
3.) Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang
dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya
berbeda.
Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat
dilihat, sebagai berikut.
a) Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain
meliputi letih, lesu, lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh,
rasa tidak enak di perut dan punggung, hati bengkak, bangun tidur
tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya berkepanjangan dapat
berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi kanker.
b) Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala
menjadi tetap adasampai 6 bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput
(sirosis) kemudian menjadi kanker. Komplikasi sirosis meliputi
muntah darah, kanker hati dan koma.
c) Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
d) Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi :
tremor, refleks berlebihan, kejang otot, gerakan khoreiform, kejang -
kejang, kemudian meninggal.

2.4.2 Sirosis Hepatis


Terbagi dalam 2 fase, yaitu :
1. Fase kompensasi sempurna
a. Keluhannya samar-samar, yaitu :
b. Pasien merasa tidak fit/bugar
c. Anorexia
d. Mual
e. Diare/konstipasi
f. Berat badan menurun
g. Kelemahan otot
h. Cepat lelah
4. Fase dekompensasi
Diagnosis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium
dan pemeriksaan penunjang lainnya, terutama timbul komplikasi kegagalan
hati dan hipertensi portal dengan manifestasi :
a. Eritema palmaris
b. Spider nevi
c. Vena kolateral pada dinding perut
d. Ikterus
e. Edema pretibial
f. Asites
g. Gangguan pembekuan darah seperti perdarahan gusi, epistaksis, haid
berhenti
h. Hematemesis
i. Melena
j. Ensefalopati hepatik

2.5 Patofisiologi
2.5.1 Hepatitis
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai
virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan
berwarna normal, namun kadang-kadang agak edema, membesar dan pada
palpasi“terasa nyeri di tepian”. Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan
hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan
periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit
mereda. Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosis submasif atau masif dapat
menyebabkan gagal hati fulminan dan kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).
2.5.2 Sirosis Hepatis
Sirosis merupakan akhir dari bermacam penyakit hepar, dari sebab-sebab dan
fibrogenesis pada hepar. Sehingga mengakibatkan perubahan pada struktur dan
fungsi sel-sel hepar, pada akhirnya gangguan aliran darah dan gangguan aliran
empedu. Akibatnya kematian sel hati, formasi jaringan parut dan regenerasi
sehingga terjadinya sirosis hepatis. Hepar akan mengalami gangguan metabolisme,
regenerasi bertambah banyak dan terjadinya proliferasi jaringan fibrosis. Pada
gastrointestinal menimbulkan gejala nausea, vomitus, anoreksia, perubahan
defekasi (diare atau konstipasi), penurunan berat badan, obstruksi aliran vena porta
menyebabkan kompensasi tubuh meningkat sehingga terjadi sirkulasi kolateral
guna menghindari obstruksi hepatik dengan gejala ascites, edema, splenomegali
dan peningkatan tekanan vena. Terjadi dilatasi vena pada esofagus, lambung dan
rektum (hemorrhoid) yang dapat terjadi perdarahan. Metabolisme bilirubin
menurun berakibat ikterus, penurunan empedu di saluran cerna dan peningkatan
urobilinogen. Gangguan endokrin terjadi sehingga hormon tidak dapat
dimetabolisme dengan baik akibatnya kelebihan estrogen dalam sirkulasi dan akan
tampak angioma laba-laba pada kulit (leher, baku dan dada), atrofi testis,
ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila serta eritema palmaris. Terjadinya
perdarahan merupakan akibat berkurangnya faktor pembekuan oleh hepar.
Anemia, leukopenia dan trombositopenia terjadi akibat limpa aktif menghancurkan
sel-sel darah dalam sirkulasi, kegagalan sel hepar untuk menginaktifkan aldosteron
dan hormon diuretik merupakan penyebab retensi natrium. Pada sirosis lanjut
dapat terjadi enselofati hepatik akibat kelainan metabolisme amonia dan kepekaan
otak terhadap toksin.

2.6 Pathway
2.6.1 Hepatitis
2.6.2 Sirosis Hepatis

2.7 Diagnosa
2.7.1 Hepatitis
1. Ketidakefesian pola napas berhubungan dengan tekanan ekspansi paru
terganggu ditandai dengan pasien mengatakan sesak napas, tampak adanya
tarikan dinding dada, dan klien tampak lemah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi) yang ditandai
pasien mengatakan perutnya semakin membesar, ukuran perut 103 cm, sakit
pada perut kanan seperti tertusuk- tusuk, wajah pasien tampak meringis
kesakitan saat dilakukan palpasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang di tandai pasien
mengatakan lelah saat beraktivitas ke kamar mandi, tampak ada luka di kaki
kiri

2.7.2 Sirosis Hepatitis


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


2.8.1 Hepatitis
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
 Urobilirubin direk
 Bilirubin serum total
 Bilirubin urine
 Urobilirubin urine
 Urobilirubin feses
b. Pemeriksaan protein
 Protein total serum
 Albumin serum
 Globulin serum
 HbsAg
c. Waktu protombin
 Respon waktu terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
 AST atau SGOT
 ALT atau SGPT
 LDH
 Amonia serum
2. Radiologi
 Rontgen abdomen
 Kolestogram dan kalangiogram
 Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
 Laparoskopi
 Biospi hati

2.8.2 Sirosis Hepatis


1. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah
HB darah, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang
kurang baik.
- Kenaikan kadar enzim transaminase/sgot, sgpt ,Gamma gt
- Kadar albumin yang rendah cerminan kemampuan sel hati yang kurang
- Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan tanda
kurangnya daya tahan hati dalam menghadapi stress
- Pemeriksaan CHE (colinesterase)
Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun
- Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet
Pada ensefalopati, kadar Na kurang dari 4 mg/l menunjukkan
kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
- -Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk adanya penurunan
fungsi hati
Pemberian vitamin K parenteral dapat memperbaiki masa protombin.
- -Peningkatan kadar gula darah, pada sirosis hati fase lanjut disebabkan
kurangnya kemampuan sel hati membentuk glikogen
- -Pemeriksaan masker serologi pertanda virus seperti HBsAg/HBsAb-
HBeAg/HBeAb, HBV DNA, HCV RNA untuk menentukan etiologi sirosis
hepatis.
- -Pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) menentukan apakah telah terjadi
transformasi ke arah keganasan
Nilai AFP > 500-1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati
primer.
2. Radiologi
Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk
konfirmasi hipertensi portal.
3. Esofagoskopi
Dapat melihat langsung sumber pendarahan varises esofagus, besar dan
panjang varises serta kemungkinan terjadi perdarahan yang lebih besar.
4. USG
Melihat pinggir hati, permukaan, pembesaran, hemogenitas, asites,
splenomegali, gambaran vera hepatika, vena porta, pelebaran saluran empedu,
SOL (Space Occupying Lesion)
5. Sidikan hati
Terlihat pengambilan radionukleid secara bertumpuk-tumpuk dan difus
6. Tomografi komputerisasi
Walaupun mahal sangat berguna mendiagnosis kelainan fokal seperti
tumor/kusta.
7. Angiografi
Mengukur tekanan vena porta, melihat keadaan sirkulasi portal, mendeteksi
tumor.

2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Hepatitis
1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan pencegahan
2. Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
enyebabkan dehidrasi.
3. Mempertahankan asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko
kejadian infeksi kronis.
5. Obat-obatan yang tidak penting harus dihentikan
6. Pemantauan fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian, bila
terdapat peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali nilai
batas atas normal, koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai adanya
hepatitis fulminan.
7. Pemeriksaan HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator, dan
antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene glikol
(PEG) yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan
penginterferonalfa-2b. Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk
pengobatan hepatitis C kronis. Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah.
a. Menekan replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
b. Normalisasi amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan,
d. Mencegah progretivitas.

2.9.2 Sirosis Hepatis


a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada.
Sebagai contoh, antasid diberikan untuk mengurangi distres lambung dan
meminimalkan kemungkinan perdarahan gastrointestinal. Vitamin dan
suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel-sel hati
yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian preparat diuretik
yang mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk
mengurangi asites jika gejala ini terdapat, dan meminimalkan perubahan
cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis diuretik
lainnya. Asupan protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian esensial
dalam penanganan sirosis bersama-sama upaya untuk menghindari
penggunaan alkohol selanjutnya. Meskipun proses fibrosis pada hati yang
sirotik tidak dapat diputar balik, perkembangan keadaan ini masih dapat
dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut.
Beberapa penelitian pendahuluan menunjukan bahwa colchicine, yang
merupakan preparat anti-inflamasi untuk mengobati gejala gout, dapat
memperpanjang kelangsungan hidup penderita sirosis ringan hingga sedang
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mendukung istirahat dan kenyamanan
2) Mendukung asupan nutrisi dengan pemasangan NGT
3) Mencegah infeksi
4) Mencegah perdarahan
5) Menganjurkan klien untuk menghentikan penggunaan alkohol, obat-
obatan dan merokok.

2.10 Komplikasi
2.10.1 Hepatitis
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan
penyakit yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaaan ini dikenal sebagai
hepatitis kronik persisten, dan terjadi pada 5 % – 10 % pasien. Akan tetapi
meskipun terlambat, pasien-pasien hepatitits kronik persisten akan selalu
sembuh kembali. Setelah hepatitits virus akut sembuh, sejumlah kecil pasien
akan mengalami hepatitis agresif ataukronik aktif, dimana terjadi kerusakan
hati seperti digerogoti dan perkembangan sirosis. Kematian biasanya terjadi
dalam 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif
dapat berkembang aktif pada 50 % pasien HCV. Sebaliknya, Hepatitis kronik
umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Akhirnya, suatu
komplikasi lanjut dari suatu hepatitis yang cukup bermakna adalah
perkembangan karsinoma hepatoseluler.

2.10.2 Sirosis Hepatis


Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis,
prognosis, dan pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :
1. Kegagalan hati (hepatoseluler) : timbul spider nevi, eritema Palmaris,
atrofi testis, ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.
2. Hipertensi portal : dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran
pembuluh vena esophagus/cardia, caput medusa, hemoroid, vena
kolateral dinding perut
Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat
timbul komplikasi dan berupa:
a. Asites
b. Ensefalopati
c. Peritonitis bacterial spontan
d. Sindrom hepatorenal
e. Transformasi kea rah kanker hati primer (hepatoma)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS

A. Pengkajian
Identitas Pasien Penanggung Jawab
1. Biodata
Identitas Anak
Nama : Ny. Mina
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : Mahasiswa
Alamat : Jln. Anggrek Kel 3 ulu
Tanggal Masuk : 06 Novemeber 2020
No medrec : 09.03.47

Identitas Penanggung Jawab


Nama Ayah : Tn. Asmani
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Anggrek Kel 3 ulu
Status : Orang Tua

2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk,
sakit perut kanan atas, demam dan kuning
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
perut kanan atas
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudara-saudaranya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.
3. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
a) Aktifitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b) Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

c) Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat

d) Makanan dan Cairan


1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites
e) Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis

f) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )

g) Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior

h) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus

C. Intervensi dan Rasional


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam  nutrisi pasien
terpennuhi.
 Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
No Intervensi Rasional
1. Ajarkan dan bantu klien untuk Keletihan berlanjut menurunkan
istirahat sebelum makan keinginan untuk makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori,adanya pembesaran hepar dapat
tawarkan makan sedikit tapi sering menekan saluran gastro intestinal dan
dan tawarkan pagi paling sering menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang akumulasi partikel makanan di mulut
baik sebelum makan dan sesudah dapat menambah baru dan rasa tak
makan sedap yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk menurunkan rasa penuh pada
tegak abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah glukosa dalam karbohidrat cukup
lemak efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang


mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri pasien
berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

No Intervensi Rasional
.
1. Kolaborasi dengan individu untuk nyeri yang berhubungan dengan
menentukan metode yang dapat hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
digunakan untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan klienlah yang harus mencoba
tentang respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
3. Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk mengalami
jelaskan penyebab nyeri, tunjukkan nyeri melalui penjelasan nyeri yang
berapa lama nyeri akan berakhir, bila sesungguhnya akan dirasakan
diketahui (cenderung lebih tenang dibanding
klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder


terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan pasien
normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tanda vital : suhu badan sebagai indikator untuk mengetahui
status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya dalam kondisi demam terjadi
mempertahankan cairan yang peningkatan evaporasi yang memicu
adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) timbulnya dehidrasi
untuk mencegah dehidrasi, misalnya
sari buah 2,5-3 liter/hari.
3. Berikan kompres hangat pada lipatan menghambat pusat simpatis di
ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai kondisi kulit yang mengalami lembab
pakaian yang menyerap keringat memicu timbulnya pertumbuhan
jamur. Juga akan mengurangi
kenyamanan klien, mencegah
timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis


Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan pasien
berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
No. Intervensi Rasional
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan dengan penjelasan sebab-sebab
individu keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
2. Sarankan klien untuk tirah baring tirah baring akan meminimalkan
energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk
penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk memungkinkan klien dapat
mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, memprioritaskan kegiatan-kegiatan
kemampuan-kemampuan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi
untuk kegiatan yang kurang penting
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan dapat segera diminimalkan
keletihan selama 24 jam meliputi dengan mengurangi kegiatan yang
waktu puncak energi, waktu dapat menimbulkan keletihan
kelelahan, aktivitas yang
berhubungan dengan keletihan
5. Bantu untuk belajar tentang untuk mengurangi keletihan baik fisik
keterampilan koping yang efektif maupun psikologis
(bersikap asertif, teknik relaksasi)

5.   Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan sensitifitas
menyebabkan kulit kering kulit dengan merangsang ujung syaraf

2. Cegah penghangatan yang berlebihan penghangatan yang berlebih


dengan pertahankan suhu ruangan menambah pruritus dengan
dingin dan kelembaban rendah, meningkatkan sensitivitas melalui
hindari pakaian terlalu tebal vasodilatasi
3. Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang pelepasan
instruksikan klien untuk memberikan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
tekanan kuat pada area pruritus untuk pruritus
tujuan menggaruk
4. Pertahankan kelembaban ruangan pendinginan akan menurunkan
pada 30%-40% dan dingin vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,


asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien tidak
mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
No. Intervensi Rasional
1. Awasi frekwensi , kedalaman dan pernafasan dangkal/cepat
upaya pernafasan kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas tambahan kemungkinan menunjukkan adanya
akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler memudahkan pernafasan dengan
menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam dan membantu ekspansi paru dan
batuk efektif mengeluarkan secret
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan mungkin perlu untuk mencegah
hipoksia

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi infeksi
pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

No Intervensi Rasional
.
1. Gunakan kewaspadaan umum pencegahan tersebut dapat
terhadap substansi tubuh yang tepat memutuskan metode transmisi virus
untuk menangani semua cairan hepatitis
tubuh
a. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
semua klien atau spesimen
b. Gunakan sarung tangan
untuk kontak dengan darah
dan cairan tubuh
c. Tempatkan spuit yang telah
digunakan dengan segera
pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali
atau memanipulasi jarum
dengan cara apapun

2. Gunakan teknik pembuangan teknik ini membantu melindungi


sampah infeksius, linen dan cairan orang lain dari kontak dengan materi
tubuh dengan tepat untuk infeksius dan mencegah transmisi
membersihkan peralatan-peralatan penyakit
dan permukaan yang
terkontaminasi
3. Jelaskan pentingnya mencuci mencuci tangan menghilangkan
tangan dengan sering pada klien, organisme yang merusak rantai
keluarga dan pengunjung lain dan transmisi infeksi
petugas pelayanan kesehatan.

4. Rujuk ke petugas pengontrol rujukan tersebut perlu untuk


infeksi untuk evaluasi departemen mengidentifikasikan sumber
kesehatan yang tepat pemajanan dan kemungkinan orang
lain terinfeksi

D. Implementasi
1. Diagnosa 1:
a) Mengajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan Memberikan snack
atau makanan yang mengundang selera pasien
b) Mengawasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering
dan tawarkan pagi paling sering
c) Mempertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
d) Menganjurkan makan pada posisi duduk tegak
e) Memberikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Diagnosa 2:
a) Menunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
b) Memberikan informasi dari penyebab nyeri
c) Membahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
d) Berkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan
untuk intensitas nyeri
3. Diagnosa 3 :
a) Memonitor tanda vital : suhu badan
b) Mengajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya
2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
c) Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
d) Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
4. Diagnosa 4 :
a) Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu
b) Menyarankan klien untuk tirah baring
c) Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
d) Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
e) Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi)
5. Diagnosa 5 :
a) Mempertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
b) Mencegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
c) Menganjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan
kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
d) Mempertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
6. Diagnosa 6 :
a) Mengawasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b) Mengauskultasi bunyi nafas tambahan
c) Memberikan posisi semi fowler
d) Memberikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
e) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Diagnosa 7 :
a) Menggunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
b) Menggunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
c) Menjelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
d) Merujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan
yang tepat.

E. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
3. Tidak terjadi peningkatan suhu
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SIROSIS HEPATIS

1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. Adib
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Suku /Bangsa :Indonesia
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Anggrek, gang buntu
Tanggal Masuk RS : 03-09-2020
No. Register : 00.91.65.62
Ruang/kamar : R.XXI
Diagnosis Medis : Sirosis Hepatitis
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Saleh
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Anggrek, gang buntu
Status :Orang tua

2. Keluhan Utama :
a. Keluhan utama
Nyeri dan sesak napas
b. Riwayat kesehatan sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang lain
c. Riwayat penyakit sekarang
1) keluhan saat masuk rumah sakit
Sesak napas
2) keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan sesak napas, pasien mengatakan perutnya semakin membesar,
sakit pada perut kanan seperti di tusuk tusuk, ada luka pada kaki kiri, ada benjolan
di selangkangan kiri dan di bawah pusar
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami saki yang sama atau
oenyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kuning
seperti yang dialami sekarang, maupun penyakit lainnya.
III. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi
- Tingkat kesadaran compos mentis GCS 15 (E4 V5 M6)
- Tampak sesak
- Adanya Tarakan dinding dada dan abdomen membesar
b. Auskultasi
- Tidak ada suara napas tambahan
- Bising usus baik (30 kali/menit)
c. Palpasi
- Pernapasan dangkal
- Nadi sedikit meningkat
- Adanya nyeri tekan
- Dinding abdomen mengeras
d. Perkusi
- Perut kembung
- Pola makan teratur
- Napsu makan baik
- Pasien mengatakan porsi yang disajikan dihabiskan tetapi sedikit
demi sedikit
IV. Diagnosis Keperawatan

1. Ketidakefesian pola napas berhubungan dengan tekanan


ekspansi paru terganggu ditandai dengan pasien mengatakan
sesak napas, tampak adanya tarikan dinding dada, dan klien
tampak lemah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
(infeksi) yang ditandai pasien mengatakan perutnya semakin
membesar, ukuran perut 103 cm, sakit pada perut kanan seperti
tertusuk- tusuk, wajah pasien tampak meringis kesakitan saat
dilakukan palpasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang di
tandai pasien mengatakan lelah saat beraktivitas ke kamar
mandi, tampak ada luka di kaki kiri.

V. Intervensi Keperawatan

a. Diagnosis Keperawatan pertama

Goal: Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif selama dalam perawatan

Obyektif: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola napas pasien
efektif
NOC (Kesehatan Fisiologis):

- Jantung paru (status pernapasan) yaitu keluar masuknya udara dari


kedalaman paru meningkat dari 3 (deviasi sedang dari kisaran
normal) menjadi 5 ( tidak ada deviasi dari kisaran normal)
b. Diagnosis Keperawatan

Goal: Pasien akan mempertahankan rasa nyaman nyeri selama perawatan

Obyektif: Selama dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan dapat terkontrol

NOC ( Pengetahuan tentang kesehatan dan perilaku):

- Perilaku sehat
- Meningkat dari 2 (jarang menunjukan) menjadi 4 (sering
menunjukkan)
c. Diagnosis Keperawatan

Goal: Pasien akan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas selama dalam perawatan

Obyektif: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien meningkat
dalam beraktivitas, fungsi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, toleransi terhadap aktivitas, yaitu:
respon fisiologis terhadap pergerakan yang memerlukan energi dalam aktivitas sehari-hari,
meningkat dari 2 (banyak terganggu) menjadi 4 (sedikit terganggu).

VI. Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi


Ketidakefektifan pola napas 27 Mei 2019 -jam 08.00 mengkaji status
berhubungan dengan pernapasan
ekspansi paru terganggu - jam 08.30 mengatur posisi
pasien untuk
memakaksimalkan ventilasi
-jam 08.40 mengidentifikasi
pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
-jam 09.00 mengauskultasi
suara nafas, catat adanya
suara tambahan
-jam 09.05 memberikan
pelembab udara kassa basah
NaCl lembab
-jam 09.10 memonitor
respirasi dan status O2
-jam 09.20 memonitor
adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Nyeri akut berhubungan 28 Mei 2019 -jam 09.25 melakukan


agens cedera biologis pengkajian nyeri
(infeksi) komprehensif yang meliputi
(p): pada saat ditekan dan
terketuk
(Q): nyeri dirasakan tertusuk
tusuk
(R): nyeri dirasakan pada
perut bagian kanan
(S): skala nyeri 4 ( dengan
menggunakan 0-10)
(T): nyeri dirasakan sewaktu
waktu
-jam 09.25 mengoservasi
tanda-tanda vital
-jam 09.40 mengobservasi
adanya petunjuk non verbal
mengenai ketidaknyamanan
yaitu: sering memegang
daerah perut kanan
-jam 09.50 memberikan
informasi kepada pasien
mengenai nyeri, yaitu
penyebab nyeri karen
adanya infeksi pada hati
yang menyebabkan sakit
-jam 10.05 mengajarkan
pasien tentang penggunaan
teknik non farmologi untuk
penggunaan nyeri yaitu
dengan latihan teknik napas
dalam
Intoleransi aktivitas 29 Mei 2019 -jam 10.20 mengkaji status
berhubungan denga fisiologis pasien yang
kelemahan menyebabkan kelelahan
sesuai dengan konteks usia
dan perkembangan
-jam 10.25 menganjurkan
pasien menganjurkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan yang
dialami
-jam 10.30 menggunakan
instrumen yang valid untuk
mengukur kelelahan
-jam 10.35 memilih
intervensi untuk mengurangi
kelelahan baik secara
farmakologis maupun non
farmakologis dengan tepat
-jam 10.40 menentukan jenis
dan banyaknya aktivitas
yang dibutuhkan untuk
menjaga kesehatan

VII. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Tanggal Evaluasi


Ketidakefektifan pola napas 27 Mei 2019 -jam 13.00
berhubungan dengan S: pasien mengatakan sesak
ekspansi paru terganggu napas
O: tampak pasien sesak
napas, RR 24 x/mnt, tampak
adanya tarikan dinding dada,
klien tampak lemah
A: masalah belum teratasi
P: intervensi nomor 1-10
dilanjutkan

Nyeri akut berhubungan 28 Mei 2019 -jam 13.35


dengan agens cedera bilogis S: pasien mengatakan
(penyakit) perutnya semakin
membesar, sakit pada perut
kanan seperti di tusuk-tusuk
O: wajah pasien tampak
meringis saat dilakukan
palpasi, skala nyeri 4,
tampak abdomen membesar
(asites)
A: masalah belum teratasi
P: intervasi nomor 1, 4-9
dilanjutkan

Intoleransi aktivitas 29 Mei 2019 -jam 13.30


berhubungan dengan S: pasien mengatakan ada
kelemahan luka di bagian kaki kiri,
pasien mengatakan saat ini
ada benjolan di
selangkangan kiri dan
dibawah pusar
O: tampak ada luka di kaki
kiri, tampak ada benjoan di
selangkangan kiri dan
umbilicus, benjolan tampak
mengeras saat diraba
P: intervensi nomor 1-8
dihentikan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hepatitis virus adalah suatu proses peradangan difus pada hati yang disebabkan
oleh virus hepatitis. Hingga saat ini telah dikenal 5 tipe virus penyebab hepatitis yaitu
VHA, VHB, VHC, VHD, VHE. Selain itu baru-baru ini ditemukan infeksi hati yang
disebabkan oleh VHF dan VHG. Berdasarkan waktunya, hepatitis virus dapat dibagi
menjadi hepatitis akut dan kronis. Pada beberapa kasus, hepatitis akut dapat berkembang
menjadi kronis, dan sebaliknya hepatitis kronis dapat sembuh sendiri. Pada umumnya
hepatitis kronis merupakan kondisi yang serius, namun gejala pada pasien dapat
bermacam-macam tergantung derajat penyakitnya
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui, 1996). Sirosis hepatis juga didefinisikan
sebagai penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan
dengan vaskulatur normal (Price, 1996).

4.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang penyakit Hepatitis
dan sirosis hepati. Dan semoga dapat membantu kita dalam baebagai ilmu pada proses
pembelajaran dan bagi pembaca, diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai