KMB 6 Fix
KMB 6 Fix
Disusun Oleh :
Kelompok 6
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Patofisiologi dengan judul Proses Infeksi. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan
dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan,
diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dengan menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun
makalah ini kami telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah dengan
sebaik-baiknya. Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Atas segala bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih dan penulis
memohon maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini sehingga
dengan adanya makalah ini dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.
Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN
BAB PENUTUP
4.1 Kesimpulan 32
4.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
2.2.1 Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh
virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1) Virus hepatitis A (HAV)
2) Virus hepatitis B (HBV)
3) Virus hepatitis C (HCV)
4) Virus hepatitis D (HDV)
5) Virus hepatitis E (HEV)
6) Hepatitis F (HFV)
7) Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal
adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih
disukai dari pada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”,
sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan non parental (Price
dan Wilson, 2005:243).
Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk
respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga
bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Hepatitis
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid)
dan DNA (Deoksi Nucleic Acid)
1. Hepatitis A
Sering kali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah,
demam, diare, mual,nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan.
Penyakit ini ditularkan terutama melalui kontaminasi oral fekal akibat higyne
yang buruk atau makanan yang tercemar. Gejala hilang sama sekali setelah 6-
12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit
tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut
ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi feses pasien, misalnya makan buah-buahan,
sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum
dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin
hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan
pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa
kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks
merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
5. Hepatitis B
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel
dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan yang
telah diketahui secara rinci dapat diidentifikasikan dari sampel darah hasil
pemeriksaan lab. hepatitis B memiliki masa tunas yang lama, antara 1-7 bulan
dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang
terjangkit hepatitis B akan mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami
peradangan hati selama lebih dari 6 bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip
flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan
muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang
terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan dengan
interferon alfa -2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin
hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang
lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika,
orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
6. Hepatitis C
Hepatitis C diidentifikasi pada tahun 1989. Cara penularan virus RNA
tersebut sama dengan hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi
darah dikalangan penduduk amerika serikat sebelum ada penapisan. Virus ini
dapat dijumpai dalam semen dan sekresi vagina tetapi jarang sekali pasangan
seksual cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan virus ini.
Masa tunas hepatitis C berkisar dari 15 sampai 150 hari, dengan rata-rata 50
hari. Karena gejalanya cenderung lebih ringan dari hepatitis B, invidu mugkin
tidak menyadari mereka mengidap infeksi serius sehingga tidak datang ke
pelayanan kesehatan. Antibody terhadap virus hepatitis C dan virus itu sendiri
dapat di deteksi dalam darah, sehingga penapisan donor darah efektif. Adanya
antibody terhadap virus hepatitis C tidak berarti stadium kronis tidak terjadi
saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang
tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B.
Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala
penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-
infeksi) atau amat progresif. agen hepatitis D ini meningkatkan resiko
timbulnya hepatitis Fulminan, kegagalan hati dan kematian. Pencegahan dapat
dilakukan dengan menghindari virus hepatitis B.
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air
yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
2.5 Patofisiologi
2.5.1 Hepatitis
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai
virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan
berwarna normal, namun kadang-kadang agak edema, membesar dan pada
palpasi“terasa nyeri di tepian”. Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan
hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan
periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit
mereda. Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosis submasif atau masif dapat
menyebabkan gagal hati fulminan dan kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).
2.5.2 Sirosis Hepatis
Sirosis merupakan akhir dari bermacam penyakit hepar, dari sebab-sebab dan
fibrogenesis pada hepar. Sehingga mengakibatkan perubahan pada struktur dan
fungsi sel-sel hepar, pada akhirnya gangguan aliran darah dan gangguan aliran
empedu. Akibatnya kematian sel hati, formasi jaringan parut dan regenerasi
sehingga terjadinya sirosis hepatis. Hepar akan mengalami gangguan metabolisme,
regenerasi bertambah banyak dan terjadinya proliferasi jaringan fibrosis. Pada
gastrointestinal menimbulkan gejala nausea, vomitus, anoreksia, perubahan
defekasi (diare atau konstipasi), penurunan berat badan, obstruksi aliran vena porta
menyebabkan kompensasi tubuh meningkat sehingga terjadi sirkulasi kolateral
guna menghindari obstruksi hepatik dengan gejala ascites, edema, splenomegali
dan peningkatan tekanan vena. Terjadi dilatasi vena pada esofagus, lambung dan
rektum (hemorrhoid) yang dapat terjadi perdarahan. Metabolisme bilirubin
menurun berakibat ikterus, penurunan empedu di saluran cerna dan peningkatan
urobilinogen. Gangguan endokrin terjadi sehingga hormon tidak dapat
dimetabolisme dengan baik akibatnya kelebihan estrogen dalam sirkulasi dan akan
tampak angioma laba-laba pada kulit (leher, baku dan dada), atrofi testis,
ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila serta eritema palmaris. Terjadinya
perdarahan merupakan akibat berkurangnya faktor pembekuan oleh hepar.
Anemia, leukopenia dan trombositopenia terjadi akibat limpa aktif menghancurkan
sel-sel darah dalam sirkulasi, kegagalan sel hepar untuk menginaktifkan aldosteron
dan hormon diuretik merupakan penyebab retensi natrium. Pada sirosis lanjut
dapat terjadi enselofati hepatik akibat kelainan metabolisme amonia dan kepekaan
otak terhadap toksin.
2.6 Pathway
2.6.1 Hepatitis
2.6.2 Sirosis Hepatis
2.7 Diagnosa
2.7.1 Hepatitis
1. Ketidakefesian pola napas berhubungan dengan tekanan ekspansi paru
terganggu ditandai dengan pasien mengatakan sesak napas, tampak adanya
tarikan dinding dada, dan klien tampak lemah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi) yang ditandai
pasien mengatakan perutnya semakin membesar, ukuran perut 103 cm, sakit
pada perut kanan seperti tertusuk- tusuk, wajah pasien tampak meringis
kesakitan saat dilakukan palpasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang di tandai pasien
mengatakan lelah saat beraktivitas ke kamar mandi, tampak ada luka di kaki
kiri
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Hepatitis
1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan pencegahan
2. Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
enyebabkan dehidrasi.
3. Mempertahankan asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko
kejadian infeksi kronis.
5. Obat-obatan yang tidak penting harus dihentikan
6. Pemantauan fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian, bila
terdapat peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali nilai
batas atas normal, koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai adanya
hepatitis fulminan.
7. Pemeriksaan HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator, dan
antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene glikol
(PEG) yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan
penginterferonalfa-2b. Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk
pengobatan hepatitis C kronis. Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah.
a. Menekan replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
b. Normalisasi amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan,
d. Mencegah progretivitas.
2.10 Komplikasi
2.10.1 Hepatitis
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan
penyakit yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaaan ini dikenal sebagai
hepatitis kronik persisten, dan terjadi pada 5 % – 10 % pasien. Akan tetapi
meskipun terlambat, pasien-pasien hepatitits kronik persisten akan selalu
sembuh kembali. Setelah hepatitits virus akut sembuh, sejumlah kecil pasien
akan mengalami hepatitis agresif ataukronik aktif, dimana terjadi kerusakan
hati seperti digerogoti dan perkembangan sirosis. Kematian biasanya terjadi
dalam 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif
dapat berkembang aktif pada 50 % pasien HCV. Sebaliknya, Hepatitis kronik
umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Akhirnya, suatu
komplikasi lanjut dari suatu hepatitis yang cukup bermakna adalah
perkembangan karsinoma hepatoseluler.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS
A. Pengkajian
Identitas Pasien Penanggung Jawab
1. Biodata
Identitas Anak
Nama : Ny. Mina
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : Mahasiswa
Alamat : Jln. Anggrek Kel 3 ulu
Tanggal Masuk : 06 Novemeber 2020
No medrec : 09.03.47
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk,
sakit perut kanan atas, demam dan kuning
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
perut kanan atas
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudara-saudaranya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.
3. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
a) Aktifitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b) Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c) Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
f) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
g) Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
h) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus
No Intervensi Rasional
.
1. Kolaborasi dengan individu untuk nyeri yang berhubungan dengan
menentukan metode yang dapat hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
digunakan untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan klienlah yang harus mencoba
tentang respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
3. Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk mengalami
jelaskan penyebab nyeri, tunjukkan nyeri melalui penjelasan nyeri yang
berapa lama nyeri akan berakhir, bila sesungguhnya akan dirasakan
diketahui (cenderung lebih tenang dibanding
klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi mengurangi nyeri.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan sensitifitas
menyebabkan kulit kering kulit dengan merangsang ujung syaraf
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi infeksi
pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
No Intervensi Rasional
.
1. Gunakan kewaspadaan umum pencegahan tersebut dapat
terhadap substansi tubuh yang tepat memutuskan metode transmisi virus
untuk menangani semua cairan hepatitis
tubuh
a. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
semua klien atau spesimen
b. Gunakan sarung tangan
untuk kontak dengan darah
dan cairan tubuh
c. Tempatkan spuit yang telah
digunakan dengan segera
pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali
atau memanipulasi jarum
dengan cara apapun
D. Implementasi
1. Diagnosa 1:
a) Mengajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan Memberikan snack
atau makanan yang mengundang selera pasien
b) Mengawasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering
dan tawarkan pagi paling sering
c) Mempertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
d) Menganjurkan makan pada posisi duduk tegak
e) Memberikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Diagnosa 2:
a) Menunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
b) Memberikan informasi dari penyebab nyeri
c) Membahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
d) Berkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan
untuk intensitas nyeri
3. Diagnosa 3 :
a) Memonitor tanda vital : suhu badan
b) Mengajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya
2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
c) Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
d) Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
4. Diagnosa 4 :
a) Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu
b) Menyarankan klien untuk tirah baring
c) Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
d) Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
e) Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi)
5. Diagnosa 5 :
a) Mempertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
b) Mencegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
c) Menganjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan
kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
d) Mempertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
6. Diagnosa 6 :
a) Mengawasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b) Mengauskultasi bunyi nafas tambahan
c) Memberikan posisi semi fowler
d) Memberikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
e) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Diagnosa 7 :
a) Menggunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
b) Menggunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
c) Menjelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
d) Merujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan
yang tepat.
E. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
3. Tidak terjadi peningkatan suhu
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. Adib
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Suku /Bangsa :Indonesia
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Anggrek, gang buntu
Tanggal Masuk RS : 03-09-2020
No. Register : 00.91.65.62
Ruang/kamar : R.XXI
Diagnosis Medis : Sirosis Hepatitis
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Saleh
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Anggrek, gang buntu
Status :Orang tua
2. Keluhan Utama :
a. Keluhan utama
Nyeri dan sesak napas
b. Riwayat kesehatan sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang lain
c. Riwayat penyakit sekarang
1) keluhan saat masuk rumah sakit
Sesak napas
2) keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan sesak napas, pasien mengatakan perutnya semakin membesar,
sakit pada perut kanan seperti di tusuk tusuk, ada luka pada kaki kiri, ada benjolan
di selangkangan kiri dan di bawah pusar
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami saki yang sama atau
oenyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kuning
seperti yang dialami sekarang, maupun penyakit lainnya.
III. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Tingkat kesadaran compos mentis GCS 15 (E4 V5 M6)
- Tampak sesak
- Adanya Tarakan dinding dada dan abdomen membesar
b. Auskultasi
- Tidak ada suara napas tambahan
- Bising usus baik (30 kali/menit)
c. Palpasi
- Pernapasan dangkal
- Nadi sedikit meningkat
- Adanya nyeri tekan
- Dinding abdomen mengeras
d. Perkusi
- Perut kembung
- Pola makan teratur
- Napsu makan baik
- Pasien mengatakan porsi yang disajikan dihabiskan tetapi sedikit
demi sedikit
IV. Diagnosis Keperawatan
V. Intervensi Keperawatan
Goal: Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif selama dalam perawatan
Obyektif: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola napas pasien
efektif
NOC (Kesehatan Fisiologis):
Obyektif: Selama dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan dapat terkontrol
- Perilaku sehat
- Meningkat dari 2 (jarang menunjukan) menjadi 4 (sering
menunjukkan)
c. Diagnosis Keperawatan
Goal: Pasien akan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas selama dalam perawatan
Obyektif: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien meningkat
dalam beraktivitas, fungsi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, toleransi terhadap aktivitas, yaitu:
respon fisiologis terhadap pergerakan yang memerlukan energi dalam aktivitas sehari-hari,
meningkat dari 2 (banyak terganggu) menjadi 4 (sedikit terganggu).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hepatitis virus adalah suatu proses peradangan difus pada hati yang disebabkan
oleh virus hepatitis. Hingga saat ini telah dikenal 5 tipe virus penyebab hepatitis yaitu
VHA, VHB, VHC, VHD, VHE. Selain itu baru-baru ini ditemukan infeksi hati yang
disebabkan oleh VHF dan VHG. Berdasarkan waktunya, hepatitis virus dapat dibagi
menjadi hepatitis akut dan kronis. Pada beberapa kasus, hepatitis akut dapat berkembang
menjadi kronis, dan sebaliknya hepatitis kronis dapat sembuh sendiri. Pada umumnya
hepatitis kronis merupakan kondisi yang serius, namun gejala pada pasien dapat
bermacam-macam tergantung derajat penyakitnya
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui, 1996). Sirosis hepatis juga didefinisikan
sebagai penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan
dengan vaskulatur normal (Price, 1996).
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang penyakit Hepatitis
dan sirosis hepati. Dan semoga dapat membantu kita dalam baebagai ilmu pada proses
pembelajaran dan bagi pembaca, diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada pasien.