Kep. Anak Keb. Khusus
Kep. Anak Keb. Khusus
Kep. Anak Keb. Khusus
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Firdaus, S.Kep,Ns,M.Kep.
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kita Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulisan dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan Anak Berkebutuhan
Khusus (RM,AUTHIS,ADHD)”. Dalam penyusunan makalah ini, penulisan banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi tantangan itu bisa teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
ii
2.2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................................20
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................84
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................84
4.2 Saran...................................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................86
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mental masih merupakan dilemma,sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis,pengobatan dan pencegahannya
masih merupakan masalah yang tidak kecil.
1.3 TUJUAN
1. Bagi pembaca : diharapkan dengan paparan materi yang diberikan
dapatmemberika pengetahuan mengenai anak dengan ADHD dan Retardasi
Mental
2. Bagi mahasiswa keperawatan : Dapat dijadikan sebagai landasan teori
untuk mempelajari macam penyakit yang diderita anak-anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat berbagai derajat retardasi mental, mulai dari ringan hingga sangat
berat. Kemampuan intelegensi biasanya diukur dengan menggunakan skor IQ.
Seseorang dikatakan retardasi mental apabila didapati skor IQ < 70.
1.1.2 Klasifikasi RM
Soetjiningsih dan Ranuh (2014) menyebutkan terdapat bermacam-macam
klasifikasi retardasi mental yaitu :
a. Retardasi mental tipe klinik Pada retardasi mental tipe klinik mudah
dideteksi sejak dini, karena kalaianan fisik dan mentalnya cukup besar.
Penyebab terseringnya adalah kelainan organik. Kebanyakan anak ini
perlu perawatan yang terus menerus dan kelaianan ini dapat terjadi
pada kelas sosial tinggi maupun rendah. Orang tua anak retardasi
mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat
sendiri kelaianan pada anaknya.
3
orang tua tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya. Mereka
mengetahui kalau anaknya retardasi mental dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal naik kelas beberapa kali.
Retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe
sedang mampu dilatih, sedangkan retardasi mental mental tipe berat dan
sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.
Bimbingan untuk anak retardasi mental tergantung pada tingkat
kemandirian anak.
1.3.6 Etiologi RM
Subastian CS (2001) dan Harun KH (2002) dalam Soetjiningsih dan Ranuh
(2014), penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut :
1. Pranatal
a. Chromosomal Aberration
1) Sindrom Down 95% kasus Sindrom Down disebabkan trisomi 21,
sisanya disebabkan oleh transolakasi dari mosaik.
2) Delesi Contoh, sindrom cri-du-chat disebabkan delasi pada
kromosom 5p3
4
3) Sindrom malformasi akibat mikrodelalasi Contoh, sindrom Prader-
Wili (paternal origin) dan Angelman (maternal origin) terjadi
mikrodelesi pada kromosom 15q11-12, terdapat perbedaan fenotif
kerena mekanisme imprinting.
b. Disorder with autosomal-dominan inheritance Contoh adalah tuberus-
sclerosis yang disebabkan mutasi gen pada pembentukan lapisan
ektodermal dari fetus. Bila diagnosis tuberus- sclerosis ditegakkan,
kedua orang tuanya harus diperiksa, karena risiko kejadian dapat
berulang 50% pada setiap kehamilan.
c. Disorder with autosomal-recessive inheritance Sebagian besar penyakit
metabolik mengikuti kategori ini. Contohnya adalah phenylketonuria
(PKU), penyaki metabolik yang banyak diketahui. Gangguan ini pertama
kali diketahui pada tahun 1934 oleh Folling pada anak dengan retardasi
mental.
d. X-linked mental retardation Fragile X syndrome merupakan penyebab
kedua retardasi mental, setelah Sindrom Down. Kelainan kromosom
terjadi pada lokasi Xq27.3.
e. Infeksi Maternal
1) Infeksi rubela pada bulan pertama kehamilan, dapat mempengaruhi
organogensis fetus (50%). Infeksi pada bulan ketiga kehamilan
mengakibatkan gangguan perkembangan fetus (15%). Kelainan
akibat infeksi rubela berupa retardasi mental, mikrosefali, gangguan
pendengaran, katarak, dan kelainan jantung bawaan.
2) Infeksi sitomegalovirus konginetal dapat menyebabkan mikrosefali,
gangguan pendengaran sensorineural, dan retardasi psikomotor
3) Toksoplasmosis konginetal mengakibatkan 20% bayi yang terinfeksi
mengalami kelainan hidrosefalus, mikrosefali, gangguan
perkembangan psikomotor, mata, dan pendengaran.
4) Human Immunodeficiency Virus (HIV) konginetal dapat
menyebabkan ensefalopati, yang ditandai oleh mikrosefali, kelainan
neurologi progresif, retardasi mental, dan gangguan perilaku. f. Zat-
zat Racun Zat teratogen yang terpenting pada ibu hamil adalah
etanol, yang dapat, menyebabkan Fetal Alcohol Syndrome (FAS).
Alkohol menyebabkan tiga kelainan utama yaitu : (1) Gambaran
5
dismorfik (bila terpajan pada tahap organogenesis), (2) Retardasi
pertumbuhan prenatal dan pascanatal, (3) Disfungsi susunan saraf
pusat (SSP), termasuk retardasi mental ringan atau sedang,
perkembangan motorik lambat, hiperaktivitas. Beratnya kelainan
tergantung pada jumlah alkohol yang dikonsumsi.
f. Toksemia kehamilan dan insufesiensi plasenta Intrauterine Growth
Retardation (IUGR) banyak penyebabnya. Penyebab yang penting
adalah toksemia kehamilan yang dapat mengakibatkan kelainan pada
SSP. Prematuritas dan terutama IUGR merupakan predisposisi
komplikasi perinatal, yang bisa mempengaruhi SSP dan menimbulkan
masalah perkembangan lainnya.
2. Perinatal
a. Infeksi Infeksi pada periode neonatal dapat menyebabkan sekuele
perkembangan, misalnya herpes simplek tipe 2 yang dapat menyebabkan
ensefalitis dan sekuelenya. Infeksi bakteri yang menyebabkan sepsis dan
meningitis dapat mengakibatkan hidrosefalus.
b. Masalah kelahiran Asfiksia berat, prematuria, trauma lahir, dan gejala-
gejala neurologis pada masa bayi harus diwaspadai sebagai faktor risiko
retardasi mental.
c. Masalah perinatal lainnya Misalnya, pada retinopathy of prematurity
(fibroplasias retrolental) karena pemakaian oksigen 100% pada bayi
premature, selain mengakibatkan kebutaan juga dapat mengakibatkan
retardasi mental. Demikian pula, hiperbilirubinemia dapat menyebabkan
ikterus dan retardasi mental.
3. Pascanatal
a. Infeksi, isalnya ensefalitis dan meningitis.
b. Penyebab pascanatal lainnya Misalnya tumor ganas pada otak, trauma
kepala pada kecelakaan, dan hampir tenggelam.
c. Zat-zat racun, misalnya keracunan logam-logam berat
d. Masalah psikososial. Misalnya, depresi, deprivasi maternal, kurang
stimulasi, kemiskinan, dan lainnya.
e. Penyebab tidak diketahui Sekitar 30% retardasi mental berat dari 50%
retardasi mental ringan tidak diketahui. Kebanyakan anak yang
menderita anak retardasi mental ini berasal dari golongan sosial ekonomi
6
rendah kurangnya stimulasi dari lingkungannya, yang secara bertahap
menurunkan IQ bersamaan dengan terjadinya maturasi.
a. Tes darah.
b. Tes urine.
a. Kesulitan berbicara.
b. Lambat dalam mempelajari hal-hal penting, seperti berpakaian dan
makan.
7
e. Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah.
Selain dilihat dari nilai IQ, retardasi mental dilihat dari gejala yang dialami
oleh pengidap, seperti kesulitan dalam berbicara dan kurang cepat dalam
mempelajari aktivitas sehari-hari seperti makan maupun menggunakan pakaian.
Pengidap retardasi mental sulit untuk mengendalikan emosi, sehingga pengidap
retardasi mental dapat ditemukan dengan perubahan suasana hati yang begitu
cepat.
Daya ingat yang buruk dan kesulitan untuk mengambil keputusan menjadi
gejala yang muncul. Namun, tidak ada salahnya untuk lakukan pemeriksaan
agar dokter dapat memastikan kondisi kesehatan yang dialami. Segera
periksakan ke rumah sakit terdekat jika memiliki kerabat dengan gejala retardasi
mental.
8
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan observasi langsung pada pasien dan
juga keluarganya. Observasi ini menggunakan teknik wawancara untuk
menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai riwayat kesehatan pengidap.
Tes intelektual juga dijalani oleh pengidap retardasi mental agar tim medis
melihat kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
1. Tes darah;
2. Tes urine;
1.4.6 Penatalaksanaan RM
Penatalaksanaan anak dengan RM bersifat multi-dimensi dan sangat individual.
1. Perawatan Umum
a. Meningkatkan kesehatan dengan memberikan gizi yang baik,
mengajarkan cara hidup sehat
b. Memberikan perlindungan terhadap penyakit (imunisasi)
c. Mendeteksi penyakit sedini mungkin
d. Diagnosis dini PKU dan hipotiroid (kalau ada), untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut
e. Koreksi defek sensoris, kemudian dilakukan stimulasi dini (stimulasi
sensoris, terapi wicara)
2. Terapi Medikamentosa
a. Pemberian neurotropik, vitamin masih kontroversial
b. Pemberian prikotropik diberikan jika ditemukan komorbiditas
spesifik, sesuai dengan DSM IV antara lain kelainan perkembangan
pervasif (termasuk autisme), attention deficit hyperactivity disorder,
kelainan tic, gerakan stereotipik, skizofrenia atau kelainan psikotik
lain, kelainan mood, gangguan cemas, post-traumatic stress disorder
9
(PTSD), kelainan obsesif-kompulsif, kelainan makan (eating
disorder) serta kondisi medis umum lainnya.
1.3.7 Pencegehan RM
Pencegahan Kondisi Retardasi Mental
12. Pemberian layanan yang berkelanjutan dan efektif bagi keluarga anak-anak
penyandang cacat untuk mempromosikan kemajuan anak dan integrasi
keluarga.
Tarapeutik
3. Motivasi meningkatkan keterlibatan dan berinteraksi dalam suatu
hubungan
Edukasi
7. Anjurkan berinterkasi dengan oranglain secara bertahap
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan
perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
14
a. Segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan
pendidikan secara khusus sejak dini.
16
Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif
atau sangat pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan
daya ingat. Terjadilah kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang
diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan
hippocampus. Faktor genetika dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan
sel – sel saraf dan sel otak, namun diperkirakan menjadi penyebab utama dari
kelainan autisme, walaupun bukti-bukti yang konkrit masih sulit ditemukan.
17
Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian
otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit,
dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian
sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat
dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut.
Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan
neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4,
vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan
zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf,
migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain
growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth
without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak
beraturan.
Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya
gejala autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi
gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme.
Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai
pemicu, misalnya : infeksi ringan sampai berat pada bayi. Pemakaian
antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur yang
berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky get syndrome)
dan tidak sempurnanya pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua protein
ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua
protein tersebut terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin
18
pada otak anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang
diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi
karena adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena
faktor ekonomi.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.
Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan
gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu
mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang,
kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.
Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan
atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami
aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi,
proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil
menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau
membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi
lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian
depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman
menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan
otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala
(bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara
lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi
yang diderita ibu pada masa kehamilan.
19
2.2.4 Manifestasi Klinis
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama
sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Tidak
mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu tanpa tahu
artinya. Bicara.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus
20
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat
hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia
datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan
berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti dirinya sendiri
seperti memukul kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau
sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong.
Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian
pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan
akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
MK : perubahan
persepsi sensori
22
Terapi anak dengan autisme membutuhkan identifikasi diri. Intervensi
edukasi yang intensif, lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf
yang terlatih baik, peran serta orang tua dapat meningkat prognosis.
Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk
lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang
harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota
keluarga di rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi
anak autis. Terapi peilaku terdiri dari tetapi wicara, terapi okupasi, dan
menghilangkan perilaku yang asosial. Dalam terapi farmakologi
dinyatakan belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan
kelainan ini. Medikasi (terapi obat) berguna terhadap gejala yang
menyertai, misalnya haloperidol, risperidone dan obat anti-psikotik teradap
perilaku agresif, ledakan-ledakan perilaku, instabilitas mood (suasana
hati). Obat antidepresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap ansietas,
kecemasan, mengurangi stereotip dan perilaku perseveratif dan
mengurangi ansietas dan fluktuasi mood. Perilaku mencederai diri sendiri
dan mengamuk kadang dapat diatasi dengan obat naltrexone.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
23
2.3.1 Definisi ADHD
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan
hiperaktivitas, kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun
dan dikarakteristikkkan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian,
impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998). ADHD adalah suatu kondisi yang
pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian),
Minimal Brain Disorder (kerusakan kecil di otak), Minimal Brain Damage
(kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak / aktif), dan
Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi,2009). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak
kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
keterampilan akademik,dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
(Ginanjar, 2009).
2.3.2 Penyebab ADHD
1. Perspektif Biologis
Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti apa penyebab biologis dari
ADHD. Faktor-faktor risiko pada saat kelahiran yang diduga terkait dengan
ADHD adalah kelahiran yang prematur, berat lahir yang sangat rendah, dan
luka/trauma saat kelahiran. Luka pada otak setelah kelahiran juga
ditemukan berkaitan dengan ADHD. Kemudian beberapa ahli menemukan
bahwa area-area tertentu dari otak anak ADHD, ukurannya lebih kecil dan
aktivitasnya lebih sedikit sebanyak 5-10% dibandingkan area normal.
Ditemukan pula kaitan antara ADHD dengan zat-zat kimia yang terdapat
dalam sel otak (Tynan, 2005). Selain itu, penderita ADHD diketahui
mempunyai kerusakan pada frontal-limbic system (National Institute of
Mental Health, 2000). Para ilmuwan dari NIMH (National Institute of
Mental Health), (2000) menemukan hubungan antara kemampuan
seseorang untuk memberikan atensi secara kontinu dengan level aktivitas
otak. Hasil penelitian menemukan perbedaan penting antara anak ADHD
dan bukan ADHD.
24
Pada anak ADHD, area di otak yang mengontrol atensi hanya menggunakan
sedikit glukosa, mengindikasikan bahwa aktivitas di beberapa area otaknya
sedikit pula. Rendahnya tingkat aktivitas di beberapa area otak ini
menyebabkan anak kurang dapat memusatkan perhatian pada suatu hal.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh para ilmuwan di National Institute
of Mental Health, (2000) mengungkapkan bahwa wanita yang
mengkosumsi rokok, alkohol, atau obat-obatan lain selama masa kehamilan
dapat memberi efek negative pada perkembangan janin. Ditemukan bahwa
alkohol dan nikotin pada rokok dapat menghambat perkembangan sel otak
janin. Konsumsi alcohol selama hamil dapat menyebabkan Fetal Alcohol
Syndrome, yaitu suatu kondisi dimana bayi lahir dengan berat badan
kurang, kemunduran intelektual, dan ketidaksempurnaan bentuk fisik.
Banyak anak yang lahir dengan FAS menunjukkan hiperaktivitas,
inattention, dan impulsivitas seperti anak dengan ADHD. Sedangkan obat-
obatan seperti kokain dapat mempengaruhi sel-sel reseptor otak yang
berfungsi untuk mentransmisikan sinyal dari kelima indera dan membantu
mengontrol repson terhadap lingkungan. Beberapa kerusakan pada sel-sel
tersebut dapat mengarah pada ADHD.
2. Perspektif Genetis
Hasil penelitian lain yang juga dilakukan oleh para ilmuwan di National
Institute of Mental Health, (2000) menunjukkan adanya kecenderungan
bahwa ADHD terjadi secara genetik. Hal ini diteliti oleh Goodman dan
Stevenson pada 238 pasang anak kembar, ditemukan bahwa hiperaktif
diderita pada 51% anak yang kembar identik dan 33% pada anak yang
kembar fraternal. Anak-anak dengan ADHD biasanya mempunyai setidak-
tidaknya satu orang keluarga dengan ADHD. Setidaknya sepertiga dari para
ayah dengan ADHD pada masa kecilnya mempunyai anak dengan ADHD
pula.
1. Perspektif Perilaku
25
interaksi yang negative. Ketika dilakukan pengobatan secara simultan,
perintah dan tingkah laku yang ditampilkan orangtua menurun. Jadi dengan
demikian perilaku anak hiperaktif juga menurun karena interaksi negative
dengan orangtua menurun (Rose & Rose, 1982 dalam Kurtz, 2005).
sebagai berikut:
26
1. Kurang Perhatian
Pada kriteria ini, anak ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih
dari gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan
sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan.
a. Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail
atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap
tugas-tugas atau kegiatan bermain.
c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung.
d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam
menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja
(bukan disebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk
mengerti instruksi).
e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.
f. Seringkali kehilangan barang benda penting untuk tugas-tugas dan
kegiatan, misalnya kehilangan permainan; kehilangan tugas sekolah;
kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lain.
g. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang
didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan
rumah.
h. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar.
i. Seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
2. Hiperaktivitas Impulsifitas
Hiperaktivitas
27
b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi
lainnya di mana diharapkan agar anak tetap duduk.
c. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana
hal ini tidak tepat. (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan
gelisah yang subjektif).
d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan
senggang secara tenang.
e. Sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah 'dikendalikan oleh motor'
dan
f. Sering berbicara berlebihan.
Impulsivitas
28
4. tempat kerja
5. Disabilitas yang parah dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan
6. Tidak terdapat karakteristik gangguan lain seperti skizofrenia, gangguan
anxietas, gangguan mood
Manfaat yang diperoleh dari treatment medis adalah anak dapat mengontrol
impulsivitas, meningkatkan perhatian anak, dan hiperaktivitas serta
agresivitas anak berkurang. Tidak ada „pil ajaib‟ untuk menyembuhkan
ADHD, obat-obatan medis ini digunakan untuk membantu mengontrol
gejala ADHD (Wenar & Kerig, 2000).
2. Treatment Non-Medis
29
b. Cognitive Behavioral Therapy: membantu anak ADHD untuk
mengubah perilaku mereka. Terapis memberikan reward dan
reinforcement untuk membentuk perilaku yang diinginkan, sedangkan
reinforcement negative dan hukuman dihindari.
c. Social Skill Training: membantu anak ADHD mempelajari perilaku
yang baru. Terapis mendiskusikan dan memberi contoh perilaku yang
diharapkan, seperti menunggu giliran, berbagi mainan dengan teman,
meminta bantuan, kemudian memberi kesempatan pada anak untuk
melakukan hal-hal tersebut.dalam penelitian ini anak diajarkan teknik-
teknik berinteraksi secara positif dengan orang lain. Pelatihan ini dapat
efektif jika dilakukan dalam kelompok dan dikombinasikan dengan
teknik modeling, latihan, umpan balik, dan pemberian penguatan
(Wenar, 2000).
d. Support Group: anggota dari support group berbagi kesulitan dan
kesuksesan. Berbagi kisah dengan orang lain yang mempunyai masalah
serupa membuat anak dan orangtua tidak merasa sendirian.
e. Parenting Skill Training: memberikan pengarahan kepada orangtua
untuk mengatasi perilaku anak ADHD mereka. Bila orangtua menemui
tanda-tanda penderita gangguan pemusatan perhatian pada anak
mereka, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengkonsultasikan
persoalan yang dialami anaknya kepada ahli terapi atau psikolog anak.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat
tentang apa yang bisa dilakukan di rumah dan untuk memperbaiki
sikap orangtua agar tidak terlalu menuntut anaknya secara berlebihan.
30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A Tgl MRS : 6 April 2021
Nama Panggilan : Aryan No. Register : 77-xx-xx
Umur/TTL : 6 tahun / Malang, 7 April 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Sudirman, Klojen, Malang
Pendidikan : SD
Diagnosa : RM (Retardasi Mental)
B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama ibu : Ny. Siva Nama Ayah : Tn. Adi
Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Sudirman, Kloken, Malang Alamat : Jl. Sudirman,
31
Klojen, Malang
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
2. Keluhan Utama
Ibu pasien mngatakan An. A seperti merasa tidak nyaman dengan situasi social, sulit
menerima atau mengkomunikasikan perasaan.
b. Intra Natal
c. Post Natal
32
D. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
1. Penyakit Waktu Kecil
Ketika An. A berusia 3 Tahun An. N pernah mengalami demam yang tinggi
selama 1 minggu, dan ibu klien hanya memberikan termorex untuk menurunkan
demam An. N
2. Pernah Dirawat Di RS
Ibu An. N mengatakan bahwa Ia dan keluarganya tidak pernah berobat di
Rumah Sakit dan ini merupakan pertama kali Ibu klien datang membawa
anaknya ke Rumah sakit
3. Penggunaan Obat-Obatan
Ibu Klien mengatakan bahwa bila An. N sakit kepala atau pusing dan demam
Ibu An. N biasa membeli termorex untuk menurunkan demam An. N
5. Alergi
Tidak ada
6. Kecelakaan (Jatuh)
Tidak ada
7. Imunisasi
Ibu klien mengatakan An. A sudah menerima imunisasi lengkap di
POLINDES yaitu campak, polio, BCG, Hepatitis.
F. AKTIFITAS DIRUMAH
Bermain dan belajar, namun sering menolak ketika di ajak bermain oleh teman-temannya
dan tidak nyambung ketika diajak bicara.
G. ELIMINASI
1. Eliminasi Urine
33
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 5 x/hari 3 x/hari
Pancaran Kuat, deras Kuat, deras
Jumlah 1500ml 1500ml
Bau Khas urine Khas urine
Warna Kuning pekat Kuning pekat
2. Eliminasi Alvi
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien lemas, gelisah, dan rewel.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg Suhu : 36,5 ºC
Nadi : 110 x/menit RR : 32 x/menit
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
1) Mata
Mikroftalmia, juling, nystagmus
2) Telinga
Keduanya letak rendah
3) Hidung
Jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas
4) Mulut
Bentuk “V” yang terbalik dari bibir ats, langit-langit lebar atau melengkung
tinggi
2. Leher
Pendek, tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
34
3. Dada
Terdapat beberapa puting
4. Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit, perut buncit
5. Genetalia
Mikropenis, testis tidak turun
6. Anus
Rektum klien normal, tidak ada luka, tidak ada nyeri
7. Kulit
Normal, tidak ada lesi, tidak bersisik, elastis, dan tidak kering
35
I. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1. Pengkajian Perkembangan (Ddst Atau Kka/Kartu Kembang Anak)
a. Motorik Kasar
Ibu pasien mengatakan An. A dapat berpergian sendiri ke tempat yang sudah
dikenal, anak dapat berlari namun lambat berbeda dengan anak seusianya, tidak
dapat melompat dengan kaki secara bergantian.
b. Motorik Halus
Ibu pasien mengatakan An. A bisa menggambar namun lebih lambat dari anak
seumurannya, dapat menggunting sesuatu
c. Personal Sosial
Ibu pasien mengatakan anaknya sulit bersosialisasi dengan teman-temannya, suka
menyendiri. sering menolak ketika di ajak bermain oleh teman-temannya
d. Bahasa
Tidak nyambung ketika diajak bicara, bahasanya sulit dimengerti
Kesimpulan :
Perkembangan motorik pasien lebih lambat dari anak seusianya, An. A cenderung
menyendiri, tidak nyambung Ketika diajak berbiicara serta Bahasa yang
digunakan sulit dimengerti. Menunjukkan retardasi mental sedang, dan
mengalami gangguan interaksi social.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Kromosomal kariotipe
2) EEG (Elektro Ensefalogram)
3) CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4) Titer virus untuk infeksi congenital
5) Serum asam urat (Uric acid serum)).
6) Pemeriksaan kromosom
7) Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.
ANALISA DATA
36
Nama : An. A No. RM : 77-xx-xx
Umur : 6 Tahun Ruang : Tulip
DO : Pasien kurang
responsive atau tertarik
pada orang lain, tidak
berminat melakukan
kontak emosi dan fisik,
kontak mata kurang
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x/menit
N : 110 x/menit
S : 36,5 ºC
2. DS : Ibu pasien Keterlambatan perkembangan Isolasi Sosial
mengatakan An. A sering
merasa ingin sendirian,
merasa tidak aman
ditempat umum
37
S : 36,5 ºC
RR : 32 x/menit
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan interaksi social berhubungan dengan hambatan perkembangan/maturase
ditandai dengan merasa tidak nyaman dengan situasi social, merasa sulit menerima
atau mengkomunikasikan perasaan, kurang responsive atau tertarik pada orang lain,
tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik, kontak mata kurang.
38
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
40
7. Kontak mata meningkat bertahap
41
TINDAKAN KEPERAWATAN
42
10. Menganjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati orang lain
43
CATATAN PERKEMBANGAN
P : Intervensi dilanjutkan
44
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN AUTHIS
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
45
kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu, fenilketonuria tidak
teratasi, ensefalitis, tuberkulosa sclerosis, anoksia selama kelahiran dan
sindroma fragilis
d. Deprivasi ibu
e. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai
f. Sejarah perilaku-perilaku mutilative / menyukai diri sebagai respons
terhadap ansietas yang meningkat
g. Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau reaksi-reaksi yang
histeris terhadap perubahan-perubahan pada lingkungan
2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan:
46
b. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa percaya versus rasa tidak percaya
c. Deprivasi ihu
47
e. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu mening-
katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
Rasional : Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-
perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa
2. Kerusakan Interaksi Sosial
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi
perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak
mata dalam waktu yangditentukan dengan criteria hasil:
Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain, pasien menggunakan
kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal
lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain, pasien tidak menarik diri dari
kontak fisik dengan orang lain.
Intervensi :
48
Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk hubungan saling
percaya dapat memberikan rasa aman.
D. PENGKAJIAN
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur
atau usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons
terhadap jari atau tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi
terhadap suara atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
3. Bayi usia 1-4 bulan.
49
benda di tangan walaupun hanya sebentar)?
51
menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata,
mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai
menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ?
52
53
E. EVALUASI
No. Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Catatan Perkembangan Paraf
00052 13-10-2017 / S : Kurang konsentrasi, tidak dapat duduk dengan tenang kaki dan tanga bergerak terus, F
Hambatan interaksi social 19.00 WIB memahami aturan untuk tidak merusak barang dan mengganggu temannya,, mudah
b.d gangguan proses pikir menangis bila keinginannya tidak dituruti, mudah gelisah cemas dan marah.
O : TD : 110/80 mmHg
RR : 23 x/menit
N : 90 x/menit
S : 36,5 ºC
Composmenitis, GPPH : 21
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
54
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN AUTHIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
Jl. Smea 57 Surabaya, Tlp. 031-8284508, 8291920, Faks. (031) 8298582
Nama Mahasiswa : Mei Rista Eka Wardani Rumah Sakit : RSI Ibu anak
NIM : 1150019028 Ruangan : Mawar 2
Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2021 Jam : 15.00 WIB
J. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.R Tgl MRS : 26 Maret 2021
Nama Panggilan : Rio No. Register : 126380008
Umur/TTL : 14 November 2018
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Merpati no 20
Pendidikan :-
Diagnosa : Authis
K. IDENTITAS ORANG TUA
Nama ibu : Septina Nama Ayah : Septino
Umur : 27 Umur : 30
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Manajer
Alamat : Jl.Merpati no 20 Alamat : Jl.Merpati no 207
L. RIWAYAT KEPERAWATAN
8. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
d. Pre Natal
Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada gangguan selama kehamilan
e. Intra Natal
Ibu pasein mengatakan selama persalinan lancar tidak ada masalah apapun
f. Post Natal
Ibu pasien mengatakan setelah melahirkan tidak ada masalah apapun
55
11. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa saudara kandungnya pernah mengalami Gangguan jiwa
9. Pernah Dirawat Di RS
Pasien tidak pernah dirawat di RS
12. Alergi
Pasien tidak mempunyai alergi
14. Imunisasi
Pasien pernah imunisasi campak dan
O. AKTIFITAS DIRUMAH
Pasien suka bermain sendiri dan jarang berinterkasi dengan orang lain
P. ELIMINASI
3. Eliminasi Urine
56
Jumlah 1500 ml 1500 ml
4. Eliminasi Alvi
Kecoklat Kecoklat
Q. PEMERIKSAAN FISIK
6. Keadaan Umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel suak marah marah dan
berteriak saat ddiajk komunikasi
7. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 115/75 Suhu : 36°C
Nadi : 90/menit RR : 25 kali/menit
8. PEMERIKSAAN FISIK
8. Kepala
5) Mata
Tidak ada memar ,bentuk simetris ,mata tidak kuning ,tidak pucat
6) Telinga
Telinga simetris ,tidak ada bengkak,tidak ada luka ,tidak ada memar ,tidak ada
cairan yang keluar dari telinga
7) Hidung
Bentuk hitung simetris ,tidak ada sekret,tidak ada pendarahn ,
8) Mulut
Mulut tidak pucat,tidak ada sariawan ,tidak ada amandel
9. Leher
Tidak ada pembengkakan hipertiroid , tidak ada memar dan tidak ada
pendarahan/luka
10. Dada
Bentuk dada simetris , tidak ada Memar ,tidak ada lesi, tidak ada bengkak
11. Abdomen
57
Tidak ada suara bising usus, tidak ada benjolan dan memar
12. Genetalia
Tidak ada kemerahan ,tidak ada infeksi
13. Anus
Tidak ada benjolan ,tidak ada kemerahan , tidak ada memar
14. Kulit
Kulit klien tidak kering, tidak mengalami alergi , tidak iritasi
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Neutrologis
b. Test neupsikologis
c. Test pendengaran
d. MRI(Magnetic resonance imaging)
e. EEG(elektro encepalogram)
f. Pemeriksaan darah
g. Pemeriksaan urin
Surabaya, 26 Maret 2021
58
ANALISA DATA
2.
DS : ibu pasien mengatakan
Hambatan Individu
Pasien sulit dimengerti saat Gangguan komunikasi
diajak bicara
verbal
DO : pasien menujukan
echolalia Pasien terlihat
cemas dan malu , pasien
terlihat mondar mandir,
teriak-teriak
59
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan interaksi sosial b.d perilaku menentang d.d Ibu Pasien mengatakan anaknya
1.
cenderung diam, jarang mau berbicara dengan orang baru , Pasien lebih suka bermain
sendiri.
2. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan individu d.d Pasien sulit dimengerti saat diajak
bicara pasien menujukan echolalia Pasien terlihat cemas dan malu , pasien terlihat mondar
mandir, teriak-teriak
60
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Edukasi
7. Anjurkan berinterkasi
dengan oranglain secara bertahap
9. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan orang lain
2 Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi : Defidit 23. Hal ini memudahkan kepercayaan dan
keperawatan 3 x 24 jam Bicara 1.13492
maka gangguan kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan
Observasi
komunikasi verbal belum komunikasi pasien
teratasi dengan kriteria 13. Monitor kecepatan
Hasil : ,tekanan,kuantitas volume dan 24. Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat
62
1) Kemampuan berbicara diksi bicara mengurangi kecemasan anak sehingga anak akan
meningkat
14. Monitor proses kognitif dapat mulai menjalin komunikasi dengan orang lain
anatomis dan fisiologi yang
dengan asertif
berkaitan dengan bicara
25. Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan
15. Monitor
frustasi,marah,depresi lainnya akurasi dari pesan yang diterima, menjelaskan
yang menggangu bicara pengertian-pengertian yang tersembunyi di dalam
16. Identifikasi perilaku pesan
emosional dan fisik sebagi
26. Kontak mata mengekspresikan minat yang murni
bentuk komunikas
terhadap dan hormat kepada seseorang
Terapeutik
17. Gunakan metode
komunikasi alternatif
Edukasi
21. Anjurkan berbicara perlahan
63
22. Ajarkan pasiean dan
keluarga proses kognitif
anatomis dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicaea
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis
TINDAKAN KEPERAWATAN
64
Nama Pasien : An.R No. RM : 02
Umur : 3 Tahun Ruang : Mawar
Tanggal/jam No. Dx Tindakan Keperawatan Paraf
28-04-21 1. Gangguan interaksi sosial b.d 1. Membantu pasien mengidentifikasi kemampuan interaksi dan hambatan interaksi
perilaku menentang d.d Ibu Pasien dengan orang lain
08.00
mengatakan anaknya cenderung
diam, jarang mau berbicara dengan 2. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam meningkatkan keterlibatan dan
orang baru , Pasien lebih suka berinteraksi dalam suatu hubungan
bermain sendiri.
3. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam melatih kesabaran dalam
mengambangkan suatu hubungan
28-04-21 2. Gangguan komunikasi verbal 1. Membantu pasien dalam kecepatan ,tekanan,kuantitas volume dan diksi bicara
b.d hambatan individu d.d Pasien
13.00 2. Membantu pasien dalam proses kognitif anatomis dan fisiologi yang berkaitan
sulit dimengerti saat diajak bicara
pasien menujukan echolalia Pasien dengan bicara
terlihat cemas dan malu , pasien
3. Membantu Monitor frustasi,marah,depresi lainnya yang menggangu bicara pada
terlihat mondar mandir, teriak-
teriak pasien :
65
komunikasi
CATATAN PERKEMBANGAN
66
Umur : 3 Th/Bln Ruang : Mawar
Tanggal/jam No. Dx Catatan Perkembangan Paraf
28-04-21 1. Gangguan interaksi 1. Membantu pasien mengidentifikasi kemampuan interaksi dan hambatan interaksi
sosial b.d perilaku dengan orang lain
08.00
menentang d.d Ibu Pasien
mengatakan anaknya S: -
cenderung diam, jarang O : Klien terlihat lambat dalam berinteraksi
mau berbicara dengan
orang baru , Pasien lebih A : Tujuan belum tercapai
suka bermain sendiri.
P : Intervensi dilanjutkan
2. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam meningkatkan keterlibatan dan berinteraksi
dalam suatu hubungan
S: -
O : Klien terlihat sedikit antusias terhadap keterlibatan berinteraksi
A : Tujuan hampir tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
3. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam melatih kesabaran dalam mengambangkan
suatu hubungan
S:-
O : Klien masih belum bisa sabar
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervesi dilanjutkan
67
4. Memberikan umpan balik positif pada peningkatan kemampuan pasien
S:-
O : Klien terlihat sedikit menerima umpan balik
A : Tujuan hampir tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
28-04-21 2. Gangguan komunikasi 1. Membantu pasien dalam kecepatan ,tekanan,kuantitas volume dan diksi bicara
verbal b.d hambatan
13.00 S:-
individu d.d Pasien sulit
dimengerti saat diajak O : Klien terlihat masih belum berbicara dengan baik
bicara pasien menujukan
echolalia Pasien terlihat A : Tujuan belum tercapai
cemas dan malu , pasien P : Intervensi dilanjutkan
terlihat mondar mandir,
teriak-teriak 1. Membantu pasien dalam proses kognitif anatomis dan fisiologi yang berkaitan
dengan bicara
S:-
O : klien terlihat masih mengulang kata
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
2. Membantu Monitor frustasi,marah,depresi lainnya yang menggangu bicara pada
pasien
S:
68
O : klien masih terlihat masih suka marah dan berteriak saat berbicara
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
3. Membantu mengidenentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagi bentuk
komunikasi
S:
O : klien belum bisa mengontrol emosi saat berkomunikasi
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
EVALUASI
Nama Pasien : An.R No. RM : 02
Umur : 3 Th/Bln Ruang : Mawar
69
Tanggal/jam No. Dx Evaluasi Paraf
28-04-21 1. Gangguan 1. Membantu pasien mengidentifikasi kemampuan interaksi dan hambatan interaksi dengan
interaksi sosial b.d orang lain
08.00
perilaku menentang
d.d Ibu Pasien S : Keluarga klien mengatakan belum ada perubahan signifikan pada anaknya
mengatakan anaknya O : Klien terlihat lambat dalam berinteraksi
cenderung diam,
jarang mau berbicara A : Tujuan belum tercapai
dengan orang baru ,
P : Intervensi dilanjutkan
Pasien lebih suka
bermain sendiri. 2. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam meningkatkan keterlibatan dan berinteraksi
dalam suatu hubungan
70
S : keluarga klien mengatakan sedikit mampu menerima umpan balik saat berbicara
O : Klien terlihat sedikit menerima umpan balik
A : Tujuan hampir tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
28-04-21 2. Gangguan 1. Membantu pasien dalam kecepatan ,tekanan,kuantitas volume dan diksi bicara
komunikasi verbal
13.00 S : keluarga klien mengatakan klien belum ada perubahan berbicara
b.d hambatan individu
d.d Pasien sulit O : Klien terlihat masih belum berbicara dengan baik
dimengerti saat diajak
bicara pasien A : Tujuan belum tercapai
menujukan echolalia P : Intervensi dilanjutkan
Pasien terlihat cemas
dan malu , pasien 2. Membantu pasien dalam proses kognitif anatomis dan fisiologi yang berkaitan dengan
terlihat mondar bicara
mandir, teriak-teriak
S : keluarga klien mengatakan klien masih mengulang kata
O : klien terlihat masih mengulang kata
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
3. Membantu Monitor frustasi,marah,depresi lainnya yang menggangu bicara pada pasien
S : keluarga klien mengatakan kien masih suka marh dan berteriak saat berbicara
O : klien masih terlihat masih suka marah dan berteriak saat berbicara
A : Tujuan belum tercapai
71
P : Intervensi dilanjutkan
4. Membantu mengidenentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagi bentuk komunikasi
S : Kluarga klien mengatakan klien belum bisa mengontrol emosi dengan baik
O : klien belum bisa mengontrol emosi saat berkomunikasi
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
72
3.3 ASUHAN KEPERAWATAN ADHD
S. IDENTITAS PASIEN
Nama : An Ahmad .Bisri Tgl MRS : 01-april-2021
Nama Panggilan : An . Bisri No. Register : 001002
Umur/TTL: 7th / bangkalan .05.maret.2015
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : naroan
Pendidikan : SD
Diagnosa : ADHD
73
i. Post Natal
ibu pasien mengatakan tidak ada masalah setelah melahirkan
14. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Ibu pasien mengatakan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hilang tanpa di
sadari
15. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan Mengalami kesulitan dlm semua bidang kehidupan seperti
bermain dan sekolah
W. AKTIFITAS DIRUMAH
Rewel ,sering berlari - lari sekitar rumah , berlompat- lompat ketawa
dan berkata se enak nya
X. ELIMINASI
5. Eliminasi Urine
74
Bau Normal Normal
Warna Kuning pucat Jernih
6. Eliminasi Alvi
Y. PEMERIKSAAN FISIK
10. Keadaan Umum
keadaan pasien saat ini adalah gelisah dan rewel
10) Telinga
telinga simetris ,tidak ada luka tidak ada memar
11) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pendarahan
16. Leher
Tidak ada pembengkakan tidak ada memar dan tidak ada luka
17. Dada
Bentuk dada simetris tidak ada bengkak Kak
d. Genetalia
Tidak ada infeksi dan tidak ada kemerahan
18. Kulit
Tidak mengalami alergi tidak iritasi dan kulit tidak kering)
75
Z. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
3. Pengkajian Perkembangan (Ddst Atau Kka/Kartu Kembang Anak)
a. Motorik Kasar
Ibu pasien mengatakan anak tidak dapat duduk tenang dan melihat dan
bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya
b. Motorik Halus
Anak berlari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit
tujuan atau tanpa tujuan yang jelas
c. Personal Sosial
Iya tidak dapat melakukan suatu percakapan ia menyerah menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan terakhir dan apa yang telah dikatakan
d. Bahasa
Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari 1 topik atau Pig yang
lain…
1. Elektroensefalogram
2. EEG
( Nurun Najah)
76
ANALISA DATA
Ds.
Gangguan interaksi
- ibu pasien Ketidak teraturan atau sosial
mengatakan kekacauan lingkungan
anak nya sering
merasakan tidak
nyaman dengan
situasi situasi sosial
DO.
Klien tidak berminat
melakukan kontak
emosi dan fisik
Klien tidak
kooperatif dalam
bermain dan
berteman dengan
sebaya
77
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
78
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional Paraf
1 Observasi - interaksi dengan pasien meningkat untuk
pembentukan kepercayaan
1. Setelah di lakukan gerakan - Identifikasi
keperawatan 3 x 24 jam maka penyebab kurangnya
gangguan interaksi sosial keterampilan sosial
belum teratasi dengan kriteria - Identifikasi fokus - meningkatkan pembentukan dan mempertahankan
hasil pelatihan hubungan saling kepercayaan
keterampilan sosial
1. Kan nyaman dengan
situasi sosial Terapeutik - memberikan rasa aman dan nyaman dengan adanya
meningkat
-Motivasi untuk berlatih seorang orang yang telah terbentuk hubungan atau
keterampilan sosial keluarga
2. Perasaan mudah
menerima atau -Beri Umpan balik positif
mengkomunikasikan atau pujian terhadap
perasaan meningkat kemampuan sosialisas
- Libatkan keluarga
3. Responsif ada orang selama latihan
lain meningkat keterampilan sosial Jika
perlu
4. Perasaan tertarik pada
orang Alvin terdapat Edukasi
pada orang lain
- Jelaskan tujuan melati
80
meningkat keterampilan sosial
- Jelaskan respon dan
5. Minat melakukan konsekuensi
kontak emosi keterampilan sosial
meningkat - Anjurkan menggunakan
perasaan akibat masalah
yang dialami
- Anjurkan mengevaluasi
pencapaian setiap
interaksi
- Edukasi keluarga untuk
dukungan keterampilan
sosial
- Melatih keterampilan
sosial secara bertahap
TINDAKAN KEPERAWATAN
81
Nama Pasien : ahmad bisri No. RM : 001002
Umur : 7tn Ruang : melati
CATATAN PERKEMBANGAN
EVALUASI
83
Umur : ......................... Th/Bln Ruang : ........................
84
P : intervensi dilanjutkan
85
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Retardasi mental atau disabilitas intelektual adalah gangguan intelektual yang
ditandai dengan kemampuan mental atau intelegensi di bawah rata-rata. Klasifikasi
berdasarkan pendidikan dan bimbingan, retardasi mental tipe ringan masih mampu
didik, retardasi mental tipe sedang mampu dilatih, sedangkan retardasi mental mental
tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.
Bimbingan untuk anak retardasi mental tergantung pada tingkat kemandirian anak.
Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang anak dapat
menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor
genetik, neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan,
psikososial merupakan faktor penyebab dari gangguan ini. Pada umumnya
terdapat beberapa tes penunjang dalam menentukan bahwa anak menderita
ADHD atau tidak, namun yang sering dilakukan dan merupakan tugas
perawat adalah melakukan pengkajian dengan mengguanakan formulir
deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH
(Abbreviated Conners Ratting Scale).
4.2 SARAN
1. Keluarga
Untuk keluarga diharapkan lebih memberikan perhatian dan stimulasi terkait
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak retardasi mental dengan cara tetap
memperhatikan kebutuhan dan keperluan sehari-hari seperti memberikan
86
pendidikan meskipun di sekolah luar biasa, keluarga juga tetap memberikan
dukungan sosial kepada anak retardasi mental agar bisa tumbuh di lingkungan
masyarakat dengan baik.
2. Masyarakat
Untuk masyarakat diharapkan mampu memberikan dukungan positif kepada anak
retardasi mental dengan cara tidak melakukan stigma negatif terhadap anak
retardasi mental, tidak membeda-bedakan anak retardasi mental dengan anak
normal lainnya dan memberikan respon positif sehingga anak retardasi metal
merasa diterima di lingkungan masyarakat.
87
DAFTAR PUSTAKA
88