Kep. Anak Keb. Khusus

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 90

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(RM, AUTHIS, ADHD)

Disusun Oleh :

1. Fadhilah Putri Ayu A 1150019047


2. Mei Rista Eka Wardani 1150019028
3. Elya Alvira Setiya Adi 1150019020
4. Apriliya Aidha Riyani 1150019040
5. Siti Kurnia Indra Yanti 1150019061
6. Indah Amiatul Azizah 1150019064
7. Abid Ali Ahmadi 1150019046
8. Nurun Najah 1150019015

Dosen Pembimbing :

Firdaus, S.Kep,Ns,M.Kep.

PRODI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kita Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulisan dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan Anak Berkebutuhan
Khusus (RM,AUTHIS,ADHD)”. Dalam penyusunan makalah ini, penulisan banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi tantangan itu bisa teratasi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Surabaya,25 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3

2.1 Penyakit RM.........................................................................................................3

2.1.1 Definisi RM................................................................................................3

2.1.2 Klasifikasi RM............................................................................................3

2.1.3 Etiologi RM................................................................................................4

2.1.4 Diagnosis dan Gejala RM...........................................................................7

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang RM.......................................................................8

2.1.6 Penatalaksanaan RM..................................................................................9

2.1.7 Pencegahan RM..........................................................................................9

2.1.8 Asuhan Keperawatan RM ........................................................................11

2.2 Penyakit Authis..................................................................................................14

2.2.1 Definisi Authis..........................................................................................14

2.2.2 Etiologi Authis..........................................................................................16

2.2.3 Patofisiologi Autis ...................................................................................17

ii
2.2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................................20

2.2.5 WOC ........................................................................................................21

2.2.6 Penatalaksanaan Authis ...........................................................................22

2.3 Penakit ADHD ...................................................................................................24

2.3.1 Definisi ADHD.........................................................................................24

2.3.2 Penyebab ADHD .....................................................................................24

2.3.3 Pedoman ADHD.......................................................................................26

2.3.4 Kriteria ADHD.........................................................................................28

2.3.5 Treatment ADHD.....................................................................................29

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................................31

3.1 Asuhan Keperawatan RM...................................................................................31

3.2 Asuhan Keperawatan Authis..............................................................................54

3.3 Asuhan Keperawatan ADHD ........................................................................... 72

BAB IV PENUTUP...............................................................................................................84

4.1 Kesimpulan.........................................................................................................84

4.2 Saran...................................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................86

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat
gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuaidengan tahap
perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolahmaupun di rumah (Isaac,
2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejalamenetap sampai dengan masa
dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salahsatu alasan dan masalah paling umum
mengapa anak-anak dibawa untukdiperiksa oleh para professional kesehatan mental.
Konsensus berpendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 305%
atau sekitar 2 juta anak-anakusia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).Sebagian
besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usiasekolah sampai tingkat
tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1% sangat hiperaktif. Sekitar 30-40%
dari semua anak-anak yang diacu untukmendapatkan bantuan professional karena
masalah perilaku, datang dengankeluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006).Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi
anakADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20anak
menderita ADHD.
Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktorseperti genetik ataupun pengaruh
lingkungan yang lain, seperti pengaruhalkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3,
alergi terhadap suatumakanan, dan lain-lain (Verajanti, 2008).Kenyataannya ADHD
ini tidak selalu disertai dengan gangguanhiperaktif. Oleh karena itu, maka istilah
ADHD di Indonesia, lazimnyaditerjemahkan menjadi Gangguan Pemusatan Perhatian
dengan atau tanpaHiperaktif (GPP/H). Anak yang mengalami ADHD kerap kali
tumpang tindihdengan kondisi-kondisi lainnya seperti disleksia, dispraksia,
gangguanmenentang dan melawan. (Baihaqi, 2008).
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental
berat sekitar 0,3 % dari seluruh populasi , dan hamper 3% mempunyai IQ
dibawah 70. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa
dimanfaatkan,karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,bimbingan
serta pengawasan sepanjang hidupnya (Swaiman KF,1989).Sehingga retardasi

1
mental masih merupakan dilemma,sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis,pengobatan dan pencegahannya
masih merupakan masalah yang tidak kecil.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana teori penyakit dan askep Retardasi Mental?
2. Bagaimana teori penyakit dan askep ADHD?
3. Bagaimana teori dasar Retardasi Mental dan ADHD?

1.3 TUJUAN
1. Bagi pembaca : diharapkan dengan paparan materi yang diberikan
dapatmemberika pengetahuan mengenai anak dengan ADHD dan Retardasi
Mental
2. Bagi mahasiswa keperawatan : Dapat dijadikan sebagai landasan teori
untuk mempelajari macam penyakit yang diderita anak-anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENYAKIT RETARDASI MENTAL (RM)


2.1.1 Definisi RM

Retardasi mental atau disabilitas intelektual adalah gangguan intelektual


yang ditandai dengan kemampuan mental atau intelegensi di bawah rata-rata.
Orang dengan retardasi mental mempelajari kemampuan baru, namun lebih
lambat.

Terdapat berbagai derajat retardasi mental, mulai dari ringan hingga sangat
berat. Kemampuan intelegensi biasanya diukur dengan menggunakan skor IQ.
Seseorang dikatakan retardasi mental apabila didapati skor IQ < 70.

1.1.2 Klasifikasi RM
Soetjiningsih dan Ranuh (2014) menyebutkan terdapat bermacam-macam
klasifikasi retardasi mental yaitu :

1. Menurut Melly dalam Soetjiningsih dan Ranuh (2014) :

a. Retardasi mental tipe klinik Pada retardasi mental tipe klinik mudah
dideteksi sejak dini, karena kalaianan fisik dan mentalnya cukup besar.
Penyebab terseringnya adalah kelainan organik. Kebanyakan anak ini
perlu perawatan yang terus menerus dan kelaianan ini dapat terjadi
pada kelas sosial tinggi maupun rendah. Orang tua anak retardasi
mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat
sendiri kelaianan pada anaknya.

b. Retardasi mental tipe sosiobudaya. Biasanya, kelaianan ini baru


diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga tipe
ini disebut anak retardasi enam jam, karena begitu mereka keluar
sekolah mereka dapat bermain seperti anak-anak normal lainnya. Tipe
ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para

3
orang tua tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya. Mereka
mengetahui kalau anaknya retardasi mental dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal naik kelas beberapa kali.

3. Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) AAMR


hanya membagi retardasi mental menjadi dua kategori yaitu retardasi
mental ringan dan berat.

Keterangan : AAMR hanya membedakan retardasi mental ringan dan berat.


Pembagian ini berdasarkan kriteria yang lebih alamiah, antara lain
berdasarkan meningkatnya likelihood dari :

a. Penyebab yang dapat didentifikasikan

b. Komorbid kesehatan, perilaku dan gangguan psikiatrik

c. Ketidakmampuan untuk mengikuti pendidiakn formal

d. Kebutuhan untuk perwalian nanti kalau sudah dewasa pada retardasi


mental berat

4. Klasifikasi berdasarkan pendidikan dan bimbingan

Retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe
sedang mampu dilatih, sedangkan retardasi mental mental tipe berat dan
sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.
Bimbingan untuk anak retardasi mental tergantung pada tingkat
kemandirian anak.

1.3.6 Etiologi RM
Subastian CS (2001) dan Harun KH (2002) dalam Soetjiningsih dan Ranuh
(2014), penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut :
1. Pranatal
a. Chromosomal Aberration
1) Sindrom Down 95% kasus Sindrom Down disebabkan trisomi 21,
sisanya disebabkan oleh transolakasi dari mosaik.
2) Delesi Contoh, sindrom cri-du-chat disebabkan delasi pada
kromosom 5p3
4
3) Sindrom malformasi akibat mikrodelalasi Contoh, sindrom Prader-
Wili (paternal origin) dan Angelman (maternal origin) terjadi
mikrodelesi pada kromosom 15q11-12, terdapat perbedaan fenotif
kerena mekanisme imprinting.
b. Disorder with autosomal-dominan inheritance Contoh adalah tuberus-
sclerosis yang disebabkan mutasi gen pada pembentukan lapisan
ektodermal dari fetus. Bila diagnosis tuberus- sclerosis ditegakkan,
kedua orang tuanya harus diperiksa, karena risiko kejadian dapat
berulang 50% pada setiap kehamilan.
c. Disorder with autosomal-recessive inheritance Sebagian besar penyakit
metabolik mengikuti kategori ini. Contohnya adalah phenylketonuria
(PKU), penyaki metabolik yang banyak diketahui. Gangguan ini pertama
kali diketahui pada tahun 1934 oleh Folling pada anak dengan retardasi
mental.
d. X-linked mental retardation Fragile X syndrome merupakan penyebab
kedua retardasi mental, setelah Sindrom Down. Kelainan kromosom
terjadi pada lokasi Xq27.3.
e. Infeksi Maternal
1) Infeksi rubela pada bulan pertama kehamilan, dapat mempengaruhi
organogensis fetus (50%). Infeksi pada bulan ketiga kehamilan
mengakibatkan gangguan perkembangan fetus (15%). Kelainan
akibat infeksi rubela berupa retardasi mental, mikrosefali, gangguan
pendengaran, katarak, dan kelainan jantung bawaan.
2) Infeksi sitomegalovirus konginetal dapat menyebabkan mikrosefali,
gangguan pendengaran sensorineural, dan retardasi psikomotor
3) Toksoplasmosis konginetal mengakibatkan 20% bayi yang terinfeksi
mengalami kelainan hidrosefalus, mikrosefali, gangguan
perkembangan psikomotor, mata, dan pendengaran.
4) Human Immunodeficiency Virus (HIV) konginetal dapat
menyebabkan ensefalopati, yang ditandai oleh mikrosefali, kelainan
neurologi progresif, retardasi mental, dan gangguan perilaku. f. Zat-
zat Racun Zat teratogen yang terpenting pada ibu hamil adalah
etanol, yang dapat, menyebabkan Fetal Alcohol Syndrome (FAS).
Alkohol menyebabkan tiga kelainan utama yaitu : (1) Gambaran
5
dismorfik (bila terpajan pada tahap organogenesis), (2) Retardasi
pertumbuhan prenatal dan pascanatal, (3) Disfungsi susunan saraf
pusat (SSP), termasuk retardasi mental ringan atau sedang,
perkembangan motorik lambat, hiperaktivitas. Beratnya kelainan
tergantung pada jumlah alkohol yang dikonsumsi.
f. Toksemia kehamilan dan insufesiensi plasenta Intrauterine Growth
Retardation (IUGR) banyak penyebabnya. Penyebab yang penting
adalah toksemia kehamilan yang dapat mengakibatkan kelainan pada
SSP. Prematuritas dan terutama IUGR merupakan predisposisi
komplikasi perinatal, yang bisa mempengaruhi SSP dan menimbulkan
masalah perkembangan lainnya.
2. Perinatal
a. Infeksi Infeksi pada periode neonatal dapat menyebabkan sekuele
perkembangan, misalnya herpes simplek tipe 2 yang dapat menyebabkan
ensefalitis dan sekuelenya. Infeksi bakteri yang menyebabkan sepsis dan
meningitis dapat mengakibatkan hidrosefalus.
b. Masalah kelahiran Asfiksia berat, prematuria, trauma lahir, dan gejala-
gejala neurologis pada masa bayi harus diwaspadai sebagai faktor risiko
retardasi mental.
c. Masalah perinatal lainnya Misalnya, pada retinopathy of prematurity
(fibroplasias retrolental) karena pemakaian oksigen 100% pada bayi
premature, selain mengakibatkan kebutaan juga dapat mengakibatkan
retardasi mental. Demikian pula, hiperbilirubinemia dapat menyebabkan
ikterus dan retardasi mental.
3. Pascanatal
a. Infeksi, isalnya ensefalitis dan meningitis.
b. Penyebab pascanatal lainnya Misalnya tumor ganas pada otak, trauma
kepala pada kecelakaan, dan hampir tenggelam.
c. Zat-zat racun, misalnya keracunan logam-logam berat
d. Masalah psikososial. Misalnya, depresi, deprivasi maternal, kurang
stimulasi, kemiskinan, dan lainnya.
e. Penyebab tidak diketahui Sekitar 30% retardasi mental berat dari 50%
retardasi mental ringan tidak diketahui. Kebanyakan anak yang
menderita anak retardasi mental ini berasal dari golongan sosial ekonomi
6
rendah kurangnya stimulasi dari lingkungannya, yang secara bertahap
menurunkan IQ bersamaan dengan terjadinya maturasi.

1.1.4 Diagnosa dan Gejala RM


1. Diagnosis Retardasi Mental
Dalam mendiagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan pada kondisi
pasien secara menyeluruh. Pemeriksaan dilakukan dengan mewawancarai
pasien dan orang tuanya, melakukan observasi secara langsung, dan
menjalankan serangkaian tes intelektual dan kemampuan penyesuaian diri
pasien dengan lingkungan.

Seseorang yang menderita retardasi mental akan menunjukkan 2 tanda utama,


yakni kemampuan menyesuaikan diri yang buruk dan nilai IQ di bawah rata-
rata. Namun, dokter juga dapat melanjutkan pemeriksaan guna mendeteksi
faktor penyebab yang diderita.

Beberapa tes yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan


tersebut, meliputi :

a. Tes darah.
b. Tes urine.

c. Pemindaian, seperti CT scan dan MRI.

d. Pemeriksaan aktivitas listrik otak atau elektroensefalografi (EEG).

2. Gejala Retardasi Mental

Gejala retardasi mental pada tiap pasien dapat berbeda-beda, tergantung


tingkat keparahan kondisi yang dialami. Gejala yang dapat timbul pada
penderita retardasi mental, berupa:

a. Kesulitan berbicara.
b. Lambat dalam mempelajari hal-hal penting, seperti berpakaian dan
makan.

c. Kesulitan dalam pengendalian emosi, seperti mudah marah.

d. Ketidakmampuan memahami konsekuensi atas tindakan yang diambil.

7
e. Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah.

f. Daya ingat yang buruk.

Nilai IQ pasien juga dapat menunjukkan tingkat keparahan kondisi yang


diderita. Berikut tingkat keparahan kondisi berdasarkan nilai IQ:

a. Ringan − nilai IQ sekitar 50-69.


b. Sedang − nilai IQ sekitar 35-49.

c. Berat − nilai IQ sekitar 20-34.

d. Sangat berat − nilai IQ di bawah 20.

Pasien yang tergolong sangat berat dapat menunjukan gejala lain,


seperti kejang, gangguan penglihatan, gangguan pengendalian gerak tubuh,
atau gangguan pendengaran. Apabila gejala-gejala retardasi mental muncul,
segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan.
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Ketahui tingkat keparahan berdasarkan nilai IQ yang didapat. Seseorang
dengan nilai IQ sekitar 50-69 dinyatakan ringan. Sedangkan seseorang dengan
nilai IQ 35-49 dikategorikan sedang. Kategori berat jika pengidap memiliki nilai
IQ 20-34. Sedangkan seseorang dinyatakan mengalami retardasi mental yang
berat ketika seseorang memiliki nilai IQ di bawah 20.

Selain dilihat dari nilai IQ, retardasi mental dilihat dari gejala yang dialami
oleh pengidap, seperti kesulitan dalam berbicara dan kurang cepat dalam
mempelajari aktivitas sehari-hari seperti makan maupun menggunakan pakaian.
Pengidap retardasi mental sulit untuk mengendalikan emosi, sehingga pengidap
retardasi mental dapat ditemukan dengan perubahan suasana hati yang begitu
cepat. 

Daya ingat yang buruk dan kesulitan untuk mengambil keputusan menjadi
gejala yang muncul. Namun, tidak ada salahnya untuk lakukan pemeriksaan
agar dokter dapat memastikan kondisi kesehatan yang dialami. Segera
periksakan ke rumah sakit terdekat jika memiliki kerabat dengan gejala retardasi
mental.

8
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan observasi langsung pada pasien dan
juga keluarganya. Observasi ini menggunakan teknik wawancara untuk
menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai riwayat kesehatan pengidap.
Tes intelektual juga dijalani oleh pengidap retardasi mental agar tim medis
melihat kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Pemeriksaan lanjutan dilakukan untuk memastikan penyebab seseorang


mengalami retardasi mental, seperti:

1. Tes darah;

2. Tes urine;

3. CT scan atau MRI;

4. Pemeriksaan aktivitas listrik pada otak.

1.4.6 Penatalaksanaan RM
Penatalaksanaan anak dengan RM bersifat multi-dimensi dan sangat individual.
1. Perawatan Umum
a. Meningkatkan kesehatan dengan memberikan gizi yang baik,
mengajarkan cara hidup sehat
b. Memberikan perlindungan terhadap penyakit (imunisasi)
c. Mendeteksi penyakit sedini mungkin
d. Diagnosis dini PKU dan hipotiroid (kalau ada), untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut
e. Koreksi defek sensoris, kemudian dilakukan stimulasi dini (stimulasi
sensoris, terapi wicara)
2. Terapi Medikamentosa
a. Pemberian neurotropik, vitamin masih kontroversial
b. Pemberian prikotropik diberikan jika ditemukan komorbiditas
spesifik, sesuai dengan DSM IV antara lain kelainan perkembangan
pervasif (termasuk autisme), attention deficit hyperactivity disorder,
kelainan tic, gerakan stereotipik, skizofrenia atau kelainan psikotik
lain, kelainan mood, gangguan cemas, post-traumatic stress disorder

9
(PTSD), kelainan obsesif-kompulsif, kelainan makan (eating
disorder) serta kondisi medis umum lainnya.
1.3.7 Pencegehan RM
Pencegahan Kondisi Retardasi Mental

Ada kalanya kondisi retardasi mental tidak dapat dicegah, tapi ada beberapa


langkah yang diharapkan bisa menjadi jalan pencegahan yang signifikan, yaitu:

1. Imunisasi rubella untuk mencegah fenomena rubella kongenital dan


morbiditas yang menyertainya.

2. Perawatan prenatal yang ditingkatkan dengan perhatian pada kehamilan


yang berisiko, termasuk peningkatan gizi, penatalaksanaan diabetes, dan
pencegahan prematuritas.

3. Perawatan khusus untuk bayi prematur sebagaimana dicontohkan oleh


spesialisasi pediatri neonatologi dan unit perawatan intensif bayi baru lahir.

4. Konseling genetik untuk keluarga di mana ada masalah yang diketahui


(seperti, sindrom Fragile-X, translokasi kromosom).

5. Saran mengenai asupan alkohol selama kehamilan untuk pencegahan


sindrom alkohol janin.

6. Pengurangan paparan lingkungan terhadap timbal pada anak-anak yang


berkaitan dengan keracunan timbal dan peningkatan beban timbal.

7. Pengurangan kecelakaan masa kanak-kanak (cedera kepala) dengan


memperhatikan pengendalian yang efektif pada mobil, dan terhadap bahaya
lainnya.

8. Konseling dan pendidikan untuk mengurangi kehamilan di masa remaja


dengan petugas meningkatkan risiko kebidanan dan sosial.

9. Upaya untuk mengurangi penelantaran dan pelecehan anak dengan


memanfaatkan dukungan, pendidikan, dan pengawasan.

10. Pendidikan kesehatan dan gizi yang dirancang untuk mempromosikan


perawatan preventif dan antisipatif anak-anak.
10
11. Skrining bayi baru lahir untuk hipotiroidisme kongenital diikuti dengan
terapi penggantian.

12. Pemberian layanan yang berkelanjutan dan efektif bagi keluarga anak-anak
penyandang cacat untuk mempromosikan kemajuan anak dan integrasi
keluarga.

2.1.8 Asuhan Keperawatan Retardasi Mental


A. PENGKAJIAN
Dapat dilakukan melalui :
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium,
misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii
mental.Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan
jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah
kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik
yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan
dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus
prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak
dalam otakdan kadar fenilalanin yang tinggi.

Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut :

1. Lakukan pengkajian fisik.


2. Lakukan pengkajian perkembangan.
3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental
dangangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu
jenisnya yang utama
4. Dapatkan riwayat kesehatan untuk mendapatkan bukti-bukti adanya
trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme,konsumsi
obat.
6. Nutrisi tidak adekuat.
7. Penyimpangan lingkungan.
11
8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,ensefalitis,
campak) atau suhu tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,disfungsi
metabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler
Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif
Behavior Scale.
13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental
14. Tidak responsive terhadap kontak. Kontak mata buruk selama
menyusui
15. Penurunan aktivitas spontan.
16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17. Peka rangsang.
18. Menyusui lambat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan interaksi social berhubungan dengan hambatan
perkembangan/maturase
2. Isolasi social berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa : Gangguan interaksi social berhubungan dengan hambatan
perkembangan/maturase
Intervensi : Promosi Sosialisasi
Observasi

1. Identifikasi kemampuan interaksi dengan orang lain

2. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain

Tarapeutik
3. Motivasi meningkatkan keterlibatan dan berinteraksi dalam suatu
hubungan

4. Motivasi kesabaran dalam mengambangkan suatu hubungan

5. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan


orang lain
12
6. Berikan umpan balik positif pada peningkatan kemampuan

Edukasi
7. Anjurkan berinterkasi dengan oranglain secara bertahap

8. Anjurkan ikut serta dalam kegiatan sosial dan masyarakat

9. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain

10. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati orang lain

11. Latih bermain peran meningkatkan ketrampilan komunikasi

12. Latih mengekspresikan marah dengan tepat

D. IMPLEMENTASI

Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan


pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan
atau tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan
kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu
keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan
tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan atau
hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain
keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat
yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan
tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari
mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas
rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat
klien di rawat terbatas.

E. EVALUASI

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi


dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan
data objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan
sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan
masalah apayang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
kembali. Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik
rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan
13
melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya
dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang
perawat lakukan adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai
dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.

2.2 PENYAKIT AUTIS

2.2.1 Definisi Authis

Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan
perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis menurut
para ahli adalah sebagai berikut:

a. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,


mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo,
2003 )

b. Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang


mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan
anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan
perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak
Austistik”. ( American Psychiatic Association 2000 )

c. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial,


komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan
perkembangan terlambat atau tidak normal. Autisme mulai tampak sejak
lahir atau saat masi bayi ( biasanya sebulum usia 3 tahun ). “Sumber dari
Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)

d. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir


ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan
anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).
Anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan
yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun
mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya. Anak autisme
dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

14
a. Segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan
pendidikan secara khusus sejak dini.

b. Segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan


otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.

c. Segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan


perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek
komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya
penanganan secara psikologis.

d. Segi social anak autis asalah anak yang mengalami gangguan


perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, Bahasa, interaksi
social, sehingga anak ini memerlukan bimbingan keterampilan social agar
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi
otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai
dunianya sendiri.

2.2.2 Etiologi Autis


Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada otak
anak autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa sebabnya sampai
timbul kelainan tersebut memang belum dapat dipastikan. Banyak teori yang
diajukan oleh para pakar, kekurangan nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi
udara, air dan makanan. Diyakini bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase
pempentukan organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0 ± 4
bulan. Organ otak sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15
minggu.
Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak negara
diketemukan beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme mempunyai
kelainan pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap
lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum),
15
terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas proses
sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian).
Juga didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga
terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi
gangguan atau kekacauan impuls di otak. Akibatnya terjadi gangguan fungsi
control terahadap agresi dan emosi yang disebabkan oleh keracunan logam
berat seperti mercury yang banyak terdapat dalam makanan yang dikonsumsi
ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang
tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak penderita autis
terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar yang tinggi.

16
Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif
atau sangat pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan
daya ingat. Terjadilah kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang
diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan
hippocampus. Faktor genetika dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan
sel – sel saraf dan sel otak, namun diperkirakan menjadi penyebab utama dari
kelainan autisme, walaupun bukti-bukti yang konkrit masih sulit ditemukan.

Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya


gejala autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi
gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme.
Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai
pemicu, misalnya : infeksi ringan sampai berat pada bayi. Pemakaian
antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur yang
berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky get syndrome)
dan tidak sempurnanya pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua protein
ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua
protein tersebut terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin
pada otak anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang
diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi
karena adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena
faktor ekonomi.
2.2.3 Patofiologi Autis
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik
(dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun

17
Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian
otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit,
dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian
sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat
dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut.
Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan
neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4,
vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan
zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf,
migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain
growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth
without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak
beraturan.
Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya
gejala autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi
gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme.
Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai
pemicu, misalnya : infeksi ringan sampai berat pada bayi. Pemakaian
antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur yang
berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky get syndrome)
dan tidak sempurnanya pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua protein
ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua
protein tersebut terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin

18
pada otak anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang
diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi
karena adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena
faktor ekonomi.

Sebaliknya pertumbuhan akson secara banormal mematikan sel purkinye


yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4
menyebabkan kematian sel purkinye .

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.
Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan
gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu
mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang,
kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.
Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan
atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami
aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi,
proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil
menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau
membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi
lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian
depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman
menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan
otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala
(bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara
lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi
yang diderita ibu pada masa kehamilan.

19
2.2.4 Manifestasi Klinis
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama
sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Tidak
mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu tanpa tahu
artinya. Bicara.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial

Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak


menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang
atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan orang
yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknnya.
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati
malah menjauh.
3. Gangguan dalam bermain

Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan


sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kedekatan
dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus
dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak
mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai atau
benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam
bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari- jarinya
sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang
ritualistik sering terjadi, sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus
melalui rute yang sama.
4. Gangguan perilaku

Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus
20
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat
hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia
datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan
berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti dirinya sendiri
seperti memukul kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau
sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong.
Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian
pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan
akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

5. Gangguan perasaan dan emosi


Dapat dilihat dari perilaku tertawa sendiri, menangis atau marah tanpa
sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama
bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya bahkan bisa menjadi
agresif dan merusak. Tidak dapat berbagi perasaan empati dengan anak
lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori

Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran,


sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila
mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci
rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak
menyukai pelukan, bila digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
7. Intelegensi

Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara


fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal,
karena terdapat gangguan bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70%
penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ
diatas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan pemikiran
simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan yang
menonjol di suatu bidang.
21
2.2.5 WOC

Partus lama genetik Keracunan Pemakaian


logam MK: Resti antibiotik
infeksi berlebihan
Gangguan
nutrisi dan >>> neurotropin
oksigenisasi dan neuropaptida Infeksi jamur

Gg pada otak Kerusakan pada Kebocoran usus dan


sel purkinye dan tidak sempurna
pencernaan kasein
Abnormalitas hippocampus dan gluten
pertumbuhan sel
Gg
saraf Protein terpecah
keseimbangan sampai
Peningkatan serotonin dan polipeptida
neurokimia secara dopamin
abnormal Gg pada Kasein dan gluten
Growth otak kecil terserap kedalam
without aliran darah
guidance
Reaksi atensi
Menimbulkan
lebih lambat
efek morfin
pada otak
AUTIS

MK : perubahan
persepsi sensori

2.5.6 Penatalaksanaan Autis

Penatalaksanaan dibagi 2 yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan


keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis

Umunya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan


penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi
anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi
farmakologi, yang saat ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine,
lithium, haloperidol dan naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai.

22
Terapi anak dengan autisme membutuhkan identifikasi diri. Intervensi
edukasi yang intensif, lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf
yang terlatih baik, peran serta orang tua dapat meningkat prognosis.

Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk
lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang
harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota
keluarga di rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi
anak autis. Terapi peilaku terdiri dari tetapi wicara, terapi okupasi, dan
menghilangkan perilaku yang asosial. Dalam terapi farmakologi
dinyatakan belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan
kelainan ini. Medikasi (terapi obat) berguna terhadap gejala yang
menyertai, misalnya haloperidol, risperidone dan obat anti-psikotik teradap
perilaku agresif, ledakan-ledakan perilaku, instabilitas mood (suasana
hati). Obat antidepresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap ansietas,
kecemasan, mengurangi stereotip dan perilaku perseveratif dan
mengurangi ansietas dan fluktuasi mood. Perilaku mencederai diri sendiri
dan mengamuk kadang dapat diatasi dengan obat naltrexone.
b. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk :

1. Mengurangi masalah perilaku.

2. Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang


terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara.
menagement perilaku dapat mengubah perilaku
destruktif dan agresif.
3. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
conditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan dukungan negatif
(hukuman).
4. Anak bisa mandiri dan bersosialisasi.
Mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis

2.3 PENYAKIT ADHD

23
2.3.1 Definisi ADHD
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan
hiperaktivitas, kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun
dan dikarakteristikkkan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian,
impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998). ADHD adalah suatu kondisi yang
pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian),
Minimal Brain Disorder (kerusakan kecil di otak), Minimal Brain Damage
(kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak / aktif), dan
Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi,2009). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak
kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
keterampilan akademik,dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
(Ginanjar, 2009).
2.3.2 Penyebab ADHD
1. Perspektif Biologis
Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti apa penyebab biologis dari
ADHD. Faktor-faktor risiko pada saat kelahiran yang diduga terkait dengan
ADHD adalah kelahiran yang prematur, berat lahir yang sangat rendah, dan
luka/trauma saat kelahiran. Luka pada otak setelah kelahiran juga
ditemukan berkaitan dengan ADHD. Kemudian beberapa ahli menemukan
bahwa area-area tertentu dari otak anak ADHD, ukurannya lebih kecil dan
aktivitasnya lebih sedikit sebanyak 5-10% dibandingkan area normal.
Ditemukan pula kaitan antara ADHD dengan zat-zat kimia yang terdapat
dalam sel otak (Tynan, 2005). Selain itu, penderita ADHD diketahui
mempunyai kerusakan pada frontal-limbic system (National Institute of
Mental Health, 2000). Para ilmuwan dari NIMH (National Institute of
Mental Health), (2000) menemukan hubungan antara kemampuan
seseorang untuk memberikan atensi secara kontinu dengan level aktivitas
otak. Hasil penelitian menemukan perbedaan penting antara anak ADHD
dan bukan ADHD.

24
Pada anak ADHD, area di otak yang mengontrol atensi hanya menggunakan
sedikit glukosa, mengindikasikan bahwa aktivitas di beberapa area otaknya
sedikit pula. Rendahnya tingkat aktivitas di beberapa area otak ini
menyebabkan anak kurang dapat memusatkan perhatian pada suatu hal.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh para ilmuwan di National Institute
of Mental Health, (2000) mengungkapkan bahwa wanita yang
mengkosumsi rokok, alkohol, atau obat-obatan lain selama masa kehamilan
dapat memberi efek negative pada perkembangan janin. Ditemukan bahwa
alkohol dan nikotin pada rokok dapat menghambat perkembangan sel otak
janin. Konsumsi alcohol selama hamil dapat menyebabkan Fetal Alcohol
Syndrome, yaitu suatu kondisi dimana bayi lahir dengan berat badan
kurang, kemunduran intelektual, dan ketidaksempurnaan bentuk fisik.
Banyak anak yang lahir dengan FAS menunjukkan hiperaktivitas,
inattention, dan impulsivitas seperti anak dengan ADHD. Sedangkan obat-
obatan seperti kokain dapat mempengaruhi sel-sel reseptor otak yang
berfungsi untuk mentransmisikan sinyal dari kelima indera dan membantu
mengontrol repson terhadap lingkungan. Beberapa kerusakan pada sel-sel
tersebut dapat mengarah pada ADHD.
2. Perspektif Genetis

Hasil penelitian lain yang juga dilakukan oleh para ilmuwan di National
Institute of Mental Health, (2000) menunjukkan adanya kecenderungan
bahwa ADHD terjadi secara genetik. Hal ini diteliti oleh Goodman dan
Stevenson pada 238 pasang anak kembar, ditemukan bahwa hiperaktif
diderita pada 51% anak yang kembar identik dan 33% pada anak yang
kembar fraternal. Anak-anak dengan ADHD biasanya mempunyai setidak-
tidaknya satu orang keluarga dengan ADHD. Setidaknya sepertiga dari para
ayah dengan ADHD pada masa kecilnya mempunyai anak dengan ADHD
pula.

1. Perspektif Perilaku

Hiperaktif mungkin merupakan proses belajar, dimana terjadi modeling


tingkah laku terhadap orangtua atau teman. Orangtua pada anak yang
hiperaktif akan sering memberi perintah serta mempunyai hubungan

25
interaksi yang negative. Ketika dilakukan pengobatan secara simultan,
perintah dan tingkah laku yang ditampilkan orangtua menurun. Jadi dengan
demikian perilaku anak hiperaktif juga menurun karena interaksi negative
dengan orangtua menurun (Rose & Rose, 1982 dalam Kurtz, 2005).

Subkategori ADHD saat ini banyak individu dengan gejala kurang


perhatian (inattention) dan hiperaktif-impulsif (hyperactivity-impulsivity)
dimana pada salah satunya terdapat gejala yang dominan. Subkategori yang
sesuai untuk diagnosis saat ini harus ditunjukkan berdasarkan gejala
dominan yang sudah terjadi untuk 6 bulan terakhir.

a. Attention-Deficit/Hyperactivity, Predominantly Inattentive Type.


Subkategori ini digunakan jika enam (atau lebih) gejala kurang
perhatian (tetapi kurang dari enam gejala hiperaktif-impulsif) yang
telah berlangsung selama minimal enam bulan. Tipe ini individu
masalah utamanya adalah rendahnya konsentrasi.
b. Attention-Deficit/Hyperactivity, Predominantly Hyperactivity-
Impulsivity Type. Subkategori ini digunakan jika enam (atau lebih)
gejala hiperaktif-impulsif (tetapi kurang dari enam gejala kurang
perhatian yang telah berlangsung minimal selama enam bulan). Tipe ini
individu masalahnya terutama diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-
impulsif.
c. Attention-Deficit/Hyperactivity, Combined Type. Subkategori ini
digunakan jika enam (atau lebih) gejala kurangnya perhatian
(inattention) dan enam (atau lebih) gejala hiperaktif-impulsif telah
dialami selama minimal enam bulan. Individu yang mengalami kedua
rangkaian masalah diatas.

2.3.3 Pedoman Identifikasi ADHD


Untuk melakukan identifikasi ADHD dapat digunakan pedoman yang di
keluarkan oleh American Psychiatric Association, yang menerapkan kriteria
untuk menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu kepada
DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition
tahun 2005)

sebagai berikut:

26
1. Kurang Perhatian
Pada kriteria ini, anak ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih
dari gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan
sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan.
a. Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail
atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap
tugas-tugas atau kegiatan bermain.
c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung.
d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam
menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja
(bukan disebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk
mengerti instruksi).
e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.
f. Seringkali kehilangan barang benda penting untuk tugas-tugas dan
kegiatan, misalnya kehilangan permainan; kehilangan tugas sekolah;
kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lain.
g. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang
didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan
rumah.
h. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar.
i. Seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
2. Hiperaktivitas Impulsifitas

Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas

berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan


yang maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan.

Hiperaktivitas

a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering


menggeliat di kursi.

27
b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi
lainnya di mana diharapkan agar anak tetap duduk.
c. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana
hal ini tidak tepat. (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan
gelisah yang subjektif).
d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan
senggang secara tenang.
e. Sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah 'dikendalikan oleh motor'
dan
f. Sering berbicara berlebihan.

Impulsivitas

a. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.


b. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.
c. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya
rnemotong pembicaraan atau permainan.

2.3.4 Kriteria ADHD dalam DSM-IV-TR


1. Salah satu dari A atau B:
a. Enam atau lebih wujud kurangnya konsentrasi selama minimal 6 bulan
hingga ke tingkat yang maladaptive dan lebih besar dari yang
diharapkan, melihat tingkat perkembangan orang yang bersangkutan,
contohnya berbagai kesalahan yang sembrono, tidak mendengarkan
dengan baik, tidak mengikuti instruksi, mudah teralihkan, mudah lupa
dengan aktivitas sehari-hari.
b. Enam atau lebih wujud hiperaktivitas-impulsivitas yang terjadi selama
minimal 6 bulan hingga ke titik yang maladaptive dan lebih besar dari
yang diharapkan, melihat tingkat perkembangan orang yang
bersangkutan, contohnya bergerak terus dalam posisi duduk, berlari
kesana kemari tanpa tujuan (pada orang dewasa, selalu bergerak
gelisah), bertingkah laku seolah “digerakkan oleh sebuah motor”,
berbicara tanpa henti.
2. Beberapa dari karakteristik di atas terjadi sebelum usia 7 tahun
3. Terjadi di dua lingkungan atau lebih, a.l., di rumah dan di sekolah atau di

28
4. tempat kerja
5. Disabilitas yang parah dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan
6. Tidak terdapat karakteristik gangguan lain seperti skizofrenia, gangguan
anxietas, gangguan mood

2.3.5 Treatment ADHD


1. Treatment Medis

Manfaat yang diperoleh dari treatment medis adalah anak dapat mengontrol
impulsivitas, meningkatkan perhatian anak, dan hiperaktivitas serta
agresivitas anak berkurang. Tidak ada „pil ajaib‟ untuk menyembuhkan
ADHD, obat-obatan medis ini digunakan untuk membantu mengontrol
gejala ADHD (Wenar & Kerig, 2000).

Obat-obatan yang biasa digunakan untuk ADHD, dikenal sebagai


stimulants, adalah methylphenidate (ritalin), dextroamphetamine (dexedrine
atau dextrostat), dan pemoline (cylert). Pada kebanyakan anak, obat-obatan
membantu mengurangi hiperaktivitas dan meningkatkan kemampuan untuk
memfokuskan pikiran pada suatu tugas atau aktivitas, serta meningkatkan
koordinasi fisik, seperti menulis dan olahraga (Wenar & Kerig, 2000).

2. Treatment Non-Medis

Anak ADHD seringkali bermasalah di sekolah, tidak dapat menyelesaikan


suatu aktivitas, dan kehilangan teman. Bukanlah hal yang mudah untuk
melakukan coping dengan berbagai hal yang mereka alami setiap harinya.

Beberapa anak mengekspresikan rasa frustasi dengan agresi, seperti


memukul atau membanting barang-barang (National Institute of Mental
Health, 2000). Berikut ini adalah beberapa jenis terapi yang dapat
digunakan untuk membantu anak ADHD (Wenar & Kerig, 2000) :

a. Psychotherapy: membantu anak ADHD untuk dapat menerima dan


menyukai diri mereka apa adanya. Dalam psychotherapy, pasien
berbicara kepada terapis tentang pikiran dan perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan dan mempelajari alternative-alternatif untuk
mengontrol emosi mereka.

29
b. Cognitive Behavioral Therapy: membantu anak ADHD untuk
mengubah perilaku mereka. Terapis memberikan reward dan
reinforcement untuk membentuk perilaku yang diinginkan, sedangkan
reinforcement negative dan hukuman dihindari.
c. Social Skill Training: membantu anak ADHD mempelajari perilaku
yang baru. Terapis mendiskusikan dan memberi contoh perilaku yang
diharapkan, seperti menunggu giliran, berbagi mainan dengan teman,
meminta bantuan, kemudian memberi kesempatan pada anak untuk
melakukan hal-hal tersebut.dalam penelitian ini anak diajarkan teknik-
teknik berinteraksi secara positif dengan orang lain. Pelatihan ini dapat
efektif jika dilakukan dalam kelompok dan dikombinasikan dengan
teknik modeling, latihan, umpan balik, dan pemberian penguatan
(Wenar, 2000).
d. Support Group: anggota dari support group berbagi kesulitan dan
kesuksesan. Berbagi kisah dengan orang lain yang mempunyai masalah
serupa membuat anak dan orangtua tidak merasa sendirian.
e. Parenting Skill Training: memberikan pengarahan kepada orangtua
untuk mengatasi perilaku anak ADHD mereka. Bila orangtua menemui
tanda-tanda penderita gangguan pemusatan perhatian pada anak
mereka, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengkonsultasikan
persoalan yang dialami anaknya kepada ahli terapi atau psikolog anak.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat
tentang apa yang bisa dilakukan di rumah dan untuk memperbaiki
sikap orangtua agar tidak terlalu menuntut anaknya secara berlebihan.

30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS RETARDASI MENTAL


Seorang anak bernama An. A usia 6 tahun diantar oleh ibunya ke RSUD dr. Saiful Anwar
dengan keluhan merasa tidak nyaman dengan situasi social, sulit menerima atau
mengkomunikasikan perasaan, sering merasa ingin sendirian, merasa tidak aman jika berada
di tempat umum, pasien juga tampak kurang responsive atau tertarik pada orang lain. An. A
memiliki ciri-ciri fisik mata mengalami mikroftalmia, juling, nystagmus. Letak kedua telinga
rendah dan leher rendah. Telah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan didiagnosa
mengalami Retardasi Mental. Dengan tanda-tanda vital pasien TD: 110/80 mmHg, S: 36,5
ºC, N: 110 x/menit, RR: 32 x/menit

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN RM


A. PENGKAJIAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


Jl. Smea 57 Surabaya, Tlp. 031-8284508, 8291920, Faks. (031) 8298582

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Fadhilah Putri Ayu A Rumah Sakit : RSUD Saiful


Anwar
NIM : 1150019047 Ruangan : Tulip
Tanggal Pengkajian : 6 April 2021 Jam : 15.00 WIB

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A Tgl MRS : 6 April 2021
Nama Panggilan : Aryan No. Register : 77-xx-xx
Umur/TTL : 6 tahun / Malang, 7 April 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Sudirman, Klojen, Malang
Pendidikan : SD
Diagnosa : RM (Retardasi Mental)
B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama ibu : Ny. Siva Nama Ayah : Tn. Adi
Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Sudirman, Kloken, Malang Alamat : Jl. Sudirman,

31
Klojen, Malang
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
2. Keluhan Utama
Ibu pasien mngatakan An. A seperti merasa tidak nyaman dengan situasi social, sulit
menerima atau mengkomunikasikan perasaan.

3. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran


a. Pre Natal

Ibu An. A mengatakan selama Ia mengandung pada usia kehamilan


5 bulan Ibu An. A menderita penyakit malaria Falciparum selama 1
minggu dan Ia meminum obat klorokuin yang diperoleh di
POLINDES.
Ibu An. A juga mengatakan selama masa kehamilannya Ia makan 2x
sehari pada siang dan malam dengan nasi tanpa lauk oleh karena status
ekonomi mereka yang rendah.
Ibu An. N juga jarang memeriksa kehamilannya pada pelayanan
kesehatan dengan alasan tidak mempunyai uang untuk mengontrol
kehamilannya.

b. Intra Natal

Ibu An.A melahirkan An.A dengan persalinan yang normal, ia


melahirkan di rumahnya sendiri di bantu oleh bidan desa namun An.A
dilahirkan belum cukup bulan,Ibu klien mengatakan ia melahirkan
pada usia kehamilan 7 bulan.

c. Post Natal

Ibu klien mengatakan ia melahirkan An.A dengan BB 3,5 kg dan PBL : 75


cm

4. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Tdak ada

5. Riwayat Penyakit Sekarang


klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di tangannnya

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga tidak ada yang menderita penyakit serupa

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan/Sosial


Ibu pasien mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes Millitus

32
D. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
1. Penyakit Waktu Kecil
Ketika An. A berusia 3 Tahun An. N pernah mengalami demam yang tinggi
selama 1 minggu, dan ibu klien hanya memberikan termorex untuk menurunkan
demam An. N

2. Pernah Dirawat Di RS
Ibu An. N mengatakan bahwa Ia dan keluarganya tidak pernah berobat di
Rumah Sakit dan ini merupakan pertama kali Ibu klien datang membawa
anaknya ke Rumah sakit

3. Penggunaan Obat-Obatan
Ibu Klien mengatakan bahwa bila An. N sakit kepala atau pusing dan demam
Ibu An. N biasa membeli termorex untuk menurunkan demam An. N

4. Tindakan (Operasi/Tindakan Lain)


Tidak ada

5. Alergi
Tidak ada

6. Kecelakaan (Jatuh)
Tidak ada

7. Imunisasi
Ibu klien mengatakan An. A sudah menerima imunisasi lengkap di
POLINDES yaitu campak, polio, BCG, Hepatitis.

E. POLA TIDUR (ISTIRAHAT)

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Jumlah Jam Tidur Siang 2 jam -

Jumlah Jam Tidur Malam 7 jam 5 jam


Gangguan tidur - -

F. AKTIFITAS DIRUMAH
Bermain dan belajar, namun sering menolak ketika di ajak bermain oleh teman-temannya
dan tidak nyambung ketika diajak bicara.

G. ELIMINASI
1. Eliminasi Urine

33
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 5 x/hari 3 x/hari
Pancaran Kuat, deras Kuat, deras
Jumlah 1500ml 1500ml
Bau Khas urine Khas urine
Warna Kuning pekat Kuning pekat
2. Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas Khas
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien lemas, gelisah, dan rewel.

2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg Suhu : 36,5 ºC
Nadi : 110 x/menit RR : 32 x/menit

3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
1) Mata
Mikroftalmia, juling, nystagmus
2) Telinga
Keduanya letak rendah
3) Hidung
Jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas
4) Mulut
Bentuk “V” yang terbalik dari bibir ats, langit-langit lebar atau melengkung
tinggi

2. Leher
Pendek, tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
34
3. Dada
Terdapat beberapa puting

4. Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit, perut buncit

5. Genetalia
Mikropenis, testis tidak turun

6. Anus
Rektum klien normal, tidak ada luka, tidak ada nyeri

7. Kulit
Normal, tidak ada lesi, tidak bersisik, elastis, dan tidak kering

35
I. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1. Pengkajian Perkembangan (Ddst Atau Kka/Kartu Kembang Anak)
a. Motorik Kasar
Ibu pasien mengatakan An. A dapat berpergian sendiri ke tempat yang sudah
dikenal, anak dapat berlari namun lambat berbeda dengan anak seusianya, tidak
dapat melompat dengan kaki secara bergantian.
b. Motorik Halus
Ibu pasien mengatakan An. A bisa menggambar namun lebih lambat dari anak
seumurannya, dapat menggunting sesuatu
c. Personal Sosial
Ibu pasien mengatakan anaknya sulit bersosialisasi dengan teman-temannya, suka
menyendiri. sering menolak ketika di ajak bermain oleh teman-temannya
d. Bahasa
Tidak nyambung ketika diajak bicara, bahasanya sulit dimengerti

Kesimpulan :
Perkembangan motorik pasien lebih lambat dari anak seusianya, An. A cenderung
menyendiri, tidak nyambung Ketika diajak berbiicara serta Bahasa yang
digunakan sulit dimengerti. Menunjukkan retardasi mental sedang, dan
mengalami gangguan interaksi social.

4. DATA TAMBAHAN (ANAK/ORANG TUA)


Ibu pasien mengatakan An.A sering bersikap aneh dan sering melukai dirinya sendiri.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Kromosomal kariotipe
2) EEG (Elektro Ensefalogram)
3) CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4) Titer virus untuk infeksi congenital
5) Serum asam urat (Uric acid serum)).
6) Pemeriksaan kromosom
7) Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.

Surabaya, 6 Maret 2021

(Fadhilah Putri Ayu Agustin)

ANALISA DATA
36
Nama : An. A No. RM : 77-xx-xx
Umur : 6 Tahun Ruang : Tulip

NO DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Ibu pasien mngatakan Hambatan Gangguan Interaksi
An. A seperti merasa tidak Perkembangan/Maturasi Sosial
nyaman dengan situasi
social, sulit menerima atau
mengkomunikasikan
perasaan

DO : Pasien kurang
responsive atau tertarik
pada orang lain, tidak
berminat melakukan
kontak emosi dan fisik,
kontak mata kurang
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x/menit
N : 110 x/menit
S : 36,5 ºC
2. DS : Ibu pasien Keterlambatan perkembangan Isolasi Sosial
mengatakan An. A sering
merasa ingin sendirian,
merasa tidak aman
ditempat umum

DO : Menarik diri, tidak


berminat/menolak
berinteraksi dengan orang
lain atau lingkungan,
kondisi difabel, tidak ada
kontak mata,
perkembangan terlambat
TD : 110/80 mmHg
N : 110 x/menit

37
S : 36,5 ºC
RR : 32 x/menit

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan interaksi social berhubungan dengan hambatan perkembangan/maturase
ditandai dengan merasa tidak nyaman dengan situasi social, merasa sulit menerima
atau mengkomunikasikan perasaan, kurang responsive atau tertarik pada orang lain,
tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik, kontak mata kurang.

2. Isolasi social berhubungan dengan keterlambatan perkembangan ditandai dengan


merasa ingin sendirian, merasa tidak aman di tempat umum, menarik diri, tidak
berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan, kondisi difabel,
tidak ada kontak mata, perkembangan lambat.

38
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL NAMA/


HASIL
Dx PARAF
1. Setalah dilakukan Tindakan Promosi Sosialisasi (I.13498) 1. Interaksi staf dengan pasien F
keperawatan selama 3 x 24 jam, yang konsisten meningkatkan
Observasi
diharapkan interaksi social pembentukan kepercayaan
meningka. (L.13115) 1. Identifikasi kemampuan interaksi dengan orang lain 2. Karakteristik-karakteritik ini
Dengan kriteria hasil : meningkatkan pembentukan
2. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan
dan mempertahankan
1. Perasaan nyaman dengan orang lain
hubungan saling percaya
situasi social meningkat 3. Pasien autisme dapat merasa
Tarapeutik
2. Perasaan mudah menerima terncam oleh suatu
3. Motivasi meningkatkan keterlibatan dan
atau mengkomunikasikan rangsangan yang gencar pada
berinteraksi dalam suatu hubungan
perasaan meningkat pasien yang tidak terbiasa
4. Motivasi kesabaran dalam mengambangkan suatu 4. Kehadiran seorang yang telah
3. Responsive kepada orang hubungan terbentuk hubungan saling
lain meningkat percaya dapat memberikan
5. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam rasa aman
4. Perasaan tertarik pada orang berkomunikasi dengan orang lain
lain meningkat
6. Berikan umpan balik positif pada peningkatan
5. Minat melakukan kontak kemampuan
emosi meningkat
Edukasi
6. Minat melakukan kontak
fisik meningkat 7. Anjurkan berinterkasi dengan oranglain secara

40
7. Kontak mata meningkat bertahap

8. Anjurkan ikut serta dalam kegiatan sosial dan


masyarakat

9. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain

10. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan


menghormati orang lain

11. Latih bermain peran meningkatkan ketrampilan


komunikasi

12. Latih mengekspresikan marah dengan tepat

41
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : An. A No. RM : 77-xx-xx


Umur : 6 Tahun Ruang : Tulip

TANGGAL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI NAMA


/
PARA
F
6 April 2021 Gangguan interaksi social 1. Mengidentifikasi kemampuan interaksi dengan orang lain F
berhubungan dengan hambatan
15.00 WIB 2. Mengidentifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
perkembangan/maturase
Definisi : 3. Memotivasi meningkatkan keterlibatan dan berinteraksi dalam suatu hubungan
Kuantitas dan/atau kualitas 4. Memotivasi kesabaran dalam mengambangkan suatu hubungan
hubungan social yang kurang atau
lebih. 5. Mendiskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang
lain
(D.0118)
6. Memberikan umpan balik positif pada peningkatan kemampuan

7. Menganjurkan berinterkasi dengan oranglain secara bertahap

8. Menganjurkan ikut serta dalam kegiatan sosial dan masyarakat

9. Menganjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain

42
10. Menganjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati orang lain

11. Melatih bermain peran meningkatkan ketrampilan komunikasi

12. Melatih mengekspresikan marah dengan tepat

43
CATATAN PERKEMBANGAN

TANGGAL/JAM DIAGNOSA EVALUASI NAMA/


PARAF
6 April 2021 Gangguan interaksi social berhubungan S : Ibu An. A mengatakan belum ada perubahan yang signifikan pada F
dengan hambatan perkembangan/maturase anaknya An. A masih merasa tidak nyaman dengan situasi social, sulit
15.00 WIB
menerima atau mengkomunikasikan perasaan
Definisi :
Kuantitas dan/atau kualitas hubungan
social yang kurang atau lebih. O : Menarik diri, tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan, kondisi difabel, tidak ada kontak mata, perkembangan terlambat
(D.0118)
TD : 110/80 mmHg
N : 110 x/menit
S : 36,5 ºC
RR : 32 x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

44
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN AUTHIS

A. Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive


menurut Isaac, A (2005) dan Townsend, M.C (1998) antara lain :
1. Tidak suka dipegang

2. Rutinitas yang berulang

3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan

4. Terpaku pada benda mati

5. Sulit berbahasa dan berbicara

6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental

7. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri


sendiri dengan orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain
Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan
orang lain Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang
lain atau gerakkan- gerakkan mimik orang lain
9. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan
ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan,
ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk
menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal
seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Townsend, M.C (1998) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan


pada pasien/anak dengan gangguan perkembangan pervasive autisme antara lain:
1. Risiko tinggi terhadap mutilasi diri berhubungan dengan :

a. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari rasa percaya


terhadap rasa tidak percaya
b. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
c. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap

45
kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu, fenilketonuria tidak
teratasi, ensefalitis, tuberkulosa sclerosis, anoksia selama kelahiran dan
sindroma fragilis
d. Deprivasi ibu
e. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai
f. Sejarah perilaku-perilaku mutilative / menyukai diri sebagai respons
terhadap ansietas yang meningkat
g. Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau reaksi-reaksi yang
histeris terhadap perubahan-perubahan pada lingkungan
2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan:

a. Gangguan konsep diri

b. Tidak adanya orang terdekat

c. Tugas perkembangan tidak terselsaikan dari percaya versus tidak percaya

d. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons


terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu
fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia
selama kelahiran sindrom fragilis
e. Deprivasi ibu

f. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai


3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan:

a. Ketidakmampuan untuk mempercayai

b. Penarikan diri dari diri

c. Perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-


kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu fenilketonuria tidak teratasi,
ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia selama kelahiran sindrom fragilis
X)
d. Deprivasi ibu

e. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai


4. Gangguan identitas diri/pribadi berhubungan dengan :

a. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan

46
b. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa percaya versus rasa tidak percaya

c. Deprivasi ihu

d. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai


C. INTERVENSI

Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk mengatasi


masalah keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan pervasife
autisme antara lain:
1. Resiko terhadap mutilasi diri

Tujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative


(misalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons
terhadap kecemasan dengan criteria hasil:
a. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak memerlukan
perilaku-perilaku mutilatif diri
b. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa
cemas
Intervensi :
a. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang
kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri
Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan anak)

b. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai respon


terhadap kecemasan

Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara


/alternative pemecahan yang tepat
c. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-
mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik – narik rambut,
pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat
gerakan-gerakan histeris
Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera

d. Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat


Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan saling percaya
dengan pasien

47
e. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu mening-
katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
Rasional : Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-
perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa
2. Kerusakan Interaksi Sosial
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi
perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak
mata dalam waktu yangditentukan dengan criteria hasil:
Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain, pasien menggunakan
kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal
lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain, pasien tidak menarik diri dari
kontak fisik dengan orang lain.
Intervensi :

a. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan keper-cayaan


Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten meningkatkan
pembentukan kepercayaan.
b. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan, selimut)
untuk memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak
mengalami distress
Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu
aman bila anak merasa distres
c. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika anak
berusaha untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya untuk
meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling
percaya Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan
pembentukan dan mempertahankan hubungan saling percaya
d. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi,
mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan
dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman , dan
pelukan Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu
rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras
untuk membentuk hubungan dengan orang lain dilingkungannya

48
Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk hubungan saling
percaya dapat memberikan rasa aman.

D. PENGKAJIAN
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur
atau usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons
terhadap jari atau tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi
terhadap suara atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
3. Bayi usia 1-4 bulan.

a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya


mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar
dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri,
komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambal berbaring
terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan
dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?

b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya


memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi
lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam
mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan
dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan

49
benda di tangan walaupun hanya sebentar)?

c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara


dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai
mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan

d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :


mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum
pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit
dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis
menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang
dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang
dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing)

2. Bayi Umur 4-8 bulan

a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat


telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan
keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri ,
sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu
membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban
pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan,
berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke
tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?

b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah


mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangs edang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan,
menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,
memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?
50
c. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan
bunyi atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah
sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin
banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan
dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?

d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya


merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan
mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan
memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?

3. Bayi Umur 8-12 bulan

a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk


tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri,
berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ?

b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan


meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya,
mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu
jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus
ketempatnya)?

c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai


mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?

d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak


(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan,
sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang
lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?
4. Masa Toddler

a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:


mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga
dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil,

51
menendang bolan dan mulai melompat)?
 b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata,
mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai
menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ?

52
53
E. EVALUASI
No. Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Catatan Perkembangan Paraf
00052 13-10-2017 / S : Kurang konsentrasi, tidak dapat duduk dengan tenang kaki dan tanga bergerak terus, F
Hambatan interaksi social 19.00 WIB memahami aturan untuk tidak merusak barang dan mengganggu temannya,, mudah
b.d gangguan proses pikir menangis bila keinginannya tidak dituruti, mudah gelisah cemas dan marah.
O : TD : 110/80 mmHg
RR : 23 x/menit
N : 90 x/menit
S : 36,5 ºC
Composmenitis, GPPH : 21
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

54
3.2 ASUHAN KEPERAWATAN AUTHIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
Jl. Smea 57 Surabaya, Tlp. 031-8284508, 8291920, Faks. (031) 8298582

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTHIS

Nama Mahasiswa : Mei Rista Eka Wardani Rumah Sakit : RSI Ibu anak
NIM : 1150019028 Ruangan : Mawar 2
Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2021 Jam : 15.00 WIB

J. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.R Tgl MRS : 26 Maret 2021
Nama Panggilan : Rio No. Register : 126380008
Umur/TTL : 14 November 2018
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Merpati no 20
Pendidikan :-
Diagnosa : Authis
K. IDENTITAS ORANG TUA
Nama ibu : Septina Nama Ayah : Septino
Umur : 27 Umur : 30
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Manajer
Alamat : Jl.Merpati no 20 Alamat : Jl.Merpati no 207
L. RIWAYAT KEPERAWATAN
8. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
d. Pre Natal
Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada gangguan selama kehamilan

e. Intra Natal
Ibu pasein mengatakan selama persalinan lancar tidak ada masalah apapun

f. Post Natal
Ibu pasien mengatakan setelah melahirkan tidak ada masalah apapun

9. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya

10. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami kesulitan dalam berbicara , dan sulit
bersosialisasi dengan temannya ,

55
11. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa saudara kandungnya pernah mengalami Gangguan jiwa

12. Riwayat Kesehatan Lingkungan/Sosial


Lingkungan disekitar pasien sangat berbahaya dan tidak aman untuk bermain anak-
anak larena dekat dengan jalan raya

M. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


8. Penyakit Waktu Kecil
Pasien pernah mengalami Demam selama 2 hari

9. Pernah Dirawat Di RS
Pasien tidak pernah dirawat di RS

10. Penggunaan Obat-Obatan


Pasien pernah mengkonsumsi obat penurun demam melalui resep dokter

11. Tindakan (Operasi/Tindakan Lain)


Pasien tidak pernah menjalani oprerasi

12. Alergi
Pasien tidak mempunyai alergi

13. Kecelakaan (Jatuh)


Pasien pernah tertuh dari tempat tidur namun tidak bermasalah

14. Imunisasi
Pasien pernah imunisasi campak dan

N. POLA TIDUR (ISTIRAHAT)

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Jumlah Jam Tidur Siang 2 jam 2 jam
Jumlah Jam Tidur Malam 8 jam 8 jam
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada

O. AKTIFITAS DIRUMAH
Pasien suka bermain sendiri dan jarang berinterkasi dengan orang lain

P. ELIMINASI
3. Eliminasi Urine

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 8 kali / hari 8 kali / hari

Pancaran deras deras

56
Jumlah 1500 ml 1500 ml

Bau Bau khas urine Bau khas urine

Warna kuning kuning

4. Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 2 hari 1 kali 2 hari 1 kali

Konsistensi padat padat

Bau Bau khas feses Bau khas feses

Warna Kuning Kuning

Kecoklat Kecoklat

Q. PEMERIKSAAN FISIK
6. Keadaan Umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel suak marah marah dan
berteriak saat ddiajk komunikasi

7. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 115/75 Suhu : 36°C
Nadi : 90/menit RR : 25 kali/menit

8. PEMERIKSAAN FISIK
8. Kepala
5) Mata
Tidak ada memar ,bentuk simetris ,mata tidak kuning ,tidak pucat
6) Telinga
Telinga simetris ,tidak ada bengkak,tidak ada luka ,tidak ada memar ,tidak ada
cairan yang keluar dari telinga
7) Hidung
Bentuk hitung simetris ,tidak ada sekret,tidak ada pendarahn ,
8) Mulut
Mulut tidak pucat,tidak ada sariawan ,tidak ada amandel
9. Leher
Tidak ada pembengkakan hipertiroid , tidak ada memar dan tidak ada
pendarahan/luka
10. Dada
Bentuk dada simetris , tidak ada Memar ,tidak ada lesi, tidak ada bengkak
11. Abdomen
57
Tidak ada suara bising usus, tidak ada benjolan dan memar
12. Genetalia
Tidak ada kemerahan ,tidak ada infeksi
13. Anus
Tidak ada benjolan ,tidak ada kemerahan , tidak ada memar
14. Kulit
Kulit klien tidak kering, tidak mengalami alergi , tidak iritasi

R. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


2. Pengkajian Perkembangan (Ddst Atau Kka/Kartu Kembang Anak)
a. Motorik Kasar
Ibu Pasien mengatakan anaknya sering terjatuh saat berlari melompat,dan naik
tangga , daya tahan dan kekuatan tangan menangkap bola lemah , pasien terlihat
mondar mandir, teriak-teriak
b. Motorik Halus
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bisa makan sendiri ,tidak bisa memegang
sendok dengan benar, dan menumpahkan makanannya, tidak bisa memakai baju
sendiri
c. Personal Sosial
Ibu Pasien mengatakan anaknya cenderung diam, jarang mau berbicara dengan
orang baru dan lebih suka bermain sendiri
d. Bahasa
Pasien sulit dimengerti saat diajak bicara dan menujukan echolalia , Pasien
terlihat cemas dan malu
Kesimpulan :
Pasien kesulitan bicara bahasa yang sulit dimengerti serta menunjukan
echolalia, sering terjatuh saat berlari melompat,dan naik tangga , daya tahan dan
kekuatan tangan menangkap bola lemah,Pasien tidak bisa makan sendiri ,tidak
bisa memegang sendok dengan benar, dan menumpahkan makanannya, tidak bisa
memakai baju sendiri Pasien cenderung diam dan suka menyendiri .

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Neutrologis
b. Test neupsikologis
c. Test pendengaran
d. MRI(Magnetic resonance imaging)
e. EEG(elektro encepalogram)
f. Pemeriksaan darah
g. Pemeriksaan urin
Surabaya, 26 Maret 2021

Mei Rista Eka Wardani

58
ANALISA DATA

Nama Pasien : An.R No. RM : 02


Umur : 3 Th/Bln
Ruang : Mawr

NO DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH


DS : Ibu Pasien mengatakan Defidisiensi bicara yang
1. Gangguan interaksi sosial
anaknya cenderung diam, membuat Perilaku menentang
jarang mau berbicara
dengan orang baru
DO : Pasien lebih suka
bermain sendiri.

2.
DS : ibu pasien mengatakan
Hambatan Individu
Pasien sulit dimengerti saat Gangguan komunikasi
diajak bicara
verbal
DO : pasien menujukan
echolalia Pasien terlihat
cemas dan malu , pasien
terlihat mondar mandir,
teriak-teriak

59
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Na.R No. RM : 02


Umur : 3 Tahun Ruang : Mawar

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan interaksi sosial b.d perilaku menentang d.d Ibu Pasien mengatakan anaknya
1.
cenderung diam, jarang mau berbicara dengan orang baru , Pasien lebih suka bermain
sendiri.

2. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan individu d.d Pasien sulit dimengerti saat diajak
bicara pasien menujukan echolalia Pasien terlihat cemas dan malu , pasien terlihat mondar
mandir, teriak-teriak

60
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.R No. RM : 02


Umur : 3 Tahun Ruang : Mawar
No Tujuan dan kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional Paraf
1 Setelah dilakukan tindakan Promosi Sosialisasi 1.13498 -Interaksi staf dengan pasien yang konsisten meningkatkan
keperawatan 3 x 24 jam pembentukan kepercayaan
Observasi
maka gangguan interaksi
Sosial belum teratasi 1. Identifikasi kemampuan
dengan kriteria Hasil : interaksi dengan orang lain - Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan dan
1) Perasaan nyaman 2. Identifikasi hambatan mempertahankan hubungan saling percaya
dengan situasi sosial melakukan interaksi dengan orang
meningkat lain - Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu rangsangan
2) Perasaan mudah Tarapeutik yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
menerima atau
mengkomunikasiakn 3. Motivasi meningkatkan
peraan meningkat keterlibatan dan berinteraksi - Kehadiran seorang yang telah terbentuk hubungan saling
dalam suatu hubungan
3) Responsif terhadap percaya dapat memberikan rasa aman
orang lain menigkat 4. Motivasi kesabaran dalam
mengambangkan suatu hubungan
4) Minat melakukan kontas
emosi meningkat 5. Diskusikan kekuatan dan
keterbatasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain

6. Berikan umpan balik positif


61
pada peningkatan kemampuan

Edukasi
7. Anjurkan berinterkasi
dengan oranglain secara bertahap

8. Anjurkan ikut serta dalam


kegiatan sosial dan masyarakat

9. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan orang lain

10. Anjurkan meningkatkan


kejujuran diri dan menghormati
orang lain

11. Latih bermain peran


meningkatkan ketrampilan
komunikasi

12. Latih mengekspresikan


marah dengan tepat

2 Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi : Defidit 23. Hal ini memudahkan kepercayaan dan
keperawatan 3 x 24 jam Bicara 1.13492
maka gangguan kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan
Observasi
komunikasi verbal belum komunikasi pasien
teratasi dengan kriteria 13. Monitor kecepatan
Hasil : ,tekanan,kuantitas volume dan 24. Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat

62
1) Kemampuan berbicara diksi bicara mengurangi kecemasan anak sehingga anak akan
meningkat
14. Monitor proses kognitif dapat mulai menjalin komunikasi dengan orang lain
anatomis dan fisiologi yang
dengan asertif
berkaitan dengan bicara
25. Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan
15. Monitor
frustasi,marah,depresi lainnya akurasi dari pesan yang diterima, menjelaskan
yang menggangu bicara pengertian-pengertian yang tersembunyi di dalam
16. Identifikasi perilaku pesan
emosional dan fisik sebagi
26. Kontak mata mengekspresikan minat yang murni
bentuk komunikas
terhadap dan hormat kepada seseorang
Terapeutik
17. Gunakan metode
komunikasi alternatif

18. Sesuaikan gaya komunikasi


pada anak

19. Modifikasi lingkungan


untuk meminimalkan bantuan

20. Berikan dukungan


psikologis

Edukasi
21. Anjurkan berbicara perlahan

63
22. Ajarkan pasiean dan
keluarga proses kognitif
anatomis dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicaea

Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis

TINDAKAN KEPERAWATAN

64
Nama Pasien : An.R No. RM : 02
Umur : 3 Tahun Ruang : Mawar
Tanggal/jam No. Dx Tindakan Keperawatan Paraf
28-04-21 1. Gangguan interaksi sosial b.d 1. Membantu pasien mengidentifikasi kemampuan interaksi dan hambatan interaksi
perilaku menentang d.d Ibu Pasien dengan orang lain
08.00
mengatakan anaknya cenderung
diam, jarang mau berbicara dengan 2. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam meningkatkan keterlibatan dan
orang baru , Pasien lebih suka berinteraksi dalam suatu hubungan
bermain sendiri.
3. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam melatih kesabaran dalam
mengambangkan suatu hubungan

4. Memberikan umpan balik positif pada peningkatan kemampuan pasien

28-04-21 2. Gangguan komunikasi verbal 1. Membantu pasien dalam kecepatan ,tekanan,kuantitas volume dan diksi bicara
b.d hambatan individu d.d Pasien
13.00 2. Membantu pasien dalam proses kognitif anatomis dan fisiologi yang berkaitan
sulit dimengerti saat diajak bicara
pasien menujukan echolalia Pasien dengan bicara
terlihat cemas dan malu , pasien
3. Membantu Monitor frustasi,marah,depresi lainnya yang menggangu bicara pada
terlihat mondar mandir, teriak-
teriak pasien :

4. Membantu mengidenentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagi bentuk

65
komunikasi

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An.R No. RM : 02

66
Umur : 3 Th/Bln Ruang : Mawar
Tanggal/jam No. Dx Catatan Perkembangan Paraf
28-04-21 1. Gangguan interaksi 1. Membantu pasien mengidentifikasi kemampuan interaksi dan hambatan interaksi
sosial b.d perilaku dengan orang lain
08.00
menentang d.d Ibu Pasien
mengatakan anaknya S: -
cenderung diam, jarang O : Klien terlihat lambat dalam berinteraksi
mau berbicara dengan
orang baru , Pasien lebih A : Tujuan belum tercapai
suka bermain sendiri.
P : Intervensi dilanjutkan
2. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam meningkatkan keterlibatan dan berinteraksi
dalam suatu hubungan

S: -
O : Klien terlihat sedikit antusias terhadap keterlibatan berinteraksi
A : Tujuan hampir tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
3. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam melatih kesabaran dalam mengambangkan
suatu hubungan

S:-
O : Klien masih belum bisa sabar
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervesi dilanjutkan

67
4. Memberikan umpan balik positif pada peningkatan kemampuan pasien

S:-
O : Klien terlihat sedikit menerima umpan balik
A : Tujuan hampir tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
28-04-21 2. Gangguan komunikasi 1. Membantu pasien dalam kecepatan ,tekanan,kuantitas volume dan diksi bicara
verbal b.d hambatan
13.00 S:-
individu d.d Pasien sulit
dimengerti saat diajak O : Klien terlihat masih belum berbicara dengan baik
bicara pasien menujukan
echolalia Pasien terlihat A : Tujuan belum tercapai
cemas dan malu , pasien P : Intervensi dilanjutkan
terlihat mondar mandir,
teriak-teriak 1. Membantu pasien dalam proses kognitif anatomis dan fisiologi yang berkaitan
dengan bicara

S:-
O : klien terlihat masih mengulang kata
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
2. Membantu Monitor frustasi,marah,depresi lainnya yang menggangu bicara pada
pasien

S:

68
O : klien masih terlihat masih suka marah dan berteriak saat berbicara
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
3. Membantu mengidenentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagi bentuk
komunikasi

S:
O : klien belum bisa mengontrol emosi saat berkomunikasi
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan

EVALUASI
Nama Pasien : An.R No. RM : 02
Umur : 3 Th/Bln Ruang : Mawar

69
Tanggal/jam No. Dx Evaluasi Paraf
28-04-21 1. Gangguan 1. Membantu pasien mengidentifikasi kemampuan interaksi dan hambatan interaksi dengan
interaksi sosial b.d orang lain
08.00
perilaku menentang
d.d Ibu Pasien S : Keluarga klien mengatakan belum ada perubahan signifikan pada anaknya
mengatakan anaknya O : Klien terlihat lambat dalam berinteraksi
cenderung diam,
jarang mau berbicara A : Tujuan belum tercapai
dengan orang baru ,
P : Intervensi dilanjutkan
Pasien lebih suka
bermain sendiri. 2. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam meningkatkan keterlibatan dan berinteraksi
dalam suatu hubungan

S : Keluarga klien mengatakan ada sedikit perubahan antusias dengan klien


O : Klien terlihat sedikit antusias terhadap keterlibatan berinteraksi
A : Tujuan hampir tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
3. Memberikan Motivasi kepada pasien dalam melatih kesabaran dalam mengambangkan
suatu hubungan

S : Keluarga klien mengatakan klien belum bisa sabar


O : Klien masih belum bisa sabar
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervesi dilanjutkan
4. Memberikan umpan balik positif pada peningkatan kemampuan pasien

70
S : keluarga klien mengatakan sedikit mampu menerima umpan balik saat berbicara
O : Klien terlihat sedikit menerima umpan balik
A : Tujuan hampir tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
28-04-21 2. Gangguan 1. Membantu pasien dalam kecepatan ,tekanan,kuantitas volume dan diksi bicara
komunikasi verbal
13.00 S : keluarga klien mengatakan klien belum ada perubahan berbicara
b.d hambatan individu
d.d Pasien sulit O : Klien terlihat masih belum berbicara dengan baik
dimengerti saat diajak
bicara pasien A : Tujuan belum tercapai
menujukan echolalia P : Intervensi dilanjutkan
Pasien terlihat cemas
dan malu , pasien 2. Membantu pasien dalam proses kognitif anatomis dan fisiologi yang berkaitan dengan
terlihat mondar bicara
mandir, teriak-teriak
S : keluarga klien mengatakan klien masih mengulang kata
O : klien terlihat masih mengulang kata
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
3. Membantu Monitor frustasi,marah,depresi lainnya yang menggangu bicara pada pasien

S : keluarga klien mengatakan kien masih suka marh dan berteriak saat berbicara
O : klien masih terlihat masih suka marah dan berteriak saat berbicara
A : Tujuan belum tercapai

71
P : Intervensi dilanjutkan
4. Membantu mengidenentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagi bentuk komunikasi

S : Kluarga klien mengatakan klien belum bisa mengontrol emosi dengan baik
O : klien belum bisa mengontrol emosi saat berkomunikasi
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan

72
3.3 ASUHAN KEPERAWATAN ADHD

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


Jl. Smea 57 Surabaya, Tlp. 031-8284508, 8291920, Faks. (031) 8298582
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Nurun najah Rumah Sakit : lukas


NIM : 1150019015 Ruangan :melati
Tanggal Pengkajian : 01/04/2021. Jam : 10.00

S. IDENTITAS PASIEN
Nama : An Ahmad .Bisri Tgl MRS : 01-april-2021
Nama Panggilan : An . Bisri No. Register : 001002
Umur/TTL: 7th / bangkalan .05.maret.2015
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : naroan
Pendidikan : SD
Diagnosa : ADHD

T. IDENTITAS ORANG TUA


Nama ibu : siti nur aini . Nama Ayah : ahmad fahmi
Umur : 35thn Umur : 40th
Agama : islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Petani
Alamat : naroan Alamat : naroan
RIWAYAT KEPERAWATAN
13. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
g. Pre Natal
ibu pasien mengatakan tidak ada gangguan selama kehamilan
h. Intra Natal
ibu pasien mengatakan selama persalinan tidak ada masalah apapun

73
i. Post Natal
ibu pasien mengatakan tidak ada masalah setelah melahirkan
14. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Ibu pasien mengatakan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hilang tanpa di
sadari
15. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan Mengalami kesulitan dlm semua bidang kehidupan seperti
bermain dan sekolah

16. Riwayat Kesehatan Keluarga


ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada saudara yg nengalami hal seperti ini
17. Riwayat Kesehatan Lingkungan/Sosial
Lingkungan aman untuk di gunakan bermain
U. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
15. Penyakit Waktu Kecil
pAsien pernah mengalami flu selama 1 minggu
16. Pernah Dirawat Di RS
Pasien tidak pernah di rawat di rumah sakit
17. Penggunaan Obat-Obatan
Pasien pernah mengkonsumsi obat flu melalui resep dokter
18. Tindakan (Operasi/Tindakan Lain)
Pasien tidak pernah menjalankan operasi
19. Alergi
pasien tidak mempunyai alergi
20. Kecelakaan (Jatuh)
Sempet akan terserempet mobil saat berlarian di depan rumah nya
21. Imunisasi
pasien pernah imunisasi divteri
V. POLA TIDUR (ISTIRAHAT)

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Jumlah Jam Tidur Siang 2 jam -
Jumlah Jam Tidur Malam 8 jam 7 jam
Gangguan tidur - -

W. AKTIFITAS DIRUMAH
Rewel ,sering berlari - lari sekitar rumah , berlompat- lompat ketawa
dan berkata se enak nya
X. ELIMINASI
5. Eliminasi Urine

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 4-10x dlm 24 jam 2-8x/ 24 jam
Pancaran Normal Secara perlahan
Jumlah 400-2000 ml 200-1500 ml

74
Bau Normal Normal
Warna Kuning pucat Jernih
6. Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi Normal Normal
Konsistensi Normal Normal
Bau Normal Normal
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

Y. PEMERIKSAAN FISIK
10. Keadaan Umum
keadaan pasien saat ini adalah gelisah dan rewel

11. Tanda-Tanda Vital


Tekanan Darah : 100/60 Suhu :37°c
Nadi : 70/m

12. PEMERIKSAAN FISIK


15. Kepala
9) Mata
bentuk simetris , mata tidak kuning ,tidak pucat

10) Telinga
telinga simetris ,tidak ada luka tidak ada memar
11) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pendarahan

16. Leher
Tidak ada pembengkakan tidak ada memar dan tidak ada luka
17. Dada
Bentuk dada simetris tidak ada bengkak Kak
d. Genetalia
Tidak ada infeksi dan tidak ada kemerahan
18. Kulit
Tidak mengalami alergi tidak iritasi dan kulit tidak kering)

75
Z. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
3. Pengkajian Perkembangan (Ddst Atau Kka/Kartu Kembang Anak)
a. Motorik Kasar
Ibu pasien mengatakan anak tidak dapat duduk tenang dan melihat dan
bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya
b. Motorik Halus
Anak berlari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit
tujuan atau tanpa tujuan yang jelas
c. Personal Sosial
Iya tidak dapat melakukan suatu percakapan ia menyerah menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan terakhir dan apa yang telah dikatakan
d. Bahasa
Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari 1 topik atau Pig yang
lain…

3. DATA TAMBAHAN (ANAK/ORANG TUA)


13. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Elektroensefalogram
2. EEG

Surabaya, 30 Maret 2021

( Nurun Najah)

76
ANALISA DATA

Nama Pasien : ahmad bisri


No. RM : 001002
Umur :7th
Ruang : melati

DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH

Ds.
Gangguan interaksi
 - ibu pasien Ketidak teraturan atau sosial
mengatakan kekacauan lingkungan
anak nya sering
merasakan tidak
nyaman dengan
situasi situasi sosial

DO.
 Klien tidak berminat
melakukan kontak
emosi dan fisik

 Klien tidak
kooperatif dalam
bermain dan
berteman dengan
sebaya

77
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : ahmad bisri No. RM :001002


Umur : 7thn Ruang : melati

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan ketidak teraturan atau kekacawan


lingkungan di buktikan dengan ketidak nyamanan dengan situasi sosial ,tidak
berminat melakukan kontak emosi dan fisik , tidak koperatif dalam bermain dan
berteman dengan sebaya

78
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : ahmad bisri No. RM : 001002


Umur : 7thn Ruang : melati

DIAGNOSA KEPERAWATAN :
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional Paraf
1 Observasi - interaksi dengan pasien meningkat untuk
pembentukan kepercayaan
1. Setelah di lakukan gerakan - Identifikasi
keperawatan 3 x 24 jam maka penyebab kurangnya
gangguan interaksi sosial keterampilan sosial
belum teratasi dengan kriteria - Identifikasi fokus - meningkatkan pembentukan dan mempertahankan
hasil pelatihan hubungan saling kepercayaan
keterampilan sosial
1. Kan nyaman dengan
situasi sosial Terapeutik - memberikan rasa aman dan nyaman dengan adanya
meningkat
-Motivasi untuk berlatih seorang orang yang telah terbentuk hubungan atau
keterampilan sosial keluarga
2. Perasaan mudah
menerima atau -Beri Umpan balik positif
mengkomunikasikan atau pujian terhadap
perasaan meningkat kemampuan sosialisas
- Libatkan keluarga
3. Responsif ada orang selama latihan
lain meningkat keterampilan sosial Jika
perlu
4. Perasaan tertarik pada
orang Alvin terdapat Edukasi
pada orang lain
- Jelaskan tujuan melati

80
meningkat keterampilan sosial
- Jelaskan respon dan
5. Minat melakukan konsekuensi
kontak emosi keterampilan sosial
meningkat - Anjurkan menggunakan
perasaan akibat masalah
yang dialami
- Anjurkan mengevaluasi
pencapaian setiap
interaksi
- Edukasi keluarga untuk
dukungan keterampilan
sosial
- Melatih keterampilan
sosial secara bertahap

TINDAKAN KEPERAWATAN

81
Nama Pasien : ahmad bisri No. RM : 001002
Umur : 7tn Ruang : melati

Tanggal/Jam No. Dx. T i n d a k a n Keperawatan Paraf


01-04-21 Gangguan interaksi sosial 1.Membantu pasien melatih keterampilan secara bertahap N
berhubunganketidak
08:30 teraturan atau kekacawan 2.Memberi motivasi untuk melatih berinteraksi dan menyelesaikan masalah N
lingkungan di buktikan
3.Enjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang di alami N
dengan ketidak nyamanan
dengan situasi sosial ,tidak
berminat melakukan
kontak emosi dan fisik ,
tidak koperatif dalam
bermain dan berteman
dengan sebaya

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : ahmad bisri No. RM : 001002


82
Umur : 7 thn Ruang : melati

Tanggal/Jam No. Dx. Catatan Perkembangan Paraf


01-04-21 1. - membantu pasien melatih keterampilan secara bertahap

08.30 1. Gangguan interaksi sosial S :. -


N
berhubunganketidak teraturan atau O : klien terlihat kurang antusias saat bermain
kekacawan lingkungan di buktikan
dengan ketidak nyamanan dengan A. : tujuan belum tercapai
situasi sosial ,tidak berminat P: intervensi dilanjutkan
melakukan kontak emosi dan fisik , N
tidak koperatif dalam bermain dan 2.Memberi motivasi untuk melatih berinteraksi dan menyelesaikan masalah
berteman dengan sebaya S: -
O: klien terlihat sedikit antusias saat bermain
A. : tujuan hampir tercapai
P : intervensi dilanjutkan
N
3. Enjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang di alami
S: -
O: klien masih agak sedikit rewel
A. Tujuan hampir tercapai
P : intervensi dilanjutkan

EVALUASI

Nama Pasien : an. R No. RM : ........................

83
Umur : ......................... Th/Bln Ruang : ........................

Tanggal/Jam No. Dx. Evaluasi Paraf

1. - membantu pasien melatih keterampilan secara bertahap


S :. Keluarga klien mengatakan belum ada perubahan pada anaknya
O : klien terlihat kurang antusias saat bermain
A. : tujuan belum tercapai
P: intervensi dilanjutkan
2.Memberi motivasi untuk melatih berinteraksi dan menyelesaikan masalah
S: keluarga klien mengatakan ada sedikit perubahan dengan anaknya
O: klien terlihat sedikit antusias saat bermain
A. : tujuan hampir tercapai
P : intervensi dilanjutkan

Enjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang di alami


S: keluarga klien mengatakan sedikit mampu menerima umpan balik saat bermain atau
bersekolah
O: klien masih agak sedikit rewel
A. Tujuan hampir tercapai

84
P : intervensi dilanjutkan

85
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Retardasi mental atau disabilitas intelektual adalah gangguan intelektual yang
ditandai dengan kemampuan mental atau intelegensi di bawah rata-rata. Klasifikasi
berdasarkan pendidikan dan bimbingan, retardasi mental tipe ringan masih mampu
didik, retardasi mental tipe sedang mampu dilatih, sedangkan retardasi mental mental
tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.
Bimbingan untuk anak retardasi mental tergantung pada tingkat kemandirian anak.

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,


suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di
otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis
(Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3
- 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).

Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang anak dapat
menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor
genetik, neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan,
psikososial merupakan faktor penyebab dari gangguan ini. Pada umumnya
terdapat beberapa tes penunjang dalam menentukan bahwa anak menderita
ADHD atau tidak, namun yang sering dilakukan dan merupakan tugas
perawat adalah melakukan pengkajian dengan mengguanakan formulir
deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH
(Abbreviated Conners Ratting Scale).

4.2 SARAN
1. Keluarga
Untuk keluarga diharapkan lebih memberikan perhatian dan stimulasi terkait
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak retardasi mental dengan cara tetap
memperhatikan kebutuhan dan keperluan sehari-hari seperti memberikan

86
pendidikan meskipun di sekolah luar biasa, keluarga juga tetap memberikan
dukungan sosial kepada anak retardasi mental agar bisa tumbuh di lingkungan
masyarakat dengan baik.
2. Masyarakat
Untuk masyarakat diharapkan mampu memberikan dukungan positif kepada anak
retardasi mental dengan cara tidak melakukan stigma negatif terhadap anak
retardasi mental, tidak membeda-bedakan anak retardasi mental dengan anak
normal lainnya dan memberikan respon positif sehingga anak retardasi metal
merasa diterima di lingkungan masyarakat.

87
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana. Hidayat, Aziz


Alimul.2006. pengantar ilmu keperawatan 2. Edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof.
DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1002106017-3-BAB%20II.pdf
https://www.halodoc.com/kesehatan/retardasi-mental

88

Anda mungkin juga menyukai