Uas Dokper

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Pembimbing :

Faridah Umamah, S. Kep,. Ns. M. Kep

Disusun oleh :

Iffatul Millah ( 1150019001 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah
yang berjudul “ Makalah Dokumentasi Keperawatan” disusun untuk memenuhi tugas UAS mata
kuliah Dokumentasi Keperawatan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Dokumentasi Keperawatan dan Asuhan Keperawatan
Kasus Semu dengan Masalah Keperawatan Cairandan Elektrolit ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 12 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................................1

KATA
PENGANTAR..........................................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................................................5
D. Manfaat.....................................................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN

TINJAUAN KONSEP DASAR KEBUTUHAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT.........................................................................................................................6
A. KONSEP DASAR DIARE....................................................................................................14
B. KASUS SEMU DIARE..........................................................................................................18
C. ASUHAN
KEPERAWATAN................................................................................................23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................................38
B. Saran.......................................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................40

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan
anak total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%.Di dalam
tubuh,sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan
organ-organ pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang
mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap
sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut)
sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel - partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di
dalam tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat
dipertahankan. Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan,
pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri
namun berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit dalam tubuh dapat
mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan hipokalsemia. Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau unsur vital pada tubuh manusia.
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Di negara
maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden
diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang
menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktik
umum menderita diare infeksi.

4
Diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang
diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi
maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi
dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit. Di negara berkembang, diare infeksi
menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika orang dewasa
terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya
mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep dasar kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Apa itu konsep dasar diare?
3. Apa itu kasus semu diare?
4. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan gangguan diare?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah memberikan pengalaman yang nyata
kepada penulis dalam penatalaksanaan dan pendokumentasian asuhan keperawatan pada
pasien diare.

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu konsep dasar kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui konsep dasar diare
3. Untuk mengetahui kasus semu diare
4. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan klien dengan gangguan diare

D. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis.
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
gangguan system pencernaan diare.
2. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit diare yang diderita
dan mengetahui cara perawatan diare dengan benar.
3. Manfaat bagi institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang.

5
BAB II

PEMBAHASAN

TINJAUAN KONSEP DASAR KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh
(Haswita, Reni Sulistyowati, 2017).
Cairan dan elekteolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara
fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar
dalam sel maupun luar sel. Namun demikian, besarnya kandungan air tergantung usia, jenis
kelamin, dan kandungan lemak.(Tarwoto dan Wartonah,2010).
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan salah satu faktor yang diatur dalam
homeostatis. Keseimbangan cairan sangat penting karena diperlukan untuk kelangsungan
hidup organisme. Keseimbangan diperlukan oleh tubuh adalah dimana input=output. (jurnal
f.k unad, 2017).
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total
berat badan tubuh. (A. Aziz Alimul H.,2006).
Berdasarkan perhitungan energy expenditure rata-rata pada pasien yang dirawat di
rumah sakit didapatkan kebutuhan cairan perhari sebagai berikut:
 Bayi 1 hari = 50 ml H2O/kgBB/hari
 Bayi 2 hari = 75 ml H2O/kgBB/hari
 Bayi ≥ 3 hari = 100 ml H2O/kgBB/hari
 Berat badan 10 kg pertama = 100 ml H2O/kgBB/hari
 Berat badan 10 kg kedua =1000 ml H2O/kgBB/hari
 Berat badan ≥ 20 kg = 1500 ml H2O/kgBB/hari
(Hari Kushartono, 2006)

1. Volume, Distribusi dan Komposisi Cairan Tubuh


a. Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh(TBW) kira-kira 60% dari berat
badan pria dan 50% dari berat badan wanita.
b. Distribusi cairan

6
Cairan tubuh di distribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler, cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40%
dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler (CES) 20% dari BB. (Tarwoto dan
Wartonah,2010).
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase
cairan tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi
seseorang. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan
terhadap berat badan menurun.
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2
kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.
 Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya
terdapat di intraselular. Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari
berat badannya merupakan cairan intraselular.
 Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan
bertambahnya usia, yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total
pada dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial
dan cairan intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan
termasuk cairan yang terkandung diantara rongga
tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi
sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Sementara, cairan
intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh
darah, dalam hal ini plasma darah.
c. Komponen Cairan Tubuh
Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu
elektrolit dan non-elektrolit.
 Elektrolit
Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi
ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan
ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama dalam
cairan intraselular adalah potasium (K+). Anion utama dalam cairan
ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-), sedangkan
anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO43-).
Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih
sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari
cairan ekstraseluler.

7
 Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa,
urea, kreatinin, dan bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
Cairan tubuh mengandung:
a) Oksigen yang berasal dari paru-paru
b) Nutrisi yang berasal dari saluran pencernaan
c) Produk metabolisme seperti karbon dioksida Ion-ion yang merupakan
bagian dari senyawa atau moloekul atau disebut juga elektrolit.
(Tarwoto dan Wartonah,2010).

2. Fungsi Cairan
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
b. Transportasi nutrisi ke sel.
c. Transport hasil sisa metabolisme
d. Transpor hormone.
e. Pelumas antar organ
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskular. (Tarwoto
dan Wartonah,2010).

3. Konsentrasi Cairan
a. Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,
diukur dalam miliosmol.
b. Tonistas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dan
kompartemen ke kompartemen yang lain. (Tarwoto dan Wartonah,2010).
Dalam kondisi normal, cairan tubuh stabil dalam petaknya masing-masing.
Apabila terjadi perubahan, tubuh memiliki sistem kendali atau pengaturan yang
bekerja untuk mempertahankannya. Mekanisme pengaturan dilakukan melalui 2 cara,
yaitu kendali osmolar dan kendali nonosmolar.
 Kendali Osmolar
Mekanisme kendali ini dominan dan efektif dalam mengatur volume
cairan ekstraseluler. Terjadi melalui:
- Sistem osmoreseptor hipothalamus-hipofisis-ADH
Osmoreseptor terletak pada hipotalamus anterior bagian dari
nukleus supra optik. Terdiri dari vesikel yang dipengaruhi osmolaritas
cairan ekstraseluler. Bila osmolaritas cairan meningkat, vesikel akan
mengeriput. Sebaliknya bila osmolaritas cairan menurun, vesikel akan
mengembang sehingga impuls yang dilepas dari reseptor akan
berkurang. Impuls ini nantinya merangsang hipofisis posterior

8
melepaskan ADH. Jadi semakin rendah osmolaritas suatu cairan
ekstraseluler, semakin sedikit ADH yang dilepaskan. ADH berperan
untuk menghemat air dengan meningkatan reabsorbsi.
- Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na
pada urin melalui interaksi antara aktivitas ginjal dengan hormon
korteks adrenal. Lebih dari 95% Na direabsorbsi kembali oleh tubulus
ginjal. Korteks adrenal merupakan faktor utama yang menjaga volume
cairan ekstraseluler melalui hormon Aldosteron terhadap retensi Na.
Pelepasan renin dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula
lutea, yang tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na
menurun, volume tubulus menurun, sehingga mengurangi kontak
makula dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi pelepasan renin. Renin
akan membentuk Angiotensin I di hati yang kemudian oleh converting
enzim dari paru diubah menjadi Angiotensin II sebagai
vasokonstriktor dan merangsang kelenjar supra renal menghasilkan
aldosteron. Peranan Angiotensin II adalah untuk mempertahankan
tekanan darah bila terjadi penurunan volume sirkulasi dan Aldosteron
akan meningkatkan reabsorbsi Na yang menyebabkan retensi air.
 Kendali Non Osmolar
Mekanisme kendali ini meliputi beberapa cara sebagai berikut:
- Refleks “Stretch Receptor”
Pada dinding atrium jantung terdapat reseptor stretch apabila
terjadi dilatasi atrium kiri. Bila reseptor ini terangsang, maka akan
timbul impuls aferen melalui jalur simpatis yang akan mencapai
hipotalamus. Kemudian akibat aktivitas sistem hipotalamus-hipofisis
akan disekresikan ADH.
- Refleks Baroreseptor
Bila tekanan darah berkurang, baroreseptor karotid akan
terangsang sehingga menyebabkan impuls aferen yang melalui jalur
parasimpatis menurun. Akibatnya, terjadi hambatan efek hipotalamus
terhadap hipofisis sehingga sekresi ADH meningkat. Bila terjadi
peningkatan tekanan darah, impuls aferen akan mempengaruhi
hipotalamus yang akan menginhibisi hipofisis posterior sehingga
sekresi ADH berkurang.

4. Pergerakan Cairan Tubuh

9
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses berikut ini menurut
(Tarwoto dan Wartonah,2010).
a. Difusi merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke rendah sampai terjadi keseimbangan.
b. Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih sperti air, melalui membrane
semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi
yang lebih tinggi sifatnya menarik.
c. Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

5. Keseimbangan Cairan dan elektrolit


Keseimbangan cairan dan elektrolit ditentukan oleh intake atau masukan
cairan dan output atau pengeluaran cairan. Kebutuhan cairan pada anak setiap hari
antara 1800-2500ml/hari. (Tarwoto dan Wartonah,2010).
Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang
membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya
molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler
permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen
sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290 mOsm/L4.
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi
tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik. Pompa natrium
kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui
membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam,
Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit antar kompartemen.
a) Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan
intraseluler dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari
sel membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif,
bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel
aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat
berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas
elektron (keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan
keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan

10
pada ion akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung
mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari
sel tersebut.
b) Osmolalitas dan Osmolaritas
Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan
osmotik berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih
khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan
osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan
konsentrasi larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat
terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas
adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah
partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada
perubahan suhu.
c) Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh
molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat
menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan
molekul protein dengan berat molekul lebih dari 20.000-30.000. Walaupun
hanya merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti
yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler
terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam
komponen plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen cairan di
tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan
timbulnya edema paru.
d) Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan
darah 36 mmHg pada ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung
vena. Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat
berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan
reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar
90% dari cairan ini pada ujung Venous.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme
yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperature lingkungan

11
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-3- gram/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energy, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstial ke
intraseluler.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikosis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan. (Tarwoto dan
Wartonah,2010).

7. Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluran cairan menurut (Tarwoto dan Wartonah,2010). terjadi melalui organ-
organ seperti:
a) Ginjal
b) Kulit
c) Paru-paru
d) Gastrointestinal

8. Distribusi Pemasukan dan Pengeluaran Cairan Tubuh


Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan
didalam tubuh setiap waktu selalu berada dalam jumlah yang kosntan. Dalam
keadaan normal, masukan cairan akan dipenuhi melalui minum atau makanan yang
masuk ke dalam tubuh secara peroral, serta air yang diperoleh sebagai hasil
metabolisme. Air yang keluar dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air
didalam feses, isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.
Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan dua cara, ditentukan
berdasarkan umur dan berat badan. Jika berdasarkan umur ditentukan dari umur 0-1
tahun memerlukan air sekitar 120 ml/kg BB, 1-3 tahun memerlukan air sekitar 100
ml/kg BB, 3-6 tahun memerlukan air sekitar 90 ml/kg BB, 7 tahun memerlukan air
sekitar 70 ml/kg BB, dan dewasa memerlukan sekitar 40-50 ml/kg BB. Sedangkan
berdasarkan berat badan ditentukan mulai dari 0-10 kg kebutuhan cairannya 100
ml/kg BB, 10-20 kg kebutuhan cairannya 1000 ml ditambah dengan 50 ml/kg BB

12
(jika diatas 10 kg), dan jika diatas 20kg kebutuhan cairannya sekitar 1500ml
ditambah 20 ml/kg BB (jika diatas 20 kg), dan jika dewasa memerlukan cairan 40-50
ml/kg BB4.
Pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi kebutuhan cairan
pada orang dewasa. Pengeluaran cairan ini dibagi menjadi empat proses yaitu urin,
IWL (Insensible Water Loss), keringat, dan feses. Dalam kondisi normal, output urin
sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang sehat
kemungkinan produksi urin bervariasi dalam setiap harinya. Bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat, maka produksi urin akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. IWL terjadi melalui paru-paru dan
kulit, melalui mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal, kehilangan cairan tubuh
melalui IWL berkisar 200-400 ml perhari. Tetapi, IWL akan meningkat jika ada
proses peningkatan suhu tubuh dan proses respirasi meningkat.Pengeluaran cairan
dari proses berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypothalamus, lalu impulsnya akan ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan saraf simpatis pada kulit.Pada
pengeluaran air melalu feses, berkisar antara 1500 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar.
Untuk mengetahui imbang masukan dan keluaran cairan tubuh, dilakukan
penilaian klinis non invasive dan invansif. Untuk penilaian non invasive dilakukan
pencatatan tanda dan gejala klinis sebelum dilakukan terapi cairan, selama terapi dan
sampai terapi dinyatakan berhasil.
o Parameter yang dinilai adalah :
o Perubahan tingkat kesadaran (dilakukan penilaian GCS secara berkala)
o Perubahan tekanan darah dan denyut nadi normal.
o Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium
o Perubahan perfusi perfusi perifer
o Produksi urin, diusahakan produksi urin paling sedikit 0,5 ml/kg BB/jam.

Untuk penilaian invasive dilakukan pemasangan kateter vena sentral melalui


vena di lengan atas, vena subklavia, atau vena jugularis. Kanulasi ini disamping untuk
mengukur tekanan vena sentral juga digunakan untuk jalur infus jangka panjang dan
nutrisi parenteral. Apabila dilakukan kanulasi vena sentral, bisa digunakan sebagai
penuntun dalam program terapi cairan, terutama pada pasien kritis yang memerlukan
terapi cairan.

13
A. KONSEP DASAR DIARE
1) Pengertian
Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x
sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung
kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suruadi (2001). Diare
adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut
Ngastiyah (2005) Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya,
dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau
200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih
dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

2) Etiologi
Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005).
 Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare
- Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
- Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,
Astrovirus.
- Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba
histolica, giardia lambia), jamur (candida aibicans).
 Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :
- Faktor Malabsobsi : karbohidrat, lemak, protein
- Faktor makanan : basi, racun, alergi.
- Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

3) Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
 Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
 Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
 Kram abdominal.
 Demam.
 Mual dan muntah.
14
 Anoreksia.
 Lemah.
 Pucat.
 Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
 Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

4) Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan
bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan
dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami
iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan
motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
o Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
o Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
o Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri 1kambuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula. Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan:
- Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
- Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)

15
- Hipoglikemia
- Gangguan sirkulasi darah
5) Pathway

6) Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
o Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram ).
o Hipokalsemia
o Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
o Hiponatremi.
o Syok hipovalemik.
o Asidosis
o Dehidrasi

7) Penatalaksanaan

16
 Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan
dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
 Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air
gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan
air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak
mengandung gula akan memperburuk diare.
 Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini
dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air
bersih.
 Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
 Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
- Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan penderita.
- Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
- Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero
patogen dan cara mengurangi penularan.

8) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
o Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
o Pemeriksaan intubasi duodenum.
o Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
o Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 )
o Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
o Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
(terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).
o Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
o Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.

17
B. KASUS SEMU DIARE

Ny. S usia 30 tahun dengan Gangguan Sistem Pencernaan Diare di ruang


Malati/II RSUD. Dr. Soegiri Lamongan, dengan keluhan Diare > 10x, mual, muntah,
lemas, nafsu makan menurun dan BB menurun.

1) Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,
psikal assesment. Kaji data menurut Ambarwati Fitri Respati dan Nasution Nita
(2012) adalah :
o Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan No
telpon.
o Keluhan utama
Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan cair
(GE tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau
Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka GE
tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari atau lebih
adalah GE persisten.
o Riwayat penyakit sekarang menurut suharyono (1999:59)
- Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
menuru atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.
- Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
- Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
- Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
- Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi
- Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
o Riwayat kesehatan
- Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi
atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru

18
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penurunan kekebalan pada pasien.
- Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena
factor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE
- Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE.
Informasi diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang
menyebabkan GE.
o Riwayat nutrisi
Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
- Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan
yang tidak biasa dimakannya.
- Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan
ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, sudah malas
minum atau tidak mau minum.
o Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
- Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
- Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
- Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b) Kulit untuk mengetahui elastis kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor,
yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan menggunKan kedua
ujung jari (buka kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang
dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali
dengan lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti GE dengan
dehidrasi ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan
kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.
c) Kepala
Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak berusia di
bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun – ubun cekung
kedalam.
d) Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
e) Mulut dan lidah
- Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
- Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
- Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
f) Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu :
1) Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda lain

19
2) Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit
3) Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
4) Palasi :Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi distensi
perut
g) Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
h) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam meningkatkan
diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada klien yang mengalami GE, yaitu:
- Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis maupun mikroskopi
dengan kultur
- Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan lemak

2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul ialah:
o Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
o Diare berhubungan dengan malabsorpsi
o Resiko keseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan

3) Perencanaan Keperawatan
o Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan dengan intake yang kurang
- Monitor TTV
- Kaji in / out cairan
- Kaji status dehidrasi
- Kolaborasi dengan medis
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit bagus , mukosa bibir basah
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
- Monitor in take nutrisi
- Monitor muntahan klien
- Monitor BB klien
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti mual dan muntah
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat

20
o Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab cair dengan peningkatan
frekwensi defekasi dari biasanya.
- Monitor feces dan frekwensi defekasi klien
- Anjurkan klien banyak konsumsi buah dan serat
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare
Tujuan : konsistensi feces lunak
Rasional : Frekwensi Bab klien 1x perhari padat tidak encer dan tidak
keras.
o Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
- Observasi suhu tubuh klien
- Anjurkan klien bayak minum
- Kompres hangat
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti piretik
Tujuan : Hipertermi teratasi
Rasional : Suhu tubuh kembali normal (S : 36 – 37 °C)

4) Pelaksanaan Keperawatan
o Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan dengan in take yang kurang
- mengkaji status dehidrasi : Mata, turgor kulit, mukosa bibir
- Mengkaji out put dan intake cairan klien
- Memonitor TTV
- Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
- Memonitor intake dan out put
- Menimbang BB tiap hari
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk program diet
- Berkolaborasi dengan medis untuk terapi anti mual dan muntah
o Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab cair dan peningkatan frekwensi
defekasi dari biasanya
- Memonitor feces dan frekwensi defekasi
- Mengedukasi klien agar banyak konsumsi buah dan serat
- Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare
o Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
- Mengobservasi vital sign
- Mengompres air hangat
- Menganjurkan klien banyak minum

21
- Berkolaborasi dengan medis untuk terapi antipiretik

5) Evaluasi Keperawatan
o Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan dengan in put yang kurang. Kriteria hasil yang telah di tetapakan
dalam tinjauan pustaka sebagai berikut klien tidak menunjukan tanda – tanda
dehidrasi ditandai denga mata tidak cekung, turgor baik, mukosa bibir basah.
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungann dengan mual
dan muntah. Kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam tinjauan pustaka yaitu
klien mendapatkan kebutuhan nutrient sesuai dengan yang diperlukan tubuh
ditandai dengan berat badan stabil, porsi RS habis.
o Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab encer / cair dengan peningkatan
frekwensi defekasi dari biasanya. Kriteria yang telah ditentukan tinjauan
pustaka yaitu frekwensi defekasi kembali normal ditandai dengan feces padat
tapi lunak.
o Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder.
Kriteria hasil yang telah di tentukan tinjauan pustaka yaitu proses peningkatan
suhu tubuh dan proses infeksi tidak terjadi ditandai dengan suhu tubuh 36 –
37°c.

22
C. ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. S usia 30 tahun dengan Gangguan Sistem Pencernaan Diare di ruang


Malati/II RSUD. Dr. Soegiri Lamongan, dengan keluhan Diare > 10x, mual, muntah,
lemas, nafsu makan menurun dan BB menurun.

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Iffatul Millah Tanggal Pengkajian : 11 Februari 2021


NIM : 1150019001 Jam pengkajian : 10.00
Tempat Praktik : RSUD. Dr.
Soegiri Lamongan

Biodata :
Pasien : Ny. S Penanggung Jawab : Tn. T
Nama : Ny. S Nama : Tn. T
Umur : 30 Umur : 35
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan pabrik
Status Pernikahan : Menikah Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Sunan Drajat Alamat : Jl. Sunan Drajat
64 Lamongan 64 Lamongan
Diagnosa Medis : Diare Hubungan dengan klien : Suami
No. RM : 027xxx
Tgl. Masuk : 10 Februari 2021

1. Status kesehatan Saat Ini


a. Keluhan utama : Diare >10x, mual, muntah, lemas, nafsu makan turun hanya 2-3
sendok perporsi, minum kurang
b. Lama keluhan : 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit
c. Kualitas keluhan : Sangat mengganggu dan mendadak
d. Faktor pencetus : Setelah Memakan Makanan Pedas
e. Faktor pemberat : -
f. Upaya yg. telah dilakukan: Minum obat anti diare tradisional

2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini : px merasakan diare >10x di beri obat anti diare tradisional
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu : sakit maag, demam, batuk, diare
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kecelaakan (jenis & waktu) :-
b. Pernah dirawat :-

23
c. Operasi (jenis & waktu) :-
d. Penyakit:
- Kronis : sakit maag
- Akut : -
e. Terakhir masuki RS
2) Alergi (obat, makanan, plester, dll): -
3) Imunisasi
(-) BCG (-) Hepatitis
(-) Polio (-) Campak
(-) DPT ( )…………………………
4) Kebiasaan :
jenis Frekuensi Jumlah/Lamanya
Merokok -
Kopi -
Alkohol -
5) Obat-obatan
Jenis Lamanya Dosis
Obat tradisional................... selama diare 1 sachet / hari
............................................. ................................................ ...................................................
c. Riwayat Penyakit Keluarga : -
d. Genogram
Ket : X = Pasien = perempuan

= Laki-laki

24
Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Kemampuan ambulasi dan ADL
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 2
Mandi 0 2
Berpakaian/berdandan 0 2
Toileting 0 2
Mobilitas di tempat 0 2
tidur
Berpindah 0 2
Berjalan 0 2
Naik tangga 0 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak
mampu
Rumah Rumah Sakit
Pekerjaan 0 3
Olah raga rutin 0 3
Alat Bantu jalan 0 2
Kemampuan melakukan 0 3
ROM

2. Tidur dan istirahat


a. Lama tidur : 2 jam Tidur siang: Ya (13.00 – 14.00)
b. Kesulitan tidur di RS : Ya
c. Alasan : merasa sakit perut ingin BAB
d. Kesulitan tidur : [ - ] menjelang tidur
[ ✔ ] mudah/sering terbangun
[ ✔ ] merasa tidak segar saat bangun

3. Kenyamanan dan nyeri


Nyeri : Palliative/Profokatif : - / -
Quality : -
Region :

Depan Belakang
Scale :-
Time : hilang timbul terus menerus
4. Nutrisi
a. Frekuensi makan :2x 1 hari
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 55 kg / 145 cm
c. IMT & BBR : 26,2 / 1,2

25
d. BB dalam 1 bulan terakhir : [ - ] tetap
[ - ] meningkat:…Kg, alasan…………
[ ✔ ] menurun: 54 Kg, alasan : mual dan muntah
e. Jenis makanan : Makanan yang mengandung serat (spt. Buah dan sayur)
f. Makanan yang disukai : Klien mengatakan menyukai semua makanan
g. Makanan pantang : Makanan yang pedas dan asam, Alergi : -
h. Nafsu makan : [ - ] baik
[ ✔ ] kurang, alasan : mual, muntah
i. Masalah pencernaan : [ ✔ ] mual
[ ✔ ] muntah
[ - ] kesulitan menelan
[ - ] sariawan
j. Riwayat operasi / trauma gastrointestinal : -
k. Diit RS : ML tinggi serat 2x sehari [ ] habis
[ ] ½ porsi
[ ] ¾ porsi
[ ✔ ] tidak habis, alasan : merasa mual dan muntah
l. Kebutuhan Pemenuhan ADL makan: Dg Bantuan

5. Cairan, elektrolit dan asam basa


a. Frekuensi minum : 8x /hari Konsumsi air/hari : 2 liter/hari
b. Turgor kulit : Sedang, elastis, warna kemerahan
c. Support IV Line : Ya , Jenis : D 5%, Dosis : 40 gtt/ menit

6. Oksigenasi
a. Sesak nafas : [ ✔ ] tidak
[ - ] ya
1) Frekuensi :-
2) Kapan terjadinya :-
3) Kemungkinan factor pencetus :-
4) Factor yang memperberat :-
5) Factor yang meringankan :-
b. Batuk : Tidak
c. Sputum : Tidak
d. Nyeri dada : Tidak
e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada: -
f. Riwayat penyakit : [ - ] Asma
[ - ] TB

26
[ - ] Batuk darah
[ - ] Chest Surgery / Trauma dada
[ - ] Paparan dg penderita TB
g. Riwayat merokok : Pasif / Aktif (mTidak Merokok )

7. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : >10x / hari, Penggunaan pencahar : -
b. Waktu : pagi / siang / sore / malam
c. Warna : Kuning kehijauan, Darah : -, konsistensi : cair
d. Ggn. Eliminasi bowel : [ - ] Konstipasi
[ ✔ ] Diare
[ - ] Inkontinensia bowel
e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Dg Bantuan

8. Eliminasi urin
a. Frekuensi : >10x/hari, Penggunaan pencahar : -
b. Warna : Kuning Jernih, Darah : -
c. Ggn. Eliminasi bladder: [ - ] nyeri saat BAK
[ - ] burning sensation
[ - ] bladder terasa penuh setelah BAK
[- ] inkontinensia bladder
d. Riwayat dahulu : [ - ] penyakit ginjal
[ - ] batu ginjal
[ - ] injury / trauma
e. Penggunaan kateter : Tidak
f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: Dg Bantuan
g. Warna :[ ✔ ] normal [ - ]hematuria [ - ]seperti teh
h. Keluhan : [ - ]nokturia [ - ] retensi urine [ - ] inkontinensia urine

9. Sensori, persepsi dan kognitif


a. Ggn. Penglihatan : Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Tidak
c. Ggn. Penciuman : Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Tidak
f. Riwayat penyakit: [ - ] eye surgery
[ - ] otitis media
[ - ] luka sulit sembuh

27
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : [ ✔ ] CM [ ] apatis [ ] somnolen [ ]sopor [ ]coma
GCS : E : 4, M : 6, V : 5
Vital Sign : TD : 100/60 mmHg
Nadi : Frekuensi : 62x/mnt
Irama : [ ✔ ] reguler [ ] ireguler
Kekuatan/isi : [ ✔ ] kuat [ ]sedang [ ] lemah
Respirasi : Frekuensi : 18x/mnt
Irama : [ ✔ ] reguler [ ] ireguler
Suhu : 37,5oC
b. Kepala :
Kulit : [ ✔ ]Normal [ ] Hematoma [ ] Lesi [ ]kotor
[ ✔ ]Rambut : [ ✔ ]Normal [ ] kotor [ ]rontok [ ]kering/kusam
Muka : [ ✔ ]Normal [ ] bells palsy [ ] hematom [ ]lesi
Mata : konjungtiva : [ ✔ ] Normal [ ] Anemis [ ] Hiperemis
Sclera : [ ✔ ] Normal [ ] ikterik
Pupil : [ ✔ ]isokor [ ] anisokor
Palpebra : [ ✔ ]normal [ ] hordeolum [ ] oedema
Lensa : [ ✔ ]normal [ ] keruh
Visus : [ ✔ ]normal ka/ki [ ]miopi ka/ki
[ ] hipermetropi ka/ki [ ] astigmatisme ka/ki
[ ] Kebutaan ka/ki
Hidung : [ ✔ ]normal [ ]septum defiasi [ ] polip [ ]epistaksis
[ ] Gangguan indra penghidu [ ] sekret
Mulut : gigi :[ ✔ ] normal [ ]caries dentis, di :…………
[ ] Gisi palsu, di:………..
Bibir : [ ]normal [ ✔ ] kering [ ]stomatitis [ ] sianosis
Telinga : [ ✔ ] simetris, [ ] bersih/kotor, [ ] gangguan pendengaran ada/tidak
c. Leher : [ ✔ ] Normal [ ] Pembesaran thyroid [ ] Pelebaran JVP
[ ] kaku kuduk [ ] Hematom [ ] Lesi
d. Tenggorokan : [ ✔ ] Normal [ ] Nyeri telan [ ] Hiperemis
[ ]Pembesaran tonsil
e. Dada : Bentuk : [ ✔ ] Normal [ ] Barrel chest [ ] Funnel chest [ ] Pigeon chest
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan kiri sama
Palpasi : Fremitus taktil ka/ki : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : ka/ki : sonor
Auskultasi : [ ✔ ] vesikuler ka/ki [ ]whezing [ ] ronkhi

28
Cor : Inspeksi : Ictus cordis : Tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis : Tidak teraba
Perkusi : batas jantung : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI): Terdengar
Bunyi jantung II (SII) : Terdengar
Bunyi jantung III (SIII): -
Murmur : -
f. Abdomen : Inspeksi : [ ✔ ] normal [ ] ascites
Palpasi : [ ✔ ]normal [ ] hepatomegali [ ]splenomegali
[ ] Tumor
Perkusi : [ ✔ ] normal [ ] Hypertimpani [ ] pekak
Auskultasi : Peristaltik : 20x/mnt
g. Genetalia : Pria : [ ] Normal [ ] Hypospadia [ ] Epispadia
[ ] hernia [ ] Hydrocell [ ] Tumor
Perempuan : [ ✔ ]normal [ ]kondiloma [ ] prolapsus uteri
[ ] Perdarahan [ ] keputihan
h. Rectum : [ ✔ ]Normal [ ] Hemoroid [ ] Prolaps [ ] Tumor
i. Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki : Gerakan terbatas karena terpasang infus
ROM ka/ki : Aktif
capilary refile : kembali kurang dari 2 detik
bawah : kekuatan otot ka/ki : 5/5
ROM ka/ki : aktif
Capillary refile : kembali kurang dari 2 detik

4. Psiko sosio budaya Dan Spiritual


Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : Sedih

Cara mengatasi perasaan tersebut : Dengan berdzikir dan berdoa

Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah : Hidup sehat dan mengurangi makanan
yang pedas dan asam

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka : Keluarga klien akan berusaha mengingatkan
klien

Pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada : Klien mengalami diare karena merasa
tidak menjaga pola makan dan pola hidupnya dengan sehat

29
Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah : Aktif sebagai warga dan ibu rumah tangga

kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah : Lingkungan kotor yang dapat menyebabkan
banyak penyakit

cara mengatasinya : Dengan membersihkannya melalui gotong royong, atau dengan


mengingatkan

pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya : Bersih dan rapih

Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya : Jawa

Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya : -

Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari : Sholat, berdzikir dan berdo’a

Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan : pengajian

Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami : Percaya
kepada Tuhan bahwa ini cobaan untuk dirinya

5. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium, radiology, EKG, EEG dll)
- Laboratorium : Pemeriksaan darah rutin, urine rutin dan feses

6. Terapi Medis :
Cairan IV :
- IVFD : RL : D 5% = 2 : 1 》 40 gtt / mnt

Obat peroral :
- New Diatab 2 x 600 mg / BAB ( Max. 10 tablet / hari )
- Maagtacid Syrup 3 x 5 mg ( 15 – 30 menit sebelum makan )
- Larutan Oralit 250 cc / BAB

30
Obat parenteral :
- Ranitidin 50 mg / 12 jam
- Ondansetron 4 mg / 8 jam

Obat Topikal :-

31
ANALISA DATA

Nama klien : Ny. S No. Register : 027xxx

Umur : 30 tahun Diagnosa Medis : Diare

Ruang Rawat : Ruang Melati/II Alamat : Jl. Sunan Darajat 64 Lamongan


TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
11 Februari DS : Masukan nutrisi Gangguan pemenuhan
2021/10.00 terganggu kebutuhan nutrisi
Klien mengatakan nafsu makan menurun
yang dibutuhkan
mual, muntah, Badan terasa lemah (ketidakmampuan
tubuh
mengabsorbsi nutrien )
DO :
( Defisit Nutrisi )
Klien tampak lemas, porsi diet dua
sampai tiga sendok habis,

TD : 100/60 mmHg

Nadi : 62x/menit

Suhu : 37,5° C

RR : 18x/menit

DS : Pengeluaran berlebihan
11 Februari
atau bab cair Diare
2021/10.00 Klien mengatakan bab cair lebih dari 10
kali dalam sehari, mules dan melilit saat ( malabsorpsi )
BAB

DO :

Feces cair, tidak ada darah atau lendir,


warna dan aroma khas feses, BU :
20x/menit

11 Februari DS : Ketidakseimbangan

2021/10.00 cairan
- Klien mengatakan kurang minum Resiko terjadi
gangguan
- Terasa haus tapi tidak ada selera untuk
Keseimbangan cairan
minum
dan elektrolit yang
DO : diperlukan tubuh

32
- Bibir klien tampak pucat (Resiko keseimbangan
elektrolit )
- Klien tampak lemas

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Defisit Nutrisi Berhubungan dengan Ketidakmampuan Mengabrobsi Nutrien


2. Diare berhubungan dengan Malabsorbsi
3. Resiko keseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan

33
RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : Ny. S No. Register : 027xxx

Umur : 30 tahun Diagnosa Medis : Diare

Ruang Rawat : Ruang Melati/II Alamat : Jl. Sunan Darajat 64 Lamongan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi Nama/TTD
1. Defisit Nutrisi Nafsu Makan ( L.03024 ) Manajemen Nutrisi ( 1.03119 ) 1. Untuk mengetahui Ifftlm
Berhubungan dengan Definisi : Keinginan Untuk Makan Definisi : Identifikasi dan mengelola kondisi umum klien dan
Ketidakmampuan menentukan terapi
asupan nutrisi yang seimbang
Ekspektasi : Membaik
Mengabrobsi Nutrien berikutnya
Tindakan
Kriteria Hasil :
2. Untuk memonitor
Observasi
a. Jangka pendek perkembangan asupan

Setelah dilakukan perawatan selama 1. Cek TTV setiap pergantian perawat nutrisi

1x24 jam, kebutuhan asupan nutrisi 2. Timbang BB klien perhari 1. Dengan porsi kecil di
terpenuhi dengan kriteria hasil : mual Terapeutik harapkan nutrisi dapat
dan muntah hilang masuk dan mengurangi
1. Berikan makan dalam porsi sedikit
b. Jangka panjang mual
tapi sering

34
2. Kaji asupan nutrisi klien 2. Untuk menilai dan
memantau jumlah nutrisi
3. Anjurkan klien makan buah dan
yang masuk kedalam tubuh
sayur yang banyak
3. Buah dan sayur
Edukasi
Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, mengandung serat
1. Anjurkan posisi duduk sehingga diharapkan BAB
nafsu makan kembali normal
Kolaborasi bisa berampas

1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 1. Agar makanan dapat


menentukan jumlah kalori dan jenis dicerna dengan baik
nutrien yang di butuhkan 1. Sebagai pemberi therapy

35
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny. S No. Register : 027xxx

Umur : 30 tahun Diagnosa Medis : Diare

Ruang Rawat : Ruang Melati/II Alamat : Jl. Sunan Drajat 64 Lamongan

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD

1. 11 Februari 2021 10.00 ▪︎ Menganjurkan klien untuk makan porsi S : Klien mengatakan Mual sudah
sedikit tapi sering berkurang, muntah tidak ada, nafsu makan
▪︎ Memberikan obat anti mual sesuai sudah meningkat
Ifftlm
instruksi medis O : Klien tampak lebih segar, Diet : ½ porsi
12.30 - Domperidon tablet 1x50 mg diet RS habis, TD : 100/70 mmHg, Nadi :
▪︎ Mengecek TTV ( TD : 100/70 mmHg, 68x/menit
Nadi : 68x/menit ) A : Masalah teratasi sebagian
▪︎ Mengkaji asupan nutrisi dan diet yang di P : Intervensi di lanjutkan
1. 12 Februari 2021 10.00 habiskan klien ( ½ porsi diet RS ) S : Klien mengatakan mual dan muntah Ifftlm
▪︎ Menganjurkan klien makan porsi sedikit sudah tidak ada, nafsu makan sudah
tapi sering kembali seperti biasa
▪︎ Memotivasi klien supaya menambah porsi O : Klien tampak segar, porsi diet RS habis,
makan TD : 110/70 mmHg, Nadi : 78x/menit, Suhu
36
12.00 ▪︎ Memberikan obat anti mual sesuai : 36°C, RR : 18x/menit, Kesadaran : CM
instruksi medis A : Masalah sudah Teratasi
14.30 ▪︎ Mengecek TTV ( TD : 110/70 mmHg, P : Intervensi di hentikan
Nadi : 70x/menit, suhu : 36°C, RR :
18x/menit, K/U : baik, kesadaran : CM )
▪︎ mengkaji asupan nutrisi dan diet yang
dihabiskan klien ( porsi diet RS habis )

37
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh cairan tubuh
tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan
ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang
masing-masing memegang peranannya. Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh
melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,
dan transporaktif yang membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang
normal, tubuh mememiliki suatu sistem mekanisme pengaturan untuk menjaga
keseimbangan cairan dalam tubuh, baik melalui kendali osmoler dan nonosmoler.
Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah
keseimbangan cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang
tidak balans, perlu diberikan terapi cairan. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh dapat menyebabkan berbagai macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit dapat terjadi dalam beberapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi,
hiponatremia, hipernatremia, dan sebagainya. Masing-masing gangguan keseimbangan
tersebut menimbulkan berbagai gejala dan bahkan kegawatdaruratan medis. Oleh sebab
itu, praktisi kesehatan seharusnya mengetahui tentang pentingnya keseimbangan cairan
dan elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.
Diagnosa yang muncul pada kasus diare pada Ny. S adalah Defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbi nutrien, Diare berhubungan dengan
malabsorbsi, dan resiko keseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan. Tindakan yang dapat terlaksana dengan baik dalam perawatan Ny. S adalah
mengobsrvasi keadaan umum klien, Memantau tanda dan gejala dehidrasi, Memantau
pemasukan dan pengeluaran cairan, Mengobservasi tanda-tanda vital, Menjelaskan
pentingnya cairan untuk tubuh, Melanjutkan terapi dari dokter untuk obat antidiare dan
antiemetic, Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, Memberikan diet
sesuai dengan kondisi klien seperti anjuran ahli gizi, menganjurkan klien untuk banyak

38
minum. Tindakan yang kurang dapat terlaksana dengan baik yaitu memonitor keadaan
dalam waktu 24 jam penuh karena harus pergantian ship.

39
B. Saran

Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu masih
banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi para
pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam
penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bidup John, 2009. Keperawatan kesehatan anak untuk petugas penyuluhan kesehatan dan
bidan desa. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

Beherman E Richard, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15. EGC :
Jakarta.

Carpenito. L J, 2010. Hand Book of Nursing Diagnosa. ECG : Jakarta.

Doenges, Marilynm E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC : Jakarta.

Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.

41

Anda mungkin juga menyukai