Anda di halaman 1dari 7

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perkembangan kopi saat ini semakin meningkat,terbukti pemerintah sedang
meningkatkankan ekspor non migas terutama kopi yang belakanan ini memiliki
pasaran dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa kopi sangat banyak yang
menyukainya untuk dijadikan minuman, dan khusus di Kalimantan Timur ini
sendiri kebun kopi sangat banyak dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
Terkadang jika sudah panen raya sudah tiba biasanya biji kopi akan mengalami
penurunan harga sehingga banyak petani yang memilih menyimpan biji kopi yang
telah diolah didalam gudang.
Tanaman kopi diri masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke-13
tepatnyapada tahun 1696 pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun
yang sama juga tanaman kopi ditanam di Bogor yang didatangkan dari Malabar
India. Adapun jenis kopi yang ditanam adalah kopi Arabika. Kopi merupakan
minuman atau bahan penyegar yang banyak dikonsumsi masyarakat, dari yang
miskin sampai kaya. Kopi mengandung kafein, yang dalam dosis rendah dapat
mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran jadi segar. Meskipun demikian
kemajuan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah
yang besar berpengaruh tidak baik bagi kesehatan. Ini disebabkan kafein jika
dikonsumsi dalam jumlah tinggi cepat mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem
pernapasan, otot, pembuluh darah, jantung dan ginjal pada manusia dan hewan.
Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama perpugenus coffea dari famili
rubiceae yang umumnya berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi merupakan
jenis tanaman berkeping dua (dikotil) dan memiliki akar tunggang. Pada akar
tunggang, ada beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping (melebar) yang sering
disebut akar lebar. Pada akar lebar ini tumbuh akar rambut, bulu-bulu akar dan
tudung akar. Tudung akar berfungsi untuk melindungi akar ketika mengisap unsur
hara dari tanah. Selama ini tanaman kopi lazim diusahakan di Indonesia ada dua
jenis, yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara
fisiologis menghendaki persyaratan kondisi iklim yang berbeda. Kopi Arabika
menghendaki lahan dataran lebih tinggi daripada kopi Robusta, sebab apabila
ditanam pada lahan dataran rendah selain pertumbuhan dan produktivitasnya
menurun juga akan lebih rentan penyakit karat daun. Salah satu kunci
keberhasilan budidaya kopi yaitu digunakannya bahan tanam unggul sesuai
dengan kondisi agroklimat tempat penanaman. Kondisi lingkungan perkebunan
kopi di Indonesia sangat beragam dan setiap lingkungan tersebut memerlukan
adaptabilitas spesifik dari bahan tanam yang dianjurkan. Pada tanaman kopi, iklim
dan tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan morfologi, pertumbuhan dan
daya hasil.

1.1. Tujuan
Agar mahasiswa mampu mengenali dan menggambarkan karateristik
morfologi (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) tanaman kopi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Komoditas kopi memegang peranan sangat penting di Indonesia sebagai


penghasil devisa negara non-migas dan berada pada urutan kelima komoditi
pekebunan, setelah kelapa sawit, karet, kelapa dan kakao (Dirjen Bina Produksi
Perkebunan, 2001). Kopi merupakan komoditas strategis bagi masyarakat
pedesaan di Indonesia, karena mampu memberi penghidupan terhadap sekitar 1.7
juta kepala keluarga atau sekitar 7 juta jiwa. Pengembangan tanaman kopi
diarahkan untuk meningkatkan proporsi kopi arabika dan sosisalisasi upaya
konversi robusta ke arabika melalui penerapan teknologi sambungan. Salah satu
teknologi sambungan adalah sambungan pada fase serdadu dengan kombinasi
sambungan batang bawah kopi robusta dan batang atas kopi arabika (Alnopri,
2010).
Kualitas kopi tinggi membutuhkan perawatan khusus sejak tahap pra-
panen, melalui panen, sampau pascapanen. Dalam fase-fase tersebut, beberapa
faktor dapat menyebabkan perubahan yang dapat mempengaruhi masa depan
kualitas minuman. Menghasilkan kopi dengan kualitas yang lebih baik
menunjukkan perbedaan yang cukup nyata terhadap harga produk dan keuntungan
yang lebih tinggi bagi produsen. Kualitas kopi secara langsung berkaitan dengan
berbagai konstituen fisik, kimia fisik dan kimia yang mempengaruhi aspek
gandum panggang, rasa dan aroma minuman, dan di antara komponen tersebut,
kami menyoroti konstituen yang mudah menguap, fenolat (asam chlorogenic),
lemak asam, protein dan beberapa enzim yang kehadirannya. kehadiran enzim ini
sangat penting karena tingkat dan kegiatannya akan memberikan kepada kopi rasa
yang unik dan aroma (Pereira et al., 2010).
Kopi termasuk keluarga besar (suku) Rubiaceae dan keluarga Coffea. Di
Indonesia keluarga ini terkenal ada beberapa varietas. Namun dari bermacam-
macam varietas itu diperkebunan tidak nampak adanya perbedaan yang besar.
Bijinya berkeping dua (dikotil). Kalau tanaman dibiarkan saja dapat tumbuh
sampai 10 meter tinggi. Perakaran kopi relatif dangkal lebih dari 90% dari berat
akar terdapat pada lapisan tanah yang dalamnya 0-30 cm. Oleh karena itu tanaman
kopi peka terhadap kandungan bahan organik, banyak menghendaki oksigen dan
struktur fisik tanah gembur sangat diperlukan. Tanaman kopi akan tampak kerdil
jika pertumbuhan akar terhambat misalnya kekurangan air dan udara, tergenang
air. Susunan akar tanaman kopi terdiri atas akar tunggang, akar lebar, akar rambut
dan bulu akar serta adanya tudung akar (Aini, 2009).
Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan
tanaman yang lain, beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak
berbeda. Cabang reproduksi (cabang orthotroop) tumbuhnya tegak lurus juga
sering disebut wiwilan, cabang primer (cabang plagiotrop) arah tumbuhnya
mendatar dan berfungsi sebagai penghasil bunga, cabang sekunder tumbuh dan
berasal dari tunas sekunder. Sedang pada cabang reproduksi yang tumbuhnya
pesat, ruasnya relatif panjang dan lunak (banyak mengandung air). Daun kopi
mempunyai bentuk bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat, tumbuh
pada batang, cabang dan ranting-ranting, tersusun berdampingan pada ketiak.
Pada batang dan cabang-cabang yang tumbuhnya tegak lurus susunan pasangan
daun ini berselang-seling pada ruas-ruas berikutnya. Sedangkan daun pada ranting
dan pada cabang-cabang mendatar pasangan daun ini terbentuk pada bidang yang
sama dan tidak berselang-seling (Aak., 1988).
Tanaman kopi umumnya berbunga setelah berumur lebih kurang dua
tahun, bunga ini bukan dari ketiak daun yang terletak pada batang atau cabang
reproduksi (Najiyati dan Danarti, 1990). Tumbuhnya bunga pada ketiak cabang
primer tersusun berkelompok, tiap kelompok terdiri atas empat sampai kuntum
bertangkai pendek. Setiap ketiak dapat menghasilkan tiga sampai empat kelompok
bunga. Tiap buku dapat tumbuh lebih kurang30 kuntum bunga. Bunga kopi akan
mekar pada permulaan musim kemarau, berukuran kecil, mahkotanya hijau
pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari
terdiri dari lima sampai tujuh tangkai yang berukuran pendek. Buah kopi yang
masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masakberwarna merah. Pada
umumnya buah kopi mengandung dua butir biji, biji-biji tersebut mempunyai
bidang datar (perut) dan bidang cembung (punggung). Sedangkan menurut
Mulyana (1983) buah kopi menjadi masak dalam waktu antara sembilan bulan
atau sampasatu tahun. Hal ini juga tergantung dari jenis kopi itu sendiri seperti:
Kopi Arabika 9 -10 bulan, Kopi Robusta 10 -11 bulan, Kopi Liberika 11 -12
bulan, Kopi Hibrida 9 -10 bulan, Kopi Hibrida Conuga 10 -11 bulan, Kopi
Hibrida O.P 11 -12 bulan (Morganelli. 2006).
Efek dari tingkat radiasi pada fisiologi tanaman kopi sangat penting,
begitu arabica Coffea spesies L. berasal dari hutan Ethiopia, di mana dapat
ditemukan tanaman kopi yang berada di bawah perlindungan pohon. Awalnya
perkebunan kopi dinaungi oleh tanaman pohon untuk mensimulasikan habitat
alami mereka. Namun, dalam banyak situasi, tanaman kopi tumbuh dan memiliki
produksi yang lebih baik tanpa naungan. Akibatnya, penggunaan naungan telah
ditinggalkan di tempat pada waktu yang sama di mana kultivar sedang
menemukan sifat genetik yang lebih baik untuk menyajikan produksi yang tinggi
di bawah kondisi sinar matahari penuh. Karakterisasi efek naungan terhadap
fisiologi tanaman kopi sangat penting dalam penentuan tingkat optimal radiasi,
serta untuk mensubsidi studi tentang pertumbuhan dan kejadian cercosporiosis
tanaman yang dinaungi; hal ini bertujuan untuk menentukan arsitektur tanaman
kopi yang ideal yang dapat memaksimalkan penyerapan radiasi matahari tersedia
dalam lingkungan yang teduh (Baliza et al. 2012).
Embriogenesis somatik dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan
perbanyakan secara in vitro tanaman kopi direkomendasikan untuk penanaman,
sebagai hibrida dari program pemuliaan. Saat ini, kalus embriogenik yang berasal
dari jaringan daun adalah target jaringan yang paling banyak digunakan untuk
transformasi genetik C. arabica dan tahap kalus yang berbeda dapat
mempengaruhi transformasi tanaman. Namun, induksi jaringan embriogenik di C.
arabica membutuhkan waktu lebih lama dan lebih sulit daripada yang lain
dibudidayakan spesies. Terbatasnya ketersediaan jaringan embriogenik, bersama-
sama dengan rendahnya efisiensi transformasi dari jenis jaringan merupakan salah
satu keterbatasan utama transformasi genetik dalam kopi (Pádua et al., 2014).
Tanaman yang beradaptasi pada kondisi kekeringan sering ditandai dengan
sistem akar yang dalam dan kuat. Dalam kopi robusta, dengan menumbuhkan
empat klon kontras dalam wadah besar (120 L), sistem akar yang lebih dalam
dapat dikaitkan dengan penghindaran terhadap keterbatasan air tanah di klon
toleran kekeringan dibandingkan dengan yang kekeringan sensitif. Studi lain telah
yang terkait dengan toleransi kekeringan dengan massa akar kering yang lebih
besar, yang ditunjukkan oleh Ramos dan Carvalho (1997) bekerja sama dengan 29
genotipe kopi. Para penulis ini tidak menemukan korelasi signifikan antara
genotipe tahan pada kekeringan dan produksi, maka ditunjukkan bahwa sifat-sifat
ini adalah independen satu sama lain. Keterbatasan besar pekerjaan ini berada
dalam menilai sistem akar menggunakan bibit dan, sebaliknya, menilai produksi
pada tanaman dewasa di lapangan. Selain itu, tidak diketahui apakah perilaku akar
pada tahap bibit menyerupai pohon kopi dewasa. Dalam setiap kasus, kesulitan
dalam mengevaluasi sistem akar, pengaruh lingkungan yang besar dan warisan
kompleks karakteristik akar menghambat penggunaan sifat-sifat ini dalam
program pemilihan terlepas dari hubungan positif yang jelas antara kedalaman
akar, pertumbuhan akar dan hasil dalam kondisi kekeringan (DaMatta, 2011).
Genotipe kopi Robbika akan mempunyai keunggulan kopi Robusta
sebagai batang bawah dan keunggulan kopi Arabika sebagai batang atas.
Keunggulan kopi Robusta sebagai batang bawah adalah ketahanan terhadap
nematoda, cekaman air, perakaran banyak dan cukup dalam, dan sudah adaptif
untuk kawasan sentra kopi Robusta, terutama pada daerah coffee triangle
(Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Selatan). Keunggulan kopi Arabika sebagai
batang atas adalah daya hasil tinggi, mutu fisik biji baik, mutu seduhan baik dan
mutu cita rasa baik Berbagai varietas kopi arabika sudah dirilis, baik berasal hasil
introduksi, seleksi populasi, maupun varietas local (Alnopri dkk, 2011).
Seleksi dilakukan di lokasi percobaan uji klon AS 2K (RP 611). Tanaman
percobaan tersebut diperbanyak secara klonal menggunakan setek yang diambil
dari tanaman hasil seleksi individu pada varietas hasil introduksi dari Brazil pada
tahun 1983 yang diberi kode C 1662. Adapun ciri-ciri morfologi klon AS 2 K
sebagai berikut: (1) Ukuran daun lebar, bentuk daun lonjong, dan berwarna hi j
au. Tepi daun hal us agak bergelombang dengan ujung runcing, permukaan halus
datar. Pupus daun berwarna cokelat muda (2) Buah berbentuk pipih bulat, ukuran
buah besar, buah muda berwarna hijau sedangkan buah tua berwarna merah tidak
rata dan bertutul-tutul kecokelatan dengan diskus besar dan menonjol, permukaan
buah hal us, dan tangkai buah pendek. (3) Jumlah buah per ruas 10 – 15
(Arimarsetiowati, 2013).

Anda mungkin juga menyukai