Perkembangan kopi saat ini semakin meningkat,terbukti pemerintah sedang meningkatkankan ekspor non migas terutama kopi yang belakanan ini memiliki pasaran dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa kopi sangat banyak yang menyukainya untuk dijadikan minuman, dan khusus di Kalimantan Timur ini sendiri kebun kopi sangat banyak dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Terkadang jika sudah panen raya sudah tiba biasanya biji kopi akan mengalami penurunan harga sehingga banyak petani yang memilih menyimpan biji kopi yang telah diolah didalam gudang. Tanaman kopi diri masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke-13 tepatnyapada tahun 1696 pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun yang sama juga tanaman kopi ditanam di Bogor yang didatangkan dari Malabar India. Adapun jenis kopi yang ditanam adalah kopi Arabika. Kopi merupakan minuman atau bahan penyegar yang banyak dikonsumsi masyarakat, dari yang miskin sampai kaya. Kopi mengandung kafein, yang dalam dosis rendah dapat mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran jadi segar. Meskipun demikian kemajuan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah yang besar berpengaruh tidak baik bagi kesehatan. Ini disebabkan kafein jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi cepat mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem pernapasan, otot, pembuluh darah, jantung dan ginjal pada manusia dan hewan. Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama perpugenus coffea dari famili rubiceae yang umumnya berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi merupakan jenis tanaman berkeping dua (dikotil) dan memiliki akar tunggang. Pada akar tunggang, ada beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping (melebar) yang sering disebut akar lebar. Pada akar lebar ini tumbuh akar rambut, bulu-bulu akar dan tudung akar. Tudung akar berfungsi untuk melindungi akar ketika mengisap unsur hara dari tanah. Selama ini tanaman kopi lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis menghendaki persyaratan kondisi iklim yang berbeda. Kopi Arabika menghendaki lahan dataran lebih tinggi daripada kopi Robusta, sebab apabila ditanam pada lahan dataran rendah selain pertumbuhan dan produktivitasnya menurun juga akan lebih rentan penyakit karat daun. Salah satu kunci keberhasilan budidaya kopi yaitu digunakannya bahan tanam unggul sesuai dengan kondisi agroklimat tempat penanaman. Kondisi lingkungan perkebunan kopi di Indonesia sangat beragam dan setiap lingkungan tersebut memerlukan adaptabilitas spesifik dari bahan tanam yang dianjurkan. Pada tanaman kopi, iklim dan tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan morfologi, pertumbuhan dan daya hasil.
1.1. Tujuan Agar mahasiswa mampu mengenali dan menggambarkan karateristik morfologi (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) tanaman kopi. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas kopi memegang peranan sangat penting di Indonesia sebagai
penghasil devisa negara non-migas dan berada pada urutan kelima komoditi pekebunan, setelah kelapa sawit, karet, kelapa dan kakao (Dirjen Bina Produksi Perkebunan, 2001). Kopi merupakan komoditas strategis bagi masyarakat pedesaan di Indonesia, karena mampu memberi penghidupan terhadap sekitar 1.7 juta kepala keluarga atau sekitar 7 juta jiwa. Pengembangan tanaman kopi diarahkan untuk meningkatkan proporsi kopi arabika dan sosisalisasi upaya konversi robusta ke arabika melalui penerapan teknologi sambungan. Salah satu teknologi sambungan adalah sambungan pada fase serdadu dengan kombinasi sambungan batang bawah kopi robusta dan batang atas kopi arabika (Alnopri, 2010). Kualitas kopi tinggi membutuhkan perawatan khusus sejak tahap pra- panen, melalui panen, sampau pascapanen. Dalam fase-fase tersebut, beberapa faktor dapat menyebabkan perubahan yang dapat mempengaruhi masa depan kualitas minuman. Menghasilkan kopi dengan kualitas yang lebih baik menunjukkan perbedaan yang cukup nyata terhadap harga produk dan keuntungan yang lebih tinggi bagi produsen. Kualitas kopi secara langsung berkaitan dengan berbagai konstituen fisik, kimia fisik dan kimia yang mempengaruhi aspek gandum panggang, rasa dan aroma minuman, dan di antara komponen tersebut, kami menyoroti konstituen yang mudah menguap, fenolat (asam chlorogenic), lemak asam, protein dan beberapa enzim yang kehadirannya. kehadiran enzim ini sangat penting karena tingkat dan kegiatannya akan memberikan kepada kopi rasa yang unik dan aroma (Pereira et al., 2010). Kopi termasuk keluarga besar (suku) Rubiaceae dan keluarga Coffea. Di Indonesia keluarga ini terkenal ada beberapa varietas. Namun dari bermacam- macam varietas itu diperkebunan tidak nampak adanya perbedaan yang besar. Bijinya berkeping dua (dikotil). Kalau tanaman dibiarkan saja dapat tumbuh sampai 10 meter tinggi. Perakaran kopi relatif dangkal lebih dari 90% dari berat akar terdapat pada lapisan tanah yang dalamnya 0-30 cm. Oleh karena itu tanaman kopi peka terhadap kandungan bahan organik, banyak menghendaki oksigen dan struktur fisik tanah gembur sangat diperlukan. Tanaman kopi akan tampak kerdil jika pertumbuhan akar terhambat misalnya kekurangan air dan udara, tergenang air. Susunan akar tanaman kopi terdiri atas akar tunggang, akar lebar, akar rambut dan bulu akar serta adanya tudung akar (Aini, 2009). Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman yang lain, beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda. Cabang reproduksi (cabang orthotroop) tumbuhnya tegak lurus juga sering disebut wiwilan, cabang primer (cabang plagiotrop) arah tumbuhnya mendatar dan berfungsi sebagai penghasil bunga, cabang sekunder tumbuh dan berasal dari tunas sekunder. Sedang pada cabang reproduksi yang tumbuhnya pesat, ruasnya relatif panjang dan lunak (banyak mengandung air). Daun kopi mempunyai bentuk bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat, tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting, tersusun berdampingan pada ketiak. Pada batang dan cabang-cabang yang tumbuhnya tegak lurus susunan pasangan daun ini berselang-seling pada ruas-ruas berikutnya. Sedangkan daun pada ranting dan pada cabang-cabang mendatar pasangan daun ini terbentuk pada bidang yang sama dan tidak berselang-seling (Aak., 1988). Tanaman kopi umumnya berbunga setelah berumur lebih kurang dua tahun, bunga ini bukan dari ketiak daun yang terletak pada batang atau cabang reproduksi (Najiyati dan Danarti, 1990). Tumbuhnya bunga pada ketiak cabang primer tersusun berkelompok, tiap kelompok terdiri atas empat sampai kuntum bertangkai pendek. Setiap ketiak dapat menghasilkan tiga sampai empat kelompok bunga. Tiap buku dapat tumbuh lebih kurang30 kuntum bunga. Bunga kopi akan mekar pada permulaan musim kemarau, berukuran kecil, mahkotanya hijau pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari lima sampai tujuh tangkai yang berukuran pendek. Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masakberwarna merah. Pada umumnya buah kopi mengandung dua butir biji, biji-biji tersebut mempunyai bidang datar (perut) dan bidang cembung (punggung). Sedangkan menurut Mulyana (1983) buah kopi menjadi masak dalam waktu antara sembilan bulan atau sampasatu tahun. Hal ini juga tergantung dari jenis kopi itu sendiri seperti: Kopi Arabika 9 -10 bulan, Kopi Robusta 10 -11 bulan, Kopi Liberika 11 -12 bulan, Kopi Hibrida 9 -10 bulan, Kopi Hibrida Conuga 10 -11 bulan, Kopi Hibrida O.P 11 -12 bulan (Morganelli. 2006). Efek dari tingkat radiasi pada fisiologi tanaman kopi sangat penting, begitu arabica Coffea spesies L. berasal dari hutan Ethiopia, di mana dapat ditemukan tanaman kopi yang berada di bawah perlindungan pohon. Awalnya perkebunan kopi dinaungi oleh tanaman pohon untuk mensimulasikan habitat alami mereka. Namun, dalam banyak situasi, tanaman kopi tumbuh dan memiliki produksi yang lebih baik tanpa naungan. Akibatnya, penggunaan naungan telah ditinggalkan di tempat pada waktu yang sama di mana kultivar sedang menemukan sifat genetik yang lebih baik untuk menyajikan produksi yang tinggi di bawah kondisi sinar matahari penuh. Karakterisasi efek naungan terhadap fisiologi tanaman kopi sangat penting dalam penentuan tingkat optimal radiasi, serta untuk mensubsidi studi tentang pertumbuhan dan kejadian cercosporiosis tanaman yang dinaungi; hal ini bertujuan untuk menentukan arsitektur tanaman kopi yang ideal yang dapat memaksimalkan penyerapan radiasi matahari tersedia dalam lingkungan yang teduh (Baliza et al. 2012). Embriogenesis somatik dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan perbanyakan secara in vitro tanaman kopi direkomendasikan untuk penanaman, sebagai hibrida dari program pemuliaan. Saat ini, kalus embriogenik yang berasal dari jaringan daun adalah target jaringan yang paling banyak digunakan untuk transformasi genetik C. arabica dan tahap kalus yang berbeda dapat mempengaruhi transformasi tanaman. Namun, induksi jaringan embriogenik di C. arabica membutuhkan waktu lebih lama dan lebih sulit daripada yang lain dibudidayakan spesies. Terbatasnya ketersediaan jaringan embriogenik, bersama- sama dengan rendahnya efisiensi transformasi dari jenis jaringan merupakan salah satu keterbatasan utama transformasi genetik dalam kopi (Pádua et al., 2014). Tanaman yang beradaptasi pada kondisi kekeringan sering ditandai dengan sistem akar yang dalam dan kuat. Dalam kopi robusta, dengan menumbuhkan empat klon kontras dalam wadah besar (120 L), sistem akar yang lebih dalam dapat dikaitkan dengan penghindaran terhadap keterbatasan air tanah di klon toleran kekeringan dibandingkan dengan yang kekeringan sensitif. Studi lain telah yang terkait dengan toleransi kekeringan dengan massa akar kering yang lebih besar, yang ditunjukkan oleh Ramos dan Carvalho (1997) bekerja sama dengan 29 genotipe kopi. Para penulis ini tidak menemukan korelasi signifikan antara genotipe tahan pada kekeringan dan produksi, maka ditunjukkan bahwa sifat-sifat ini adalah independen satu sama lain. Keterbatasan besar pekerjaan ini berada dalam menilai sistem akar menggunakan bibit dan, sebaliknya, menilai produksi pada tanaman dewasa di lapangan. Selain itu, tidak diketahui apakah perilaku akar pada tahap bibit menyerupai pohon kopi dewasa. Dalam setiap kasus, kesulitan dalam mengevaluasi sistem akar, pengaruh lingkungan yang besar dan warisan kompleks karakteristik akar menghambat penggunaan sifat-sifat ini dalam program pemilihan terlepas dari hubungan positif yang jelas antara kedalaman akar, pertumbuhan akar dan hasil dalam kondisi kekeringan (DaMatta, 2011). Genotipe kopi Robbika akan mempunyai keunggulan kopi Robusta sebagai batang bawah dan keunggulan kopi Arabika sebagai batang atas. Keunggulan kopi Robusta sebagai batang bawah adalah ketahanan terhadap nematoda, cekaman air, perakaran banyak dan cukup dalam, dan sudah adaptif untuk kawasan sentra kopi Robusta, terutama pada daerah coffee triangle (Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Selatan). Keunggulan kopi Arabika sebagai batang atas adalah daya hasil tinggi, mutu fisik biji baik, mutu seduhan baik dan mutu cita rasa baik Berbagai varietas kopi arabika sudah dirilis, baik berasal hasil introduksi, seleksi populasi, maupun varietas local (Alnopri dkk, 2011). Seleksi dilakukan di lokasi percobaan uji klon AS 2K (RP 611). Tanaman percobaan tersebut diperbanyak secara klonal menggunakan setek yang diambil dari tanaman hasil seleksi individu pada varietas hasil introduksi dari Brazil pada tahun 1983 yang diberi kode C 1662. Adapun ciri-ciri morfologi klon AS 2 K sebagai berikut: (1) Ukuran daun lebar, bentuk daun lonjong, dan berwarna hi j au. Tepi daun hal us agak bergelombang dengan ujung runcing, permukaan halus datar. Pupus daun berwarna cokelat muda (2) Buah berbentuk pipih bulat, ukuran buah besar, buah muda berwarna hijau sedangkan buah tua berwarna merah tidak rata dan bertutul-tutul kecokelatan dengan diskus besar dan menonjol, permukaan buah hal us, dan tangkai buah pendek. (3) Jumlah buah per ruas 10 – 15 (Arimarsetiowati, 2013).