Propos Revisi Mey

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 34

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Pemerintah dan masyarakat disuatu daerah memiliki peranan yang penting dalam
peningkatan kualitas pembangunan didaerahnya masing-masing. Hal ini terutama
di sebabkan karena dalam otonomi daerah terjadi peralihan kewenangan pada
awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi urusan pemerintahan
daerah masing-masing. Otonomi daerah difokuskan pada tingkat kabupaten/kota,
akan tetapi pada dasarnya yang menjadi penentu utama keberhasilan atau
kegagalan dari otonomi daerah yaitu pada tingkat struktur pemerintahan yang
paling bawah, yaitu desa (Toriq, 2015: 3).
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut desan nama lain,
selanjutnya Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Desa merupakan struktur pemerintah paling bawah yang tentunya perlu
adanya pembaruan melalui pembangunan demi kesetaraan penduduk atau
masyarakat. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian upaya
yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan
masyarakat yang sejahtera, sedangkan kesejahteraan masyarakat dapat
ditingkatkan kalau kemiskinan dapat dikurangi. Oleh karena itu, desa memiliki
peran yang sangat penting dalam proses menunjang keberhasilan otonomi daerah
maupun pemerintahan secara luas. Desa menjadi garda terdepan dalam mencapai
keberhasilan dari segala kebijakan maupun program yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
Agar dapat melaksanakan perannya dalam mengatur komunitasnya, maka
desa berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, diberikan kewenangan
yang mencakup: 1) Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal
usul; 2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan lokal berskala desa; 3)
2

Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah


Daerah Kabupaten/Kota; dan 4) Kewenangan lainnya yang oleh peraturan
perundang-undangan diserahkan kepada desa.
Sebagai konsekuensi logis adanya penyelenggaraan desentralisasi
kewenangan ini tentu saja desa memerlukan sumber pendanaan yang cukup.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan desa akan terlaksana secara optimal apabila
perencenaan keuangan desa dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Demi
terwujudnya program pembangunan yang efektif maka perlu perencanan yang
efektif pula. Menurut Haryanto (2008:44) istilah perencanaan pembangunan,
khususnya pembangunan ekonomi, sudah biasa terdengar dalam pembicaraan
sehari-hari. Akan tetapi, perencanaan diartikan berbeda-beda dalam berbagai
literature yang berbeda. Conyers & hills (1994) mendefinisikan perencanaan
sebagai ”suatu proses yang berkesinambungan” yang mencakup “keputusan-
keputusan atau pilihan-pilihan atas berbagai alternatif penggunanaan sumber daya
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Sedangkan
Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyatakan bahwa, Keuangan Desa adalah
semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban desa. Hak dan kewajiban dapat menimbulkan pendapatan, belanja,
pembiayaan dan pengelolaan.
Dana Desa sebagai sumberdaya untuk mensinergikan program
Pembangunan Nasional – Provinsi – dan daerah. Dana Desa menjadi motivasi
masyarakat Desa untuk kembali atau tetap di Desa untuk membangun Desa
melalui program padat karya dengan memanfaatkan potensi desa dan
memberdayakan kemampuan warga (SWAKELOLA) Kebijakan dana Desa
mengandung nilai ekonomis dan politis. Secara ekonomis; dengan meningkatnya
infrastruktur mendorong produktivitas masyarakat dalam mengelola potensi yang
dimiliki. Secara politis memacu kesadaran masyarakat akan haknya ikut terlibat
dalam pemerintahan dan pembangunan. (Jamaluddin, 2018).
Perencanaan keuangan desa merupakan poin pertama yang ada di
pengelolaan keuangan desa dan juga merupakan tahapan awal atau merupakan
langkah awal dari pengelolaan keuangan tersebut. Perencanaan ini dilaksanakan
3

dalam bentuk penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes),


yang berasal dari proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa)
yang dihasilkan dari proses Musrenbang desa dengan berpatokan pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa). (Walukow, dkk, 2017)
Kebijakan Keuangan yang merupakan potensi Desa sebagai penerimaan
Desa Pilolalenga sesuai urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan
pendapatan Desa dari sektor Pendapatan Asli Desa Desa, Dana Alokasi Desa ,
Dana Desa, Dana Bagi Hasil Retribusi dan Pajak Desa. Berikut pendapatan
desa Pilolalenga dapat dilansir pada tabel 1.1. berikut ini:
Tabel 1.1. Pendapatan Desa Pilolalenga Kecamatan Dungaliyo Kabupaten
Gorontalo Tahun 2014-2019
(dalam ribuan rupiah)
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Sumber 2014 2015 2016 2017 2018 2019
No Pendapatan (Tahun
Desa Dasar) Rp Rp Rp Rp Rp
Rp
Pendapatan
1 31.850 32.000 40.000 43.000 46.000 66.000
Asli Desa
Dana Alokasi
2 300.000 438.000 509.600 535.500 724.300 724.300
Desa
3 Dana Desa 306.000 550.000 592.000 905.000 979.000 979.000
Bagi Hasil
4 Pajak & 10.950 13.500 14.500 15.000 35.000 40.000
Retribusi
Bantuan
5 - - - - 25.000 -
Keuangan
Jumlah 648.800 1.033.500 1.156.100 1.498.500 1.809.300 1.809.300
Sumber: Dokumen RPJM-Desa Pilolalenga
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pendapatan desa dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan total pendapatan yang sama pada
tahun 2018 dan 2019 yaitu sebesar Rp. 1.809.300.000,- /tahun. Pada tahun
terakhir dapat dilihat pendapatan asli desa berjumlah Rp. 66.000.000,- /tahun,
dana alokasi desa berjumlah Rp.724.300.000,- /tahun, dana desa berjumlah Rp.
979.000.000,- /tahun, pendapatan yang berasal dari pajak dan retribusi sebesar
Rp.40.000.000,-/tahun.
Dengan adanya pendapatan desa maka dana desa tersebut dibelanjakan
untuk kepentingan desa yaitu digunakan untuk penyelenggaraan Pemerintahan,
4

Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Masyarakat, Pemberdayaan


Masyarakat, dan Belanja Tak Terduga. Perbelanjaan yang paling mendominasi
kepentingan didesa yaitu pelaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu pemerintah
desa harus menentukan kebijakan dalam perencanaan keuangan agar dana desa
dapat efektif digunakan untuk program pembangunan. Arah kebijakan belanja
Desa ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta
menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam belanja
program/kegiatan. Penggunaaan belanja desa dapat dilansir pada tabel 1.2. berikut
ini:
Tabel 1.2. Belanja Desa Pilolalenga Kecamatan Dungaliyo Kabupaten
Gorontalo Tahun 2014-2019
(dalam ribuan rupiah)
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2014 2015 2016 Rp 2017 2018 2019
N Bidang
(Tahun
o Kegiatan Rp Rp Rp Rp Rp
Dasar)
Rp
1 Penyelenggaraan 184.000 320.000 256.000 325.000 382.500 382.500
Pemerintahan
2 Pelaksanaan 397.800 585.000 731.600 962.500 1.240.800 1.240.800
Pembangunan
Desa
3 Pembinaan 41.500 102.500 117.500 160.000 160.000 160.000
Masyarakat
4 Pemberdayaan 25.000 25.000 50.000 50.000 25.000 25.000
Masyarakat
5 Belanja Tak 500 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Terduga
Jumlah 648.800 1.033.500 1.156.100 1.498.500 1.809.300 1.809.300
Sumber: Dokumen RPJM- Desa Pilolalenga
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pelaksanaan pembangunan desa
setiap tahun meningkat hingga tahun 2018 dan kemudian pada tahun 2019 belanja
desa sama dengan tahun 2018 sebesar Rp. 1.240.800.000,-. Hal ini dapat berarti
bahwa sebesar 69% dana desa dibelanjakan untuk program pembangunan.
Namun melihat fenomena dan data-data yang diperoleh mendapati sebuah
pemikiran bahwa perencanaan desa tersebut masih belum efektif dalam memenuhi
pembangunan desa ke arah yang lebih baik. Berdasarkan penjaringan disetiap
5

dusun, yang tertuang dalam Dokumen RPJM-Desa didapati beberapa kekurangan


terkait dengan pembangunan desa yaitu:
1. Sering terjadi banjir lokal di setiap dusun, diakibatkan karena saluran air yang
ada sering tersumbat karena terlalu sempit dan tidak permanen.
2. Petani kesulitan dalam mengangkut hasil Panen, serta Anak sekolah yang
mengalami kesulitan untuk melewati Pematang sawah waktu ke sekolah pada
musim Hujan. Disebabkan karena tidak ada Jalan penghubung antara Dusun II
dan IV
3. Beberapa Kepala Rumah tangga yang tinggal di rumah tidak layak Huni dan
banyak rumah yang tidak memakai Penerangan Listrik disebabkan Penghasilan
yang hanya cukup untuk Kebutuhan sehari-hari
4. Penerangan Listrik yang sewaktu-waktu mengalami gangguan. Disebabkan
Kekurangan Tiang Listrik untuk Lingkungan atau Kompleks tertentu.
5. Banyak usaha Kecil yang hanya mendapatkan Modal usaha dari koperasi
harian/Rentenir. Disebabkan Tidak ada modal usaha yang cukup bahkan
tidak ada barang yang dapat di jadikan agunan untuk menjadi Nasabah di
bank yang Bunga pinjamannya lebih kecil dari Koperasi harian /rentenir.

Dalam setiap menanggulangi kekurangan-kekurangan tersebut


pemeritahan desa Pilolalenga memiliki tujuan yaitu Menentukan Arah Kebijakan
pembangunan yang merupakan pedoman dalam melaksanakan program dan
kegiatan pembangunan Desa Pantungo Kecamatan Dungaliyo selama periode
Tahun 2015-2021. Bersama itu pemerintah desa menerapkan strategi untuk
menentukan arah dan kebijakan tersebut yaitu: 1) Pembangunan yang selalu
mengedepankan pemenuhan kebutuhan yang kongkrit dalam masyarakat. 2)
Penyempurnaan mekanisme layanan menuju pelayanan yang efisien, prima dan
transparan terutama dalam pelayanan publik yang berhubungan langsung dengan
masyarakat.
Penelitian Muslihah, dkk (2019) menyimpulkan bahwa Dana desa
memberikan dampak terhadap pembangunan fisik. Adanya Dana desa
memberikan kesempatan bagi desa untuk melakukan pembangunan dan
pemerintahannya sendiri. Kesempatan tersebut memungkinkan pembangunan
sarana, fasilitas, dan infrastruktur desa menjadi lebih baik dan sesuai dengan
6

kebutuhan masing-masing desa di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa


Yogyakarta.
Penelitian Walukow, dkk (2017) tentang Analisis Perencanaan
Pengelolaan Keuangan Desa Sesuai Dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014 Di Desa Kauneran I Kecamatan Sonder Kabupaten
Minahasa. menyimpulkan bahwa adanya ketidaksesuaian perencanaan keuangan
desa didesa Kauneran I dengan perencanaan pengelolaan keuangan desa menurut
Permendagri No. 113 tahun 2014 dan kurangnya partisipasi dari masyarakat
menunjukkan bahwa Desa Kauneran I tidak secara 100% taat pada azas
pengelolaan keuangan desa, dalam ha ini ialah asas partisipatif.
Mengacu pada uraian dari sebagian masalah pembangunan didesa
Pilolalenga beserta acuan penelitian terdahulu maka menarik pemikiran peneliti
harus untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Perencanaan Keuangan
Desa Terhadap Program Pembangunan di Desa Pilolalenga Kabupaten
Gorontalo”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka
penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu apakah terdapat
Pengaruh Perencanaan Keuangan Desa Terhadap Program Pembagunan Desa
Pilolalenga Kabupaten Gorontalo ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengaruh Perencanaan Keuangan Desa Terhadap Program
Pembagunan Desa Pilolalenga Kabupaten Gorontalo.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat yang positif terhadap
ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu ekonomi dan ekonomi pembangunan
serta sebagai bahan referensi bagi penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
7

Diharapkan akan memberikan masukan pemikiran yang selanjutnya


dapat menjadi acuan dalam pemecahan masalah dan pengambilan kebijakan
bagi pemerintah khusunya pemerintah desa.
8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perencanaan


Menurut Suharto (2010:71), perencanaan pada hakekatnya adalah sebuah
proses yang penting dan menentukan keberhasilan suatu tindakan dengan
demikian, kunci keberhasilan dalam pengelolaan atau manajemen tergantung
dalam proses perencanaannya untuk mensejahterakan anggotanya.
2.1.1 Sifat-sifat dari Perencanaan
1) Kontribusi terhadap tujuan (contribution of onjective), yaitu perencanaan
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
2) Kedudukan yang istimewa dari suatu perencanaan (primacy of planning),
bahwa setiap perencanaan selalu mendapat tempat yang pertama dalam
suatu proses manajemen dan perencanaan harus mampu memberikan arah
terhadap proses manajemen selanjutnya.
3) Kemampuan pengisian dari perencanaan (pervasiveness of planning),
perencanaan merupakan dasar manajemen yang berisi tujuan dan cara
pencapaiannya.
4) Efisiensi dari perencanaan (efficiency of planning), rencana yang telah
direncanakan dapat tercapai dengan cara yang efisien.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan
Setiap perencanaan baik dalam organisasi manjerial maupun organisasi
bisnis menyusun perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam setiap
perencanaan akan terlihat fungsi dari perencanaan itu sendiri dan juga faktor-
faktor yang turut menentukan dalam perencanaan. Davis menyatakan fungsi
perencanaan ini terbagi atas :
1) Rencana stategis, menggambarkan fokus bisnis utama perusahaan untuk jangka
panjang.
2) Perencanaan taktis, merupakan rencana-rencana perusahaan yang berskala
lebih kecil yang konsisten dengan rencana strategis.
3) Perencanaan operasional, menyusun metode-metode yang akan segera
digunakan.
9

Perencanaan darurat, merupakan rencana-rencana alternative yang


dikembangkan untuk menghadapi berbagai kondisi bisnis yang mungkin terjadi.
Heckert mengemukakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
menyusun perencanaan yaitu:
1) Tujuan Perusahaan
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam menetapkan penyusunan
perencanaan adalah mengetahui dan mengeksplorasi apa yang menjadi tujuan
perusahaan. Tujuan perusahaan dimanifestasikan dalam visi dan misi
perusahaan.
2) Kondisi Lingkungan
Ekonomi Sosial Politik Manajemen harus mempelajari kondisi perekonomian
dan politik dalam menyusun perencanaan, hal ini berguna untuk peramalan
berapa biaya anggaran yang ditetapkan.Kondisi perekonomian yang
mempengaruhi seperti inflasi, suku bunga, sedangkan kondisi politik seperti
suhu politik, isu keamanan dan pemilihan umum.
3) Sumber Daya
Hal ini mengacu kepada suatu keyakinan bahwa tujuan dapat dicapai dengan
sumber daya yang tersedia pada perusahaan.
4) Tindakan Preventif
Keyakinan bahwa perusahaan dapat mengarahkan atau mengkoordinasikan
atau melaksanakan tindakan-tindakan di masa mendatang, yang direncanakan
untuk mencapai tujuan-tujuan atau menghindari kondisi-kondisi yang
merintangi kemajuan.
5) Kontinuitas
Suatu pengertian atau pengakuan bahwa perusahaan yang tidak ada putusnya,
dan perkembangan kondisi yang diharapkan, akan mengharuskan adanya
penilaian-penilaian yang berkesinambungan terhadap tujuan, kendala dan
rencana tindakan.

2.2 Keuangan Desa


10

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka


penyelenggaraan pemerintah desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
desa tersebut. Keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan,
akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDesa
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan
dengan peraturan desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh
Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,
membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka
pelaksanaan APBDesa (Permendagri No. 37 Tahun 2007).
Menurut UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pendapatan Desa
bersumber dari:
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima Kabupaten/Kota;
e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.

APBDesa
Menurut Permendagri No. 37 Tahun 2007, APBDesa terdiri atas :
1. Pendapatan Desa;
Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh desa. Pendapatan Desa terdiri atas kelompok: 1. Pendapatan Asli
11

Desa (PADesa); 2. Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota; 3. Bagian dari Retribusi


Kabupaten/Kota; 4. Alokasi Dana Desa (ADD); 5. Bantuan Keuangan dari
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa
lainnya; 6. Hibah 7. Sumbangan Pihak Ketiga
2. Belanja Desa;
Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja Desa terdiri dari:
a. Belanja Langsung;
Belanja Langsung terdiri dari : a. Belanja Pegawai; b. Belanja Barang dan
Jasa; dan c. Belanja Modal
b. Belanja Tidak Langsung terdiri dari : a. Belanja Pegawai/ Penghasilan
Tetap b. Belanja Subsidi c. Belanja Hibah (Pembatasan Hibah) . Belanja
Bantuan Sosial e. Belanja Bantuan Keuangan f. Belanja Tak Terduga
3. Pembiayaan Desa
Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan Desa terdiri dari:
a. Penerimaan pembiayaan mencakup: 1). Sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun sebelumnya; 2). Pencairan Dana Cadangan; 3). Hasil
penjualan kekayaan desa yang dipisahkan; dan 4. Penerimaan Pinjaman.
b. Pengeluaran Pembiayaan mencakup: 1). Pembentukan Dana Cadangan. 2)
Penyertaan Modal Desa. 3). Pembayaran Utang.

2.3 Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa


Dokumen perencanaan keuangan Desa meliputi RPJM Desa dan RKP
Desa yang berpedoman kepada perencanaan pembangunan Desa yang disusun
berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa. Musyawarah Desa
dilaksanakan paling lambat bulan Juni tahun anggaran berjalan. Penyusunan
RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan secara partisipatif dalam forum
musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur masyarakat Desa. RPJM Desa memuat
12

penjabaran visi dan misi Kepala 25 Desa terpilih, rencana penyelenggaraan


pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,
pemberdayaan masyarakat dan arah kebijakan perencanaan pembangunan desa.
RPJM Desa mengacu pada RPJM Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan kondisi obyektif Desa dan prioritas pembangunan
Kabupaten/Kota. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama tiga
bulan terhitung sejak pelantikan Kepala Desa. RKP Desa merupakan penjabaran
dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu tahun. RKP Desa memuat rencana
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat Desa. RKP Desa berisi evaluasi
pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya, prioritas program, kegiatan, dan
anggaran Desa yang dikelola oleh Desa maupun melalui kerja sama antara
Desa/pihak ketiga serta kewenangan penugasan dari tingkatan pemerintah yang
lebih tinggi. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun
berjalan dan ditetapkan dengan peraturan desa paling lambat akhir bulan
September tahun berjalan. RKP Desa menjadi dasar penetapan APBDesa.
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau biasa disebut dengan penggerakkan Menurut Manila I. GK.
(1996:28) adalah aktivitas aktuasi, yang berarti setelah rencana terbentuk
manajer harus memimpin menggerakkan para 26 staf/bawahannya
berdasarkan pada rencana itu dengan maksud untuk mewujudkan rencana.
Pelaksanaan anggaran Desa yang sudah di tetapkan sebelumnya timbul
transaksi penerimaan dan pengeluaran Desa. Semua penerimaan dan
pengeluaran Desa dalam rangka pelaksanaan kewengan Desa dilaksanakann
melalui rekening kas Desa. Jika desa yang belum memiliki pelayanan
perbankan di wilayahnya maka pengaturanya di tetapkan oleh pemerintah
Kabupaten/ Kota. Semua penerimaan dan pengeluaran Desa harus di dukung
oleh bukti yang lengkap dan sah. Jadi setelah melaksanakan perencanaan
maka langkah selanjutnya adalah pengorganisasian, dalam hal ini harus jelas
siapa yang menjalankan dan yang dijalankan, agar semuanya berjalan dengan
lancar. Kemudian menurut Suharto (2010:79) Tahap pelaksanaan program
13

intinya menunjuk pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi


yang lebih rendah.
Penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan
operasi atau kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian
tujuan .Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa
yang dalam pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada perangkat Desa.
Perangkat desa terdiri atas sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan dan
pelaksana teknis. Perangkat Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu
Kepala Desa. Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh
unsur 27 staf sekretariat yang bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang
administrasi pemerintahan
2. Penatausahaan
Penatausahaan merupakan Penerimaan dan Pengeluaran yang wajib dilakukan
oleh Bendahara Desa. Kepala Desa dalam melaksanakan Penatausahaan
Keuangan Desa harus menetapkan Bendahara Desa, penetapan Bendahara
Desa harus dilakukan sebelum di mulainya tahun anggaran bersangkutan dan
berdasarkan keputusan Kepala Desa.
Bendahara adalah Perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayar, dan
mempertanggung jawabkan keuangan Desa dalam rangka pelaksanaan
APBDes. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui
Laporan pertanggungjawaban, Laporan Pertanggungjawaban disampaikan
setiap bulanya kepada kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya. Menurut Peraturan Bupati Wajo Nomor 51 tahun 2015 tentang
pengelolaan Keuangan Desa Laporan pertanggungjawaban yang wajib dibuat
oleh Bendahara Desa adalah:
a. Buku Kas Umum
Buku Kas Umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang
menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai dan kredit,
digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan atau kesalahan dalam
pembukuan. Buku Kas Umum dapat dikatakan sebagai sumber dokumen
transaksi.
14

b. Buku Kas Pembantu Pajak


Buku Pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka
penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak
c. Buku Bank Buku Bank digunakan untuk membantu buku kas umum dalam
rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang Bank.
d. Pelaporan
Menurut Peraturan Bupati Wajo nomor 2 tentang Petunjuk teknis Alokasi
Dana Desa tahun 2016 Bentuk Pelaporan atas kegiatan-kegiatan dalam
APBDesa mempunyai dua tahap Pelaporan. Pertama, Laporan berkala
yaitu Laporan mengenai pelaksanaan penggunaan Dana ADD yang dibuat
secara rutin setiap semester dan atau 6 Bulan sesuai dengan tahapan
pencairan dan pertanggung jawaban yang berisi realisasi penerimaan ADD
dan belanja ADD. Kedua, Laporan akhir dari penggunaan ADD
mencangkup pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi
dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD. Kedua
laporan ini dibuat oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Bendahara Desa.
3. Pertanggung Jawaban
Petunjuk teknis Alokasi Dana Desa tahun 2016 pertanggung jawaban
terdiri dari kepala desa menyampaikan laporan pertanggung jawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa Kepada Bupati/ Walikota melalui Camat setiap akhir
tahun anggaran kemudian laporan pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan paling lambat 1
(satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan dan bantuk laporan
tersebut terintegrasi dengan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa
(LPPD).

2.4 Pembangunan Desa


Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 3 tahun 2015 tentang Pendampingan Desa mendefinisikan
pembangunan desa sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Pembangunan desa tidak
terlepas dari manajemen pembangunan daerah, baik di tingkat kabupaten maupun
15

provinsi, karena pembangunan desa harus melihat keterkaitan antara antardesa,


desa dalam kecamatan, antarkecamatan dan kabupaten, serta antarkabupaten.
Pemerintah berusaha untuk keluar dari berbagai masalah ketimpangan
pembangunan antara desa dengan kabupaten/kota melalui alokasi Dana desa.
Alokasi Dana desa diharapkan dapat menghasilkan berbagai output sarana dan
prasarana publik desa, serta dampak yang baik terhadap kualitas hidup masyarakat
desa. Adanya alokasi Dana desa diharapkan dapat menjadikan desa memiliki
sarana dan fasilitas yang memadai sehingga dapat menunjang kehidupan
masyarakat sehari-hari. (Muslihah dkk, 2017)
Pembangunan fisik dapat didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata
(Kuncoro, 2010, p.20). Perubahan identik dengan adanya wujud atau bentuk dari
pembangunan, misalnya sarana perumahan, sarana peribadahan, sarana
pembuatan jalan, sarana pendidikan, dan sarana umum lainnya. Pembangunan
fisik contohnya adalah dengan membangun jalan, jembatan, lapangan terbang,
gedung, pelabuhan, dan lain sebagainya.
Pembangunan fisik dilakukan agar masyarakat dapat menggunakan sarana
infrastruktur yang ada untuk menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari. Mahfudz
(2009) menyatakan bahwa sebagian besar penggunaan ADD lebih banyak
diarahkan pada kegiatan fisik (pembangunan sarana dan prasarana fisik). Adanya
alokasi Dana desa pembangunan fisik di desa bisa dilakukan sesuai kebutuhan
masyarakat. Pembangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan desa masing-
masing dapat membantu masyarakat dalam memperoleh akses dan fasilitas yang
memadai dan benar-benar dibutuhkan di desa tersebut.

2.5 Perencanaan Pembangunan


2.5.1 Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan
Rencana Kerja Pemerintah Desa

Proses penyusunan perencanaan dimulai dengan tahap penyusunan


RPJMDes dan RKPdes. Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan
desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan
pembangunan Kabupaten/Kota. Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara
berjangka meliputi:
16

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam)


tahun. RPJM-Desa adalah program pemerintah yang mengatur tentang
rancangan dan penyusunan pembangunan desa yang disusun oleh Kepala Desa
terpilih secepatnya untuk mewujudkan apa yang telah disampaikan pada janji
kampanye pemilihan Kepala Desa dan menjabarkan visi dan misi. Irwan
Muhadi (2013:8).
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari rencana Pembangunan jangka
Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun

2.5.2 Penetapan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa


Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 Bab III Pasalnya yang 3
menyatakan bahwa: (2) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik
desa yang dipisahkan. Kepala Desa mempunyai kewenangan:
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa
b. Menetapkan PTPKD
c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa
d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa dan
e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa
2.5.3 Penyusunan Rancangan Peraturan Desa
Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Bab V Pasal 20
menyatakan bahwa :
(1) Sekretaris desa menyusun Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa
berdasarkan RKPDesa tahun berkenan.
(2) Sekretaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APBDesa
kepada Kepala Desa.
(3) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) di sampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan
Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.
17

(4) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama


sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) paling lambat bulan oktober tahun
berjalan.

2.5.4 Evaluasi Rancangan Peraturan Desa


Evaluasi rancangan peraturan desa dimuat dalam RPJM Desa pada pasal
21 dan pasal 22.
Rumusan Pasal 21 berbunyi:
(1) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) disampaikan oleh Kepala
Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat
3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi.
(2) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja
sejak diterimanya Rancangan Peratuan Desa tentang APBDesa.
(3) Dalam hal ini Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan Desa tersebut berlaku
dengan sendirinya.
(4) Dalam hal ini Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Desa
Tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan
penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
hasil evaluasi.
Selanjutnya, rumusan Pasal 22 berbunyi:
(1) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan kepala desa
tetap menetapkan Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa menjadi
Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan
Keputusan Bupati/Walikota.
(2) Pembatalan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus
menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya.
(3) Dalam hal pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa
hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan
Pemerintah Desa.
18

(4) Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7


(tujuh) hari kerja setelah pembatalan dan selanjutnya Kepala Desa bersama
BPD mencabut peraturan desa yang dimaksud.

2.6 Pemerintahan Desa


Dalam perencanaan keuangan dan pembangunan di desa tentunya adalah
pemerintahan desa. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa yang ditetapkan pada tanggal 30 Desember 2005 pada Pasal 1
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pemerintahan Desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang
disebutkan dalam Undang-undang bahwa dalam sebuah Pemerintah Kabupaten/
Kota dibentuk Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat
Desa terdiri dari Aparat Desa dan Perangkat Desa lainnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa. Sebagai fungsionaris dalam sistem pemerintahan desa
tentunya kedudukan Aparatur Desa memiliki kendala dalam pelaksanaan tugas di
bidang penyelenggaraan otonomi desa. Kendala tersebut dapat saja berasal dari
dalam organisasi pemerintahan desa maupun juga dari luar pemerintahan desa itu
sendiri.
2.6.1 Aparat Desa
Menurut Arsjad (2018) dalam penelitiannya mengemukakan Pemerintah
desa beserta aparatnya bertugas sebagai administrator penyelenggara
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Oleh sebab itu diperlukan
aparat desa yang benar-benar mampu dan dapat bekerjasama dalam pelaksanaan
tugas dan memiliki tanggung jawab. Keberadaan aparat desa yang juga diserahi
tugas dibidang administrasi, menduduki posisi yang sagat penting karena sebagai
organ pemerintah yang paling bawah mengetahui segala kondisi dan permaslahan
yang ada diwilayahnaya. Informasi tersebut dikoordinasika pada pemerintah
19

kecamatan karena dibutuhkan dalam pengambilan kebijaksanaan daerah maupun


nasional untuk kebutuhan pembangunan secara menyeluruh. Dengan demikian
kepala desa dalam pelaksanaan tugas dituntut untuk lebih optimal guna
mempelancar pelaksanaan tugas pemerintah. Di Desa Pilolenga memiliki 7 (tujuh)
Aparat Desa yang terdiri dari 4 (empat) orang laki-laki dan 3 (tiga) orang
perempuan.
2.6.2 Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Dalam Peraturan Desa Pilolenga Nomor 05 Tahun 2015 dijelaskan Badan
Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga legislasi dan pengawasan
dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa dan
keputusan Kepala Desa. BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah
Desa. Sementara kedudukan Aparat Desa menjadi sangat penting dalam
membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa. Di Desa Pilolenga memiliki 7 (tujuh)
Pengurus BPD yang terdiri dari 5 (lima) orang laki-laki dan 2 (dua) orang
perempuan.
2.6.3 Lembaga Pemberdayaaan masyarakat (LPM)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Pilolenga memiliki 29
Anggota, yang terdiri dari 12 anggota laki-laki dan 17 anggota perempuan yang
memiliki tugas dan fungsi sesuai dengan kedudukan masing-masing.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (pasal
89, 90,91,92) disebutkan secara rinci tentang kedudukan, tugas, dan fungsi, dan
kegiatan lembaga kemasyarakatan atau lembaga pemberdayaan masyarakat
(LPM), yaitu sebagai berikut :
1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) bertugas membantu pemerintah
desa dan sebagai mitra pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat
desa.
2. Tugas lembaga kemasyarakatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
meliputi :
20

a. Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;


b. Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan pembangunan secara partisipatif.

2.6.4 Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)


Salah satu wadah organisasi perempuan dimasyarakat desa dan kelurahan
adalah Pemberdayaan Kesejateraan Keluarga (PKK) . PKK adalah sebuah
organisasi kemasyarakatan desa yang mampu menggerakkan partisipasi
masyarakat desa dalam pembangunan, juga berperan dalam kegiatan pertumbuhan
desa. Di Desa Pilolenga jumlah anggota PKK yaitu 29 orang perempuan.
2.6.5 Karang taruna
Menurut Peraturan Menteri Sosial RI tahun 2010 Pasal 1 ayat 1 karang
taruna adalah: Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai
wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk
masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak
dibidang usaha kesejahteraan sosial.
Direktorat Bina Karang Taruna (2005:1) menyebutkan bahwa:
a. Karang taruna adalah suatu organisasi sosial, perkumpulan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).
b. Sebagai wadah pengembangan generasi muda, karang taruna merupakan
tempat diselenggarakannya berbagai upaya atau kegiatan untuk
meningkatkan dan mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya generasi
muda dalam rangka pengembangan sumber daya manusia (SDM).
c. Karang taruna tumbuh dan berkembang atas dasar adanya kesadaran
terhadap keadaan dan permasalahan di lingkungannya serta adanya
tanggung jawab sosial untuk turut berusaha menanganinya. Kesadaran
dan tanggung jawab sosial tersebut merupakan modal dasar tumbuh dan
berkembangnya karang taruna.
d. Karang Taruna tumbuh dan berkembang dari generasi muda, diurus atau
dikelola oleh generasi muda dan untuk kepentingan generasi muda dan
21

masyarakat di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat.


Karenanya setiap desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dapat
menumbuhkan dan mengembangkan karang tarunanya sendiri.
e. Gerakannya di bidang usaha kesejahteraan sosial berarti bahwa semua
upaya program dan kegiatan yang diselenggarakan karang taruna
ditujukan guna mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama
generasi mudanya.
Di Desa Pilolenga anggota Karang Taruna berjumlah 45 anggota, yang
terdiri dari 24 orang laki-laki dan 21 oang perempuan. Karang taruna
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang ditentukan oleh peraturan
dan kebijakan desa.
2.6.6 Dasa wisma
Kelompok Dasawisma merupakan salah satu kelompok sosial yang ada di
pedesaan. Kelompok sosial tersebut termasuk dalam kelompok sosial yang teratur
(informal, sekunder). Kelompok tersebut termasuk kelompok informal karena
kelompok tersebut tidak hanya mempunyai satu kegiatan misalnya arisan, namun
9 mempunyai kegiatan lain diantaranya Sharing (tukar pendapat), pengajian ibu-
ibu dan kegiatan ibu-ibu dasawisma lainnya. Kelompok dasa wisma merupakan
unit terkecil dari kelompok PKK yang terdiri dari 10 sampai 20 Kepala Keluarga
(KK) dalam satu wilayah Rukun Tetangga (RT). Dari 10 anggota itu, ada seorang
penanggung jawab untuk memantau kondisi rumah tangga yang lain. Prinsip
dasawisma adalah pengawasan dan pemberdayaan hingga ke masyarakat bawah
dan menyentuh unit masyarakat terkecil, yakni keluarga. Di desa Pilolenga
anggota dasawisma berjumlah 24 orang perempuan.

2.7 Penelitian Terdahulu


Agar dapat memberikan gambaran dalam penelitian ini, maka kiranya
perlu untuk membahas hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yang ada
22

kaitannya dengan penelitian ini. Relevansi Penelitian terdahulu yang digunakan


dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Siti Muslihah, Hilda Octavana Siregar dan Sriniyati pada tahun 2019 yang
berjudul Dampak Alokasi Dana Desa Terhadap Pembangunan Dan
Kesejahteraan Masyarakat Desa Di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat antara
sebelum adanya Dana desa dan setelah diberikannya Dana desa. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pemberian Dana desa oleh pemerintah
memberikan dampak terhadap pembangunan fisik dan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Siti Muslihah, dkk yaitu pada
metode penelitiannya, penelitiannya Siti Muslihah, dkk menggunakan
analisis deskriptif sedangkan penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif.
2. Yanhar Jamaluddin, Asep Sumaryana, Budiman Rusli & Rd. Ahmad
Buchari pada tahun 2018 dengan judul Analisis Dampak Pengelolaan dan
Penggunaan Dana Desa terhadap Pembangunan Daerah. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pengelolaan dan penggunaan Dana Desa tidak
memberi dampak signifikan bagi pertumbuhan pembangunan daerah dan
program pembangunan Desa tidak sinkron dengan kebijakan
pembangunan Daerah (RPJM Daerah). Dampak ini disebabkan oleh
karena Desa memiliki kewenangan luas dalam menentukan rencana
programnya dan daerah kurang memiliki wewenang mengintegrasikan
kebijakan program pembangunan. Untuk mengintegrasikan program
pembangunan Desa yang sinkron dengan kebijakan pembangunan Daerah,
diperlukan intervensi regulation Pemerintah Daerah guna mengarahkan
program Desa, mengacu pada kebijakan pembangunan Daerah.
Perbedaan penilitian Yanhar Jamaluddin, dkk yaitu pada metode
penelitiannya. Pada penelitian sebelumnya menggunakan metode
deskriptif. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
23

3. Lutfhi Nur Fahri pada tahun 2017 dengan judul Pengaruh Pelaksanaan
Kebijakan Dana Desa terhadap Manajemen Keuangan Desa dalam
Meningkatkan Efektivitas Program Pembangunan. Penelitian ini
berkesimpulan bahwa untuk penyelenggaraan pelaksanaan kebijakan Dana
Desa secara baik dapat dilakukan dengan mewujudkan manajemen
keuangan Desa sehingga meningkatkan efektivitas program pembangunan
Desa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fahri yaitu pada variabel-
variabel penelitiannya. Penelitian sebelumnya menggunakan Pelaksanaan
Kebijakan Desa sebagai variabel X1, Manajemen Keuangan Desa sebagai
variabel X2. Sedangkan penelitian ini menggunakan Perencanaan
Keuangan Desa sebagai variabel X1 dan Program Pembangunan sebagai
variavel X2. Persamaan penelitiannya yaitu pada metode penelitian yang
menggunakan metode kuantitatif.
24

III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual


Perencanaan keuangan desa merupakan poin yang pertama yang ada dalam
pengelolaan keuangan desa dan juga merupakan tahapan pertama atau merupakan
langkah awal dari pengelolaan desa tersebut. adanya perencanaan sedemikian
rupa yang akan mengahasilkan penetapan APBDesa, segala kegiatan akan dapat
dilakukan secara tertib dan teratur sesuai dengan rancangan yang telah ada.
(Manto, dkk)
Menurut Muslihah (2019) Adanya Dana desa memberikan kesempatan
bagi desa untuk melakukan pembangunan dan pemerintahannya sendiri.
Sedangkan Jamaluddin (2018) mengemukakan Dana Desa sebagai sumberdaya
untuk mensinergikan program Pembangunan Nasional – Provinsi – dan daerah.
Dana Desa menjadi motivasi masyarakat Desa untuk kembali atau tetap di Desa
untuk membangun Desa melalui program padat karya dengan memanfaatkan
potensi desa dan memberdayakan kemampuan warga (SWAKELOLA).
Pentingnya Desa memiliki perencanaan karena desa harus mengatur dan
mengurus desa-nya sesuai dengan kewenangan desa (self governing community).
Perencanaan Desa diharapkan dapat memperkuat hak dan kewenangan desa
sekaligus mengoptimalkan sumber kekayaan desa sebagai modal utama dalam
pembangunan Desa. (www.kemenkopmk.go.id)
Penelitian ini dilakukan di desa Pilolenga Kabupaten Gorontalo.
Fenomena dan data-data yang diperoleh mendapati sebuah pemikiran bahwa
perencanaan desa Pilolenga masih belum efektif dalam memenuhi pembangunan
desa ke arah yang lebih baik. Berdasarkan penjaringan disetiap dusun, yang
tertuang dalam Dokumen RPJM-Desa Pilolenga didapati beberapa kekurangan
terkait dengan pembangunan desa yaitu: 1) Sering terjadi banjir lokal di setiap
dusun, diakibatkan karena saluran air yang ada sering tersumbat karena terlalu
sempit dan tidak permanen. 2) Petani kesulitan dalam mengangkut hasil Panen,
serta Anak sekolah yang mengalami kesulitan untuk melewati Pematang sawah
waktu ke sekolah pada musim Hujan. 3) Beberapa Kepala Rumah tangga yang
tinggal di rumah tidak layak Huni dan banyak rumah yang tidak memakai
Penerangan Listrik. 4) Penerangan Listrik yang sewaktu-waktu mengalami
25

gangguan. 5) Banyak usaha Kecil yang hanya mendapatkan Modal usaha dari
koperasi harian/Rentenir..
Dalam setiap menanggulangi kekurangan-kekurangan tersebut
pemeritahan desa Pilolalenga memiliki tujuan yaitu Menentukan Arah Kebijakan
pembangunan yang merupakan pedoman dalam melaksanakan program dan
kegiatan pembangunan Desa Pantungo Kecamatan Dungaliyo selama periode
Tahun 2015-2021. Bersama itu pemerintah desa menerapkan strategi untuk
menentukan arah dan kebijakan tersebut yaitu: 1) Pembangunan yang selalu
mengedepankan pemenuhan kebutuhan yang kongkrit dalam masyarakat. 2)
Penyempurnaan mekanisme layanan menuju pelayanan yang efisien, prima dan
transparan terutama dalam pelayanan publik yang berhubungan langsung dengan
masyarakat. Berdasarkan teori-teori tersebut maka kerangka konseptual dalam
penelitian ini adalah:

Perencanaan Keuangan Desa Program Pembangunan


(X) (Y)

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang dihadapi
dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan menunjang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perencanaan keuangan
terhadap mpembangunan desa Pilolenga Kabupaten Gorontalo.
Pembangunan fisik dapat didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata
(Kuncoro, 2010, p.20). Perubahan identik dengan adanya wujud atau bentuk dari
pembangunan, misalnya sarana perumahan, sarana peribadahan, sarana
pembuatan jalan, sarana pendidikan, dan sarana umum lainnya.
Dalam Penlitian Muslihah, dkk (2019) dengan hasil penelitian yaitu
terdapat perbedaan yang signifikan pada pembangunan fisik dan kesejahteraan
masyarakat antara sebelum adanya Dana desa dan setelah diberikannya Dana
desa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian Dana desa oleh pemerintah
memberikan dampak terhadap pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat
26

di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan dalam penelitian


Dalam Penelitian Jamaluddin, dkk (2018) menunjukan hasil bahwa pengelolaan
dan penggunaan Dana Desa tidak memberi dampak signifikan bagi pertumbuhan
pembangunan daerah dan program pembangunan Desa tidak sinkron dengan
kebijakan pembangunan Daerah (RPJM Daerah).
Berdasarkan acuan tersebut maka perumusan hipetosis dalam penelitian ini
yaitu:
Ha : Terdapat Pengaruh Perencanaan Keuangan Desa Terhadap
Pembangunan Desa Pilolenga Kabupaten Gorontalo.
Ho : Tidak Terdapat Pengaruh Perencanaan Keuangan Desa Terhadap
Pembangunan Desa Pilolenga Kabupaten Gorontalo.
27

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Pilolalenga Kecamatan Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2
bulan, sejak bulan Februari sampai dengan Maret 2020.
4.2 Jenis dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2016:8) definisi metode penelitian
kuantitatif adalah sebagai berikut :
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yan
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”.
4.3 Definisi Operasional Variabel
Operasional Variabel adalah serangkaian penjelasan dari masing-masing
variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen
dan satu variabel dependen. Operasional dari variabel tersebut akan peneliti
uraikan dengan mengidentifikasi indikator-indikatornya. Definisi operasional
variabel dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan keuangan desa merupakan perencaaan penerimaan dan
Pengeluaran pemerintahan desa pada tahun anggaran berkenaan yang
dianggarkan dalam APB Desa.
2. Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan
mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur
(demografi masyarakat, karakteristik sosial budaya, karakterisktik
fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-
kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman.

4.4 Kisi - Kisi Instrumen Penelitian


28

Peneliti menyajikan instrumen berdasarkan definisi operasional variabel. Kisi-kisi


instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2. dibawah ini:
Tabel 4.1. Kisi - Kisi Instrumem Variabel X
No Variabel Indikator Pernyataan Pernyataan Jumlah
Positif Negatif Butir

1 X 1. Pemilihan dan 1,2,3,4,5, - 5


Penetepan
Tujuan
Organisasi
2. Kegiatan
Persiapan 6,7,8,9,10 - 5
Melalui
Perumusan dan
Penetapan
Keputusan.

Jumlah 10

Sumber: Data Olahan, 2020

Tabel 4.2. Kisi - Kisi Instrumem Variabel Y


No Variabel Indikator Pernyataan Pernyataan Jumlah
Positif Negatif Butir

1 Y 1. Keterbukaan 11 - 1
Kebijakan Dasar
2. Tujuan dan
Rencana, 12 - 1
3. Strategi,
4. Pengorganisasian 13,14,15 - 3
5. Pelaksanaan 16,17,18 - 3
6. Target Hasil
19,20,22 21 4
23,24,25,26 - 4

Jumlah 16

Sumber: Data Olahan, 2020

4.5 Populasi dan Sampel


4.5.1 Populasi
29

Menurut Sudaryono (2012: 140) Populasi adalah seluruh kumpulan objek


atau orang yang akan dipelajari atau diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat Desa yang tinggal dan menetap di Desa Pilolenga.
4.5.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2016:81) pengertian dari sampel adalah bagian
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Oleh karena
keterbatan waktu dan tenaga, maka diambil beberapa orang yang dijadikan sampel
dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012 : 68). Adapun kriteria yang ditentukan
yaitu Masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Kemasyarakatan Desa
Pilolenga yang dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini:
Tabel 4.3. Lembaga Kemasyarakatan Desa Pilolalenga
Jumlah
Pengurus/
No Nama Lembaga
Anggota Jumlah
L P
1 Aparat Desa 4 3 7
2 Badan Permusyawaratan Desa (BPD) 5 2 7
3 Lembaga Pemberdayaaan masyarakat (LPM) 12 17 29
4 Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) - 29 29
5 Karang taruna 24 21 45
6 Dasa wisma - 24 24
Jumlah 45 96 141
Sumber: Dokumem RPJM-Desa Pilolalenga

Berdasarkan tabel diatas jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dari
lembaga kemasyarakatan desa yang terdiri dari laki-laki 45 orang dan perempuan
96 orang, sehingga Sampel dalam penelitan ini berjumlah 141 orang.

4.6 Jenis dan Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer, dimana data-data
penelitian ini diperoleh secara langsung dari sumber-sumber asli yang berdasarkan
hasil kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Data tersebut diperoleh melalui
kusioner yang berupa beberapa pertanyaan terstruktur, dimana data-data penelitian
ini diperoleh secara langsung dari sumber-sumber asli yang berdasarkan hasil
kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
30

4.7 Teknik Pengumpulan data


Tehnik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian kepustakaan yaitu melakukan studi literatur dengan cara membaca
dan mempelajari data-data yang berhubungan dengan masalah yang akan
dijadikan landasan pemikiran teoritis dalam penelitian data sekunder.
2. Penelitian lapangan yaitu pengumpulan data berupa fakta atau gejala lainnya
di lapangan. Penelitian yang dilakukan antara lain:
a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan lapangan terhadap objek yang
sedang diteliti.
b. Kuisioner (angket), yaitu pengumpulan data melalui pernyataan yang
disiapkan masing-masing responden. Angket yang disebarkan berisikan
beberapa pernyataan yang akan diajukan kepada responden. Skala yang
digunakan dalam pengambilan kuisioner yakni skala likert.
Tabel 4.4. Skala Likert
Pernyataan Skor Positif Skor Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Kadang-kadang 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Jumlah 15 15
Sumber : Sugiyono (2014:94)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa angka-angka diatas yang akan
menentukan pilihan atau jawaban responden atas pertanyaan/pernyataan yang
diberikan dalam kuesioner. Responden diminta untuk mengecek tiap item, apakah
ia menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan
jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada
masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang
terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang
diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” disebut
yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.

4.8 Pengujian Instrumen Penelitian


31

4.8.1 Uji Validitas


Pengujian validitas isi dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor
item instrumen dengan total skor. Nilai koefisien korelasi antara skor setiap item
dengan skor total dihitung dengan analisis corrected item-total correlation.
Apabila koefisien korelasi r hitung lebih besar dibandingkan koefisien r tabel pada
taraf signifikansi 5% atau 10% suatu instrument dinyatakan valid (Ghozali
2009:49).

4.8.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dinyatakan
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
(Sunyoto, 2011:67). Suatu alat ukur disebut mantap dalam pengertian bahwa alat
ukur tersebut stabil, dapat diandalkan, dan dapat diramalkan. Pengujian reliabilitas
dengan menggunakan cronbach alpha (α). Koefisien cronbach alpha yang lebih
dari 0,60 menunjukkan keandalan (reliabilitas) instrument. Selain itu, semakin
mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal kesungguhan
responden dalam menjawab semua item pernyataan penelitian (Ghozali, 2009:19).

4.9 Uji Asumsi Klasik


4.9.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik
parametrik. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik,
asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi
secara normal, yaitu bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal di mana
data memusat pada nilai rata-rata dan median (Santosa dan Ashari, 2005: 231).
Uji normalitas di dalam penelitian ini menggunakan plot probabilitas normal
(normal probability plot), dimana masing-masing nilai pengamatan dipasangkan
dengan nilai harapan dari distribusi normal, dan apabila titik-titik (data) terkumpul
di sekitar garis lurus (Sulaiman, 2004: 89). Suatu data akan terdistribusi secara
normal jika nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama dengan nilai
probabilitas pengamatan (Santosa dan Ashari, 2005: 234).
32

4.9.2 Uji Heterokedastisitas


Heterokedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi
sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Heterokedastisitas dapat
dikatakan sebagai ketidaksamaan variasi variabel pada semua pengamatan, dan
kesalahan yang terjadi memperlihatkan hubungan yang sistematis sesuai dengan
besarnya satu atau lebih variabel bebas sehingga kesalahan tersebut tidak random
(acak). Residu pada heterokedastisitas semakin besar apabila pengamatan semakin
besar. Demikian juga pengamatan variabel bebas X yang semakin besar akan
memperbesar rata-rata residu (Budi, 2006: 152).
Heterokedastisitas dapat terjadi karena dinamika lingkungan dari data
variabel yang sulit diidentifikasi pada saat membuat model regresi sehingga
muncul asumsi bahwa regresi sebaiknya terbebas dari heterokedastisitas. Suatu
regresi dikatakan terdeteksi heterokedastisitas-nya apabila diagram pencar
residual membentuk pola tertentu (Budi, 2006: 152).

4.10 Teknik Analisis Data


4.10.1 Analisa regresi linier sederhana
Regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pola hubungan pengaruh
dari variabel bebas Perencanaan Keuangan Desa (Variabel X) terhadap Variabel
terikat Program Pembangunan Desa (Variabel Y). Pola hubungan pengaruh
dinyatakan dengan persamaan regresi sebagai berikut :
Ŷ = a + bX + e
Dimana :
Y = Program Pembangunan Desa
a = Konstanta
b = Koefisien dan korelasi
X = Perencanaan Keuangan Desa
e = error
33

V. JADWAL DAN ANGGARAN PENELITIAN

5.1. Jadwal Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian
selama 2 bulan, dimulai dari bulan Februari 2020 sampai dengan Maret 2020.
Dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 5.1. Jadwal Penelitian
BULAN KE 1 BULAN KE 2
NO URAIAN KEGIATAN II II
I II I IV I II I IV
1 Tahap Persiapan X X            
2 Tahap Pengumpulan Data     X X        
Tahap Penganalisaan Dan Penyusunan
3 X X X X
Laporan Penelitian        

5.2. Anggaran Penelitian


Biaya yang digunakan dari tahap persiapan sampai dengan penganalisaan
dan penyusunan laporan penelitian, peneliti mengklasifikasikan dana adalah
sebagai berikut:
1. Penyusunan proposal usulan penelitian Rp. 500.000,-
2. Tahap pengumpulan data Rp.1.000.000,-
3. Tahap penganalisaan dan penulisan laporan penelitian Rp.1.000.000,-
Jumlah Rp.2.500.000,-
34

5.3. Sistematika Penulisan Skripsi


Penelitian ini akan disajikan dengan sistematika yang telah ditetapkan oleh
Pedoman Skripsi Fakultas Ekonomi sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
AKAN MEMUAT LATAR BELAKANG, RUMUSAN
MASALAH, TUJUAN PENELITIAN, DAN MANFAAT
PENELITIAN
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BERISI TENTANG TINJAUAN PUSTAKA YANG
MEMAPARKAN BERBAGAI PENGERTIAN DAN TEORI
YANG DIAMBIL DARI BERBAGAI REFERENSI YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN PENELITIAN ATAU
PERMASALAHAN YANG AKAN DITELITI.
BAB III : KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
BERISI TENTANG KERANGKA KONSEPTUAL DALAM
MEMPERMUDAH TUJUAN DAN ANALISA PENELITIAN
NANTI.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
BERISI TENTANG OBJEK PENELITIAN, DEFENISI
OPERASIONAL, METODE PENGUMPULAN DATA, JENIS
DAN SUMBER DATA DAN METODE ANALISIS.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BERISI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN
BERISI TENTANG KESIMPULAN HASIL PENELITIAN DAN
SARAN-SARAN YANG DIBERIKAN TERHADAP HASIL
PENELITIAN.

Anda mungkin juga menyukai