Abstrak. Polisitemia Vera (PV) adalah gangguan kronis klonal mieloproliperatif yang ditandai dengan peningkatan hebat
dalam jumlah sel darah merah dan volume darah total, dan biasanya disertai dengan leukositosis, trombositosis dan
splenomegali. Pada PV terjadi defek primer pada ekson 14 tirosin kinase JAK2 yang menyebabkan hilangnya domain pseudo
kinase auto-inhibitor JAK2 serta hipersensitivitas terhadap pembentukan koloni eritroid EPO dan EPO independen. Gejala
umum yang muncul biasanya tidak spesifik seperti kelelahan, sakit kepala, pusing, penglihatan kabur sementara, amaurosis
fugax dan gejala lain yang menunjukkan serangan transient ischemic. Kriteria diagnostik dari World Health Organization
(WHO) yang diperbarui memperkenalkan beberapa perubahan signifikan dengan kriteria sebelumnya yakni menurunkan
ambang batas kadar hemoglobin dan cut-off nilai hematokrit, peningkatan fitur histopatologis dan karakterisasi mutasi.
Tatalaksana PV meliputi plebotomi untuk mengurangi hematokrit, pemberian obat hydroxyurea, serta antitrombotik, diberikan
sesuai dengan stratifikasi risiko. Mitigasi risiko trombosis dan plebotomi penting dilakukan dan juga dapat dilakukan pada
fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia saat ini. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya komplikasi yang akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien PV.
Abstracts. Polycythemia Vera (PV) is a chronic myeloproliferative clonal disorder characterized by severe increase in red
blood cell count and total blood volume, and is usually accompanied by leukocytosis, thrombocytosis and splenomegaly.
There is a primary defect in exon 14 tyrosine kinase JAK2 which causes the loss of the JAK2 auto-inhibitor pseudo kinase
domain and hypersensitivity to the formation of EPO and EPO erythroid colonies. General symptoms that appear in PV
patients are usually not specific such as fatigue, headache, dizziness, temporary blurred vision, amaurosis fugax and other
symptoms that indicate transient ischemic attacks. The updated diagnostic criteria from the World Health Organization
(WHO) introduce some significant changes to the previous criteria, namely lowering the hemoglobin level threshold and
hematocrit cut-off, increasing histopathological features and mutation characterization. PV management includes phlebotomy
to reduce hematocrit, administration of hydroxyurea drugs, and antithrombotic, which are given according to risk
stratification. Mitigation of the risk of thrombosis and phlebotomy is important and can also be done at existing health
facilities in Indonesia. This is important to prevent complications that will increase the morbidity and mortality of PV patients.
121
Muhammad et al.- Polisitemia vera; aspek klinis
123
Muhammad et al.- Polisitemia vera; aspek klinis
Gambar 1. Tampak gambaran sumsum tulang yang hiperseluler akibat peningkatan elemen mieloid,
erythroid, dan megakariosit9
pengujian diagnostik untuk mutasi ini tidak 40% -memiliki nilai EPO serum normal, dan hal
tersedia secara luas. Pasien tanpa penyebab ini menunjukkan nilai prediktif negatif yang
polisitemia sekunder yang jelas dan tanpa rendah untuk tes ini.16,17
mutasi JAK2, maka tindak lanjut lebih
disarankan. Tingkat serum erythropoietin (EPO)
yang berkurang adalah satu-satunya kriteria
diagnostik minor yang tetap dipertahankan
dalam kriteria WHO 2016. Namun, sebagian
besar pasien dengan PV mulai dari 7% hingga
hematokrit ideal untuk flebotimi ataupun perlu untuk memperingatkan pasien tentang
cytoreduction telah lama berada dalam kondisi kemungkinan perubahan kulit dan kuku serta
ketidakjelasan dan menghasilkan pendekatan merekomendasikan pengawasan dermatologis
yang berbeda yang sebagian besar tergantung yang ketat dalam kasus lesi kulit yang baru.
6,14,18
pada kecenderungan dokter. Beberapa dokter Bukti manfaat pengobatan Hydroxyurea
akan bertujuan untuk mengontrol hematokrit datang dari sebuah studi oleh Polycythemia Vera
jauh lebih ketat misalnya, di bawah 45%, Study Group (PVSG) menunjukkan tingkat
sedangkan yang lain yang puas dengan trombosis yang lebih rendah dibandingkan
pendekatan yang lebih "santai" yakni mencari dengan kohort historis yang diobati dengan
nilai hematokrit antara 45% dan 50%, ataupun proses flebotomi saja. Indikasi untuk digunakan
bahkan dibawah 52%. Uji coba CYTO-PV telah meliputi:6,14
menunjukkan penurunan pada kejadian 1) Akses vena buruk
trombotik fatal dan nonfatal pada kelompok 2) Persyaratan proses mengeluarkan darah
pasien yang dirawat untuk mempertahankan yang tinggi
tingkat hematokrit di bawah 45%. Karena itu, ini 3) Ketika flebetomi tidak mungkin karena
adalah tujuan perawatan pada semua pasien alasan ketersediaan alat dan juga barang
dengan PV. Namun, faktor risiko tambahan 4) Trombositosis berat
untuk trombosis, seperti leukositosis dan risiko 5) Pruritus yang tidak bisa disembuhkan
kardiovaskular, perlu dipertimbangkan dalam
algoritme pengobatan pasien dengan PV.6,14,18 Dosis harian standar berkisar dari 500 hingga
1500 mg per hari. Dosis ini disesuaikan dengan
Peningkatan progresif dalam hal jumlah target jumlah trombosit di bawah 500.000/mcL.
trombosit dianggap sebagai kriteria untuk Namun, perlu untuk menyesuaikan dosis
memulai pengobatan sitoreduktif, dan faktor sehingga jumlah neutrofil absolut tetap di atas
risiko kardiovaskular yang dapat ditindaklanjuti 2000/ mikroliter. Meskipun terdapat
harus dikelola untuk memperbaiki profil dari kekhawatiran, penelitian belum dapat
risiko pasien. Trombositosis (jumlah trombosit> menemukan hubungan yang signifikan antara
1000 × 109/L) merupakan faktor risiko, dimana hidroksiurea dan peningkatan risiko transformasi
bila terjadi trombositosis, maka disarankan leukemia. Tidak ada hubungan pasti yang telah
untuk mempertimbangkan penggunaan aspirin ditunjukkan antara penggunaan hidroksiurea
dosis rendah dengan hati-hati. Trombositosis (sebagai agen tunggal, bukan sebagai bagian
ekstrem (jumlah trombosit> 1500×109/L), urutan obat sitotoksik) dan pengembangan
walaupun jarang pada PV, dianggap sebagai AML. Selain itu, penelitian berbasis populasi
indikasi pengobatan sittoreduktif. Gejala yang besar telah menunjukkan bahwa 25%
splenomegali ataupun gejala terkait penyakit orang dengan AML pasca MPN tidak pernah
dapat menjadi indikasi untuk memulai terpajan dengan pengobatan cytoreductive,
sitoreduksi. Tujuan mengurangi risiko evolusi bahwa hidroksiurea pada dosis apa pun tidak
menjadi myelofibrosis, MDS, dan/atau AML terkait dengan peningkatan risiko AML, dan
tetaplah sulit dipahami, meskipun beberapa agen hanya peningkatan dosis kumulatif dari
terapeutik dianggap memiliki efek modifikasi alkylator. dikaitkan dengan AML. 6,14,18
penyakit. 6,14,18 Rekomendasi Jaringan Leukemia Eropa dan
pedoman European Society for Medical
Untuk cytoreduction, hydroxyurea merupakan Oncology berikutnya menyarankan penggunaan
suatu antimetabolit oral yang mencegah sintesis interferon alfa sebagai alternatif lini pertama
DNA dengan menghambat enzim ribonucleoside untuk hidroksiurea, meskipun interferon alfa
reductase, dan merupakan agen lini pertama tidak disetujui untuk pengobatan PV dalam
yang paling umum digunakan. Hydroxyurea berbagai presentasi. Interferon alfa diketahui
umumnya ditoleransi dengan baik dan jarang akan menginduksi tingkat respons hematologis
dikaitkan dengan perkembangan efek samping yang tinggi dan secara signifikan dapat
yang signifikan, seperti borok kaki dan toksisitas mengurangi beban dari alel JAK2 V617F.
gastrointestinal (misalnya, mual, diare). Namun, Meskipun beban alel yang meningkat dikaitkan
126
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 20 (1): -, April 2020
dengan fitur penyakit lebih agresif, seperti risiko lebih besar terkena trombosis selama 3
leukositosis, splenomegali, dan peningkatan dari tahun pertama terapi. Hal tersebut tampaknya
risiko trombosis, serta meskipun beban alel menunjukkan manfaat potensial untuk
JAK2 V617F di atas 50% dikaitkan dengan penggunaan antiplatelet atau antikoagulan secara
peningkatan risiko evolusi myelofibrosis, itu bersamaan. Percobaan awal menggunakan
masih tidak jelas apakah dan sejauh mana aspirin ataupun dipyridamole dosis tinggi
pengurangan beban mutasi diterjemahkan menunjukkan perdarahan saluran cerna yang
menjadi manfaat klinis.6,14,18 tidak memuaskan. Namun penelitian selanjutnya
menemukan bahwa dosis aspirin yang lebih
Tatalaksana PV diberikan sesuai dengan rendah dapat digunakan dengan aman. Saat ini,
stratifikasi risiko, yaitu sebagai berikut:6,7,8 aspirin diindikasikan ketika terdapat kontrol
Risiko rendah tanpa trombositosis ekstrim yang tidak memadai dari gejala mikrovaskular
dengan aspirin dosis rendah dan setelah mencapai target hematokrit, atau di
plebotomi, target hematokrit <45% hadapan faktor risiko kardiovaskular lainnya.
Risiko rendah dengan trombositosis Aspirin apabila diindikasikan, direkomendasikan
ekstrim; aspirin dosis rendah dengan untuk digunakan pada dosis rendah, berkisar
aktivitas kofaktor ristocetin >30% dan antara 40 hingga 100 mg setiap hari. 6,7,8
plebotomi
Risiko tinggi; aspirin dosis rendah, Terapi target untuk PV
plebotomi, hydroxyurea
Risiko tinggi dengan refrakter atau Sejak ditemukannya mutasi JAK2, dipikirkan
intoleran hydroxyurea; aspirin dosis untuk dilakukan pemberian terapi target.
rendah, plebotomi, apabila usia <65 tahun Apalagi sejak keberhasilan imatinib pada CML,
interferon-α, jika usia ≥65 tahun busulfan mendorong peneliti menghasilkan terapi target
untuk MPN yang lainnya. Akhirnya pada tahun
Percobaan PVSG menunjukkan bahwa, 2014, ruxolitinib disetujui digunakan untuk
meskipun keberlangsungan hidup lebih besar pasien PV. Beberapa perkembangan terapi pada
pada pasien yang diobati dengan flebotomi saja, MPN dapat dilihat pada bagan di bawah ini: 6,7,8
namun diketahui bahwa tindakan itu memiliki
127
Muhammad et al.- Polisitemia vera; aspek klinis
Dua uji coba prospektif dalam pengaturan lini pasien yang diobati dengan hidroksiurea dan
pertama diprioritaskan pada pertemuan 44% pasien yang diobati dengan interferon
American Society of Hematology tahun 2016. pegilasi.19,20
PROUD-PV (Uji Acak Terkontrol Fase 3 yang
membandingkan ropeginterferon Alfa-2b dan Secara keseluruhan, ketika hasil pengamatan 12
hidroksiurea pada pasien Polisitemia Vera) bulan dari 2 studi prospektif ini diperhitungkan,
adalah studi multicenter fase 3 kelompok secara hidroksiurea tetap menjadi pengobatan lini
acak, terkontrol dan paralel, yang dilakukan pertama pilihan pada pasien yang berisiko tinggi
pada pasien PV (didiagnosis sesuai dengan dengan PV, dapat dibilang dengan beberapa
Klasifikasi WHO 2008) yang belum pengecualian, seperti pada wanita yang memiliki
mendapatkan pengobatan atau telah diobati potensi melahirkan anak dengan risiko tinggi
dengan hidroksiurea selama kurang dari waktu 3 dan pasien muda berisiko tinggi yang menolak
tahun. Pasien secara acak diintruksikan hidroksiurea karena takut hal itu mungkin
menerima ropeginterferon alfa-2b atau mendukung evolusi leukemia.19,20
hydroxyurea. Penelitian ini dirancang dengan
remisi hematologis lengkap pada 12 bulan Terapi lini kedua
menjadi titik akhir primer. Secara keseluruhan,
45% pasien diketahui memiliki respon Rekomendasi dari LeukemiaNet Eropa
hematologi tanpa perbedaan signifikan yang menempatkan hydroxyurea ataupun interferon
dicatat antara kedua perawatan.6,14,19 sebagai terapi cytoreductive lini yang kedua
untuk pasien yang masing-masing menerima
MPD-RC (Myeloproliferative Disorders interferon ataupun hydroxyurea. Kemanjuran
Research Consortium) 112 Global Phase III interferon pegilasi dalam PV telah ditunjukkan
Trial membandingkan interferon pegilasi alfa-2a secara retrospektif. Analisis tersebut melaporkan
dan hidroksiurea dalam PV dan ET. Kelompok pengurangan beban dari JAK2 V617F dari nilai
PV meliputi pasien dengan PV yang didiagnosis awal pada 48% pasien. Respon hematologis
<5 tahun dan pasien yang belum pernah keseluruhan sangat baik (95%), walaupun 24%
menggunakan pengobatan yang berisiko tinggi pasien menghentikan interferon pegilasi oleh
untuk trombosis (usia > 60 tahun, riwayat karena toksisitas. Hasil serupa diperoleh pada 40
trombosis dan trombositosis ekstrem, pasien yang dirawat setelah rata-rata waktu
splenomegali gejala, dan / atau faktor risiko sekitar 5 tahun dari diagnosis PV. Tingkat
kardiovaskular yang tidak terkontrol). Remisi respons hematologis keseluruhan adalah 80%,
hematologis lengkap setelah 12 bulan adalah dan pencabutan klon V617F terjadi pada 14%
titik akhir primer. Sebanyak 168 pasien telah kasus. Namun, harus dikatakan bahwa
terdaftar, tanpa perbedaan signifikan dalam (walaupun pendahuluan) hasil dari percobaan
presentasi klinis yang dicatat antara 2 kelompok PROUD-PV dan juga MPD-RC 112, yang
tersebut. Remisi hematologis lengkap dan dilaporkan pada bagian sebelumnya, telah
hematologi parsial, dan respons keseluruhan menurunkan harapan untuk interferon. Di sisi
telah diamati pada 33%, 36%, dan 69% pasien lain, konsep terapi lini kedua dalam PV tidak
yang diobati dengan hidroksiurea dan pada 28%, begitu jelas. Kriteria intoleransi hidroksiurea dan
53%, dan 81% pasien yang diobati dengan resistensi untuk uji klinis (bukan untuk praktik
interferon pegilasi, tanpa perbedaan signifikan klinis) telah diusulkan berkat upaya
secara statistik. Di antara 38 pasien, flebotomi internasional. Baru-baru ini, sebuah penelitian
dilakukan pada tidak satu pun dari mereka yang Spanyol memberikan ukuran kondisi ini secara
diobati dengan hidroksiurea vs 20% dari mereka keseluruhan, kriteria intoleransi atau resistensi
yang diobati dengan interferon pegilasi (P = hidroksiurea ditemukan pada 15% dari 890
0,02). Tidak ada perbedaan dalam Formulir pasien dengan PV.14,19,20
Penilaian Gejala MPN Total Skor Gejala yang
telah dilaporkan (> 50% penurunan skor gejala Secara rinci, cytoreduction dilaporkan pada
total pada 32% -35% pasien). Mengenai 3,3%, myeloproliferation tidak terkendali di
toksisitas, efek samping telah terjadi pada 14% 1,6%, kegagalan untuk mengurangi
128
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 20 (1): -, April 2020
splenomegali besar di 0,8%, sitopenia pada dosis hasil klinis pada pasien dengan PV,
hidroksiurea terendah mencapai respon 1,7%, bagaimanapun, masih belum jelas.14,21,22
dan toksisitas ekstra hematologi di 9%.
Mengenai peran prediktif dari kriteria ini, Kesimpulan
sitopenia mempengaruhi kelangsungan hidup,
pro-depresi terhadap myelofibrosis, dan AML, Polisitemia vera merupakan suatu keganasan
serta splenomegali meningkatkan terjadinya derajat rendah sel-sel induk hematopoetik
myelofibrosis. Dua prospektif, studi acak yakni dengan karakteristik peningkatan jumlah
RESPON (Studi Keberhasilan dan Keamanan eritrosit absolut dan volume darah total yang
pada Subjek Polycythemia Vera Yang Tahan biasanya disertai dengan leukositosis,
atau Tidak Bertoleransi terhadap Hidroksiurea: trombositosis serta splenomegali. Polisitemia
JAK Inhibitor Tablet INC424 Versus Perawatan vera dapat mengenai semua umur, sering pada
Terbaik yang Tersedia) dan juga RESPONSE-2 pasien berumur 40-60 tahun.Polisitemia adalah
(Khasiat Ruxolitinib dan Keamanan pada Pasien penyakit kronis dengan survival median pasien
dengan Tahan HU atau Polycythemia Vera sesudah terdiagnosa tanpa diobati 1,5-3 tahun
Intoleransi vs Terapi Terbaik yang Tersedia), sedangkan yang dengan pengobatan lebih dari
telah melaporkan data dalam 2 tahun terakhir. 10 tahun. Pengobatan terhadap polisitemia vera
RESPON mencakup 222 pasien dengan ditujukan untuk mengurangi resiko kesakitan
intoleransi/resistensi hidroksiurea, dan juga kematian akibat komplikasi yang
membutuhkan proses mengeluarkan darah, dan ditimbulkan. Diagnosis polisitemi vera
splenomegali, dan RESPONSE-2 melibatkan memerlukan ketelitian yang cermat untuk
173 pasien dengan kriteria masuk yang sama membedakannya dengan penyebab sekundernya.
kecuali untuk splenomegali. Pasien secara acak Pemeriksaan mutasi gen wajib dilakukan namun
ditugaskan untuk menerima ruxolitinib (Jakafi, menurut pengalaman beberapa klinisi, hanya
Incyte) atau terapi terbaik yang tersedia. Terapi bisa dilakukan di laboratorium khusus. Mitigasi
standar awal termasuk hydroxyurea (59% risiko trombosis dan plebotomi penting
RESPONSE, 49% RESPONSE-2); interferon dilakukan dan juga dapat dilakukan pada
(12% RESPONSE, 13% RESPONSE-2); fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia saat
ataupun tanpa pengobatan (15% dalam ini.
RESPON, 28% dalam RESPON-2).21,22
Daftar Pustaka
Titik akhir komposit primer meliputi kontrol
hematokrit (independensi flebotomi dari minggu 1. Supandiman I, Sumahtri R. Polisitemia Vera.
ke 8 hingga minggu ke 32, dengan flebotomi ≤1 Pedoman Diagnosis dan terapi Hematologi
Onkologi Medik.2003:83-90
setelah pengacakan) tanpa adanya proses
2. Prenggono D. Polisitemia Vera Buku Ajar Ilmu
cytoreduction dan pengurangan 35% volume Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Penerbit IPD
limpa pada minggu ke 32 (yang terakhir tidak FKUI. 2006:702-705.
ada pada RESPONSE-2). Secara keseluruhan, 3. Tefferi A. Polycithemia Vera: a comprehensive
hasil dari percobaan RESPONSE dan review and clinical recommendation. Mayo Clinic
RESPONSE-2 menunjukkan bahwa ruxolitinib Proc. 2003;78:174-194.
adalah standar perawatan untuk terapi lini kedua 4. Anunayi J,Motrapu ML,Monasiddiqui, et
pada populasi pasien yang sebelumnya diobati al.Polycythemia Vera in a Young Adult: A Rare
dengan obat hidroksiurea. Data yang berasal dari Case Report. Sch J Med Case Rep 2014;2 (4):2.
penelitian RESPONSE menunjukkan bahwa 5. Mandala WL, Gondwe EN, MacLennan JM,
pasien yang menerima ruxolitinib (dari Molyneux ME, MacLennan CA. Age- and sex-
related changes in hematological parameters in
pengacakan atau setelah crossover) memiliki
healthy Malawians. Journal Blood Med.
pengurangan yang konsisten pada beban alel 2017;8:123-130.
JAK2 V617F (hingga 40%) selama penelitian. 6. Stein BL, Oh ST, Berenzon D, Hobbs GS,
Hubungan antara perubahan beban alel dan juga Kremyanskaya M, Rampal RK, et al.
Polycythemia vera: an appraisal of the biology
129
Muhammad et al.- Polisitemia vera; aspek klinis
and management 10 years after the discovery of myeloproliferative neoplasm associated with
JAK2 V617F. Journal Clin Oncol. 2015 Nov JAK2 exon 12 mutations. Blood.
20;33(33):3953–60. 2011;117(10):2813-2816.
7. Barbui T, Thiele J, Gisslinger H, Finazzi G, 17. Silver RT, Krichevsky S, Gjoni S, Cross NCP.
Vannucchi AM, Tefferi A. The 2016 revision of Evaluation of serum erythropoietin values as
WHO classification of myeloproliferative defined by 2016 World Health Organization
neoplasm/MPN: Clinical and molecular advances. criteria for the diagnosis Of polycythemia vera.
Blood Rev. 2016;30(6):453–9. Leuk Lymphoma.
8. Tefferi A, Barbui T. Polycythemia vera and 18. Barbui T, Barosi G, Birgegard G, et al; European
essential thrombocythemia: 2015 update on Leukemia. Philadelphia-negative classical
diagnosis, risk-stratification and management. Am myeloproliferative neoplasms: critical concepts
Journal Hematol. 2015 ;90(2):162–73. and management recommendations from
9. Vannucchi AM, Barbui T, Cervantes, et al; European Leukemia Net. J Clin Oncol.
ESMO Guidelines Committee. Philadelphia 2011;29(6):761-770.
chromosome-negative chronic myeloproliferative 19. Gisslinger H, Klade C, Georgiev P, et al. Final
neoplasms: ESMO Clinical Practice Guidelines results from PROUD-PV a randomized controlled
for diagnosis, treatment and follow-up. Ann phase 3 trial comparing ropeginterferon alfa-2b to
Oncol. 2015;26(suppl 5):v85-v99. hydroxyurea in polycythemia vera patients ASH
10. Ma X, Vanasse G, Cartmel B, Wang Y and abstract 475. Blood. 2016;128 (22) (suppl).
Selinger HA. Prevalence of polycythemia vera 20. Mascarenhas JO, Prchal JT, Rambaldi A, et al.
and essential thrombocythemia. Am. J. Hematol. Interim analysis of the Myeloproliferative
2008 May;83(5):359-62. Disorders Research Consortium (MPD-RC) 112
11. Lakey MA, Pardanani A, Hoyer JD, Nguyen PL, global phase III trial of front Line pegylated
Lasho TL, Tefferi A, Hanson CA. Bone marrow interferon alpha-2a vs. Hydroxyurea in high risk
morphologic features in polycythemia vera with polycythemia vera and essential thrombocythemia
JAK2 exon 12 mutations. Am Journal Clin ASH abstract 479. Blood. 2016;128 (22) (suppl).
Pathol. 2010 Jun;133(6):942-8. 21. Passamonti F, Griesshammer M, Palandri F, et al.
12. Raedler LA. Diagnosis and management of Ruxolitinib for the treatment of inadequately
polycythemia vera: proceedings from a controlled polycythaemia vera without
multidisciplinary roundtable. Am Health Drug splenomegaly (RESPONSE-2): a randomised,
Benefits. 2014 Oct;7(7 Suppl 3):S36-47. open-label, phase 3b study. Lancet Oncol.
13. Arber DA, Orazi A, Hasserjian R, et al. The 2016 2017;18(1):88-99.
revision to the world health organization 22. Verstovsek S, Vannucchi AM, Griesshammer M,
classification of myeloid neoplasm and acute et al. Ruxolitinib versus best available therapy in
leukemia. Blood. 2016;127(20):2391-2405. patients with polycythemia vera: 80-week follow-
14. Maffioli M, Mora B, Passamonti F. Polycythemia up from the RESPONSE trial. Haematologica.
vera: from new, modified diagnostic criteria to 2016;101(7):821-829.
new therapeutic approaches. Clinical Advances in 23. Floris HF, 2016, Rapid Phenotype Hemoglobin
Hematology & Oncology. 2017;15 (9):700-707 Screening by High-Resolution Mass
15. Barbui T, Thiele J, Passamonti, et al. Initial bone Spectrometry on Intact Proteins, Clinica Chimica
marrow reticulin fibrosis in polycythemia vera Acta, Vol 460, pp.220-260.
exerts an impact on clinical outcome. Blood. 24. WHO, UNICEF, UNU. Iron deficiency anaemia:
2012;119(10):2239-2241. assessment, prevention and control, a guide for
16. Passamonti F, Elena C, Schnittger S, et al. programme managers. Geneva, World Health
Molecular and clinical features of Organization, 2001.
130