NIM : 432419016
Kelas : A-BIOLOGI
Evolusi molekuler
Dua area pembahasan (1) pada objek pertama adalah menjelaskan tentang
pembentukan, penyebab dan efek dari perubahan evolusi molekul dan (2) pada
objek kedua menggunakan molekul hanya sebagai alat untuk merekontruksi sejarah
biologi organisme dan konstituen genetikanya. Walaupun kenyataannya kedua
disiplin ilmu di atas saling berkait erat. Kemajuan di satu area akan memfasilitasi
perkembangan studi di area lain. Contoh, pengetahuan tentang filogeni adalah
sangat esensial untuk determinasi jenis perubahan pada karakter molekuler.
Sebaliknya, pengetahuan terhadap pola dan rata-rata perubahan melokul adalah
sangat krusial dalam usaha untuk rekontruksi sejarah evolusi kelompok organisme.
Pada saat itu, gagasan tentang tingkat substitusi yang konstan masih
kontroversial (Morgan, 1998). Jam molekuler diterima dengan tidak antusias antara
lain oleh George Gaylord Simpson (1964). Kritik terhadap jam molekuler sebagian
dimotivasi oleh ketiadaan keseragaman dalam kecepatan evolusi morfologi, yang
diduga terkait dengan evolusi molekuler. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
perubahan adaptif terjadi pada tingkat yang seragam dan tampaknya tidak masuk
akal bahwa proses evolusi molekuler yang kompleks dapat dijelaskan dengan
model statistik yang sederhana.
Sementara itu, ada bukti yang berkembang dari tingkat evolusi yang tinggi
dalam berbagai protein, yang menunjukkan bahwa sebagian besar perubahan dalam
asam amino pasti memiliki dampak yang dapat diabaikan pada kebugaran
evolusioner. Menanggapi hal tersebut, Motoo Kimura (1968) mengajukan teori
netral evolusi molekuler, yang menyatakan bahwa banyak mutasi memiliki
pengaruh yang kecil terhadap kesesuaian suatu organisme sehingga dapat dianggap
sebagai mutasi. “ netral. ” Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa banyak asam
amino dalam protein dapat ditukar dengan asam amino lain dengan sifat biokimia
yang serupa, dengan dampak yang dapat diabaikan pada keseluruhan fungsi atau
struktur protein. Pada tingkat DNA, banyak mutasi pada gen penyandi protein.
Bayangkan gen dari suatu organisme awal. Dalam waktu berjuta-juta tahun,
mutasi gen akan terjadi pada sekuen DNA pada gen, dengan kecepatan yang lambat
tapi pasti. Kebanyakan mutasi tereliminasi karena bersifat merusak, walaupun tetap
ada yang bertahan. Kebanyakan mutasi yang disimpan dalam gen adalah mutasi
netral yang tidak baik maupun buruk bagi organisme tersebut. Kadang-kadang
mutasi yang memperkuat fungsi dari gen atau protein yang dikode dapat terjadi,
walaupun relatif jarang. Terkadang mutasi yang awalnya buruk dapat berubah
menjadi baik dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Fungsi asli dari suatu protein
adalah yang terpenting, bukan sekuen gen yang mengkodenya. Jika protein tersebut
dapat berfungsi secara normal, mutasi pada gen tersebut masih dapat diterima.
Kebanyakan asam amino yang menyusun suatu rantai protein dapat bervariasi,
tanpa merusak fungsi dari protein tersebut terlalu banyak (fungsinya rusak sedikit).
Pengantian satu asam amino dengan asam amino lain yang mirip (substitusi
konversi) jarang sekali dapat menghapus fungsi dari protein yang dikode. Jika kita
bandingkan antara sekuen protein yang sama yang diambil dari beberapa organisme
organik modern yang berbeda, dapat dilihat bahwa sekuenya tersusun dengan
sangat mirip. Contohnya, rantai alpha hemoglobin pada manusia dan simpanse
adalah identik. Akan tetapi jika dibandingkan dengan babi, maka 13% sekuen akan
berbeda, dengan ayam terdapat 25% perbedaan, dan dengan ikan terdapat 50%
perbedaan. Perbedaan sekuen ini sudah banyak diduga dari perkiraan kekerabatan
evolusi lain. Disitu ditunjukan situs perlekatan (binding site) yang ditemukan dalam
enzim yang berkerabat (yaitu sekelompok dehidrogenase alkohol yang ditemukan
dalam mikroorganisme) yang menggunakan Fe dalam mekanisme aktifnya. Suatu
silsilah evolusi mungkin dapat disusun menggunakan satu set sekuen suatu protein,
selama protein tersebut dapat ditemukan pada setiap mahluk yang dibandingkan.
Rantai alpha hemoglobin hanya ditemukan pada mahluk yang berkerabat darah
dengan manusia. Sebaliknya, cytochrome e adalah suatu protein yang terlibat dalam
penghasilan energi pada semua organisme tingkat atas, termasuk fungi dan
tumbuhan. Bahkan terdapat beberapa kerabat dari protein tersebut yang ditemukan
pada banyak bakteria. Manusia dengan ikan berbeda dalam sekuen asam amino
untuk cytochrome e sebesar 18%, dan berbeda dengan fungi atau tanaman sebesar
45%. Akan tetapi antara fungi dan tanaman sendiri, terdapat perbedaan 45%, yang
menandakan bahwa perbedaan antara hewan dan tanaman adlah sebesar perbedaan
antara tanaman dan fungi. Mutasi tunggal mungkin mengembalikan suatu sekuen
gen atau protein pada lokasi tertentu, kembali menjadi sekuen moyangnya. Akan
tetapi gen hampir tidak pernah bermutasi kebelakang untuk kembali menjadi seperti
moyangnya, yaitu sebelum sekuen tersebut mengalami berbagai evolusi. Hal ini
hanyalah masalah probabilitas. Tidak ada yang mencegah suatu sekuen untuk
kembali menjadi sekuen awal, namun kemungkinan membalikan setiap mutasi
yang telah terjadi adalah sangat-sangat kecil.
Referensi :
Widodo, et. al. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Program Semi-que IV. Jurusan Biologi
FMIPA. Universitas Negeri Malang. Malang.