Anda di halaman 1dari 8

Sistem Perekonomian Islam

Perekonomian Islam

Perekonomian Islam ialah ekonomi menurut undang-undang islam. Adanya dua paradigma untuk
memahami Perekonomian Islam, dengan satunya menganggap rangka politik Islam (yaitu Khilafah),
dan yang lain itu menganggap rangka politik bukan Islam yang melahirkan suatu paradigma yang
bertujuan untuk menyepadukan sesetengah rukun Islam yang terkenal ke dalam sebuah rangka
ekonomi sekular.

Paradigma pertama bertujuan untuk mentakrifkan semula masalah ekonomi sebagai suatu masalah
pengagihan sumber untuk mencapai:

• keperluan-keperluan asas dan mewah para orang perseorangan di dalam masyarakat;


• membina pasaran etika yang mempunyai persaingan kerjasama;
• memberikan ganjaran kepada penyerta-penyerta kerana terdedah kepada risiko dan/atau liabiliti;
• membahagikan harta-harta secara adil antara kegunaan awam dan kegunaan peribadi; dan
• negara memainkan peranan yang jelas terhadap pengawasan, percukaian, pengurusan harta awam
dan memastikan peredaran kekayaan.
 

Gerakan-gerakan Islam yang menyeru agar politik dibaharui umumnya akan mencadangkan
paradigma ini untuk menjelaskan bagaimana mereka akan memperkenalkan pembaharuan ekonomi.
Bagaimanapun, paradigma kedua hanya mencadangkan dua hukum utama, iaitu:
• faedah tidak boleh dikenakan pada pinjaman;
• pelaburan harus menepati tanggungjawab sosial.
 

Perbezaan utama dari segi kewangan ialah peraturan tiada faedah kerana paradigma pelaburan
Islam yang menepati tanggungjawab sosial tidak amat berbeza dengan apa yang diamalkan oleh
agama-agama yang lain. Dalam percubaannya untuk melarang faedah, ahli-ahli ekonomi Islam
berharap untuk menghasilkan sebuah masyarakat yang lebih bersifat Islam. Bagaimanapun, gerakan-
gerakan liberal dalam agama Islam mungkin akan menafikan keperluan untuk perkara ini kerana
mereka umumnya melihat Islam sebagai secocok dengan institusi-institusi dan undang-undang
sekular moden.

Tiga Asas Sistem Ekonomi Islam


Dengan melakukan istiqra` (penelahaan induktif) terhadap hukum-hukum syara’ yang menyangkut
masalah ekonomi, akan dapat disimpulkan bahwa Sistem Ekonomi (an-nizham al-iqtishady) dalam
Islam mencakup pembahasan yang menjelaskan bagaimana memperoleh harta kekayaan (barang
dan jasa), bagaimana mengelola (mengkonsumsi dan mengembangkan) harta tersebut, serta
bagaimana mendistribusikan kekayaan yang ada. Sehingga ketika membahas ekonomi, Islam hanya
membahas masalah bagaimana cara memperoleh kepemilikan harta kekayaan, bagaimana
mengelola kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki, serta cara mendistribusikan kekayaan
tersebut di tengah-tengah masyarakat.
 
Atas dasar pandangan di atas, maka menurut Zallum (1983), Az-Zain (1981), An-Nabhaniy (1990),
dan Abdullah (1990), asas-asas yang membangun sistem ekonomi Islam terdiri dari atas tiga asas,
yakni :

(1) bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al-milkiyah),


(2) bagaimana pengelolaan kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah), serta
(3) bagaimana distribusi kekayaan di tengah masyarakat (tauzi’ul tsarwah bayna an-naas).

TUJUAN EKONOMI ISLAM

1. Menempatkan ibadah kepada Allah lebih dari segalanya.

Tujuan utama dari ekonomi syariah adalah mencari ridlo Allah bukan semata-mata mencari
keuntungan materi. Kegiatan ekonomi di dalamnya dilakukan hanya semata-mata untuk beribadah
dan mengabdi kepada Allah. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang berbunyi bahwa nanti di akhirat
semua amal dan perbuatan manusia akan dipertanggung jwabakan. Selain itu melakukan aktivitas
perekonomian diniatkan ibadah akan mendapatkan hasil yang lebih daripada hanya niat untuk
mencari harta.dengan diniatkan untuk ibadah maka kita akan mendapat dua hal sekaligus, harta dan
pahala.

2. Menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kita melakukan aktivitas ekonomi karena ingin mendapatkan sebuah
kemakmuran hidup di dunia, bisa memenuhi kebutuhan hiudp dan lain sebagainya. Namun dalam
ekonomi syariah, kehidupan akhirat tidak boleh dilupakan, karena kehidupan sesungguhnya adalah di
akhirat nanti. Memang kita wajib bekerja dan mencari uang untuk kebutuhan hidup, namun hal itu
tidak boleh membuat kita lupa akan akhirat justru harus menambah kepekaan dan ketaatan kita akan
allah.

Perlu anda ketahui ada tiga tipe manusia di muka bumi ini, ada yang mementingkan dunianya saja
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan ibadah kepada Allah kurang diperhatikan, kalau dalam
keadaan kaya mereka akan senantiasa menambah dan menambahnya jika rugi mereka barun ingat
untuk beribadah. Yang kedua adalah orang yang selalu beribadah hanya mengabdikan dirinya pada
Allah, mereka yakin rezeki dari Allah jadi mereka hanya berdoa dan tidak bekerja.

Hal ini juga dilarang karena dalam islam tidak ada yang boleh berlebihan dalam hal apapun dan harus
bekerja dan berusaha untuk mendapatkannya. Dan yang ketiga adalah orang yang ingat ibadah dan
selalu berusaha. Inilah golongan yang ingin dicetak oleh ekonomi syariah yang bisa menyeimbangkan
antara kehidupan dunia dan akhiratnya.

3. Meraih kesuksesan perekonomian yang diperintahkan Allah.

Kegiatan ekonomi menurut pandangan islam adalah suatu aktivitas yang mampu memberikan
damapak baik kepada semua orang atau masyarakat. Di harapkan dengan adanya ekonomi ini,
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai dan dirasakan manfaatnya. Ekonomi
syariah menjunjung nilai sosial, dimana tidak ada perbedaan status semua orang berhak
mendapatkan dan merasakan sebuah keakmuran dan bebeas untuk berkreasi. Pada dasarnya prinsip
ekonomi syariah adalah mementingkan kemaslahatan umat bukan mudharat, sehingga tujuan
sebenarnya bagi ekonomi syariah adalah untuk

4. Menghindari kekacauan dan kerususuhan

Kita ketahui bahwa hampir semua negara yang memiliki kuasa penuh atas perekonomian adalah
pemerintahan negara tersebut. Jadi perlu diadakan pengawasan terhadap kinerja pemerintah agar
tidak seenaknya sendiri mengatur dan mengelola perekonomian yang ada. Karena apabila
pemerintahan suatu negara mementingkan dirinya sendiri amak akan timbul kapitalisme didalamnya,
hal ini akan menimbulkan kehancuran dan kerusakan pada suatu negara. Untuk itu tujuan dari
ekonomi syariah adalah membentuk suatu pemerintahana yang mampu mengatur perekonomian
secara baik, benar dan adil. Agar semua masyarakat bisa merasakan keadilan dan kesejahteraan
dimanapun mereka berada.

Tidak usah diragukan lagi bahwa ekonomi syariah cocok untuk siapa saja, dengan gabungan nilai-
nilai islam sistem ekonomi ini menjadi sempurna dengan tujuan-tujuan luhur yang dimilikinya. Inilah
yang membedakan ekonomi syariah dengan ekonomi yang lainnya. Meskipun tuntutan zaman yang
semakin keras ekonomi syariah tetap pada keteguhannya yaitu mempertahankan nilai-nilai islam
yang ada di dalamnya. Kekuatan dari ekonomi syariah adalah dasar hukum yang digunakannya atau
yang menjadi acuannya.

Ciri Ekonomi Islam


Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur’an, dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur’an dan Sunnah
banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku
sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem
ekonomi. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi islam menekankan empat
sifat, antara lain:

o Kesatuan (unity)

o Keseimbangan (equilibrium)

o Kebebasan (free will)

o Tanggungjawab (responsibility)
Prinsip – Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

o Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah
swt kepada manusia.
o Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.

o Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.

o Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh


segelintir orang saja.
o Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
o Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat
nanti.
o Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)

o Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Hadis tentang ekonomi islam

.      Jual Beli

)‫عن ابي هريرة رض عن النبي ص م قا ل ال يخترقن اثنا ن اال عن تراض (رواه ابوداود والتر مذى‬

Artinya:

Dari Abi Hurairah r.a dari Nabi saw. bersabda: “jangan;ah dua orang yang jual beli
berpisah, sebelum saling meridhai” (Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi).

      2.      Riba

ِّ ‫ِدرْ هَ ُم ِربَا يَا ً ُكلُهُ ال َّر ُج ُل َوهُ َو يَ ْعلَ ُم أ َش ُّد ِم ْن ِس‬


)‫ت َو ثَالَثِ ْينَ ِز ْينَةً (رواه احمد‬

Artinya:

“Satu dirham uang riba yang dimakan seseorang, sedangkan orang tersebut
mengetahuinya, dosa perbuatan tersebut lebih berat daripada dosa enam puluh kali zina
(HR. Ahmad)
     

3.      Pinjaman

َ َ‫فَإِ َّن خَ ي ِْر ُك ْم أ حْ َسنَ ُك ْم ق‬


)‫ و مسلم‬a‫ (رواه البخارى‬ ‫ ًء‬a‫ضا‬

Artinya:

Sesungguhnya di antara orang-orang yang terbaik dari kamu adalah orang yang sebaik-
baiknya dalam membayar utang. (HR. Bukhari dan Muslim).

      4.      Gadai

aُ ‫اَلظَّ ْه ُريُرْ َكبُ أ َذا َكانَ َمرْ هُوْ نًا َولَبَنُ ال َّد ِّريَ ْش َر‬
 ‫ب إ َذا َكانَ َمرْ هُوْ نًا َو َعلَى الَّ ِذىْ يَرْ َكبُ َويَ ْش َربُ نَفَقَتُهُ (رواه‬
)‫البخارى‬

Artinya:

Binatang tunggangan bleh ditunggangi karena pembiayaannya apabila digadaikan,


binatang boleh diambil susunya untu diminum karena pembiayaannya bila digadaikan
bagi orang yang memegang dan meminum wajib memberikan biaya.

      5.      Pembayaran Upah

َّ ‫اُ ْعطُوااألَ ِجي َْر أجْ َرهُ قَ ْب َل اَ ْن ي َِّج‬


ُ‫ف ُع ُرقُه‬

Artinya:

Berikanlah upah sebelum keringat pekerja itu kering.

    6. Musaqah

َ ْ‫ع َوفِى ِر َوايَ ٍة َدفَ َع إلَى اليَهُوْ ِد خَ ْيبَ َر َوأَر‬


‫ َعلَى اَ ْن‬a‫ضهَا‬ ٍ ْ‫ط ِر َمايَ ْخ ُر ُج ِم ْنهَا ِم ْن ثَ َم ٍر أَوْ زَر‬ْ ‫أَ ْعطَى َخ ْيبَ َر بِ َش‬
ْ ‫أن لِ َرسُوْ ِل هّللا ص م َش‬
a‫ط َرهَا‬ ْ ‫يَ ْع َملُوْ هَا ِم ْن أَ ْم َوالِ ِه ْم َو‬

Artinya:

Memberikan tanah Khaibar dengan bagian separoh dari penghasilan, baik buah-buahan
maupun (tanaman). Pada riwayat lain dinyatakan bahwa Rasul menyerahkan tanah
Khaibar itu kepada Yahudi, untuk diolah dan modal dari hartanya, penghasilan
separohnya untuk Nabi.”
      7.      Mukhabarah  dan Muzara’ah

ْ‫ أَو‬a‫َت لَهُ أرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا‬


ْ ‫من َكان‬
ْ ‫ْض بِقَوْ لِ ِه‬ aَ ُ‫رِّم ال ُمزَا َر َعةُ َولَ ِك ْن اَ َمريَرْ ف‬
ُ ‫ق بَ ْع‬
ِ ‫ضهُ ْم بِبَع‬ aِ ‫إِ َّن النَّبِ ِّى ص م لَ ْم يُ َح‬
)‫ (رواه البخارى‬  ُ‫ضه‬ ُ ْ‫لِيَ ْمنَحْ هَا اَخَ اهُ فَإِ أَبَى فَ ْليُ ْم ِس ْك اَر‬

Artinya:

Sesungguhnya Nabi saw. menyatakan, tidak mengharamkan bermuzara’ah bahkan beliau


menyuruhnya, supaya yang sebagian menyayangi sebagian yang lain, dengan katanya,
barangsiapa yang memiliki tanah, hendaklah ditanaminya atau diberi faedahnya kepada
saudaranya, jika ia tidak mau, maka boleh ditahan saja tanah itu.

KELEBIHAN EKONOMI ISLAM


1) Menjunjung Kebebasan Individu
Manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suat fteputusan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuha nidupnya. Dengan kebebasan ini manusia dapat bebas mengoptimalkan
potensinya. Kebebasan manusia dalam Islam didasarkan atas nilai-nilai tauhid suatu nilai yang
membebaskan dari segala sesuatu kecuali Allah. Nilai tauhid inilah yang akan menjadikan manusia
menjadi berani dan percaya diri.
2) Mengakui hak individu terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Hak pemilikan harta hanya diperoleh dengan
cara-cara yang sesuai dengan ketentuan Islam. Islam mengatur kepemilikan harta didasarkan atas
kemaslahatan sehingga keberadaan harta akan menimbulkan sikap saling menghargai dan
menghormati. Hal ini terjadi karena bagi seorang muslim harta sekedartitipan Allah.
3) Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar
Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi antar orang perorangan. Salah satu penghalang
yang menjadikan banyaknya ketidakadilan bukan disebabkan karena Allah, tetapi ketidakadilan
yang terjadi dikarenakan sistem—yang dibuat manusia sendiri—. Misalnya, masyarakat lebih hormat
kepada orang yang mempunyai jabatan tinggi dan lebih banyak mempunyai harta, hingga
masyarakat terkondisikan bahwa orang-orang yang mempunyai jabatan dan harta mempunyai
kedudukan lebih tinggi dibanding yang lainnya. Akhirnya, sebagian orang yang tidak mempunyai
harta dan jabatan merasa bahwa, "Allah itu tidak adil".
4) jaminan sosial
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara: dan setiap warga negara dijamin
untuk memperoleh kebutuhan pokoknya masing-masing. Memang menjadi tugas dan tanggungjawab
utama bagi sebuah negara untuk menjamin setiap negara, dalam memenuhi kebutuhan sesuai
dengan prinsip “hak untuk hidup". Dalam sistem ekonomi Islam negara mempunyai tangj jawab
untuk mengalokasikan sumberdaya alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara umum.
5) Distribusi kekayaan
Islam mencegah penumpukan kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat dan menganjurkan
distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat. Sumberdaya alam adalah hak manusia untuk
dipergunakan manusia untuk kemaslahatannya, upaya ini tidak menjadi masalah bila tidak ada
usaha untuk mengoptimalkan melalui ketentuan-ketentuan syariah.
6) Larangan menumpuk kekayaan
Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan secara berlebihan. Seorang
muslim berkewajiban untuk mencegah dirinya dan masyarakat supaya tidak berlebihan dalam
pemilikan harta. Seorang muslim dilarang beranggapan terlalu berlebihan terhadap harta sehingga
menyebabkan ia mengunakan cara-cara yang tidak benar untuk mendapatkannya.
7) Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kehidupan individu dan masyarakat saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Masyarakat akan menjadi aktor yang dominan dalam membentuk sikap individu sehingga karakter
individu banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat. Demikian juga sebaliknya, tidak akan
terbentuk karakter masyarakat khas tanpa keterlibatan dari individu-individu.

KELEMAHAN EKONOMI ISLAM


Kelemahan Sistem ekonomi Islam
Dominasi pemikiran ekonomi konvensional menjadikan ekonomi Islam belum mampu berkembang
sebagaimana yang diharapkan. Padahal ekonomi Islam berisi tuntunan dan pedoman ideal yang
mampu mengakomodir kebutuhan hidup manusia di dunia maupun di akhirat. Dengan jaminan
mayoritas penduduk di negara mustim tentunya akan mampu menerima ekonomi Islam, tetapi
perkembangan ekonomi Islam tidak semulus yang diharapkan walaupun bisa dikatakan hal tersebut
sebagai fenomena umum sebagai suatu "sistem ekonomi baru" yang mau menanamkan pengaruhnya
di tengah masyarakat yang telah lama menerima sistem ekonomi konvensional.
Secara global kelemahan system ekonomi Islam dapat dilihat dari beberapa factor sebagai berikut:

1) Lambatnya perkembangan literatur ekonomi Islam


Literatur ekonomi Islam yang sebagian besar berasal dari teks-teks arab mau tidak mau diakuinya
mengalami perkembangan yang kurang signifikan. Sehingga menyebabkan munculnya dominasi
literature ekonomi konvensional yang saat ini mempengaruhi masyarakat bahwa tidak ada ilmu
ekonomi yang mampu menjawab masalah-masalah aktual kecuali ekonomi konvensional. Hal ini
menjadikan justifikasi bagi masyarakat untuk mengesampingkan ide dari pengetahuan lain, seperti
ekonomi Islam. Hal ini diakibatkan adanya hegemoni literature ekonomi konvensional terhadap
ekonomi Islam, sehingga setiap prilaku kita tidak lepas dari pengaruh ekonomi konvensional.

2) Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal


Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal oleh masyarakat. Masyarakat bersentuhan
langsung dengan konsep ekonomi konvensional, di berbagai bidang konsumsi, produksi, distribusi
dan lainya. Sehingga pemahaman baru sulit dipaksakan dan diterima oleh masyarakat yang lebih
dahulu beresntuhan dengan konsep ekonomi konvensional. Kita telah mengetahui ekonomi
konvensiona merupakan kepanjangan dari system ekonomi kapitalis meskipun tidak sepenuhnya.
Karena secara tersirat ekonomi konvensional juga mengadopsi system ekonomi sosialis. Di sinilah
salah satu letak kelemahan system ekonomi Islam.

3) Tiada representasi ideal Negara yang menggunakan system ekonomi Islam


Di beberapa Negara yang menggunakan Islam sebagai pedoman dasar kenegaraanya ternyata belum
mampu sepenuhnya mengelola system perekonomiannya secara professional. Bahkan banyak
Negara-negara Islam di Timur Tengah yang tingkat kesejahteraanya kurang maju jika dibandingkan
dengan Negara Eropa dan Amerika.

4) Pengetahuan sejarah pemikiran ekonomi Islam kurang


Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan pengetahuan Eropa tidak lepas dari peranan pengetahuan
Islam. Masa transformasi pengetahuan yang terjadi pada abad pertengahan kurang dikenal oleh
masyarakat. Hal ini yang menyebabkan timbulnya pemahaman bahwa pengetahuan lahir di daratan
Eropa, apalagi berbagai informasi lebih mengarahkan pada pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh Eropa.
Karenanya lebih mengenai Adam Smith, Robert Malthus, David Ricardo, JM Keynes dan sebagainya,
dibandingkan dengan tokoh-tokoh ekonomi Islam seperti Abu Yusuf, Ibnu Ubaid, Ibnu Taimiyah
dan Ibnu Khaldun dan sebagainya.
Padahal mengetahui perkembangan sejarah pemikiran ekonomi akan menimbulkan kebanggaan
masyarakat terhadap tokoh-tokoh ekonomi Islam. Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi
ketertarikan mereka terhadap pemikiran tokoh-tokoh ini.

5) Pendidikan masyarakat yang materialism's


Pengangguran di masyarakat bukan murni cerminan perilaku malas. Tetapi, pengangguran di sini
lebih banyak disebabkan oleh dampak pemahaman masyarakat mengenai makna tentang jenis dan
pendapatan/penghasilan usaha yang belum tepat. Sementara kita harus jujur mengakui ekonomi
Islam masih belum berperanan maksimal dalam membantu mengangkat ekonomi kerakyatan.
Sebagai contoh pedagang lebih mnyukai meminjam pada rentenir di banding pada BMT yang ada.
Karena rentenir tidak memerlyukan persyaratan yang ‘ribet’, sementara BMT atau BPRS
memerlukan segudang jaminan sebagai syarat peminjaman
Sebagai kesimpulan ekonomi Islam masih memiliki banyak kelemahan baik dari sumber daya
manusia atau tenaga ahli. Hal ini berbeda dengan pesatnya perkembangan ekonomi kapitalis mau
tidak mau kita harus mengakuinya.

Anda mungkin juga menyukai