َصالِ ِحين
َّ َر ِّب ه َْب ِلي ِمنَ ال
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh”. (Qs. as-Shaffat: 102).
Peristiwa menyentuh hati dan perasaan ini mengajak kita untuk melihat kembali
bagaimana anak-anak kita? Sudahkan kita didik menjadi anak yang patuh dan taat
mengikuti perintah Allah Swt? Anak adalah amanah, dengan anak kita bisa masuk
surga,
َ ت فَأ َ َّدبَ ُهنَّ َو َز َّو َج ُهنَّ َوأَ ْح
ُسنَ إِلَ ْي ِهنَّ فَلَهُ ا ْل َجنَّة َ َمنْ عَا َل ثَاَل
ٍ ث بَنَا
“Siapa yang merawat tiga orang anak perempuan, ia didik dengan baik, ia nikahkan dengan
orang baik, maka surgalah baginya”. (HR. Abu Daud).
Dengan anak maka amal menjadi mengalir,
ُح يَ ْدعُو لَه َ أَ ْو َولَ ٍد، أَ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه، صدَق ٍة َجاريَ ٍة
ٍ ِ ص ال َ :ث َ إِ َذا َماتَ اإل ْن
ٍ سانُ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إِالَّ ِمنْ ثَال
“Apabila manusia mati, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: shodaqoh jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim).
Tapi ingat, disebabkan anak juga kita akan masuk ke dalam neraka,
َ َي يُقِ ُّر فِ ْي أَ ْهلِ ِه اَ ْل َخب
ث ْ ث الَّ ِذ ُّ ُم ْد ِمنُ ا ْل َخ ْم ِر َو ا ْل َعا: َثَالَثَةٌ قَ ْد َح َّر َم هللا َعلَ ْي ِه ُم ا ْل َجنَّة
ُ ق َو ال َّد ُّي ْو
“Tiga orang, diharamkan Allah Swt surga bagi mereka: pecandu khamar/narkoba, durhaka
kepada orang tua dan orang tua/wali yang membiarkan keluarganya berbuat nista”. (HR.
Ahmad).
َ هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا
لح ْم ُد
Pagi ini kita diingatkan dengan tanggung jawab kita kepada anak-anak kita.
Sudahkah kita didik mereka dengan baik? Bagaimana bacaan al-Qur’an mereka?
Bagaimana shalat mereka? Sudahkan mereka menutup aurat?
Pagi ini juga anak diingatkan tentang bakti kepada orang tua. Bagaimanapun
banyaknya amal mereka, kalau anak durhaka kepada orang tua. Maka Allah Swt
haramkan surga bagi mereka. Jika mereka masih hidup, kembali dari shalat ini, kita
masih bisa datang ke rumah mereka. Memeluk dan mencium mereka dengan kasih
sayang. Sebagai ungkapan rasa bersalah karena tidak mampu membalas budi baik
mereka. Tapi, andai ajal telah mendahului. Sesal kemudian tiada berarti. Kita hanya
dapat mengucapkan,
َ ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِ ْي
ص ِغ ْيرا َّ َر ِّب ا ْغفِ ْر لِي َولِ َوالِ َد
ْ ي َو
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka
menyayangiku ketika aku masih kecil”.
Hanya itulah yang dapat kita ucapkan dengan uraian air mata.
َ هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا
لح ْم ُد
Hikmah Kedua, Keseimbangan Antara Usaha dan Tawakkal.
Sayang dan cinta kepada anak dan istri, tapi perintah Allah Swt mesti tetap dipatuhi.
Meleleh air mata Nabi Ibrahim as meninggalkan Hajar dan Ismail kecil di sebuah
lembing kering. Kisah itu diabadikan dalam al-Qur’an, Nabi Ibrahim as pun mengadu
kepada Allah Swt,
َ َدةً ِمنPِ ْل أَ ْفئPاج َع
ْ َاَل ةَ فPالص
َّ واPPا لِيُقِي ُمPPَ َّر ِم َربَّنPع ِع ْن َد بَ ْيتِ َك ا ْل ُم َحٍ س َك ْنتُ ِمنْ ُذ ِّريَّتِي بِ َوا ٍد َغ ْي ِر ِذي زَ ْر ْ ََربَّنَا إِنِّي أ
َش ُكرُون ِ ار ُز ْق ُه ْم ِمنَ الثَّ َم َرا
ْ َت لَ َعلَّ ُه ْم ي ْ س تَ ْه ِوي إِلَ ْي ِه ْم َو
ِ النَّا
“Wahai Robb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka
Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Qs. Ibrahim [14] : 37).
Di tengah lembah tandus tanpa tanaman itulah Hajar dan Ismail berada, seorang
wanita lemah dan bayi tidak berdaya membutuhkan air. Apakah Allah langsung
menurunkan air kepada mereka ?! Tidak. Hajar bukan wanita lemah. Ia perempuan
yang tegar. Hajar tidak mengeluh kepada Allah Swt dengan mengangkat tangan.
Hajar tidak membawa-bawa nama besar suaminya yang seorang nabi dan anaknya
juga seorang nabi. Hajar tidak pula menghujat dan mencela di mana air berada ?!.
Tapi Hajar berjalan kaki dari bukit Shafa menuju bukit Marwa sebanyak tujuh kali.
Tumit perempuan yang lemah itu menginjak pasir gurun panas di bawah terik
matahari. Setelah ia lelah dan tetap tidak mendapatkan air yang ia cari, maka ia
kembali ke tempat Ismail berbaring. Ternyata, air tidak ditemukan di tempat yang
dicari. Tapi air datang dari tumit Ismail yang belum pandai melangkah. Dari kisah ini
tersirat sebuah makna yang sangat mendalam yaitu pentingnya berusaha sekuat
tenaga dan seoptimal mungkin untuk mencari apa yang kita inginkan. Karena Allah
tidak langsung memberi tanpa ada usaha. Demikian juga perubahan menuju
kehidupan yang lebih baik yang kita inginkan tidak akan terwujud kecuali ada
keinginan dan perbuatan dari kita sendiri. Allah berfirman:
ِ ُإِنَّ هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُ َغيِّ ُروا َما بِأ َ ْنف
س ِه ْم
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Qs. Ar-Ra’d [13]: 11).
Di sanalah keserasian antara syariat Nabi Ibrahim as dengan syariat Nabi
Muhammad Saw. Sama-sama mengajarkan keseimbangan antara usaha dan doa.
Rasulullah Saw tidak pernah duduk berpangku tangan menunggu rezeki turun dari
langit. Al-Qur’an mengajarkan,
َض ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُك ُروا هَّللا َ َكثِي ًرا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون ِ ش ُروا فِي اأْل َ ْر
ْ َض َوا ْبتَ ُغوا ِمنْ ف ِ َصاَل ةُ فَا ْنت
َّ ت ال ِ ُفَإ ِ َذا ق
ِ َضي
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Qs. al-Jumu’ah
[62]: 10).
ل أَ ْو أُ ْطلِقُ َها َوأَتَ َو َّك ُل قَا َل ا ْعقِ ْل َها َوت ََو َّك ْلPُ سو َل هَّللا ِ أَ ْعقِلُ َها َوأَتَ َو َّك
ُ قَا َل َر ُج ٌل يَا َر
Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah. Apakah unta ini saya tambatkan lalu saya
bertawakkal? Atau saya lepaskan saja, kemudian saya bertawakkal?” Rasulullah Saw
menjawab, “Tambatkanlah! Setelah itu, bertawakkallah!” (HR. at-Tirmidzi).
“Berusaha tanpa tawakkal, sombong. bertawakkal tanpa usaha, pesong”.
َ هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا
لح ْم ُد
Hikmah Ketiga: Berkorban Untuk Agama Allah Swt.
Islam bukan agama yang melarang orang untuk mencari harta. Dalam Islam
diajarkan, orang yang mampu secara ekonomi, kuat fisik, ilmu dan iman, lebih baik
dan dicintai Allah Swt daripada orang yang miskin, lemah fisik, lemah ilmu dan
lemah iman. Rasulullah Saw bersabda,
يف َّ ي َخ ْي ٌر َوأَ َح ُّب إِلَى هَّللا ِ ِمنْ ا ْل ُمؤْ ِم ِن ال
ِ ض ِع ُّ ا ْل ُمؤْ ِمنُ ا ْلقَ ِو
“Seorang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah Swt daripada mukmin yang
lemah”. (HR. Muslim).
Mencari harta itu sulit. Namun ada yang lebih sulit, yaitu berjuang melawan hawa
nafsu dan bisikan setan yang selalu mengajak agar menahan harta, tidak berkurban,
tidak bersedekah. Sehingga mati dalam keadaan menumpuk harta, tidak pernah
berbuat untuk agama Allah Swt walau seujung kuku.
َ هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا
لح ْم ُد
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji yang berada di Mina dan seluruh kaum
muslimin menyembelih hewan kurban melaksanakan perintah Allah: ك َ ّ ِل لِ َرب
ِّ ص َ
َ ف
)2( ح ْر
َ وا ْن
َ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah . (Qs. Al
Kautsar [108]: 2). Dalam ibadah kurban ini terkandung makna melaksanakan
perintah Allah, ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar menyembelih
putranya, kemudian Allah mengganti sembelihan itu dengan seekor kambing:
)107( يم
ٍ ظِ َذ ْبحٍ ع َ َو
ِ ِف َد ْي َنا ُه ب
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar”. (Qs. Ash-Shaffat [27]: 107). Kita bisa memetik pelajaran-
pelajaran yang ada pada Idul adha. Setiap kali Idul Adha, aktornya sama saja.
Nabiyullah Ibrahim, Nabiyullah Ismail, dan ibunda Hajar. Kurban memang tradisi
kuno yang sangat beresiko besar. Nabiyullah Ibrahim yang diperkirakan hidup pada
1400 tahun SM, jauh sebelumnya memang tradisi kurban nyawa manusia itu ada.
Seperti di Mesir, yang dikurbankan adalah gadis yang paling cantik. Sedangkan di
Iraq, yang dikurbankan adalah orang saleh. Di Skandinavia, yang dikurbankan dipilih
seorang bayi.
Iraq menggunakan (kurban) orang saleh. Karena orang salehlah, yang betul-betul
mendekat. Sudah dewasa dengan religious experience, pengalaman keagamaan
yang tinggi. Maka orang saleh inilah yang harus dijadikan media. Mereka dipilih dan
sedia untuk dikurbankan.
Tidak sama dengan budaya Mesir yang memang dipenuhi budaya indah. Belum ada
wanita-wanita di dunia ini yang bisa bersolek, Mesir sudah pandai menata rambut.
Bahkan, kisah-kisah seksual yang disebut dalam al Quran, itu terjadi di Mesir.
Penggodaan Zulaikha kepada Nabi Yusuf.
Untuk itu, persepsi masyarakat Mesir untuk mendekati Tuhan itu diambil indahnya.
Tuhan itu Maha Indah. Maka media yang paling cocok untuk merekam keindahan
Tuhan adalah mempersembahkan yang terindah, itulah gadis cantik di Mesir.
Untuk itu, media yang diambil disini adalah media (padang pasir) yang sangat
gersang. Bisa dibayangkan, seorang ibu yang baru melahirkan anak. Tiba-tiba,
ditinggal tanpa bekal apapun. Kenapa Tuhan setega itu. Kenapa Ibrahim setega itu.
Itu pasti melanggar HAM, mana ada anak yang mau disembelih. Tetapi dahulu tidak
ada HAM, yang ada itu tauhid, Allah.
Juga, dahulu tidak ada kekerasan terhadap wanita. Koreksi terhadap wanita-wanita
sekarang yang cinta dunia. Belanja sedikit, telat sedikit, langsung menggerutu.
Hendaklah mencontoh ibunda Hajar. Punya anak kecil, ditinggal begitu saja dan
ditanya, “mas, apakah ini kehendakmu sendiri atau perintah Allah?”. Dan Ibrahim
menjawab dengan isyarat, “Allah”. Langsung Hajar mengatakan idzan lan
yudhoyyi’ana, kalau begitu, tidak mungkin ditelantarkan. Allah tidak akan
menelantarkan hamba-Nya jika Allah benar-benar diperankan.
Sangat mustahil. Tetapi tidak mustahil bagi Allah. Media tidak cukup memenuhi
syarat. Jangankan rumah, air saja tidak ada (di padang pasir). Tapi kan ada Allah.
Andaikan peristiwa ini terjadi di tempat kita, itu tidak mengherankan. Karena
banyak tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan mesti mendapat makanan. Tetapi
dipilih media yang gersang, ghoiri dzi zar’i. Bisa dibayangkan, bergeraklah kaki
Ismail menendang-nendang ke dataran pasir kemudian muncrat air. Begitu meluap,
Hajar mendekati lalu mengatakan zam zam, stop stop (berhenti). Kata stop stop itu
menjadi kontrol otomatis bagi sumur zam-zam yang kedalam dari permukaan tanah
hanya 10,6 kaki. Sekitar 3-4 meter sudah menyumber seperti itu. Dan pada saat-
saat yang kritis dipompa per detik itu menghasilkan 8000 liter per detik.
Meskipun dikuras dengan lima kali kecepatan, andaikan itu berkurang banyak. Tapi
cukup 11 menit sudah pulih kembali. Karena ada kontrol otomatis dari Hajar, dengan
password, zam-zam. Dan jika dibiarkan dipompa terus, sangat mungkin seantero
Arab bahkan dunia ini bisa tenggelam.
Ismail besar umur 13 tahun. Ibrahim datang. Tapi ingat pada saat itu, anak yang
lama didoakan oleh bapaknya agar Allah segera memberi keturunan, diberikanlah
ghulamin halim. Anak yang betul-betul pangerten (mengerti). Meskipun di surah lain
dengan redaksi bi ghulamin ‘alim, tetapi pada konteks ini menggunakan ghulamin
halim.
Peristiwa Ibrahim dan Ismail ini sebagai koreksi. Sekaligus peringatan kepada kita,
apakah betul-betul kita dalam mendidik anak. Itu apa tujuannya. Mencetak anak
yang pintar murni, atau anak yang berprilaku benar. Ini persoalannya.
Berkurban hari ini bukan hanya sekedar mampu melawan setan dan
mengeluarkan uang untuk menyembelih hewan kurban. Tapi ini adalah langkah awal
menuju pengorbanan-pengorbanan lainnya untuk agama Allah Swt. Masih banyak
hamba-hamba Allah Swt yang perlu dibantu. Anak-anak yatim dan orang terlantar
yang membutuhkan uluran tangan. Harta yang banyak tidak dapat membantu di
hadapan Allah Swt, yang akan menolong adalah amal badan dan harta yang pernah
kita infaqkan di jalan Allah Swt. Berapa banyak harta yang kita cari, tapi kita tidak
pernah menikmatinya, tapi dinikmati ahli waris, bahkan orang lain yang tidak
memiliki nasab dan hubungan darah dengan kita. Kalau ingin menikmati harta yang
kita cari dengan tetes peluh dan air mata, maka gunakanlah di jalan Allah Swt.
Semoga momen ‘Idul Adha kembali mengingatkan kita akan pentingnya:
pendidikan anak, seimbang dalam usaha dan tawakkal, dan yang jauh lebih penting
adalah berkurban untuk agama Allah Swt.
ِّ ت َو
َوتَقَبَّ ْل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم.الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم ِ َونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما فيه ِمنَ اآليَا.اركَ هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْرآ ِن ا ْل َع ِظ ْي ِم
َ َب
ْ فَا.س ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم
ستَ ْغفِ ُر ْوا اِنَّهُ ه َُو ْال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم َّ تِال َوتَهُ اِنّهُ ه َُو ال
Kita bisa memetik pelajaran-pelajaran yang ada pada Idul adha. Setiap kali Idul Adha,
aktornya sama saja. Nabiyullah Ibrahim, Nabiyullah Ismail, dan ibunda Hajar. Kurban
memang tradisi kuno yang sangat beresiko besar. Nabiyullah Ibrahim yang diperkirakan
hidup pada 1400 tahun SM, jauh sebelumnya memang tradisi kurban nyawa manusia itu ada.
Seperti di Mesir, yang dikurbankan adalah gadis yang paling cantik. Sedangkan di Iraq, yang
dikurbankan adalah orang saleh. Di Skandinavia, yang dikurbankan dipilih seorang bayi.
Bahwa begitulah cara mereka untuk berdekat-dekat dengan Allah, menggunakan media-
media materi. Menurut persepsi masing-masing. Skandinavia kenapa memilih bayi, karena
dianggap bersih. Belum ada dosa. Berarti akses ke Allah itu lebih mudah. Allah Maha Suci
dan bayi adalah perantara yang digunakan orang-orang Skandinavia.
Iraq menggunakan (kurban) orang saleh. Karena orang salehlah, yang betul-betul mendekat.
Sudah dewasa dengan religious experience, pengalaman keagamaan yang tinggi. Maka orang
saleh inilah yang harus dijadikan media. Mereka dipilih dan sedia untuk dikurbankan.
Tidak sama dengan budaya Mesir yang memang dipenuhi budaya indah. Belum ada wanita-
wanita di dunia ini yang bisa bersolek, Mesir sudah pandai menata rambut. Bahkan, kisah-
kisah seksual yang disebut dalam al Quran, itu terjadi di Mesir. Penggodaan Zulaikha
kepada Nabi Yusuf.
Untuk itu, persepsi masyarakat Mesir untuk mendekati Tuhan itu diambil indahnya. Tuhan itu
Maha Indah. Maka media yang paling cocok untuk merekam keindahan Tuhan adalah
mempersembahkan yang terindah, itulah gadis cantik di Mesir.
Tibalah era Ibrahim di kabilah Jurhum. Allah mengoreksi seluruh persepsi masyarakat, yang
mau mendekat kepada-Nya. Mau mendekat kepada Allah menggunakan kurban anak
manusia, oleh Allah dipandang terlalu mahal. Terlalu besar resikonya. Dan Tuhan sendiri
immateri, tidak mau menerima yang materi.
Oleh sebab itu al Quran menunjuk, Allah tidak menerima dagingnya tidak juga menerima
darahnya. Tetapi yang dipandang dan diterima Allah adalah walakin yanaluhu at-taqwa
minkum. Bagaimana kehebatan bertakwa yang bisa dijadikan untuk mengunduh rahmat
Tuhan.
Untuk itu, media yang diambil disini adalah media (padang pasir) yang sangat gersang. Bisa
dibayangkan, seorang ibu yang baru melahirkan anak. Tiba-tiba, ditinggal tanpa bekal
apapun. Kenapa Tuhan setega itu. Kenapa Ibrahim setega itu. Itu pasti melanggar HAM,
mana ada anak yang mau disembelih. Tetapi dahulu tidak ada HAM, yang ada itu tauhid,
Allah.
Juga, dahulu tidak ada kekerasan terhadap wanita. Koreksi terhadap wanita-wanita sekarang
yang cinta dunia. Belanja sedikit, telat sedikit, langsung menggerutu. Hendaklah mencontoh
ibunda Hajar. Punya anak kecil, ditinggal begitu saja dan ditanya, “mas, apakah ini
kehendakmu sendiri atau perintah Allah?”. Dan Ibrahim menjawab dengan isyarat, “Allah”.
Langsung Hajar mengatakan idzan lan yudhoyyi’ana, kalau begitu, tidak mungkin
ditelantarkan. Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya jika Allah benar-benar diperankan.
Sangat mustahil. Tetapi tidak mustahil bagi Allah. Media tidak cukup memenuhi syarat.
Jangankan rumah, air saja tidak ada (di padang pasir). Tapi kan ada Allah.
Andaikan peristiwa ini terjadi di tempat kita, itu tidak mengherankan. Karena banyak
tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan mesti mendapat makanan. Tetapi dipilih media yang
gersang, ghoiri dzi zar’i. Bisa dibayangkan, bergeraklah kaki Ismail menendang-nendang ke
dataran pasir kemudian muncrat air. Begitu meluap, Hajar mendekati lalu mengatakan zam
zam, stop stop (berhenti). Kata stop stop itu menjadi kontrol otomatis bagi sumur zam-zam
yang kedalam dari permukaan tanah hanya 10,6 kaki. Sekitar 3-4 meter sudah menyumber
seperti itu. Dan pada saat-saat yang kritis dipompa per detik itu menghasilkan 8000 liter per
detik.
Meskipun dikuras dengan lima kali kecepatan, andaikan itu berkurang banyak. Tapi cukup 11
menit sudah pulih kembali. Karena ada kontrol otomatis dari Hajar, dengan password, zam-
zam. Dan jika dibiarkan dipompa terus, sangat mungkin seantero Arab bahkan dunia ini bisa
tenggelam.
Ismail besar umur 13 tahun. Ibrahim datang. Tapi ingat pada saat itu, anak yang lama
didoakan oleh bapaknya agar Allah segera memberi keturunan, diberikanlah ghulamin halim.
Anak yang betul-betul pangerten (mengerti). Meskipun di surah lain dengan redaksi bi
ghulamin ‘alim, tetapi pada konteks ini menggunakan ghulamin halim.
Peristiwa Ibrahim dan Ismail ini sebagai koreksi. Sekaligus peringatan kepada kita, apakah
betul-betul kita dalam mendidik anak. Itu apa tujuannya. Mencetak anak yang pintar murni,
atau anak yang berprilaku benar. Ini persoalannya.
Khutbah Pertama:
)×3( )هللاُ اَكبَ ْر3×( ×) هللاُ اَ ْكبَ ْر3( هللاُ اَ ْكبَ ْر
لح ْم ُد ِ الح ْم ُد هّلِل ِ كثيرا وسبحان هللا بُ ْك َرةً َوأ
َ ص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا َ هللاُ اَ ْكبَ ْر َكبِ ْي ًرا َو
َض َحى بَ ْع َد يَ ْو ِم َع َرفَة
ْ َضانَ َوعْي َد ْاال ِ سلِ ِميْنَ ِع ْي َد ْالفِ ْط ِر بَ ْع َد
َ صيا َ ِم َر َم ْ اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذى َج َع َل لِ ْل ُم
.ُس ْولُه
ُ سيِّدَنا َ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ْ َش ِر ْي َك لَهُ لَهُ ْال َملِ ُك ْال َع ِظ ْي ُم ْاالَ ْكبَ ْر َوا
َ َّش َه ٌد اَن َ َش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال
ْ َا
ط َّه ْرَ س َو َ الر ْجِّ َب َع ْن ُه ُم َ ص َحابِ ِه الَّ ِذيْنَ اَ ْذه ْ َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َوا
َ ص ِّل عَل َى َ الل ُه َّم
َّ َحPَ فَيَا ِعبَا َدهللاِ اِتَّقُواهللا.ُاَ َّما بَ ْعد
ْ ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُنَّ اِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم
َسلِ ُم ْون
Jamaah ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Pagi ini, seluruh ummat Islam, dari pusat kota suci Makkah al-Mukarramah, sampai ke
berbagai penjuru negeri mengumandangkan takbir:
َ هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا
لح ْم ُد
Sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt. Sesungguhnya, Allah Swt tidak pernah perlu
kepada syukur kita, karena syukur kita itu hanya akan kembali kepada kita, menambah dan
mengekalkan nikmat Allah Swt:
س ِه ْ َش َك َر فَإِنَّ َما ي
ِ ش ُك ُر لِنَ ْف َ َْو َمن
“Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barangsiapa yang ingkar”. (Qs. An-Naml [27]: 40). Karena dalam ayat lain Allah
berfirman:
ش َك ْرتُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم
َ ْلَئِن
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”. (Qs.
Ibrahim [14]: 7).
ُ ا َء هَّللاPش
َ ْت َِج ُدنِي إِنPس ِ َقَا َل يَا بُنَ َّي إِنِّي أَ َرى فِي ا ْل َمنَ ِام أَنِّي أَ ْذبَ ُحكَ فَا ْنظُ ْر َما َذا ت ََرى قَا َل يَا أَب
َ ت ا ْف َع ْل َما تُؤْ َم ُر
َصابِ ِرين
َّ ِمنَ ال
“Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’.
Ismail menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.” (Qs. as-Shaffat [37]: 102).
Demikianlah jawaban anak shalih yang diharapkan Nabi Ibrahim as dalam doanya,
َصالِ ِحين
َّ َر ِّب ه َْب لِي ِمنَ ال
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh”. (Qs. as-Shaffat [37]: 102).
Peristiwa menyentuh hati dan perasaan ini mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana
anak-anak kita? Sudahkan kita didik menjadi anak yang patuh dan taat mengikuti perintah
Allah Swt?
Anak adalah amanah, dengan anak kita bisa masuk surga,
َ س َخطُهُ فِ ْي
س َخ ِط ِه َما َ ضا ا ْل َوالِ َد ْي ِن َو
َ ب فِي ِر
ّ ضا ال َّر
َ ِر
“Ridha Allah Swt terletak pada ridha kedua orang tua dan murka Allah Swt terletak pada
murka kedua orang tua”. (HR. ath-Thabrani).
َ هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا
لح ْم ُد
Hikmah Kedua, Keseimbangan Antara Usaha dan Tawakkal.
Sayang dan cinta kepada anak dan istri, tapi perintah Allah Swt mesti tetap dipatuhi. Meleleh
air mata Nabi Ibrahim as meninggalkan Hajar dan Ismail kecil di sebuah lembing kering.
Kisah itu diabadikan dalam al-Qur’an, Nabi Ibrahim as pun mengadu kepada Allah Swt,
َ َدةً ِمنPِ ْل أَ ْفئPاج َع
ْ َاَل ةَ فPالص
َّ واPPا لِيُقِي ُمPPَ َّر ِم َربَّنPع ِع ْن َد بَ ْيتِ َك ا ْل ُم َحٍ س َك ْنتُ ِمنْ ُذ ِّريَّتِي بِ َوا ٍد َغ ْي ِر ِذي زَ ْر ْ ََربَّنَا إِنِّي أ
َش ُكرُون ِ ار ُز ْق ُه ْم ِمنَ الثَّ َم َرا
ْ َت لَ َعلَّ ُه ْم ي ْ س تَ ْه ِوي إِلَ ْي ِه ْم َو
ِ النَّا
“Wahai Robb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka
Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Qs. Ibrahim [14] : 37). Di tengah
lembah tandus tanpa tanaman itulah Hajar dan Ismail berada, seorang wanita lemah dan bayi
tidak berdaya membutuhkan air. Apakah Allah langsung menurunkan air kepada mereka ?!
Tidak. Hajar bukan wanita lemah. Ia perempuan yang tegar. Hajar tidak mengeluh kepada
Allah Swt dengan mengangkat tangan. Hajar tidak membawa-bawa nama besar suaminya
yang seorang nabi dan anaknya juga seorang nabi. Hajar tidak pula menghujat dan mencela di
mana air berada ?!. Tapi Hajar berjalan kaki dari bukit Shafa menuju bukit Marwa sebanyak
tujuh kali. Tumit perempuan yang lemah itu menginjak pasir gurun panas di bawah terik
matahari. Setelah ia lelah dan tetap tidak mendapatkan air yang ia cari, maka ia kembali ke
tempat Ismail berbaring. Ternyata, air tidak ditemukan di tempat yang dicari. Tapi air datang
dari tumit Ismail yang belum pandai melangkah. Dari kisah ini tersirat sebuah makna yang
sangat mendalam yaitu pentingnya berusaha sekuat tenaga dan seoptimal mungkin untuk
mencari apa yang kita inginkan. Karena Allah tidak langsung memberi tanpa ada usaha.
Demikian juga perubahan menuju kehidupan yang lebih baik yang kita inginkan tidak akan
terwujud kecuali ada keinginan dan perbuatan dari kita sendiri. Allah berfirman:
ِ ُإِنَّ هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُ َغيِّ ُروا َما بِأ َ ْنف
س ِه ْم
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Qs. Ar-Ra’d [13]: 11).
Di sanalah keserasian antara syariat Nabi Ibrahim as dengan syariat Nabi Muhammad
Saw. Sama-sama mengajarkan keseimbangan antara usaha dan doa. Rasulullah Saw tidak
pernah duduk berpangku tangan menunggu rezeki turun dari langit. Al-Qur’an mengajarkan,
ض ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُك ُروا هَّللا َ َكثِي ًرا لَ َعلَّ ُك ْم ِ فِي اأْل َ ْرPصاَل ةُ فَا ْنت َِش ُروا
ْ َض َوا ْبتَ ُغوا ِمنْ ف َّ ت ال ِ ُفَإ ِ َذا ق
ِ َضي
َتُ ْفلِ ُحون
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Qs. al-Jumu’ah
[62]: 10).
سو َل هَّللا ِ أَ ْعقِلُ َها َوأَتَ َو َّك ُل أَ ْو أُ ْطلِقُ َها َوأَتَ َو َّك ُل قَا َل ا ْعقِ ْل َها َوتَ َو َّك ْل
ُ قَا َل َر ُج ٌل يَا َر
Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah. Apakah unta ini saya tambatkan lalu saya
bertawakkal? Atau saya lepaskan saja, kemudian saya bertawakkal?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Tambatkanlah! Setelah itu, bertawakkallah!”.
(HR. at-Tirmidzi).
“Berusaha tanpa tawakkal, sombong. bertawakkal tanpa usaha, pesong”.
َ هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا
لح ْم ُد
Hikmah Ketiga: Berkorban Untuk Agama Allah Swt.
Islam bukan agama yang melarang orang untuk mencari harta. Dalam Islam diajarkan, orang
yang mampu secara ekonomi, kuat fisik, ilmu dan iman, lebih baik dan dicintai Allah Swt
daripada orang yang miskin, lemah fisik, lemah ilmu dan lemah iman. Rasulullah Saw
bersabda,
يف َّ ي َخ ْي ٌر َوأَ َح ُّب إِلَى هَّللا ِ ِمنْ ا ْل ُمؤْ ِم ِن ال
ِ ض ِع ُّ ا ْل ُمؤْ ِمنُ ا ْلقَ ِو
“Seorang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah Swt daripada mukmin yang
lemah”. (HR. Muslim).
Dalam ibadah haji kita mengenal istilah Wuquf, yang merupakan rukun haji. Yaitu
berkumpul di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Wuquf ini adalah miniatur hari
mahsyar kelak, saat manusia dibangkitkan di hadapan Allah. Semua manusia yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dan jenis kulit. Terdiri dari tingkat, level dan kedudukan. Semuanya
sama di hadapan Allah. Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah kecuali takwanya. Allah
berfirman :
ِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا
)13( أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Qs. Al Hujurat [49] : 13).
Miniatur hari kiamat, pada hari itu tidak ada yang dapat menolong manusia kecuali
amalnya sendiri. saudara yang kita harap-harapkan dapat membantu kita, mereka justru lari
meninggalkan kita, يَ ْو َم يَفِ ُّر ا ْل َم ْر ُء ِمنْ أَ ِخي ِه (Qs. ‘Abasa [80] : 34). Anak-anak yang begitu
sayang kepada orang tua ketika berada di dunia juga lari meninggalkan orang tua mereka :
)35( ( َوأُ ِّم ِه َوأَبِي ِهQs. ‘Abasa [80] : 35). Demikian juga dengan istri dan sanak keluarga :
)36( صا ِحبَتِ ِه َوبَنِي ِه
َ َو (Qs. ‘Abasa [80] : 36). Semuanya disibukkan oleh urusan masing-
sembelihan itu dengan seekor kambing: )107( يم ٍ “ َوفَ َد ْينَاهُ بِ ِذ ْبDan Kami tebus anak
ٍ ح ع َِظ
itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (Qs. Ash-Shaffat [27]: 107). Disamping itu dalam
ibadah kurban ini terkandung makna kepedulian sosial, memperhatikan nasib orang lain dan
berbagi kebahagiaan dengan orang lain serta mengikis sifat kikir yang ada dalam diri kita,
Visi dan Misi pendidikan nasional telah dirumuskan dan dituangkan dalam
"penjelasan" UU, 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Visi
dan Misi pendidikan nasional ini merupakan bagian yang penting dalam strategi
pembaharuan sistem pendidikan.
Dengan visi pendidikan nasional tersebut, maka pendidikan nasional memiliki misi
sebagai berikut:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh
sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
Masyarakat Indonesia saat ini berada di era reformasi. Era reformasi adalah era baru
setelah era era orde baru. Era reformasi ditandai dengan pelaksanaan hak asasi
manusia secara utuh, dalam arti semua hak-hak manusia dihargai dan dijun-jung
tinggi dengan memperhatikan hak-hak orang lain. Namun hal ini disalah-artikan
dalam pelaksanaannya. Hak-hak seseorang diminta untuk dihargai dengan sebebas-
bebasnya tanpa memperhatikan hak-hak orang lain serta norma dan aturan yang
berlaku. akibatnya, banyak terjadi masalah-masalah sosial di masyarakat. Sebagai
contoh adalah adanya tindak kekerasan yang terjadi di mana-mana, tawuran antar
pelajar, kurangnya rasa hormat dan sopan santun kepada orang yang lebih tua dan
lain sebagainya.
Pengertian pendidikan karakter memiliki dua kata kunci. Kata kunci yang pertama
adalah isi pendidikan karakter. Isi berkaitan dengan “apa yang akan dilaksanakan”
dalam pendidikan karakter. Isi pendidikan karakter meliputi nilai nilai-nilai yang
berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan
nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional (Puskur, 2010 : 6).
Kata kunci yang kedua adalah pelaksanaan pendidikan karakter. Untuk dapat
melaksanakan pendidikan karakter, perlu diketahui fungsi dan tujuan pendidikan
karakter. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan karakter adalah :
3. penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
(Puskur, 2010 : 7)
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakanajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
Keterangan :
1. Jawaban SS diberi skor 4
2. Jawaban S diberi skor 3
3. Jawaban TS diberi skor 2
4. Jawaban STS diberi skor 1
Dari hasil skor dapat dilihat Karakter { 1 – 8 }yang menonjol dari peserta.
TES KARAKTER SISWA
Nama :
Nomor Peserta :
Jenis Kelamin :
Utusan :
Petunjuk :
1. Tuliskan nama, Nomor Peserta, Jenis Kelamin, dan Utusan pada kolom yang telah disediakan
2. Beri tanda √ pada kolom pendapat yang dikehendaki
3. Jawablah dengan jujur
4. Saya tidak akan menipu diri sendiri
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan SS S TS STS
.
1 Mencontek adalah sikap membohongi diri sendiri
2 Saya selalu mengembalikan barang yang bukan hak saya
Saya selalu berkata jujur dan mengatakan sesuatu sesuai
3
dengan fakta
Saya melaporkan kepada guru / pembina ketika
4
menemukan barang orang lain yang jatuh
5 Saya selalu hadir dalam setiap kegiatan sekolah
6 Saya selalu berangkat latihan tepat waktu
Saya mengenakan seragam sekolah sesuai aturan yang
7
ada
8 Saya selalu membayar iuran/uang sekolah tepat waktu
9 Saya bangga dengan hasil yang saya peroleh sendiri
Saya menyampaikan pendapat di depan teman-teman
10
dengan tepat dan tegas
Berani menyampaikan pendapat adalah modal utama
11
untuk menumbuhkan rasa percaya diri
Saya selalu optimis dengan hasil ulangan yang saya
12
kerjakan sendiri
Saya selalu memperhatikan ketika orang lain sedang
13
berbicara
14 Ilmu saya akan bertambah jika saya saling berbagi ilmu
15 Saya selalu membuang sampah pada tempatnya
16 Saya selalu membantu orang tua setiap ada waktu luang
Bemalas-malasan adalah prilaku yang membuat cita-cita
17
kita semakin sulit untuk digapai
Saya bertanya kepada guru atau teman ketika kurang
18
paham dengan materi yang telah diajarkan
Di rumah saya selalu mengulang latihan yang telah
19
diberikan
Saya tidak mudah menyerah dengan tugas dan praktik
20
yang diberikan oleh guru
Saya selalu menghargai pendapat yang disampaikan oleh
21
teman saya
Saya selalu menerima saran dan kritik dengan hati yang
22
lapang
Saya senang bekerja dalam tim dan selalu mengerjakan
23
tugas kelompok dengan baik
Saya selalu bertegur sapa dengan semua guru dan teman
24
saat bertemu
25 Saya membuat cara tersendiri untuk memahami materi
Saya menyampaikan ide saya kepada guru dan teman-
26
teman untuk kebaikan ekstrakurikuler
Saya selalu membuat latihan ekstrakurikuler yang
27
inovatif agar tidak membosankan
Saya selalu mengambil keputusan dengan
28 memperhatikan pendapat dari teamn-teman dan fakta
yang ada
Saya mengerjakan tugas kelompok dengan sebaik-
29
baiknya
Saya selalu menjalankan tugas sebagai petugas upacara
30
dengan baik
31 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu
Saya berani mengakui kesalahan yang telah saya perbuat
32
dan akan memperbaikinya
أشهد أن ال إله إال هللاُ َوحْ َدهُ ال شريك. وبفضله تتحقق الغايات، وبطاعته تنزل البركات،الحمد هلل الذى بنعمته’ تتم الصالحات
وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم، اللهم ص ّل وسلّم على سيدنا وموالنا محمد بن عبد هللا.ُ وأشهد أن محمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه،له
أما بعد.بإحسان إلى يوم القيامة.
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada
hari ini kita dapat bertemu muka, bermuwajahah dan bersilaturrahim dalam acara
KUNJUNGAN KERJA SOSIALISASI HASIL IJTIMA’ DAN RAKORNAS MUI.
Acara ini diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan MUI Prov Sumsel untuk mensosialiasikan
fatwa-fatwa terbaru agar diketahui dan difahami oleh masyarakat melalui Pengurus MUI
Kabupaten dan Kecamatan.
Untuk itu, atas nama DSN-MUI saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah peduli memberikan kontribusinya kepada DSN-MUI. Kami ucapkan syukran jazila,
teriring doa jazakumullahu khairal jazaaط°.
نص ٌر من هللا وفت ٌح قريب, باهلل في سبيل الحق, وهللا الموفِّق إلى أقوم الطريق, وباهلل التوفيق والهداية
Keterangan :
jawaban SS diberi skor 4
jawaban S diberi skor 3
jawaban TS diberi skor 2