Calvin (tentang Yoh 12:32): “‘I will draw all men to myself.’
The word ‘all,’ which he employs, must be understood to refer to
the children of God, who belong to his flock. Yet I agree with
Chrysostom, who says that Christ used the universal term, all,
because the Church was to be gathered equally from among
Gentiles and Jews, according to that saying, ‘There shall be one
shepherd, and one sheepfold,’ (John 10:16.)” [= ‘Aku akan
menarik semua orang datang kepadaKu’. Kata ‘semua’, yang
ia gunakan, harus dimengerti menunjuk kepada anak-anak
Allah, yang termasuk dalam kawanan dombaNya. Tetapi saya
setuju dengan Chrysostom, yang mengatakan bahwa Kristus
menggunakan istilah universal, ‘semua’, karena Gereja harus
dikumpulkan secara sama dari orang-orang non Yahudi dan
dari orang-orang Yahudi, sesuai dengan kata-kata ‘mereka
akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala’, (Yoh
10:16).].
Dalam penafsiran tentang Yoh 12:32 ini, bahkan Adam
Clarke, yang adalah seorang Arminian, juga menafsirkan
seperti Calvin, dan menganggap bahwa kata-kata ‘semua
orang’ di sini menunjuk kepada orang Yahudi dan orang non
Yahudi.
b) Pembahasan Ro 5:18.
Ro 5:18 - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua
orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan
kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup”.
Sebetulnya dibaca sepintas lalu saja sudah terlihat bahwa
kata-kata ‘semua orang’ yang kedua (yang saya garis bawahi)
tidak mungkin betul-betul diartikan ‘semua orang’, karena kalau
diartikan demikian akan menimbulkan Universalisme.
Penafsiran Arminian.
Adam Clarke (tentang 2Kor 5:14): “‘If one died for all, then were
all dead.’ The first position the apostle takes for granted; namely,
that Jesus Christ died for all mankind. This no apostolic man nor
primitive Christian ever did doubt or could doubt” (= ‘Jika satu
orang sudah mati untuk semua, maka semua orang sudah mati’.
Posisi pertama yang dianggap pasti oleh sang rasul, yaitu bahwa
Yesus Kristus telah mati untuk semua umat manusia. Ini tak
seorang rasul atau orang Kristen primitif / awal pernah
meragukan atau bisa meragukan).
Penafsiran Reformed.
Ada beberapa hal yang perlu dibahas tentang text ini:
Lenski (tentang 2Kor 5:14): “Christ died for all men with two
mighty results: the one that all died; the other that all who live
should live for him” (= Kristus mati untuk semua orang dengan
dua hasil / akibat yang hebat: yang satu supaya semua orang
mati; yang lain supaya semua orang yang hidup, hidup bagi
Dia).
John Owen: “All those of whom the apostle treats are proved to
be dead, because Christ died for them: ... What death is it which
here is spoken of? Not a death natural, but spiritual; ... not that
which is in sin, but that which is unto sin” (= Semua mereka
yang dibicarakan oleh sang rasul dibuktikan sebagai mati,
karena Kristus telah mati untuk mereka: ... Kematian apa
yang dibicarakan di sini? Bukan kematian alamiah, tetapi
kematian rohani; ... bukan kematian dalam dosa, tetapi
kematian terhadap dosa) - ‘The Works of John Owen’, vol 10,
hal 351.
Calvin (tentang 2Kor 5:14-15): “‘If one died for all.’ This
design is to be carefully kept in view - that ‘Christ died for us,
that we might die to ourselves.’ The exposition is also to be
carefully noticed - that to ‘die to ourselves is to live to Christ;’ or
if you would have it at greater length, it is to renounce ourselves,
that we may live to Christ; for Christ redeemed us with this view
- that he might have us under his authority, as his peculiar
possession” (= ‘Jika satu orang sudah mati untuk semua
orang’. Rancangan ini harus terus diperhatikan - bahwa
‘Kristus telah mati untuk kita, supaya kita bisa mati bagi diri
kita sendiri’. Exposisi / penjelasannya juga harus diperhatikan
dengan seksama - bahwa ‘mati bagi diri kita sendiri adalah
hidup bagi Kristus’; atau jika engkau menginginkannya
dengan lebih panjang / lebih jelas, itu adalah menyangkal diri
kita sendiri, sehingga kita bisa hidup bagi Kristus; karena
Kristus menebus kita dengan pandangan ini - supaya Ia bisa
memiliki kita di bawah otoritasNya, sebagai milikNya yang
khusus).
Adam Clarke (tentang 1Tim 2:6): “As God is the God and father
of all (for there is but one God, 1 Tim 2:5), and Jesus Christ the
mediator of all, so he gave himself a ransom for all; i.e., for all that
God made, consequently for every human soul; unless we could
suppose that there are human souls of which God is not the
Creator; for the argument of the apostle is plainly this: 1. There is
one God; 2. This God is the Creator of all; 3. He has made a
revelation of his kindness to all; 4. He will have all men to be saved,
and come unto the knowledge of the truth; and 5. He has provided
a Mediator for all, who has given himself a ransom for all. As
surely as God has created all men, so surely has Jesus Christ died
for all men. This is a truth which the nature and revelation of God
unequivocally proclaim” [= Karena Allah adalah Allah dan Bapa
dari semua orang (karena disana hanya ada satu Allah, 1Tim
2:5), dan Yesus Kristus Pengantara dari semua orang, maka Ia
menyerahkan diriNya sendiri sebagai tebusan bagi semua orang;
yaitu, untuk semua orang yang Allah buat / cipta , dan karena itu
untuk setiap jiwa manusia; kecuali kita menganggap bahwa ada
jiwa-jiwa manusia tentang siapa Allah bukan Penciptanya;
karena argumentasi dari sang rasul jelas adalah ini: 1. Di sana
ada satu Allah; 2. Allah ini adalah Pencipta dari semua orang; 3.
Ia telah membuat wahyu / penyataan dari kebaikanNya kepada
semua orang; 4. Ia menghendaki semua orang diselamatkan, dan
datang pada pengetahuan tentang kebenaran; dan 5. Ia telah
menyediakan seorang Pengantara untuk semua orang, yang telah
menyerahkan diriNya sebagai tebusan untuk semua orang. Sama
pastinya seperti Allah telah menciptakan semua orang, demikian
juga pastinya Yesus Kristus mati untuk semua orang. Ini adalah
suatu kebenaran yang alam dan wahyu Allah nyatakan dengan
tegas].
Catatan: saya tak mengerti, Clarke mendapatkan point ke 2
dan ke 3 itu dari mana, karena textnya sama sekali tak
mempersoalkan bahwa Allah adalah Pencipta, maupun bahwa
Allah telah mewahyukan kebaikanNya kepada semua orang.
Lenski (tentang 1Tim 2:4): “The fact that God, our Savior, wants
all men to be saved and come to realization of truth is the reason
that our praying for all men is excellent and acceptable in his
sight” (= Fakta bahwa Allah, Juruselamat kita, menghendaki
semua orang diselamatkan dan sampai pada realisasi tentang
kebenaran adalah alasan bahwa doa kita untuk semua orang
adalah sangat bagus dan diterima / diperkenan di hadapanNya).
Catatan: kalau kata-kata ‘semua orang’ diartikan seperti
penafsiran Calvin, yaitu ‘semua golongan orang’, maka baik
doa kita untuk ‘semua orang’, maupun kehendak Allah untuk
menyelamatkan ‘semua orang’, harus diartikan sesuai dengan
penafsiran itu.
Kalau dari 2 arti di atas kita mengambil arti kedua, maka arti
ayat ini adalah sebagai berikut: Allah memerintahkan semua
manusia untuk menggunakan cara-cara dengan mana
mereka bisa mendapatkan keselamatan. Dengan demikian
ayat ini menjadi sama seperti Kis 17:30 - “Dengan tidak
memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah
memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua
mereka harus bertobat”.
KJV: ‘And the times of this ignorance God winked at; but
now commandeth all men every where to repent’ (= Allah
pura-pura tidak melihat jaman kebodohan ini; tetapi
sekarang memerintahkan semua orang di mana-mana untuk
bertobat).
Lenski: “All that we have said regarding ‘Savior’ in 1:1 and 2:3
might be repeated here. He wants all men to be saved (2:3) and is
thus called ‘Savior of all men.’ We know why so many are not
saved (Matt. 23:37). Therefore Paul adds: ‘especially of
believers’ just as in 1:1 he says ‘our Savior,’ and in 2:3: ‘he
wants all men to come to realization of truth.’ This does not
mean that his will to save some men is stronger than his will to
save others, or that there is a duality in God’s antecedent will
(Calvin). Μάλιστα, ‘especially,’ pertains to ‘believers’ because
God’s good and gracious saving will is being accomplished in
them and is not frustrated by obdurate unbelief. Paul is thinking
not only of the believers already brought to a realization of the
saving gospel truth, to godliness and to its sure and certain
promise, but also of all believers of the future” [= Semua yang
telah kami katakan berkenaan dengan ‘Juruselamat’ dalam
1:1 dan 2:3 bisa diulang di sini. Ia menginginkan semua
manusia diselamatkan (2:3) dan karena itu disebut
‘Juruselamat semua manusia’. Kita tahu mengapa begitu
banyak orang tidak diselamatkan (Mat 23:37). Karena itu,
Paulus menambahkan kata-kata ‘terutama mereka yang
percaya’ sama seperti dalam 1:1 ia berkata ‘Juruselamat kita’,
dan dalam 2:3: ‘Ia menghendaki semua orang memperoleh
pengetahuan akan kebenaran’. Ini tidak berarti bahwa
kehendakNya untuk menyelamatkan sebagian orang lebih
kuat dari pada kehendakNya untuk menyelamatkan orang-
orang lain, atau bahwa di sana ada suatu dualisme dalam
kehendak Allah yang mendahului (Calvin). Μάλιστα
(MALISTA), ‘terutama / khususnya’, menyinggung ‘orang-
orang percaya’ karena kehendak yang baik dan murah hati
yang menyelamatkan dari Allah sedang digenapi dalam
mereka dan tidak digagalkan oleh ketidak-percayaan yang
keras kepala. Paulus sedang memikirkan bukan hanya tentang
orang-orang percaya yang sudah dibawa kepada suatu
realisasi tentang kebenaran injil yang menyelamatkan, pada
kesalehan dan pada janji yang pasti, tetapi juga tentang semua
orang-orang percaya dari masa yang akan datang].
1Tim 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut
perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar
pengharapan kita,”.
1Tim 2:3-4 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada
Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua
orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan
kebenaran”.
Mat 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh
nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang
diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan
anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-
anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau”.
Calvin: “The word ‘Saviour’ is not here taken in what we call its
proper and strict meaning, in regard to the eternal salvation
which God promises to his elect, but it is taken for one who
delivers and protects. ... In this sense he is called ‘the Saviour of
all men;’ not in regard to the spiritual salvation of their souls,
but because he supports all his creatures. In this way, therefore,
our Lord is the Saviour of all men; that is, his goodness extends
to the most wicked, who are estranged from him” (= Kata
‘Juruselamat’ di sini tidak diambil dalam arti sebenarnya dan
ketat, berkenaan dengan keselamatan kekal yang dijanjikan
Allah kepada orang-orang pilihanNya, tetapi menunjuk
kepada seseorang yang membebaskan dan melindungi. ...
Dalam arti ini Ia disebut ‘Juruselamat semua manusia’; bukan
berkenaan dengan keselamatan rohani dari jiwa-jiwa mereka,
tetapi karena Ia menyokong semua makhluk ciptaanNya.
Dengan cara ini Tuhan kita adalah Juruselamat semua
manusia; yaitu, kebaikanNya menjangkau orang-orang yang
paling jahat, yang jauh dari Dia) - hal 111-112 (footnote).
Adam Clarke: “Literally translated, the words stand thus: ‘For the
grace of God, that which saves, hath shone forth upon all men.’ Or,
as it is expressed in the margin of our King James Version: ‘The
grace of God, that bringeth salvation to all men, hath appeared.’
Since God’s grace signifies God’s favour, any benefit received from
him may be termed God’s grace. In this place, and in Col 1:6, the
Gospel, which points out God’s infinite mercy to the world, is
termed the grace of God; for it is not only a favour of infinite worth
in itself, but it announces that greatest gift of God to man, the
incarnation and atoning sacrifice of Jesus Christ. Now it cannot be
said, except in a very refined and spiritual sense, that this Gospel
had then appeared to all men; but it may be well said that it
bringeth salvation to all men; this is its design; and it was to taste
death for every man that its author came into the world. There is a
beauty and energy in the word EPEPHANEE, hath shined out, that
is rarely noted; it seems to be a metaphor taken from the sun. As by
his rising in the east and shining out, he enlightens, successively,
the whole world; so the Lord Jesus, who is called the Sun of
righteousness, Mal 4:2, arises on the whole human race with
healing in his wings. And as the light and heat of the sun are
denied to no nation nor individual, so the grace of the Lord Jesus,
this also shines out upon all; and God designs that all mankind
shall be as equally benefited by it in reference to their souls, as they
are in respect to their bodies by the sun that shines in the firmament
of heaven. But as all the parts of the earth are not immediately
illuminated, but come into the solar light successively, not only in
consequence of the earth’s diurnal revolution round its own axis,
but in consequence of its annual revolution round its whole orbit;
so this Sun of righteousness, who has shined out, is bringing every
part of the habitable globe into his divine light; that light is shining
more and more to the perfect day; so that gradually and
successively he is enlightening every nation, and every man; and,
when his great year is filled up, every nation of the earth shall be
brought into the light and heat of this unspotted, uneclipsed, and
eternal Sun of righteousness and truth. Wherever the Gospel
comes, it brings salvation - it offers deliverance from all sin to every
soul that hears or reads it. As freely as the sun dispenses his genial
influences to every inhabitant of the earth, so freely does Jesus
Christ dispense the merits and blessings of his passion and death to
every soul of man. From the influences of this spiritual Sun no soul
is reprobated anymore than from the influences of the natural sun.
In both cases, only those who willfully shut their eyes, and hide
themselves in darkness, are deprived of the gracious benefit” (=
Diterjemahkan secara hurufiah, kata-katanya adalah demikian:
‘Karena kasih karunia Allah, itu yang menyelamatkan, telah
bersinar / memancar kepada semua orang’. Atau, seperti
dinyatakan di catatan tepi dari KJV kita: ‘kasih karunia Allah,
yang membawa keselamatan kepada semua orang, telah tampak /
muncul’. Karena kasih karunia Allah menunjukkan kebaikan
Allah, manfaat apapun yang diterima dari Dia bisa disebut kasih
karunia Allah. Di tempat ini, dan dalam Kol 1:6, Injil, yang
menunjukkan belas kasihan yang tak terbatas dari Allah kepada
dunia, disebut kasih karunia Allah; karena itu bukan hanya
suatu kebaikan yang nilainya tak terbatas dalam dirinya sendiri,
tetapi itu mengumumkan karunia terbesar dari Allah kepada
manusia itu, inkarnasi dan korban penebusan dari Yesus Kristus.
Tak bisa dikatakan, kecuali dalam arti yang sangat diperhalus
dan rohani, bahwa Injil ini pada saat itu sudah muncul / tampak
kepada semua orang; tetapi bisa dikatakan dengan baik bahwa
Injil itu membawa keselamatan kepada semua orang; ini adalah
rancangan dari Injil; dan ADALAH UNTUK MENCICIPI
KEMATIAN UNTUK SETIAP ORANGLAH PENCIPTANYA
DATANG KE DALAM DUNIA. Di sini ada suatu keindahan dan
kekuatan dalam kata EPEPHANEE, telah bersinar / memancar,
yang jarang diperhatikan; itu kelihatannya merupakan suatu
kiasan yang diambil dari matahari. Seperti terbitnya dan
memancarnya matahari di Timur dan, ia menerangi seluruh
dunia secara berurutan; demikianlah Tuhan Yesus, yang disebut
Surya kebenaran, Mal 4:2, muncul kepada seluruh umat manusia
dengan kesembuhan pada sayapNya. Dan seperti terang dan
panas dari matahari tidak ditahan dari bangsa atau individu
manapun, demikian juga kasih karunia dari Tuhan Yesus, ini
juga bersinar kepada semua orang; dan Allah merancang supaya
seluruh umat manusia akan mendapatkan manfaat secara sama
olehnya berkenaan dengan jiwa mereka, seperti mereka
mendapat manfaat berkenaan dengan tubuh mereka oleh
matahari yang bersinar di cakrawala dari langit. Tetapi seperti
tidak semua bagian dari bumi diterangi dengan segera, tetapi
datang pada sinar matahari berturut-turut, bukan hanya dalam
konsekwensi dari perputaran tiap hari pada porosnya, tetapi
dalam konsekwensi dari perputaran tahunan sekeliling orbitnya;
demikian juga Surya kebenaran ini, yang telah bersinar, sedang
membawa setiap bagian dari dunia yang dihuni kepada terang
ilahiNya; sehingga terang itu bersinar makin lama makin terang
sampai tengah hari; sehingga perlahan-lahan dan berturut-turut,
Ia sedang menerangi setiap bangsa, dan setiap orang; dan pada
waktu tahunNya yang agung dipenuhi, setiap bangsa dari bumi
akan dibawa ke dalam terang dan panas dari Surya kebenaran
yang tak berbercak, tak tertutup dan kekal ini. Dimanapun Injil
datang, itu MEMBAWA keselamatan - itu MENAWARKAN
pembebasan dari semua dosa kepada setiap jiwa yang mendengar
atau membacanya. Seperti bebasnya matahari membagikan
pengaruhnya yang ramah / periang kepada setiap penduduk
bumi, demikian juga Yesus Kristus membagikan jasa / manfaat
dan berkat dari penderitaan dan kematianNya kepada setiap
jiwa manusia. Dari pengaruh dari Surya rohani ini TAK ADA
JIWA YANG DITENTUKAN BINASA seperti tak ada jiwa yang
tidak mendapat pengaruh dari matahari alamiah. Dalam kedua
kasus, hanya mereka yang secara sengaja menutup mata mereka,
dan menyembunyikan diri mereka sendiri dalam kegelapan,
tidak mendapatkan manfaat yang penuh kasih karunia).
Kol 1:6 - “yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah
dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu
sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia
Allah dengan sebenarnya”.
Mal 4:2 - “Tetapi kamu yang takut akan namaKu, bagimu akan
terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.
Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu
lepas kandang”.
Tanggapan saya:
Jawaban saya:
Ini adalah penyamaan dari dua hal yang sama sekali tidak
sama dan merupakan pengalegorian yang tidak pada
tempatnya!
Memang sebelum inkarnasi, ada terang dari hukum Taurat,
sehingga orang-orang yang mempunyai hukum Taurat, bisa
saja selamat. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang
tidak punya hukum Taurat? Mereka memang mempunyai
hukum hati nurani, tetapi bisakah ‘terang itu’
menyelamatkan? Mustahil! Karena Ro 2:12 berbunyi: “Sebab
semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa
tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di
bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat”.
Dan keadaan ini (adanya banyak orang yang sampai mati
tidak pernah mendengar Injil) akan berlangsung sampai
kedatangan Kristus yang keduakalinya. Tetapi bagaimana
dengan Mat 24:14?
Mat 24:14 - “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di
seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah
itu barulah tiba kesudahannya.’”.
Ayat ini tidak bisa ditafsirkan secara mutlak, bahwa Kristus
baru akan datang kalau setiap orang sudah mendengar Injil.
Ayat ini hanya bisa diartikan bahwa secara umum Injil sudah
diberitakan di semua negara dan bangsa.
Dan Clarke lalu mengatakan lagi: “But without his drinking it,
the salvation of the world would have been impossible; and
therefore he cheerfully drank it in the place of every human soul,
and thus made atonement for the sin of the whole world” (=
Tetapi jika Ia tidak meminumnya, keselamatan dari dunia
adalah mustahil; dan karena itu Ia dengan gembira
meminumnya untuk menggantikan setiap jiwa manusia, dan
dengan demikian membuat penebusan untuk dosa seluruh
dunia) - hal 697.
Tanggapan saya:
Ini lagi-lagi merupakan suatu ucapan bodoh dari orang yang
mau menerima Kitab Suci apa adanya. Kalau memang Kitab
Suci harus selalu diterima apa adanya, untuk apa Albert
Barnes sendiri menulis buku tafsiran? Memang ada ayat-
ayat Kitab Suci yang harus dimengerti apa adanya, tetapi
juga ada banyak ayat Kitab Suci yang tidak bisa diterima
apa adanya, tetapi harus ditafsirkan sambil memperhatikan
kontext atau ayat-ayat lain dari Kitab Suci, dan ayat-ayat
yang termasuk golongan kedua ini tentu saja tidak bisa
dimasukkan begitu saja ke dalam credo / pengakuan iman.
Misalnya: Yoh 14:28b, dimana Yesus berkata: ‘Bapa lebih
besar dari pada Aku’. Siapa yang mau menerima kata-kata
ini apa adanya dan memasukkan ke dalam credo /
pengakuan imannya, selain dari orang-orang sesat seperti
Saksi Yehuwa / Unitarian?
Bahkan Yoh 10:30 yang menunjukkan kesatuan Yesus
dengan Bapa, ataupun Fil 2:6 yang menunjukkan
kesetaraan Yesus dengan Allah, tidak bisa dimasukkan
begitu saja ke dalam credo tanpa penjelasan apa-apa.
Bandingkan dengan kata-kata dalam pengakuan Iman
Athanasius, no 31: “Equal to the Father in respect to his
divinity, less than the Father in respect to his humanity”
(= Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih
rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya).
Arthur W. Pink: “‘But we see Jesus, who was made a little lower
than the angels for the suffering of death, crowned with glory and
honor; that He by the grace of God should taste death for every
man’ (Hebrews 2:9). This passage need not detain us long. A false
doctrine has been erected here on a false translation. There is no
word whatever in the Greek corresponding to ‘man’ in our English
version. In the Greek it is left in the abstract - ‘He tasted death for
every.’ The Revised Version has correctly omitted ‘man’ from the
text, but has wrongly inserted it in italics. Others suppose the word
‘thing’ should be supplied - ‘He tasted death for every thing’ - but
this, too, we deem a mistake. It seems to us that the words which
immediately follow explain our text: ‘For it became Him, for whom
are all things, and by whom are all things, in bringing many sons
unto glory, to make the captain of their salvation perfect through
sufferings.’ It is of ‘sons’ the apostle is here writing, and we suggest
an ellipsis of ‘son’ - thus: ‘He tasted death for every’ - and supply
son in italics. Thus instead of teaching the unlimited design of
Christ’s death, Hebrews 2:9, 10 is in perfect accord with the other
Scriptures we have quoted which set forth the restricted purpose in
the Atonement: it was for the ‘sons’ and not the human race our
Lord ‘tasted death’” - ‘The Sovereignty of God’ (AGES), hal 63-
64.
Catatan: kutipan dari A. W. Pink ini tidak saya terjemahkan
karena intinya sudah saya berikan di atas.
Barnes’ Notes: “‘Not willing that any should perish.’ That is, he
does not desire it or wish it. His nature is benevolent, and he
sincerely desires the eternal happiness of all, ... the passage does
not refer to what God will do as the final Judge of mankind, but
to what are his feelings and desire now towards men. ... it would
be agreeable to the nature of God, and to his arrangements in
the plan of salvation, if all men should come to repentance, and
accept the offers of mercy; ... since it is in accordance with his
nature that he should desire that all men may be saved; it may be
presumed that he has made an arrangement by which it is
possible that they should be” (= ‘Tidak menghendaki siapapun
untuk binasa’. Yaitu, Ia tidak menginginkannya atau
mengharapkannya. SifatNya adalah penuh kebaikan, dan Ia
dengan sungguh-sungguh menginginkan kebahagiaan kekal
dari semua, ... text ini tidak menunjuk pada apa yang Allah
akan lakukan sebagai Hakim terakhir bagi umat manusia,
tetapi pada perasaanNya dan keinginanNya sekarang ini
tentang manusia. ... adalah cocok dengan sifat dari Allah, dan
dengan pengaturanNya dalam rencana keselamatan, jika
semua orang bertobat, dan menerima tawaran belas
kasihan; ... karena itu cocok dengan sifatNya bahwa Ia
menginginkan supaya semua orang bisa diselamatkan; bisa
dianggap bahwa Ia telah membuat suatu pengaturan / rencana
yang memungkinkan mereka untuk diselamatkan) - hal 1458.
Catatan:
kalau kita membandingkan kata-kata Barnes di sini
dengan kata-katanya di atas (tentang Ibr 2:9), maka
terlihat bahwa ia tidak konsisten dengan kata-katanya
sendiri, karena di sini ia tidak menerima kata-kata Kitab
Suci itu apa adanya, tetapi menafsirkannya /
menjelaskannya untuk menghindari Universalisme.
kata-kata Barnes yang saya beri garis bawah ganda jelas
berbau ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).
John Owen: “The text is clear, that it is all and only the elect
whom he would not have to perish” (= Textnya jelas, bahwa
adalah semua dan hanya orang pilihan yang tidak Ia
kehendaki untuk binasa) - ‘The Works of John Owen’, vol
10, hal 349.
j) Pembahasan Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan
segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun
yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh
darah salib Kristus”.
Calvin (tentang Kol 1:20): “‘Both upon earth and in heaven.’ ...
There were, it is true, no absurdity in extending it to all without
exception; ... I prefer to understand it as referring to angels and
men; and as to the latter, there is no difficulty as to their having
need of a peace maker in the sight of God. ... Hence the nature of
the peace making between God and men was this, that enmities
have been abolished through Christ, and thus God becomes a
Father instead of a Judge. Between God and angels the state of
matters is very different, for there was there no revolt, no sin, and
consequently no separation. It was, however, necessary that angels,
also, should be made to be at peace with God, for, being creatures,
they were not beyond the risk of falling, had they not been
confirmed by the grace of Christ. This, however, is of no small
importance for the perpetuity of peace with God, to have a fixed
standing in righteousness, so as to have no longer any fear of fall
or revolt. Farther, in that very obedience which they render to God,
there is not such absolute perfection as to give satisfaction to God
in every respect, and without the need of pardon. And this beyond
all doubt is what is meant by that statement in Job 4:18, He will
find iniquity in his angels. For if it is explained as referring to the
devil, what mighty thing were it? But the Spirit declares there, that
the greatest purity is vile, if it is brought into comparison with the
righteousness of God. We must, therefore, conclude, that there is
not on the part of angels so much of righteousness as would suffice
for their being fully joined with God. They have, therefore, need of
a peace maker, through whose grace they may wholly cleave to
God. Hence it is with propriety that Paul declares, that the grace of
Christ does not reside among mankind alone, and on the other
hand makes it common also to angels. Nor is there any injustice
done to angels, in sending them to a Mediator, that they may,
through his kindness, have a well grounded peace with God” (=
‘Baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga’. ... Adalah
benar bahwa tak ada kemustahilan / kelucuan untuk
memperluasnya kepada semua tanpa kecuali; ... Saya lebih
memilih untuk mengartikannya sebagai menunjuk kepada
malaikat-malaikat dan manusia; dan berkenaan dengan yang
terakhir, di sana tidak ada kesukaran berkenaan dengan
kebutuhan mereka akan seorang pembuat damai dalam
pandangan Allah. ... Maka sifat dasar dari pembuatan damai
antara Allah dan manusia adalah ini, bahwa permusuhan telah
dihapuskan melalui Kristus, dan dengan demikian Allah menjadi
seorang Bapa dan bukannya seorang Hakim. Antara Allah dan
malaikat-malaikat keadaannya sangat berbeda, karena di sana
tidak ada pemberontakan, tak ada dosa, dan sebagai akibatnya,
tak ada pemisahan. Tetapi adalah perlu bahwa malaikat-
malaikat, juga, harus didamaikan dengan Allah, karena, sebagai
makhluk-makhluk ciptaan, mereka tidak ada di luar resiko
untuk jatuh, seandainya mereka tidak diteguhkan oleh kasih
karunia Kristus. Ini, bagaimanapun, bukanlah suatu kepentingan
yang kecil untuk keabadian dari damai dengan Allah, untuk
mempunyai kedudukan yang tetap dalam kebenaran, sehingga
tidak lagi mempunyai rasa takut apapun tentang kejatuhan atau
pemberontakan. Selanjutnya, dalam ketaatan yang mereka
berikan kepada Allah, di sana tidak ada kesempurnaan mutlak
sehingga memberikan kepuasan kepada Allah dalam setiap segi /
hal, dan tanpa kebutuhan pengampunan. Dan ini tanpa
diragukan adalah apa yang dimaksudkan dengan pernyataan itu
dalam Ayub 4:18, Ia akan mendapati kesalahan dalam malaikat-
malaikatNya. Karena jika itu dijelaskan sebagai menunjuk
kepada Iblis, hal hebat apakah itu? Tetapi Roh menyatakan di
sana, bahwa kemurnian yang terbesar adalah kotor / buruk /
hina, jika itu dibawa ke dalam perbandingan dengan kebenaran
Allah. Karena itu, kita harus menyimpulkan bahwa pada
malaikat-malaikat tidak ada kebenaran yang begitu banyak
sehingga cukup bagi penggabungan mereka dengan Allah .
Karena itu, mereka mempunyai kebutuhan akan seorang
pembuat damai, melalui kasih karunia siapa mereka bisa
sepenuhnya berpegang erat-erat kepada Allah. Maka dengan
benar Paulus menyatakan, bahwa kasih karunia Kristus tidak
tinggal / terletak di antara manusia saja, dan pada sisi yang lain
membuatnya umum bagi malaikat-malaikat juga. Juga di sana
tidak ada ketidak-adilan yang dilakukan terhadap malaikat-
malaikat, dalam mengutus mereka kepada seorang Pengantara,
supaya mereka bisa, melalui kebaikanNya, mempunyai damai
yang mempunyai dasar yang baik dengan Allah).
Calvin (tentang Kol 1:20): “Should any one, on the pretext of the
universality of the expression, move a question in reference to
devils, whether Christ be their peace-maker also? I answer, No, not
even of the wicked men: though I confess that there is a difference,
inasmuch as the benefit of redemption is offered to the latter, but
not to the former. This, however, has nothing to do with Paul’s
words, which include nothing else than this, that it is through
Christ alone, that, all creatures, who have any connection at all
with God, cleave to him.” (= Jika ada orang, dengan dalih
keuniversalan pernyataan ini, menanyakan pertanyaan
berkenaan dengan setan, apakah Kristus juga adalah pendamai
mereka? Saya menjawab, Tidak, bahkan tidak tentang orang-
orang jahat: sekalipun saya mengakui bahwa ada perbedaan,
karena keuntungan penebusan ditawarkan kepada orang-orang
jahat, tetapi tidak kepada setan. Tetapi ini tak ada hubungannya
dengan kata-kata Paulus, yang tidak mencakup yang lain selain
ini, bahwa melalui Kristus sajalah bahwa semua makhluk-
makhluk ciptaan, yang mempunyai hubungan apapun dengan
Allah berpegang erat-erat kepada Dia).
Catatan: yang dimaksud dengan ‘wicked men’ (= orang-orang
jahat), jelas adalah orang jahat yang tidak percaya, atau
‘reprobate’ (= orang yang ditentukan untuk binasa).