Anda di halaman 1dari 24

ALLAH TRITUNGGAL

A) Pernyataan tentang doktrin Allah Tritunggal.


1) Dalam diri Allah hanya ada 1 hakekat yang tidak terbagi-bagi (one indivisible essence), tetapi
ada 3 pribadi yaitu Bapa, Anak & Roh Kudus.
Allah menyatakan diriNya dalam 3 pribadi bukan karena Ia memilih / menghendaki hal itu, tetapi
karena memang Ia adalah demikian.

Louis Berkhof: “This tri-personal existence is a necessity in the Divine Being, and not in any sense
the result of a choice of God. He could not exist in any other than the tri-personal form” (=
Keberadaan yang bersifat tiga pribadi ini adalah suatu keharusan dalam diri Allah, dan sama
sekali bukanlah hasil dari pilihan Allah. Ia tidak bisa berada dalam sesuatu yang lain dari pada
bentuk tiga pribadi) - ‘Systematic Theology’, hal 84.

2) Ketiga pribadi dalam diri Allah itu ditandai dengan urut-urutan (order) yang tertentu.
Allah Bapa adalah yang pertama; Allah Anak yang ke 2; dan Allah Roh Kudus yang ke 3. Urut-
urutan ini tidak berhubungan dengan waktu atau hakekat, tetapi hanya dengan urut-urutan asal
mula mereka secara logika.

Louis Berkhof: “It need hardly be said that this order does not pertain to any priority of time or of
essential dignity, but only to the logical order of derivation (= Hampir tidak perlu dikatakan bahwa
urut-urutan ini tidak berhubungan dengan keberadaan lebih dulu atau kewibawaan hakiki, tetapi
hanya dengan urut-urutan asal mula secara logika) - ‘Systematic Theology’, hal 88-89.

3) Doktrin Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang melampaui pengertian manusia.

a) Manusia tidak dapat mengertinya atau membuatnya bisa dimengerti.


Otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tak
terbatas! Seseorang pernah berkata bahwa kalau ada seseorang yang bisa mengajarkan
Doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka itu pasti adalah ajaran
sesat.

b) Kesulitan yang terbesar terletak pada hubungan antara pribadi-pribadi dalam diri Allah
dengan hakekat illahi dan hubungan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain.
Kesulitan-kesulitan ini tidak pernah bisa dipecahkan oleh manusia.
Kita berusaha untuk menyatakan doktrin Allah Tritunggal ini sedemikian rupa, bukan supaya
semua ini bisa dimengerti dengan jelas, tetapi hanya supaya kita terhindar / terlindung dari
ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.

B) Istilah ‘hakekat’ dan ‘pribadi’.


Mengapa digunakan istilah-istilah seperti person (= pribadi) dan essence (= hakekat), padahal
istilah-istilah tersebut tidak ada dalam Kitab Suci?

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) menjawab pertanyaan
tersebut sebagai berikut:
“And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other
way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the
heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is
taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one
and simple essence of God” (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada
waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan
murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang
sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti
lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam
hakekat Allah yang satu dan sederhana).

Herman Bavinck (‘Our Reasonable Faith’, hal 322) mengatakan sebagai berikut:
“It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility.
The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and
the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to
devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which
loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements
which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to
explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over
against those who would weaken or deny it” (= Jelaslah bahwa pengakuan iman Nicea dan Chalcedon
tidak bisa dianggap infallible / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan
theologinya, seperti pribadi, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam
Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan
oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran
ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar
gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam
bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk
menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau
menyangkalnya).

Bavinck melanjutkan lagi:


“There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures
from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it
really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we
ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confession.
But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the
person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the
Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing
injustice to the incarnation as Scripture explains it to us” (= Pernah ada banyak orang, dan sampai
sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan /
memandang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-
kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah
kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus,
yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai
memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka
terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa istilah-istilah dari para penyerang doktrin tentang 2
hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering
terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci
kepada kita).

C) Dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal.


I) Kitab Suci menunjukkan ketunggalan Allah.
1) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu satu.

Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.
1Kor 8:4 - “Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di
dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’”.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.
Yak 2:19 - “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-
setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.

Yes 45:5-6,14,18,21-22 - “(5) Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada
Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, (6) supaya
orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar
Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, … (14) Beginilah firman TUHAN: ‘Hasil tanah
dari Mesir dan segala laba dari Etiopia dan orang-orang Syeba, orang-orang yang tinggi
perawakannya, akan pindah kepadamu dan menjadi kepunyaanmu, mereka akan berjalan di
belakangmu dengan dirantai; mereka akan sujud kepadamu dan akan membujuk engkau,
katanya: Hanya di tengah-tengahmu ada Allah, dan tidak ada yang lain; di samping Dia tidak
ada Allah! … (18) Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, - Dialah Allah -
yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, - dan Ia
menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami - : ‘Akulah
TUHAN dan tidak ada yang lain. … (21) Beritahukanlah dan kemukakanlah alasanmu, ya,
biarlah mereka berunding bersama-sama: Siapakah yang mengabarkan hal ini dari zaman
purbakala, dan memberitahukannya dari sejak dahulu? Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada
yang lain, tidak ada Allah selain dari padaKu! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang
lain kecuali Aku! (22) Berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-
ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain”.
Yes 43:10 - “‘Kamu inilah saksi-saksiKu,’ demikianlah firman TUHAN, ‘dan hambaKu yang
telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia.
Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi”.
Yes 46:9 - “Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan
tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku”.

2) Penggunaan kata-kata bentuk tunggal untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah.

a) Penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal.


Contoh:
1. Kalau Allah berbicara tentang diriNya sendiri, maka pada umumnya Ia menggunakan
kata ’Aku’ (bahasa Inggris: ‘I’).
2. Kalau orang lain berbicara tentang Allah, maka pada umumnya digunakan kata ‘Dia’
(bahasa Inggris: ‘He’).
3. Kalau orang berbicara kepada Allah, maka pada umumnya digunakan kata ‘Engkau’
(bahasa Inggris: ‘You’). Dalam bahasa Yunani maupun Ibraninya terlihat bahwa yang
digunakan adalah ‘You’ dalam bentuk tunggal.

b) Penggunaan kata kerja bentuk tunggal.


Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata ‘menciptakan’ dalam Kej 1:1 adalah kata kerja
bentuk tunggal.
Kej 1:1 - “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”.

c) Penggunaan kata sifat bentuk tunggal.


Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata-kata ‘baik’ dan ‘benar’ dalam Maz 25:8 adalah
kata sifat bentuk tunggal.
Maz 25:8 - “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang
yang sesat”.

3) Allah mempunyai sifat self-existent, dan sifat ini tidak memungkinkan adanya lebih dari satu
makhluk seperti Dia.

a) Sifat self-existent (= ada dengan sendirinya / ada dari dirinya sendiri) dari Allah, jelas
merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena Kitab Suci menunjukkan bahwa segala
sesuatu diciptakan oleh Allah (Kej 1:1-31 Yoh 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak pernah
menceritakan tentang terjadinya Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak
pernah diciptakan / dijadikan oleh siapapun / apapun juga.

b) Sifat self-existent ini mempunyai 2 perwujudan:

1. Allah adalah makhluk yang independent (= bebas / tak tergantung) secara mutlak.
a. DiriNya / keberadaanNya / hidupNya independent (Yoh 5:26).
b. PikiranNya / rencanaNya / kehendakNya / tindakanNya independent (Ro 11:33-
34 9:10-24 Daniel 4:35 Ef 1:5 Maz 115:3 1Yoh 5:14).

2. Segala sesuatu ada hanya melalui Dia, dan Ia membuat segala sesuatu tergantung
kepada Dia (Neh 9:6 Maz 104:27-30 Yoh 1:3 Kis 17:28 Ibr 1:3 1Tim 6:13a).

c) Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu makhluk yang
seperti itu! Karena tidak mungkin bisa ada 2 makhluk yang sama-sama tidak tergantung
apapun / siapapun, dan yang membuat segala sesuatu tergantung dirinya.
II) Kitab Suci menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Catatan: Perhatikan bahwa saya tidak menyebut adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya
‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya tetap percaya pada ketunggalan / keesaan Allah, tetapi
dalam keesaanNya itu terdapat suatu kejamakan tertentu.

1) Dalam Perjanjian Lama.

a) Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk Allah (Kej 1:1 dll) yang merupakan kata bentuk jamak
/ plural.
Kata ‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular yaitu ‘ELOAH’ yang digunakan
antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3.
Tetapi dalam Perjanjian Lama kata ‘ELOAH’ hanya digunakan sebanyak 250 x,
sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar 2500 x. Penggunaan kata bentuk jamak / plural yang
jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.

Memang harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi
yang perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu tunggal secara mutlak,
mengapa tidak digunakan ELOAH saja terus menerus? Mengapa digunakan ELOHIM,
dan lebih lagi, mengapa digunakan ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH?

Dalam persoalan ini, buku dari sekte Saksi Yehuwa yang berjudul ‘Haruskah anda
percaya kepada Tritunggal?’ memberikan suatu serangan yang bagus, yang saya
kutip di bawah ini:

“‘ELOHIM’ bukan berarti ‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’. Jadi mereka yang


berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri politeis,
penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah dalam
Tritunggal” (hal 13).

Untuk menjawab serangan ini bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. ELOHIM tidak boleh diartikan ‘Allah-Allah’, karena ini akan bertentangan dengan
ayat-ayat yang menggunakan ELOAH. Sedangkan ELOAH tidak boleh diartikan
‘Allah yang satu secara mutlak’, karena akan bertentangan dengan ayat-ayat yang
menggunakan ELOHIM. Jadi untuk mengharmoniskan ayat-ayat yang menggunakan
ELOAH dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM, haruslah diartikan bahwa
Allah itu tunggal dalam hakekatNya, tetapi jamak dalam pribadiNya.

2. Allah itu begitu besar, ajaib, dan ada diluar jangkauan akal manusia. Karena itu
jelaslah bahwa tidak ada bahasa manusia (termasuk bahasa Ibrani), yang bisa
menggambarkan Allah dengan sempurna. Tata bahasa dan kata-kata dari bahasa
Ibrani (atau bahasa lain apapun) tidak bisa menggambarkan bahwa Allah itu satu
hakekat tetapi tiga pribadi. Kalau selalu digunakan kata bentuk tunggal (ELOAH),
maka akan menunjuk pada Allah yang tunggal secara mutlak. Sedangkan kalau
selalu digunakan bentuk jamak (ELOHIM), maka akan menunjuk pada banyak Allah.
Karena itu maka ayat-ayat tertentu menggunakan ELOAH dan ayat-ayat tertentu
menggunakan ELOHIM.

b) Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

1. Kata ganti orang bentuk jamak.


Contoh: Kej 1:26 3:22 11:7.
Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kej 1:26,
maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan
‘kejamakan dalam diri Allah’.
Tetapi ini tidak mungkin, sebab kalau dalam Kej 1:26 diartikan bahwa ‘Kita’ itu
menunjuk kepada Allah dan para malaikat, maka haruslah disimpulkan bahwa:
a. Manusia juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat.
b. Allah mengajak para malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia,
sehingga kalau Allah adalah pencipta / creator, maka malaikat adalah co-creator
(= rekan pencipta).

Disamping itu, kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah,
keluar sekaligus dalam satu ayat, yaitu dalam Yes 6:8 yang dalam versi NASB
menterjemahkan: “Whom shall I send and who will go for Us?” (= Siapa yang akan
Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?).

Catatan: Dalam Yes 6:8 ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama
maupun baru) salah terjemahan!

2. Kata kerja dalam bentuk jamak.


Contoh:
a. Kej 20:13 - kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya
adalah kata kerja bentuk jamak.
b. Kej 35:7 - kata ‘menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk
jamak.
c. 2Sam 7:23 - kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.
Pulpit Commentary (tentang 2Sam 7:23): “It is remarkable that in this place the
word for ‘God,’ Elohim, is followed by a verb plural, the almost invariable rule in
Hebrew being that, though Elohim is itself plural, it takes a verb singular whenever it
refers to the true God. In the corresponding passage (1 Chron 17:21) the verb is in the
singular” (= ).
Pulpit Commentary (tentang 2Sam 7:23): “No adequate reason has been given for
this deviation, but probably the usage in these early times was not so strict as it became
subsequently. It is the influence of writing, and of the eye becoming conversant with
writing, that makes men correct in their use of language and in the spelling of words.
In the Syriac Church, God the Word and God the Holy Ghost were at first spoken of in
the feminine gender, because ‘Word’ and ‘Spirit’ are both feminine nouns; but
grammar soon gave way to soundness of thought and feeling. So probably in colloquial
language Elohim was often used with a verb plural, but correct thinking forbade and
overruled grammar. We may regard this, then, as one of the few passages in which the
colloquial usage has escaped correction, and attach no further importance to it” (= ).
Catatan: penjelasan ini tak masuk akal. Karena penggunaan kata kerja bentuk
jamak dengan kata ELOHIM sangat jarang, dan masih terjadi lagi bahkan dalam
kitab Mazmur.
Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala bagi orang
benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.’”.
Kata-kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak
(sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi participle).
Sedangkan penggunaan ELOHIM dengan kata kerja bentuk tunggal sudah ada
bahkan dalam Kej 1:1 (Kata ‘menciptakan’ / BARA adalah kata kerja bentuk
tunggal).
d. Maz 58:12 - kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk
jamak (sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi participle).
Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang
digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.

3. Kata-kata bentuk jamak lainnya seperti dalam:


a. Pkh 12:1 - kata ‘pencipta’ (creator), dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk
jamak, sehingga seharusnya terjemahannya adalah ‘creators’ (= pencipta-
pencipta).
b. Maz 149:2 - kata-kata ‘yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam
bentuk jamak.
c. Yos 24:19 - dalam bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ ada dalam bentuk jamak,
tetapi kata ‘cemburu’ ada dalam bentuk tunggal.
Jadi, kalau dalam Yes 6:8 digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak
untuk menunjuk kepada Allah, maka di sini digunakan kata sifat bentuk tunggal
dan jamak terhadap diri Allah.
c) Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain
(seakan-akan ada lebih dari satu Allah).

1. Maz 45:7-8.
Karena dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia kurang tepat terjemahannya, mari kita
lihat terjemahan NASB di bawah ini.
Psalm 45:6-7 (NASB): “Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy
God has anointed Thee” (= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. Karena itu,
Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau).
Bandingkan dengan Ibr 1:8-9.

2. Maz 110:1.
Juga untuk ayat ini perhatikan terjemahan NASB di bawah ini.
Psalm 110:1 (NASB): “The LORD says to my Lord ...” (= TUHAN berkata kepada
Tuhanku).
Bandingkan dengan Mat 22:44-45.

3. Hos 1:7 (NASB): “But I will have compassion on the house of Judah and deliver them by
the LORD their God, and will not deliver them by bow, sword, battle, horses, or horseman”
(= Tetapi Aku akan berbelaskasihan kepada kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka
dengan / oleh TUHAN Allah mereka, dan tidak akan menyelamatkan mereka oleh /
dengan busur, pedang, pertempuran, kuda-kuda, atau penunggang-penunggang kuda).

4. Kej 19:24 - “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan
Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit”.

5. Amsal 8 berbicara tentang ‘hikmat Allah’. Kalau dilihat dari istilahnya, yaitu ‘hikmat
Allah’ [the wisdom of God (= hikmat dari / milik Allah)], maka jelas bahwa ‘hikmat
Allah’ ini tidak sama dengan Allah.
Tetapi Amsal 8 ini lalu mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan menunjukkannya
sebagai seorang pribadi yang bersifat kekal (Yesus). Dengan kata lain, hikmat Allah
itu juga adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24 - “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat
Allah”).

6. Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kej 16:2-13 22:11,16 31:11,13 48:15,16 Kel


3:2,4,5 Hak 13:20-22).
Sama seperti istilah ‘hikmat Allah’ di atas, maka istilah ‘Malaikat TUHAN’ ini juga
menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ (the Angel of the LORD) ini tidak sama
dengan Allah.
Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai
Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN
sendiri.
Contoh:
a. Dalam Kej 16:7 - disebut sebagai Malaikat TUHAN.
b. Dalam Kej 16:13 - disebut sebagai TUHAN sendiri.
c. Dalam Kej 22:11 - disebut sebagai Malaikat TUHAN.
d. Dalam Kej 22:12 - disebut sebagai Allah sendiri.
Juga, dalam Kel 23:20-23, malaikat TUHAN ini mempunyai kuasa untuk
mengampuni dosa.
Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri.

d) Penggunaan nama ‘TUHAN’ (YAHWEH / YEHOVAH) 3 x berturut-turut dalam Bil 6:24-


26 dan sebutan ‘kudus’ bagi Allah 3 x berturut-turut dalam Yes 6:3.
Tidak anehkah bahwa ayat-ayat itu menyebutkan ‘TUHAN’ dan ‘kudus’ sebanyak 3 kali?
Mengapa tidak 2 kali, atau 5 kali, atau 7 kali? Jelas karena ada hubungannya dengan
Allah Tritunggal!

e) Kata ‘esa / satu’ yang digunakan dalam Ul 6:4, dalam bahasa Ibraninya adalah ECHAD.
Para Saksi Yehuwa mengatakan bahwa kata ECHAD ini berarti ‘satu yang mutlak’ dan
tidak mengandung kejamakan.
Untuk itu perhatikan kutipan dari buku mereka yang berjudul ‘Haruskah anda percaya
kepada Tritunggal?’,hal 13, di bawah ini:

“Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible (NJB) Katolik
berbunyi: ‘Dengarlah Israel: Yahweh Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh’. Dalam
tatabahasa dari ayat itu kata ‘esa’ tidak mengandung sifat jamak untuk menyatakan
bahwa kata itu mempunyai arti yang lain, yaitu bukan satu pribadi”.

Tetapi pandangan Saksi Yehuwa ini justru salah, dan mereka mendukung kesalahannya
itu dengan mengutip suatu versi Alkitab yang justru salah terjemahan! (Catatan: taktik
menggunakan versi Kitab Suci yang terjemahannya salah sehingga sesuai dengan
pandangan mereka adalah taktik yang sering sekali dipakai oleh para Saksi Yehuwa).

Bahwa kata ECHAD ini sering berarti ‘satu gabungan / a compound one’, bukan ‘satu
yang mutlak / an absolute one’, bisa terlihat dari contoh-contoh di bawah ini:
1. Kej 1:5 - gabungan dari petang dan pagi membentuk satu (ECHAD) hari.
2. Kej 2:24 - Adam dan Hawa menjadi satu (ECHAD) daging.
3. Ezra 2:64 - seluruh jemaat itu satu (ECHAD) tapi terdiri dari banyak orang (Catatan:
ini hanya bisa terlihat dalam bahasa Ibraninya).
4. Yeh 37:17 - dua papan digabung menjadi satu (ECHAD) papan.

Sebetulnya ada sebuah kata lain dalam bahasa Ibrani yang berarti ‘satu yang mutlak’
atau ‘satu-satunya’. Kata itu adalah YACHID. Contoh: Kej 22:2,16.

Kalau Musa memang mau menekankan tentang ‘kesatuan yang mutlak’ dari Allah dan
bukannya ‘kesatuan gabungan’ (a compound unity), maka dalam Ul 6:4 itu ia pasti
menggunakan kata YACHID dan bukannya ECHAD. Tetapi ternyata Musa
menggunakan kata ECHAD, dan ini menunjukkan bahwa Allah itu tidak satu secara
mutlak, tetapi ada kejamakan dalam diri Allah.

2) Dalam Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang
berbeda dalam diri Allah.

a) Kalau dalam Perjanjian Lama YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai Penebus dan
Juruselamat (Maz 19:15 78:35 Yes 43:3,11,14 47:4 49:7,26 60:16), maka dalam
Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesuslah yang disebut demikian (Mat 1:21 Luk 1:76-79
Luk 2:11 Yoh 4:42 Gal 3:13 4:5 Tit 2:13).

b) Kalau dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa YAHWEH / YEHOVAH tinggal di antara
bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Maz 74:2 Maz 135:21
Yes 8:18 Yes 57:15 Yeh 43:7,9 Yoel 3:17,21 Zakh 2:10-11), maka dalam Perjanjian
Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang percaya (Kis 2:4
Ro 8:9,11 1Kor 3:16 Gal 4:6 Ef 2:22 Yak 4:5).

c) Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus
AnakNya ke dalam dunia (Yoh 3:16 Gal 4:4 Ibr 1:6 1Yoh 4:9), dan tentang Bapa dan
Anak yang mengutus Roh Kudus (Yoh 14:26 15:26 16:7 Gal 4:6).

d) Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Mark 1:11) dan Anak
berbicara kepada Bapa (Mat 11:25-26 26:39 Yoh 11:41 12:27) dan Roh Kudus berdoa
kepada Allah dalam hati orang percaya (Ro 8:26).

e) Dalam Perjanjian Baru kita melihat ketiga pribadi dalam diri Allah disebut dalam satu
bagian Kitab Suci (Mat 3:16-17 Mat 28:19 1Kor 12:4-6 2Kor 13:13 1Pet 1:2 Wah 1:4-
5).
Untuk ini ada komentar / serangan dari para Saksi Yehuwa dalam buku ‘Haruskah anda
percaya kepada Tritunggal?’:
1. “Apakah ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan roh kudus membentuk
suatu Keilahian Tritunggal, bahwa ketiganya sama dalam bentuk, kekuasaan, dan
kekekalan? Tidak, tidak demikian, sama halnya menyebutkan tiga orang, seperti Amir,
Budi dan Bambang, tidak berarti bahwa mereka tiga dalam satu” (hal 23).
2. “Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga disebutkan dalam konteks
yang sama. Yesus ‘melihat roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya’ (Matius
3:16). Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah satu. Abraham, Ishak, dan
Yakub banyak kali disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat mereka
menjadi satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama, tetapi itu tidak
membuat mereka menjadi satu juga” (hal 23).

Kita bisa menjawab serangan ini dengan berkata:

a. Jelas bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak bisa didapatkan seluruhnya hanya dari
ayat-ayat tersebut. Ayat-ayat itu hanyalah salah satu dasar dari doktrin Allah
Tritunggal, sehingga kalau kita hanya menyoroti ayat-ayat itu saja, maka mungkin
sekali memang tidak bisa dihasilkan doktrin Allah Tritunggal!

b. Memang adanya tiga nama yang disebutkan bersama-sama tidak membuktikan


bahwa mereka itu satu. Bahkan tidak selalu membuktikan / menunjukkan bahwa
mereka setingkat. Tetapi kadang-kadang hal itu memang bisa menunjukkan bahwa
mereka itu setingkat. Itu tergantung dari kontexnya; dan karena itu harus
dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa ketiga orang itu disebutkan bersama-
sama?
Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam kontex yang
sakral, seperti formula baptisan (Mat 28:19), berkat kepada gereja Korintus
(2Kor 13:13), baptisan Yesus (Mat 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa
dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu
setingkat.

c. Dalam Mat 28:19 dikatakan ‘dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus’.
Sesuatu yang menarik adalah: sekalipun disini disebutkan 3 buah nama, tetapi kata
‘nama’ itu ada dalam bentuk tunggal, bukan bentuk jamak! Dalam bahasa Inggris
diterjemahkan name, bukan names. Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan
bahwa ketiga Pribadi itu setingkat, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu
adalah satu!

Catatan:
Ada satu ayat Kitab Suci / Perjanjian Baru yang berbicara tentang kesatuan dari tiga pribadi
Allah itu, yaitu 1Yoh 5:7-8 yang berbunyi: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam
sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi
kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu”.
Tetapi perlu diketahui bahwa ayat ini, pada bagian yang ada dalam tanda kurung, sangat
diragukan keasliannya dan dianggap sebagai suatu penambahan pada text asli Kitab Suci.
Persoalannya, ada banyak manuscript yang tidak mempunyai bagian ini. Dan manuscript-
manuscript yang mempunyai bagian ini hanyalah manuscript-manuscript yang kurang bisa
dipercaya. Karena itu, dalam beberapa Kitab Suci Bahasa Inggris, seperti NIV dan NASB,
bagian ini bahkan dihapuskan dari text Kitab Suci dan hanya diletakkan pada footnote (=
catatan kaki).
Dalam berdebat / berdiskusi dengan para Saksi Yehuwa tentang Allah Tritunggal, jangan
menggunakan bagian ini sebagai dasar dari Allah Tritunggal, karena:
1. Boleh dikatakan semua Saksi Yehuwa, yang terkenal ‘ahli’ dalam hal menyerang doktrin
Allah Tritunggal, mengetahui bahwa ayat itu sangat diragukan keasliannya. Jadi kalau
saudara menggunakan ayat itu, itu bisa justru menjadi bumerang bagi saudara!
2. Tidak fair bagi kita untuk menggunakan ayat yang kita tahu ketidak-orisinilannya.
3. Dalam perang melawan setan, Firman Tuhan adalah senjata (pedang Roh) bagi kita
(Ef 6:17). Kalau bagian ini sebetulnya tidak termasuk dalam Kitab Suci, maka itu berarti
bahwa bagian itu juga bukan merupakan Firman Tuhan, dan karenanya tidak cocok
untuk kita gunakan sebagai senjata.
4. Ada banyak dasar Kitab Suci yang lain yang mendukung doktrin Allah Tritunggal dengan
cukup kuat.

3) Keilahian Yesus dan Roh Kudus.

Bukti-bukti keilahian Yesus:

a) Kitab Suci secara explicit mengatakan demikian (Yes 9:5 Yoh 1:1 Roma 9:5 Fil 2:5b-7
Titus 2:13 Ibr 1:8 2Pet 1:1 1Yoh 5:20).
Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah ini:

1. Yoh 1:1.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) disini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini
terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’
dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
Tetapi para Saksi Yehuwa mengatakan bahwa kata ‘God / Allah’ yang ditujukan
kepada Yesus dalam Yoh 1:1 ini tidak mempunyai definite article / kata sandang
(bahasa Inggris: ‘the’) dan karena itu harus diartikan bahwa Yesus adalah ‘allah
kecil’ yang lebih rendah dari YEHOVAH, yang adalah Allah yang sesungguhnya.
Terhadap penafsiran Saksi Yehuwa ini perlu kita tunjukkan bahwa dalam Tit 2:13
dan Ibr 1:8 kata ‘Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam bahasa Yunaninya
menggunakan definite article / kata sandang.

2. Tit 2:13 (NIV): ‘while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great
God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia -
penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus).
Jadi terlihat dengan jelas bahwa disini Yesus Kristus disebut dengan sebutan ‘our
great God and Savior’ (= Allah kita yang besar dan Juruselamat kita).

3. Fil 2:6-7 berbunyi sebagai berikut: “... Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa
Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.
Sebetulnya istilah ‘dalam rupa Allah’ dan ‘kesetaraan dengan Allah’ sudah secara
jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi disini akan dijelaskan hal-hal
lain sehingga ayat ini menjadi dasar yang lebih kuat lagi bagi keilahian Kristus.

 Kata-kata ‘walaupun dalam rupa Allah’ dalam Fil 2:6 diterjemahkan ‘being in the
form of God’ oleh KJV.
Kata ‘being’ itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini
menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tak
bisa berubah (‘It describes that which a man is in his very essence and which
cannot be changed’).
Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh bentuk present participle dari kata
HUPARCHON tersebut. Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan bentuk-
bentuk aorist (= past / lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk
pada ‘continuance of being’ (= keberadaan yang terus-menerus).
Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu ‘being in the form of God’, maka itu
berarti bahwa Yesus adalah Allah dan ini tak bisa berubah.
Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah (Mal 3:6 Maz 102:26-28
Yak 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan Ia tidak sempurna!

 Juga kalau ay 7 yang mengatakan ‘mengambil rupa seorang hamba’ diartikan
bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsekwensinya, ay 6 yang
mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam rupa Allah’ haruslah diartikan bahwa
Yesus betul-betul adalah Allah.
 Disamping itu kata ‘rupa’ dalam ay 6 itu (KJV: form) dalam bahasa Yunaninya
adalah MORPHE, dan seorang penafsir mengatakan bahwa kata MORPHE ini
adalah “not a mere external resemblance, but a deep, real, inner conformity” (=
bukan semata-mata suatu kemiripan lahiriah / luar, tetapi suatu persesuaian /
kecocokan di dalam yang mendalam dan sungguh-sungguh).

4.  2Pet 1:1 (NASB): “... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ” (= oleh
kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

b) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk Yesus (Yes 9:5 Yer 23:5-6 Yer 33:14-
16 Mat 1:23 2Tim 1:10 Ibr 1:8,10).

1. Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan
untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan
orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.
Yes 9:5 ini jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia
disebut sebagai ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
Tetapi Saksi Yehuwa menyerang ayat ini dengan berkata bahwa Kristus hanya
disebut ‘Allah yang perkasa’, sedangkan YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai
‘Allah yang mahakuasa’ (Ibrani: EL SHADDAI) seperti dalam Kel 17:1.
Untuk menjawab serangan ini kita bisa melihat Yes 10:21 yang menyebut Allah /
YAHWEH / YEHOVAH dengan sebutan ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).

2. Yer 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN,
bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai
raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam
zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan
inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN - keadilan kita”.
Yer 23:5-6 (dan juga Yer 33:14-16) juga jelas merupakan nubuat tentang Kristus,
dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata
‘TUHAN’ tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH. Ini
adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam menghadapi Saksi Yehuwa karena
dalam ayat-ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci kata Ibrani ‘ADONAY’ (= Tuhan / Lord) bisa
digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian
juga dengan kata Ibrani ‘EL / ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau kata Yunani THEOS,
bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya:
Kel 4:16 Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim-hakim 16:23-24 1Raja-raja 18:27
Maz 82:1,6 Kis 28:6). Tetapi sebutan YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD)
tidak pernah digunakan untuk siapapun / apapun selain Allah! Karena itu, kalau
Yesus disebut dengan istilah YAHWEH / YEHOVAH, itu pasti menunjukkan bahwa
Yesus adalah Allah sendiri.

3. Mat 1:23 - “‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang
anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah
menyertai kita”.
Dalam Mat 1:23 Yesus disebut dengan istilah IMMANUEL, yang artinya adalah ‘God
with us’ (= Allah dengan kita).

4. Dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’ dan ‘Penebus / Penolong’ ditujukan


kepada Allah (Yes 43:3,11 Yes 45:15 Yer 14:8 Hos 13:4), tetapi dalam Perjanjian
Baru, sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Tit 1:4 Tit 2:13 Tit 3:6
2Pet 1:11 2Pet 2:20 2Pet 3:18).

5. Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak dengan sebutan ‘Allah’ dan ‘Tuhan’.
Ibr 1:8-10 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap
untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.
(9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu
telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-
teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar
bumi, dan langit adalah buatan tanganMu”.

c) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi seperti:

1. Kekal (Mikha 5:1b Yoh 1:1 Yoh 8:58 Yoh 10:10 Yoh 17:5 Ibr 1:11-12 Wah


1:8,17-18 Wah 22:13).

a. Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-
kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah
Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”.
Mikha 5:1b, yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, mengatakan
‘yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala’.

b. Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah”.
Yoh 1:1 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu sudah ada ‘pada mulanya’.

c. Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’”.
KJV: ‘Before Abraham was, I am’.
Yoh 8:58 mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal
Abraham hidup lebih dari 2000 tahun sebelum Kristus lahir.

d. Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan


membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Yoh 10:10, dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengatakan bahwa Yesus
‘datang’. Ini menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan ‘dilahirkan’
tetapi ‘datang’, karena ‘datang’ menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat
itu.

e. Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan
kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”.
Yoh 17:5 mengatakan bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah
sebelum dunia ada.

 Ibr 1:11-12 - “(11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan
semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau
gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau
tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.’”.
Perhatikan kata-kata ‘semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi
Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan’.
Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena
Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibr 1:8-9 (dihubungkan oleh kata ‘dan’
pada awal Ibr 1:10), dan Ibr 1:8 berkata ‘tentang Anak’.

 Wah 1:8 dan Wah 22:13 menyebut Yesus sebagai Alfa dan Omega (huruf
pertama dan terakhir dalam abjad Yunani), dan Wah 1:17 dan Wah 22:13
mengatakan bahwa Ia adalah ‘Yang Awal dan Yang Akhir’, dan Wah 22:13 juga
mengatakan bahwa Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang terkemudian’, dan
semua ini jelas menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai
selama-lamanya. Lalu Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia hidup sampai selama-
lamanya.
Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang
sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Wah 1:18 - “dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai
selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”.
Wah 22:13 - “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian,
Yang Awal dan Yang Akhir.’”.
2. Suci / tak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).

3. Mahakuasa.
Mujijat-mujijat yang Ia lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan
orang sakit, memberi makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan,
menenangkan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir
setan, dsb, menunjukkan kemahakuasaannya.
Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga melakukan banyak mujijat, tetapi
ada beberapa perbedaan:
a. Tak ada nabi / rasul yang bisa melakukan mujijat sesuai kehendaknya sendiri,
tetapi Kristus bisa (Yoh 5:21).
b. Nabi melakukan mujijat bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa
Allah, sedangkan rasul juga demikian karena mereka melakukan mujijat dengan
menggunakan nama Yesus. Tetapi Yesus melakukan mujijat dengan kuasaNya
sendiri (bdk. Yoh 10:18), dan Ia tidak pernah menggunakan nama orang lain
untuk melakukan mujijat.
c. Tidak ada seorangpun pernah melakukan mujijat sebanyak / sehebat yang
Yesus lakukan (Yoh 15:24).

4. Mahatahu (Mat 9:4 Mat 12:25 Yoh 2:24-25 Yoh 6:64).

5. Mahaada.
a. Ini terlihat dari Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu
pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan
bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita
(Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu
masih ada di pangkuan Bapa. Ini dinyatakan oleh bentuk present tense.
Yoh 1:18 (NIV): “... but God the only Son, who is at the Father’s side ...”.
b. Kemahaadaan Yesus juga jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam
Mat 18:20 dan Mat 28:20b. Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak
mahaada, maka Ia pasti adalah seorang pendusta!

6. Tidak berubah (Ibr 13:8).

d) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:

1. Penciptaan (Yoh 1:3,10 Kol 1:16 Ibr 1:2,10).

2. Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).

3. Penghancuran segala sesuatu (Ibr 1:10-12).

4. Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).

5. Penghakiman pada akhir jaman (Mat 25:31-32 Yoh 5:22,27).


Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga
adalah Allah sendiri. Mengapa?
a. Jumlah manusia yang pernah hidup dalam dunia ini sejak dari jaman Adam dan
Hawa sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah begitu banyak.
Kalau Kristus bukanlah Allah sendiri, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu
banyak manusia itu dengan adil?
b. Karena ada begitu banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menjatuhkan hukuman kepada orang-orang berdosa (ingat bahwa neraka
bukanlah semacam ‘masyarakat komunis’ dimana hukuman semua orang sama),
seperti:
 banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosanya sedikit
tentu tak bisa disamakan hukumannya dengan orang yang dosanya banyak.
 tingkat dosanya.
Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hukumannya (bdk.
Kel 21:12 dan Kel 22:1).
 tingkat pengetahuannya.
Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki seseorang, makin
berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Luk 12:47-48).
 kesengajaannya.
Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu juga berbeda hukumannya (Kel 21:12-
14).
 pengaruh dosa yang ditimbulkan.
Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat
dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada
kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya juga
lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan
bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih berat
(Mark 12:40b Luk 20:47b).
 apa yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.
Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu
lebih berat dosanya dari pada orang yang mencuri karena membutuhkan
uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati. Hal ini bisa terlihat dari
ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa
tanpa sebab / alasan, seperti dalam Maz 35:19 Maz 69:5 Maz 119:78,86.
Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai /
mencari dosa, seperti Maz 4:3.

c. Demikian juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar,
pasti ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti:
 banyaknya perbuatan baik yang dilakukan.
 jenis perbuatan baik yang dilakukan.
 besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik. Yesus
berkata bahwa janda yang memberi 2 peser memberi lebih banyak dari
semua orang kaya yang memberi persembahan besar, karena janda itu
memberikan seluruh nafkahnya (Luk 21:1-4).
 motivasinya dalam melakukan perbuatan baik itu, dsb.

Untuk bisa melakukan semua ini dengan benar, maka Hakim itu haruslah seseorang
yang maha tahu, maha bijaksana dan maha adil, dan karena itu Ia harus adalah
Allah sendiri!
Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa
Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa
Yesus adalah Allah sendiri!

e) Kitab Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:


1. Penghormatan (Yoh 5:23).
2. Kepercayaan (Yoh 14:1).
3. Pengharapan (1Kor 15:19).
4. Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tritunggal (Mat 28:19
2Kor 13:13).

f) KesatuanNya dengan Bapa seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat seperti Yoh 10:30
dan Yoh 14:7-11, jelas menunjukkan keilahian Yesus.

g) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23 Yoh 10:30 Yoh
14:7-10 Yoh 15:23 Mat 26:63-64).

Catatan: pengakuan sebagai Anak Allah, tidak perlu dibedakan dengan pengakuan
sebagai Allah. Untuk itu lihat Yoh 5:18 yang berbunyi: “Sebab itu orang-orang Yahudi
lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat,
tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan
demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak /
belum berarti bahwa ia memang betul-betul adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah
seorang pendusta. Tetapi Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah /
Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati demi pengakuan tersebut!

Ada seorang penulis buku yang menggunakan hal ini untuk membuktikan keilahian
Yesus dengan cara sebagai berikut:

Yesus = Allah / Anak Allah

Tidak benar Benar

Tahu Tidak tahu

Pendusta Orang gila Allah / Anak Allah


Orang tolol

Keterangan:
Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan Ia mau mati untuk pengakuan itu. Ada 2
kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu: TIDAK BENAR atau BENAR. Kalau
pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa
pengakuanNya tidak benar, atau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak
benar. Kalau Yesus TAHU bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah
seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL (karena Ia mau mati untuk suatu dusta).
Kalau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar, maka Ia pasti adalah
ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak mengerti apa yang Ia sendiri
katakan.
Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK
ALLAH.

Jadi sekarang, hanya ada beberapa pilihan untuk saudara:


1. Yesus adalah pendusta / orang tolol.
2. Yesus adalah orang gila.
3. Yesus betul-betul adalah Allah / Anak Allah.
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?

C.S. Lewis berkata: “A man who was merely a man and said the sort of things Jesus said
wouldn’t be a great moral teacher. He’d either be a lunatic ... or else he’d be the Devil of Hell.
You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of God, or else a madman or
something worse” (= seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan
mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang guru moral yang
agung. Atau ia adalah seorang gila ... atau ia adalah Iblis dari Neraka. Kamu harus
menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik dulu maupun sekarang, atau ia
adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).

h) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada
Yesus (Mat 8:28-32).

i) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.


Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus menyembah Anak /
Yesus.
Ibr 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua
malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.
Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan / Allah (Mat 14:33 Mat 28:9,17
Yoh 9:38 Yoh 20:28), padahal Yesus sendiri berkata bahwa kita hanya boleh
menyembah Allah (Mat 4:10).

Perhatikan juga bahwa:


1. Rasul-rasul menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18).
2. Malaikatpun menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah
(Wah 19:10 Wah 22:8-9).
3. Herodes dihukum mati oleh Tuhan karena menerima penghormatan ilahi (Kis 12:20-
23).
Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan /
Allah bagi diriNya, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar /
nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?

Bukti-bukti keilahian Roh Kudus:

a) Kitab Suci menggunakan sebutan Roh Kudus dan Allah / Tuhan (ADONAI) / TUHAN
(Yahweh) secara interchangeable (= bisa dibolak-balik).

Contoh:

1. Bandingkan Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27:

Yes 6:8-10 - “(8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan
Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah
aku!’. (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini:
Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh,
tetapi mengerti: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya
berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka
melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan
hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh’”.

Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di
antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah
firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan
nabi Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar
dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak
menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar,
dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan
mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga
Aku menyembuhkan mereka’”.

Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa
apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:25-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi
dalam Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah ‘suara Tuhan’ kepada nabi Yesaya,
sedangkan dalam Kis 28:25-27 itu Paulus berkata bahwa ‘firman itu disampaikan
oleh Roh Kudus’ dengan perantaraan nabi Yesaya. Ini menunjukkan bahwa Roh
Kudus adalah Tuhan sendiri!

2. Bandingkan Ibr 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7:

Ibr 3:7-11 - “(7) Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika
kamu mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman
pada waktu pencobaan di padang gurun, (9) di mana nenek moyangmu mencobai Aku
dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat
puluh tahun lamanya. (10) Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan
berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, (11) sehingga
Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu’”.
Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11 ini merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-
kata ‘mencobai Aku’ berarti ‘mencobai Roh Kudus’.

Kalau sekarang kita melihat dalam Maz 95:7b-11, yang hampir-hampir identik


dengan Ibr 3:7-11 tadi, maka bisa kita dapatkan dari Maz 95:8 bahwa itu adalah
peristiwa yang terjadi di Masa dan Meriba.

Maz 95:7b-11 - “(7b) Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suaraNya! (8)
Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang
gurun, (9) pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka
melihat perbuatanKu. (10) Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka
kataKu: ‘Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal
jalanKu.’ (11) Sebab itu Aku bersumpah dalam murkaKu: ‘Mereka takkan masuk ke
tempat perhentianKu.’”.

Dan peristiwa Masa dan Meriba itu diceritakan dalam Kel 17:1-7. Sekarang
perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi:
“Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar
dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ‘Adakah
TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’”.

Jadi disini dipakai istilah ‘mencobai TUHAN (YAHWEH)’, padahal tadi dalam Ibr 3:7-
11 dikatakan bahwa mereka ‘mencobai Roh Kudus’. Ini menunjukkan bahwa Roh
Kudus itu adalah TUHAN (YAHWEH)!

3. Bandingkan Ibr 10:15-17 dengan Yer 31:33-34.

Ibr 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada
kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan
mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam
hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi
mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.

Yer 31:33-34 - “(33) Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel
sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam
batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah
mereka dan mereka akan menjadi umatKu. (34) Dan tidak usah lagi orang mengajar
sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab
mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab
Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka”.

Jelas terlihat bahwa Ibr 10:16-17 merupakan kutipan sebagian (tidak seluruhnya)


dari Yer 31:33,34. Tetapi dalam Yer 31 dikatakan bahwa kata-kata itu diucapkan
oleh TUHAN / Yahweh (perhatikan kata-kata ‘firman TUHAN’ dalam Yer
31:31,32c,34b). Sedangkan dalam Ibr 10:15-17 dikatakan bahwa itu merupakan
‘kesaksian / firman Roh Kudus’ (Ibr 10:15b,16b).
Disamping itu, dalam Yer 31 itu, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh Taurat
dalam batin umatNya, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa umatNya,
adalah TUHAN / Yahweh sendiri. Sedangkan dalam Ibr 10:15-17, yang mengadakan
perjanjian, yang menaruh hukum dalam hati, dan yang mengampuni / tidak
mengingat dosa, adalah Roh Kudus.
Juga perlu diperhatikan bahwa Roh Kudus dikatakan ‘tidak mengingat dosa’. Ini
menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN / Yahweh sendiri!

4. Sekarang mari kita melihat pada Kis 5:3-4,9a yang berbunyi sebagai berikut:
“(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau
mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (4)
Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual,
bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan
perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai
Allah. ... (9a) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh
Tuhan?’”.

Perhatikan bahwa kalau dalam Kis 5:3 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai
Roh Kudus’, maka dalam Kis 5:4 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Allah’.
Lalu dalam Kis 5:9 Petrus berkata bahwa mereka ‘mencobai Roh Tuhan’. Ini lagi-lagi
menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Allah!

5. 1Kor 3:16 - “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh
Allah diam di dalam kamu?”.
1Kor 6:19 - “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang
diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu
bukan milik kamu sendiri?”.
Dalam 1Kor 3:16 Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’ (= rumah
Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan dengan kata-kata ‘dan bahwa Roh Allah diam
di dalam kamu’. Kalau memang tubuh kita adalah bait / rumah Allah, maka itu
seharusnya berarti bahwa Allahlah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus
mengatakan Roh Allah (= Roh Kudus) yang tinggal di dalam kita.
Dan kalau kita melihat dalam 1Kor 6:19 maka di sana Paulus berkata bahwa tubuh
kita adalah ‘bait Roh Kudus’.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah Allah!

6. Yes 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk
kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk
mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan,
atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak
dengan pengertian?”.
Dengan cara yang sama, kalau kita membandingkan Yes 40:13 dengan Yes 40:14
maka bisa kita simpulkan bahwa ‘Roh TUHAN’ dalam Yes 40:13 itu adalah ‘TUHAN’
dalam Yes 40:14.

b) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai sifat-sifat Allah seperti:
1. Kekal (Ibr 9:14).
2. Mahaada (Maz 139:7-10).
3. Mahatahu (1Kor 2:10-11 Yes 40:13).
1Kor 2:10-11 yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu tahu apa yang ada dalam diri
Allah, jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus itu mahatahu!
4. Mahakuasa (Mat 12:28).
5. Suci.
Ini terlihat dari sebutan ‘kudus’, dan juga terlihat dari Ef 4:30 yang menunjukkan
bahwa dosa kita mendukakan Roh Kudus.

c) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi
seperti:
1. Penciptaan (Kej 1:2 Ayub 33:4).
2. Melahirbarukan (Yoh 3:5-6 Tit 3:5).
3. Membangkitkan Yesus (Ro 8:11).

d) Nama Roh Kudus ditempatkan dalam posisi yang sejajar dengan nama Bapa dan Anak,
seperti dalam Mat 28:19 dan 2Kor 13:13.
Perlu saudara ingat bahwa dalam Mat 28:19 nama Bapa, Anak dan Roh Kudus
disejajarkan bukan dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam formula baptisan. Adalah
aneh, bahkan tidak masuk akal, kalau Yesus memerintahkan supaya seseorang dibaptis
dalam nama Bapa (yang adalah Allah), Anak (yang juga adalah Allah), dan Roh Kudus
(yang bukan Allah, bahkan bukan pribadi).
Demikian juga dalam 2Kor 13:13 Paulus menyejajarkan Yesus, Allah (Bapa) dan Roh
Kudus, bukan dalam peristiwa sembarangan, tetapi pada saat ia memberi berkat kepada
gereja Korintus.
Karena itu bisa disimpulkan bahwa dalam 2 ayat tersebut, penyejajaran Bapa, Anak dan
Roh Kudus menunjukkan bahwa 3 pribadi itu setingkat! Dan ini membuktikan bahwa
Roh Kudus adalah Allah sendiri!

Bahwa Yesus dan Roh Kudus juga adalah Allah, sebagaimana Bapa adalah Allah, jelas
menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah.

Kesimpulan:
Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah dan juga ada ayat-ayat yang
menunjukkan ‘kejamakan Allah’. Inilah yang menyebabkan munculnya doktrin Allah Tritunggal,
yang merupakan satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan kedua grup ayat tersebut.
Sekarang, bagi kita hanya ada 2 pilihan:
a) Menerima doktrin Allah Tritunggal yang mengharmoniskan kedua golongan ayat tersebut.
b) Menolak doktrin Allah Tritunggal, dan ini berarti kita harus menghadapi kontradiksi yang tidak
mungkin bisa diharmoniskan dalam Kitab Suci!
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?

D) Ketiga pribadi ditinjau secara terpisah.


1) Allah Bapa sebagai oknum pertama.

a) Sebutan Bapa tidak selalu mempunyai arti yang sama:


 Kadang-kadang ditujukan kepada Allah dalam hubunganNya dengan Israel (Ul 32:6
Yes 63:16 64:8 Yer 3:4 Mal 1:6 2:10).
 Dalam Perjanjian Baru, sebutan ‘Bapa’ itu biasanya ditujukan kepada Allah sebagai
Bapa dari orang-orang percaya (Mat 5:45 6:6-15 Ro 8:16 1Yoh 3:1).
 Kadang-kadang, sebutan ‘Bapa’ itu ditujukan kepada Pribadi pertama dalam
hubungannya dengan pribadi ke dua (Yoh 1:14,18 5:17-26 8:54 14:12,13).

b) Allah Bapa mempunyai sifat pribadi (personal / distinctive property):


 Secara negatif: Ia tidak dilahirkan.
 Secara positif: generation dari Anak dan spiration dari Roh Kudus. Spiration memang
juga adalah pekerjaan Anak, tetapi pada diri Anak, spiration tidak dikombinasikan
dengan generation.

2) Allah Anak sebagai oknum ke dua.

a) Sebutan ‘Anak’ juga mempunyai beberapa arti:


 Secara metaphysical (metaphysical = having the nature of; of the nature of being or
essential reality). Jadi, sebutan Anak Allah untuk Yesus menunjukkan bahwa Ia
mempunyai hakekat yang sama dengan Bapa / Allah (Yoh 5:18 10:33 19:7).
Ini menunjukkan bahwa sebutan itu bukan hanya merupakan ‘gelar kehormatan’. Juga
berarti bahwa Ia bukan hanya menjadi Anak Allah sesudah inkarnasi, tetapi bahwa Ia
sudahlah menjadi Anak Allah sebelum inkarnasi. Juga sebutan ini membedakan antara
sebutan Anak Allah bagi Yesus dan sebutan anak Allah bagi kita yang percaya (bdk.
Yoh 20:17).
 Menunjukkan Yesus sebagai Mesias (Mat 26:63,64 Yoh 11:27).
 Menunjukkan bahwa Yesus dilahirkan sebagai manusia (Luk 1:32,35).

b) Kepribadian Anak:

 Cara Alkitab menggambarkan Allah Bapa dan Allah Anak dan hubungan antara mereka
berdua menunjukkan bahwa baik Allah Bapa maupun Allah Anak adalah makhluk-
makhluk yang berpribadi.

 Alkitab menggambarkan Logos / Firman sebagai seseorang yang berpribadi (Yoh 1:1-14
1Yoh 1:1-3)
 Yesus digambarkan sebagai ‘gambaran / gambar Allah’ atau ‘gambar wujud Allah’
(2Kor 4:4 Kol 1:5 Ibr 1:3). Kitab Suci jelas menunjukkan Allah sebagai mahluk yang
berpribadi, sehingga kalau Anak Allah adalah gambar Allah, maka Ia pasti merupakan
makhluk yang berpribadi.

c) “The eternal generation of the Son”:


 Definisi dari doktrin ini:
 Hal ini adalah suatu tindakan yang tidak bisa tak dilakukan oleh Allah (It is a
necessary act of God).

 Ini merupakan tindakan kekal dari Allah.


Dengan kata lain, hal ini bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh Allah Bapa di masa
yang lalu, tetapi merupakan tindakan yang dilakukan secara terus-menerus.
Herman Bavinck: “It is not to be regarded as having been completed once for all in the
past, but it is an act eternal and immutable, eternally finished yet continuing forevermore.
As it is natural for the sun to give light and for the fountain to pour forth water, so it is
natural for the father to generate the Son” (= Hal itu tidak boleh dianggap sebagai
sesuatu yang telah diselesaikan sekali dan selamanya pada waktu lampau, tetapi
merupakan suatu tindakan yang kekal dan abadi, diselesaikan secara kekal tetapi
berlangsung selama-lamanya. Sebagaimana adalah alamiah bagi matahari untuk
memberikan sinar dan bagi mata air untuk mengeluarkan air, begitu pula adalah
alamiah bagi Bapa untuk memperanakkan Anak) -’The Doctrine of God’, hal 309.

Illustrasi / analogi yang dipakai oleh Bavinck di sini adalah sangat penting. ‘Bapa
memperanakkan Anak’ merupakan suatu tindakan yang sudah selesai, tetapi terus
berlangsung secara kekal. Analoginya adalah matahari yang memancarkan
sinarnya. Matahari itu sudah selesai memancarkan sinarnya, tetapi hal itu tetap
berlangsung terus menerus. Dengan analogi ini terlihat bahwa sama seperti kita
tidak bisa mengatakan bahwa matahari itu ada lebih dulu dari sinarnya (ingat bahwa
matahari tanpa sinar tidak bisa disebut sebagai matahari!), maka kitapun tidak bisa
mengatakan bahwa Bapa itu lebih kekal dari pada Anak.

William G. T. Shedd mengutip kata-kata Turrettin: “‘The Father,’ says Turrettin, ‘does
not generate the Son either as previously existing, for in this case there would be no need
of generation; nor as not yet existing, for in this case the Son would not be eternal; but as
coexisting, because he is from eternity in the Godhead’” (= ‘Bapa’, kata Turretin, ‘tidak
memperanakkan Anak seakan-akan Anak itu sudah ada sebelumnya, karena kalau
begitu maka tidak diperlukan tindakan memperanakkan itu; juga tidak seakan-akan
Anak itu belum ada, karena kalau begitu maka Anak itu tidak kekal; tetapi sebagai ada
bersama-sama, karena Ia ada dalam diri Allah sejak kekekalan’) - ‘Shedd’s Dogmatic
Theology’, vol I, hal 293-294.

Dari penjelasan-penjelasan ini terlihat bahwa sekalipun Yesus memang betul-betul


diperanakkan oleh Bapa, Ia tetap sama kekalnya dengan Bapa. Jadi doktrin ini
memang disusun sedemikian rupa sehingga melindungi kekekalan Anak, dan
dengan demikian juga melindungi keilahian Anak.

 Hal ini merupakan kelahiran / generation dari pribadi, bukan hakekat Anak Allah.
Louis Berkhof: “It is better to say that the Father generates the personal subsistence of the
Son, but thereby also communicates to Him the divine essence in its entirety. But in doing
this we should guard against the idea that the Father first generated a second person, and
then communicated the divine essence to this person, for that would lead to the conclusion
that the Son was not generated out of the divine essence but created out of nothing. In the
work of generation there was a communication of essence; it was one indivisible act” (=
Lebih baik untuk mengatakan bahwa Bapa memperanakkan keberadaan pribadi dari
Anak, tetapi dengan demikian juga memberikan kepadaNya seluruh hakekat ilahi.
Tetapi dalam melakukan ini kita harus waspada terhadap gagasan bahwa Bapa mula-
mula memperanakkan pribadi yang kedua, dan lalu memberikan hakekat ilahi kepada
pribadi ini, karena itu akan membawa pada kesimpulan bahwa Anak bukan
diperanakkan dari hakekat ilahi tetapi diciptakan dari ‘tidak ada’. Dalam pekerjaan
memperanakkan ada pemberian hakekat; itu adalah satu tindakan yang tidak
terpisahkan) - ‘Systematic Theology’, hal 93,94.

‘Communication of essence’ ini menyebabkan Anak mempunyai hidup dari diriNya


sendiri (Yoh 5:26).

Catatan: kata bahasa Inggris ‘communication’ berasal dari kata bahasa Latin
‘Communicatio’. Dalam bahasa Yunani istilah Communicatio ini diterjemahkan
dengan istilah KOINONIA.
Dan kata Yunani KOINONIA bisa berarti:
1. fellowship (= persekutuan).
1. a close mutual relationship (= hubungan timbal balik yang dekat).
2. participation (= partisipasi).
3. sharing in (= sama-sama menikmati / memiliki).
4. partnership (= persekutuan).
5. contribution (= sumbangan).
6. gift (= pemberian).
Dalam kontext ini kelihatannya yang harus ditekankan adalah arti ke 4 dan ke 7.
Jadi, kalau dikatakan bahwa Bapa melakukan ‘communication of essence’ kepada
Anak, maka itu berarti Bapa memberikan essence / hakekat kepada Anak, atau
Bapa dan Anak sama-sama memiliki essence / hakekat itu.

 Hal ini bersifat rohani dan illahi.


Louis Berkhoff: “This generation must not be conceived in a physical and creaturely way,
but should be regarded as spiritual and divine, excluding all idea of division or change” (=
Tindakan memperanakkan ini tidak boleh dipahami / dibayangkan secara fisik dan
bersifat ciptaan, tetapi harus dianggap sebagai rohani dan ilahi, membuang semua
gagasan tentang perpecahan atau perubahan) - ‘Systematic Theology’, hal 94.

Catatan: keempat definisi di atas ini kelihatannya diberikan begitu saja tanpa dasar Kitab
Suci, tetapi saya berpendapat bahwa dasarnya sebe-tulnya ada. Dalam menyusun
definisi-definisi itu, para ahli theologia mem-perhatikan beberapa hal (yang jelas
merupakan ajaran Kitab Suci) yang tidak boleh dilanggar, yaitu:
 Anak adalah Allah, dan harus bersifat kekal, dan bahkan sama kekal-nya dengan
Bapa.
 Allah tidak bisa berubah.

 Dasar Kitab Suci dari “Eternal generation of the Son”:


 Sebutan ‘Bapa’ dan ‘Anak’ menunjukkan bahwa Bapa memperanakkan Anak.
 Sebutan ‘Anak Tunggal / the only begotten’ bagi Anak Allah (Yoh 1:14,18 3:16,18 I
Yoh 4:9).
 Sebutan ‘firstborn / sulung’ bagi Anak Allah (Kol 1:15 Ibr 1:6).
 Kitab Suci berkata bahwa Allah Bapa ‘memberikan’ Allah Anak untuk mempunyai
hidup dalam diriNya sendiri (Yoh 5:26 bdk. Yoh 6:57).

 Pandangan yang menentang doktrin ini:


Loraine Boettner berkata bahwa ayat-ayat seperti Yoh 5:26 Ibr 1:3 Yoh 3:16, tidak
mengajarkan doktrin ini. Tujuan utama dari ayat itu dan dari ayat-ayat lain yang serupa
adalah mengajarkan bahwa :
 Kristus berhubungan secara intim dengan Bapa.
 Anak sama dengan Bapa dalam kuasa, kemuliaan dan ‘nature’.
 Anak adalah Allah sepenuhnya.
Boettner juga berkata bahwa rupa-rupanya pandangannya juga merupakan pandangan
John Calvin, karena pada bagian terakhir dari pasalnya tentang Tritunggal, Calvin
berkata: “But Studying the edification of the church, I have thought it better not to touch
upon many things, which unnecessarily burdensome to the reader, without yielding him any
profit. For to what purpose is it to dispute whether the Father is always begetting? For it is
foolish to imagine a continual act of regeneration, since it is evident that three Persons have
subsisted in God from all eternity” (= Tetapi mempelajari pendidikan Gereja, saya berpikir
lebih baik tidak menyentuh banyak hal, yang secara tidak perlu memberatkan pembaca
tanpa memberikan keuntungan / manfaat apapun kepadanya. Karena apa tujuannya
memperdebatkan apakah Bapa itu terus memperanakkan? Karena adalah bodoh untuk
membayangkan suatu tindakan melahirkan yang terus menerus, karena adalah jelas bahwa
tiga Pribadi terus ada dalam Allah dari kekekalan) - Loraine Boettner, ‘Studies in
Theology’, hal 122 (ini dikutip oleh Loraine Boettner dari ‘Insitutes of the Christian
Religion’, Book I, Chapter XIII, No 29).

Tetapi dalam bagian sebelumnya Calvin berkata: “... and we must not seek in eternity a
before or an after, nevertheless the observance of an order is not meaningless or superfluous,
when the Father is thought of as first, then from him the Son, and finally from both the
Spirit. ... For this reason, the Son is said to come forth from the Father alone; the Spirit, from
the Father and the Son at the same time” (= ... dan kita tidak boleh mencari sebelum atau
sesudah dalam kekekalan, meskipun demikian pengamatan tentang suatu urut-urutan
bukanlah tanpa arti ataupun berlebihan, ketika Bapa dianggap sebagai yang pertama, lalu
dari Dia Anak, dan akhirnya dari keduanya Roh. ... Karena itu, Anak dikatakan muncul /
lahir dari Bapa saja; Roh, dari Bapa dan Anak pada saat yang sama) - ‘Insitutes of the
Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 18.

3) Allah Roh Kudus sebagai oknum ketiga.

a) Nama Roh Kudus.

 Kata ‘RUACH’ (bahasa Ibrani) dan ‘PNEUMA’ (bahasa Yunani) diturunkan dari akar kata
yang berarti ‘to breathe’ (= bernafas). Karena itu kata RUACH / PNEUMA bisa diartikan
sebagai ‘nafas’ (Kej 2:7 Kej 6:17 Yeh 37:5,6) atau ‘angin’ (Kej 8:1 1Raja-raja 19:11
Yoh 3:8).

 Perjanjian Lama biasanya menyebut oknum ketiga dengan sebutan Roh Allah atau Roh
Tuhan dan hanya menggunakan istilah Roh Kudus dalam Maz 51:13 & Yes 63:10,11.

 Dalam Perjanjian Baru, sebutan Roh Kudus menjadi lebih umum untuk menunjukkan
oknum ketiga ini. Suatu fakta yang menyolok bahwa sekalipun dalam Perjanjian Lama
Allah sering disebut dengan sebutan ‘Yang Kudus Israel’ (Maz 71:22 Maz 89:19 Yes
10:20 Yes 41:14 Yes 43:3 Yes 48:17), dalam Perjanjian Baru kata ‘kudus’ jarang
ditujukan kepada Allah secara umum, tetapi sering digunakan / ditujukan kepada oknum
ketiga ini.

b) Kepribadian Roh Kudus.


Bukti-bukti kepribadian Roh Kudus:
 Sebutan ‘PARAKLETOS’ (= Penghibur) yang digunakan terhadap Roh Kudus
menunjukkan bahwa Ia berpribadi (Yoh 14:26 Yoh 15:26 Yoh 16:7).
 Roh Kudus memiliki ciri-ciri dari seorang pribadi, seperti mempunyai kecerdasan (Yoh
14:26 - Ia bisa mengajar), kehendak (1Kor 12:11) dan perasaan (Ef 4:30 Yes 63:10).
Disamping itu Roh Kudus menyelidiki, berbicara, bersaksi, menyuruh, menyatakan,
membangkitkan, dll (Kej 1:2 Kej 6:3 Luk 12:12 Yoh 14:26 Yoh 15:26 Yoh 16:8
Kis 8:29 Kis 13:2 Kis 15:28 Ro 8:11,16 1Kor 2:10-11). Semua hal-hal ini hanya bisa
dilakukan oleh ‘seorang yang berpribadi’, bukan oleh ‘sesuatu’.
 NamaNya disebutkan bersama-sama dengan Bapa dan Anak (Mat 28:19 2Kor 13:13
1Pet 1:1-2 Yudas 20,21).
 Kitab Suci membedakan antara Roh Kudus dan kuasaNya / kekuatanNya (Luk 1:35
Luk 4:14 Kis 10:38 Ro 15:13 1Kor 2:4).

c) “The Eternal Procession of the Holy Spirit”.


 Seperti Anak, Roh Kudus juga sehakekat dengan Bapa.
 Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak (The Holy Spirit proceeds from the Father and
the Son).
 Banyak hal-hal tentang “Eternal Generation” yang juga berlaku untuk “Eternal
Procession”.
 Perbedaan ‘Generation’ dengan ‘Spiration’.
 ‘Generation’ adalah pekerjaan Bapa saja, sedangkan ‘Spiration’ merupakan
pekerjaan Bapa dan Anak.
 Karena adanya ‘Generation’, maka Anak bisa ikut ambil bagian dalan ‘Spiration’.
 Secara logika, ‘Generation’ mendahului ‘Spiration’.
 Dasar Kitab Suci dari “the procession of the Holy Spirit from the Father and the Son”:
 Roh Kudus disebut sebagai Roh Allah (Ro 8:9) dan juga sebagai Roh Kristus / Roh
Anak (Ro 8:9 Gal 4:6). Kata ‘Roh’ bisa diartikan sebagai ‘nafas’ dan ini secara tidak
langsung menunjukkan bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.
 Yoh 15:26 & Yoh 14:26 mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan diutus
oleh Bapa.
 Yoh 15:26 dan 16:7 mengatakan bahwa Roh Kudus diutus oleh Anak.

d) Pandangan yang menentang doktrin “The Eternal Procession of the Holy Spirit”:
Loraine Boettner berkata sebagai berikut:
 Hanya ada 1 ayat dalam Kitab Suci yang bisa dipakai sebagai dasar doktrin ini, yaitu
Yoh 15:26.
 Ada ahli-ahli theologia yang berpendapat bahwa ayat ini mengajarkan doktrin ini, tetapi
ada pula yang berkata bahwa ayat itu semata-mata menunjukkan misi dari Roh Kudus
untuk datang ke dunia.
 Dalam Yoh 16:28, Tuhan Yesus menggunakan bentuk yang mirip dengan Yoh 15:26
(Yoh 16:28 - “Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan
dunia pula dan pergi kepada Bapa”). Yoh 16:28 jelas menunjukkan bahwa Tuhan Yesus
berbicara tentang misiNya untuk datang ke dunia, bukan tentang ‘Eternal Generation’,
karena dalam ayat itu Tuhan Yesus mengkontraskan antara ‘datang dari Bapa ke dalam
dunia’ dengan ‘meninggalkan dunia dan pergi kepada Bapa’. (Jadi maksudnya, kalau
Yoh 16:28 menunjuk pada misi Tuhan Yesus, bukan pada ‘Eternal Generation’, maka
Yoh 16:26 juga menunjuk pada misi Roh Kudus, bukan pada ‘Eternal Procession’).
 Yoh 15:26 diucapkan oleh Tuhan Yesus pada saat Ia sudah mendekati saat penyaliban.
Jadi rasanya tidak mungkin saat itu Tuhan Yesus mengajarkan hal-hal yang bersifat
filsafat dan begitu mendalam. Lebih cocok, kalau pada saat itu Tuhan Yesus mengajar
hal-hal yang bersifat praktis dan berguna untuk memenuhi kebutuhan murid-murid
(menghibur dan menguatkan mereka) pada saat Tuhan Yesus ditangkap, disalibkan dan
mati. Jadi ayat ini tidak boleh diartikan sebagai ‘Eternal Procession’, tetapi hanya
sebagai janji Tuhan Yesus bahwa Ia akan memberikan seorang Penolong yang lain
yang keluar dari Bapa.

Kesimpulan Loraine Boettner tentang ‘Eternal Generation’ dan ‘Eternal Procession’:


“We prefer to say, as previously stated, thet within the essential life of the Trinity no one person is
prior to, nor generated by, nor proceeds from, another” (= Kami lebih suka berkata, seperti telah
dinyatakan sebelumnya, bahwa di dalam kehidupan hakiki dari Tritunggal tidak seorangpun
yang mendahului, atau dilahirkan oleh, atau keluar dari, yang lain) - ‘Studies in Theology’, hal
123.

Pandangan William G. T. Shedd tentang orang yang menolak kedua doktrin ini: Ini adalah
sesuatu yang tidak konsisten. Nama-nama Bapa, Anak, dan Roh yang diberikan kepada
Allah dalam Kitab Suci, menimbulkan ide tentang paternity, filiation, spiration, dan proces-
sion.
Seseorang tidak bisa menyebut oknum I sebagai Bapa, dan menyangkal bahwa Ia
memperanakkan. Juga tidak bisa menyebut oknum ke II sebagai Anak, dan menyangkal
bahwa Ia diperanakkan. Juga tidak bisa menyebut oknum ke III sebagai Roh, dan
menyangkal bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.
Kalau seseorang percaya / menerima bahwa kata-kata Bapa, Anak, Roh itu menyampaikan
kebenaran yang mutlak, maka ia juga harus percaya / menerima kata-kata ‘beget’,
‘begottten’, ‘spirate’, ‘proceed’ juga menyampaikan suatu kebenaran yang mutlak (Shedd’s
Docmatic Theology, vol I, hal 292-293).

E) Ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.


1) Monarchianism.

a) Dynamic Monarchianism.
Mengajarkan bahwa Kristus hanyalah manusia biasa yang diberi kuasa illahi dan diangkat
ke posisi illahi. Jadi, Ia mengalami kemajuan dari manusia biasa menjadi ‘semacam Allah’.
Pandangan ini juga disebut Adoptionism. Tentang Roh Kudus mereka berpendapat bahwa
Ia hanyalah suatu pengaruh illahi.

b) Modalistic monarchianism (Sabellianism).


Mengajarkan bahwa di dalam diri Allah tidak ada perbedaan-perbedaan. Allah bukannya
mempunyai 3 pribadi yang berbeda, tetapi 3 perwujudan.
Dalam penciptaan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak,
dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus.
Mereka membuang kemanusiaan Tuhan Yesus dengan berkata bahwa di dalam Kristus,
Allah Bapa sendiri telah berinkarnasi sebagai Anak dan menderita. Karena itu pandangan
ini juga disebut Patripassianism.

2) Arianism.
Ajaran ini menyangkal keillahian Anak dan Roh Kudus. Anak adalah ciptaan yang pertama dari
Bapa, jadi Anak mempunyai awal, berbeda hakekat dengan Bapa dan lebih rendah tingkatnya
daripada Bapa (dalam hal hakekatnya!).
Roh Kudus adalah ciptaan yang pertama dari Anak dan lebih rendah tingkatnya daripada Anak.
Ini ajaran yang sekarang menjadi Saksi Yehuwa!

3) Tritheism.
Ajaran ini menekankan kejamakan / ketigaan Allah dengan mengorbankan kesatuanNya,
sehingga menimbulkan adanya 3 Allah.

-o0o-

Anda mungkin juga menyukai