Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

HERNIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter Bagian Bedah RSU Haji Medan

Oleh:
Hindi Juana Putri (2008320010)
Setia Apriani (2008320011)
Hirda Harfizi (2008320029)
Agung Pratama Siregar ( 2008320034)
Tresna Adi Prayoga (2008320035)

Pembimbing:
dr. Yusril Leman, Sp.B, FINACS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan refarat ini
guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Rumah Sakit Umum Haji
Medan.
Judul referat ini adalah mengenai “Hernia”. Tujuan penulisan referat ini agar
penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang diberikan selama menjalani
Kepaniteraan Klinik SMF Bedah di Rumah Sakit Umum Haji Medan dan
mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada dr. Yusril Leman, Sp.B, FINACS yang telah membimbing penulis
dalam refarat ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa refarat ini masih memiliki kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak yang
membaca referat ini. Harapan penulis semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membacanya.

Medan, 10 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................2

2.1 Anatomi ........................................................................................................................2

2.2 Embriologi ....................................................................................................................9

2.3 Defenisi .........................................................................................................................10

2.4 Klasifikasi .....................................................................................................................11

2.5 Epidemiologi ................................................................................................................13

2.6 Etiologi .........................................................................................................................14

2.7 Patofisiologi ..................................................................................................................15

2.8 Manifestasi Klinis .........................................................................................................20

2.9 Diagnosis ......................................................................................................................21

2.10 Diagnosis Banding ......................................................................................................25

2.11 Tatalaksana .................................................................................................................25

2.12 Komplikasi ..................................................................................................................31

BAB 3 PENUTUP .............................................................................................................32

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................33

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Sebagian besar hernia timbul
dalam regio inguinalis, sekitar 50% merupakan hernia inguinalis lateral (indirek) dan 25%
sebagai hernia inguinalis medialis (direk).1
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila
didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut,
hernia disebut hernia ireponibel.2
Setelah appendisitis, hernia inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak. 1 Lebih
dari 1 juta hernia abdominalis di Amerika Serikat menjalani perbaikan, diantaranya
terhadap hernia inguinalis sebanyak 770.000 kasus. Sebanyak 25 % laki-laki dan 2%
wanita mengalami hernia inguinalis, sekitar 75 % dari hernia inguinal merupakan hernia
inguinal lateralis dan 25% merupakan hernia inguinalis medialis. Pada anak-anak insiden
hernia inguinalis berkisar 4,4%. Insiden hernia inkarserata pada pasien pediatrik 10-20 %,
50% terjadi pada bayi kurang dari 6 bulan.3
Tingginya angka kejadian hernia serta penanganan yang memakan waktu yang
cukup lama, seorang dokter harus memiliki pengetahuan mengenai hernia mencakup faktor
resiko, manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
A. Anatomi Anterolateral Abdominal Wall4
Pada dinding anterolateral abdomen terdapat lima (pasang) otot. Terdiri atas tiga flat
muscles dan dua vertical muscles. Tiga flat muscle yaitu :
• External oblique/ Musculus obliquus externus abdominis.
Otot ini terdiri dari 2 lapisan yaitu superfisial dan profunda yang menjadi
aponeurosis obliqus externus. Aponeurosis otot obliqus externus, internus dan
transversus abdominis akan membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba. Serabut
ototnya melalui inferomedially otot seratus anterior. Batas inferior mengalami
penebalan yang berjalan dari spina iliaca anterior superior hingga tuberkulum pubicum
yang dikenal sebagai ligamentum inguinal.
• Internal oblique/ Muskulus obliquus internus abdominis/ otot intermediate.
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda
muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah bergabung
dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus abdominis membentuk
conjoined tendon.
• Transverse abdominal/ Muskulus Transversus abdominis, otot yang lebih dalam.
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda muskulus obliquus
internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke depan. Serabut tendo
yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang sama dari muskulus obliquus internus
abdominis membentuk conjoined tendon.
• Fascia transversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus abdominis.
Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan: Fascia transversalis
dapat dibagi menjadi dua bagian, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; keluar dari
tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea
semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik fiksasi yang
penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.

2
Gambar 1. Dinding anterolateral abdomen4
Dua otot vertical yaitu:
• Rectus abdominis
• Pyramidalis

Gambar 2. Aspek posterior dan dinding anterolateral abdomen4

3
Lapisan dinding abdomen lainnya:
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di sekitar
tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan sembuh
dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang garisgaris ini akan sembuh
dengan jaringan parut yang menonjol.
2. Fascia superficialis:
a. Lapisan luar (fascia camperi): berhubungan dengan lemak superficial yang meliputi
bagian tubuh lain dan mungkin sangat tebal pada pasien obesitas.
b. Lapisan dalam (fascia scarpae): stratum membranosum tipis dan menghilang di sisi
lateral dan atas. Di bagian inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di
sini bersatu dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.

Tabel 1. Tabel lapisan Abdomen

4
Gambar 3. Lapisan-lapisan abdomen
B. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis terbentuk pada saat terjadinya penurunan gonad (testis atau
ovarium) selama perkembangan fetus. Kanalis inguinalis pada dewasa sekitar 4 cm,
terbentang antara superficial dan deep inguinal rings pada inferior dinding anterior
abdomen. Kanalis inguinalis terletak parallel dan superior dari medial ligamentum
inguinal. Kanalis inguinal dilalui oleh spermatic cord pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada wanita. Pada kanalis inguinalis juga terdapat pembuluh darah, kelenjar
limfa dan saraf ilioinguinal pada laki-laki dan perempuan. Internal inguinal ring
merupakan evaginasi fasia transversalis superior pada pertengahan ligamentum inguinal
dan lateral dari pembuluh darah epigastrika inferior. Superficial inguinal rings terletak
antara serabut diagonal dari aponeurosis external oblique.4

5
Gambar 4. Regio inguinal4

Gambar 5. Canalis Inguinalis


Anulus femoralis, ialah lubang yang dibatasi oleh:
• Terletak di paha anterior, di dalam segitiga femoralis
• Dibatasi oleh:
o Cranial : lig. inguinale
o Caudal : pecten ossis pubis

6
o Medial : lig. lacunare
o Lateral : V. femoralis
• Berisi:
o Pembuluh limfatik
o Lymph. Node
o Ruang kosong -> distensi vena femoralis agar bisa mengatasi aliran vena balik
yang meningkat atau peningkatan tekanan intra abdomen.
o Jar. ikat longgar

Gambar 6. Annuslus Femoralis

Gambar 7. Annulus Femoralis

7
C. Anulus umbilicalis
Di linea alba yang, tepinya dibentuk oleh serabut-serabut linea alba yang merapat
dan ditutup oleh jaringan ikat (apeneurosis mm. obliquus abdominis dan m. transversus
abdominis) yang menggantung di tiga tempat membentuk segitiga. Ligamentum
vesicoumbilicales di sebelah caudal, ligamentum teres hepatis di cranial. Disebelah
ligamentum teres hepatis lebih lemah.

Saraf-saraf dinding anterior abdomen5:

1. Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding anterior
vagina muskuli recti abdominis.

2. Nervus lumbalis I. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari annulus
ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas ligamentum
inguinale dan symphisis pubica.
Arterial dinding anterior abdomen5:

1. Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri


thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen dan
beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior.

2. Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen
anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.

8
3. Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat
diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding abdomen.

4. Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang aorta


descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.

Vena dinding anterior abdomen5:

1. Vena epigastrika superior.

2. Vena epigastrika inferior

3. Vena circumflexa ilium profunda interna dan vena iliaca externa.

4. Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos.

5. Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior.

2.2. Embriologi

Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole
inferior gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding
abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus
vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral
gubernaculums bilateral. Testis awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis
testis akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga, yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang
paling sering adalah yang sebelah kanan.6

Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os pubikum ke dalam
tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian dibungkus oleh suatu lipatan refleksi

9
prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum yang membungkus testis dikenal sebagai tunika
vaginalis testis lamina viseralis, bagian lain kantong peritoneum membentuk tunika
vaginalis testis lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan lumen prosesus
vaginalis dengan rongga peritoneum, menutup pada saat lahir atauu segera sesudahnya.
Disamping dibungkus oleh lapisan-lapisan peritoneum yang berasal dari prosesus
vaginalis, testis juga terbungkus di dalam lapisan-lapisan yang berasal dari dinding
abdomen anterior yang dilewatinya.7

Gambar 8. Proses Desensus testis

Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk
kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi processus vaginalis
oleh tunika vaginalis mengakibatkan berbagai anomaly inguinal.8

Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus. Processus
vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati
cincin interna.

2.3. Definisi

10
Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan
melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju ke rongga lain, dapat
kongenital ataupun aquisita (didapat).

Pada hernia, terdapat bagian – bagian yang penting yaitu11:

1. Kantung hernia : Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak


semua hernia memiliki kantong, misalnya : hernia incisional, hernia adipose dan
hernia intertitialis.

2. Isi hernia : Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada
hernia abdominalis berupa usus.

3. Pintu hernia : Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong
hernia.

4. Leher hernia/cincin hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan
kantong hernia.

5. Locus minoris resistence (LMR) : Merupakan defek/bagian yang lemah dari


dinding rongga.

Gambar 9. Bagian-bagian Hernia

11
2.4. Klasifikasi
1. Menurut lokasinya6,7,8:
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering.
b. Hernia umbilikus adalah hernia di pusat.
c. Hernia femoralis adalah hernia di paha.

2. Menurut isinya6,7:
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum

3. Menurut penyebabnya8,6,7:
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.

4. Menurut terlihat dan tidaknya8:


a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b. Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi,
hernia obturaforia.

5. Menurut keadaannya9,8,6,7:
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk
hernia irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir
atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan
otot serta mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan
jaringan.

12
6. Menurut nama penemunya8,9:
a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral.
c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.

7. Menurut sifatnya8,9,10:
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan
ke dalam rongga.
8. Jenis hernia lainnya7,8:
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi
pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

2.5. Epidemiologi

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat
paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia
inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut
hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis
medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat
terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia, kemungkinan

13
terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang
sudah mulai melemah.1
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan
terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Kejadian hernia
bilateral pada anak perempuan dibanding laki-laki kira-kira sama (10%) walalupun
frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan. Anak yang
pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai kemungkinan 16%
mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insiden hernia inguinalis pada orang
dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari insidens tersebut
mendekati 10%.2

2.6. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia7,8,9,10,11:

1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.

2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.

3. Kongenital

a. Hernia kongenital sempurna

Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat
tertentu.

b. Hernia kongenital tidak sempurna


Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai
defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 – 1
tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk,
menangis).

14
4. Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara
lain :

a. Tekanan intra abdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan saat BAB maupun BAK.

b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya


yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja
jaringan ikat penyokong pada LMR.

c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.

d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.

e. Sikatrik.

f. Penyakit yang melemahkan dinding perut.

g. Merokok.

h. Diabetes mellitus.

2.7. Patofisiologi

1. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus
ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri
turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering

15
terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti
batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat,
mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,
hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi
pada semua. 2,3,4
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. 3,4,5
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut
terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia
tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus
sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel atau peritonitis. 1,2,3

16
a. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach*. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus
inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan
pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua.
Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan
strangulasi. 4,5,6

*Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:


·        Inferior:  Ligamentum Inguinale.
·        Lateral:  Vasa epigastrika inferior.
·        Medial:   Tepi m. rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat
aponeurosis  m.transversus abdominis.

Gambar 10. Hernia Inguinalis Direct

b. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis
akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau
akuisita: 5,6

17
Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama
sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan
rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah
masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.1,2,3,4,5

Hernia inguinalis indirekta akuisita.


Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu
bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus
vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu
kantung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak
berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis. 1,2,3

Gambar 11. Hernia inguinalis indirect


c. Hernia Pantalon

18
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu
sisi. Kedua kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana. Keadaan   ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia
inguinalis. Diagnosis umumnya sukar untuk ditegakkan dengan pemeriksaan
klinis, dan biasanya baru ditemukan sewaktu operasi. 5,6

Tabel 2. Klasifikasi Nyhus

2. Hernia femoralis
Pada umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada wanita kira-kira 4
kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha. Sering penderita datang ke
dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
benjolan di lipat paha di bawah ligamentum inguinale, di medial vena femoralis dan

19
lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus,
sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau karena penderita
gemuk. Hernia ini masuk melalui annulus femoralis ke dalam kanalis femoralis dan
keluar pada fosa ovalis di lipat paha. 3,4,5,6
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum
dorsal dari ligamentum inguinale, tempat v.safena magna bermuara di dalam
v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh lig. Inguinale, kaudodorsal oleh pinggir os. Pubis yang
terdiri dari lig. Iliopektineale (lig. Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis,
dan di sebelah medial oleh lig. Lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui
lakuna vasorum kaudal dari lig. Inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis. 5,6

2.8. Manifestasi Klinis

1. Hernia Inguinalis Lateralis (HIL)


Umumnya pasien mengatakan adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan.
Benjolan tersebut dapat mengecil atau menghilang pada waktu tidur, dan bila
menangis, mengejan, atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat
timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat timbul nyeri.12
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien dapat
disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila terdapat hernia
maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus diperiksa
apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring,
bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intraabdominal, lalu skrotum
diangkat perlahan-lahan. Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga perlu
diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum
pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke annulus inguinalis internus. Pada
keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan
merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut

20
menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedang bila
menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis.12

2. Hernia Inguinalis Medialis (HIM)


Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna
yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia ini jarang sekali menjadi irreponibilis. Hernia ini disebut direk karena
langsung menuju annulus inguinalis eksterna sehingga meskipun annulus inguinalis
interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila
hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya sampai kebagian atas skrotum, sedangkan
testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia.12
Bila jari dimasukkan dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan
dinding belakang. Bila pasien disuruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung
jari dengan mudah dapat meraba ligamentum cooper pada ramus superior tulang pubis.
Pada pasien kadang-kadang ditemukan gejala mudah kecing karena buli-buli ikut
membentuk dinding medial hernia.12

2.9. Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Pada
hernia inguinal lateralis muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong. Hernia skrotalis yaitu benjolan yang
terlihat sampai skrotum yang merupakan tonjolan lanjutan dari hernia inguinalis
lateralis. Pada hernia inguinalis medialis tonjolan biasanya terjadi bilateral,
berbentuk bulat.

b. Palpasi
• Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak benjolan
penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.
• Tentukan konsistensinya

21
• Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
• Kompresable umumnya (+)
• Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
dilakukan beberapa macam test (provokasi test)

3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata.

4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

2. Pemeriksaan lain
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut
a. Pemeriksaan Finger Test
menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5. Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus
eksternus ke kanal inguinal. Penderita disuruh batuk: Bila impuls diujung jari berarti
Hernia Inguinalis Lateralis. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 12. Finger Test

22
b. Pemeriksaan Ziemen Test
posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan. Penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada jari ke 2 merupakan hernia inguinalis lateralis, jari ke 3 merupakan hernia ingunalis
medialis, jari ke 4 merupakan hernia femoralis.

Gambar 13. Ziement Test


c. Pemeriksaan Thumb Test
anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila
keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.

Gambar 14. Thumb Test

23
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium

 Leukosit > 10.000 - 18.000 / mm3

 Serum elektrolit meningkat

Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:


Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit,
BUN, kadar kreatinin yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi. Tes
Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.3

4. Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin
hernia.Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.3
Pemeriksaan Ultrasonografi pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi supine dan
posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifisitas
diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan
hernia inkarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu
massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi
tak ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis. CT scan dapat
digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.1,3

24
2.10. Diagnosis Banding

Tabel 3. Diagnosa banding hernia

2.11. Tatalaksana

1. Konservatif13:
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.

2. Operatif13,14:

25
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,


kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian dipotong.

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus


dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting
artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi.

Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioraphy karena masalahnya


pada kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen masih kuat (tidak lemah),
maka dilakukan pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan
dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia
dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak
sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia
terjadi bilateral.

3. Teknik operasi
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu:
a. Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna. Menjait
conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.
b. Shouldice : seperti bassini ditambah jahitan fascia transversa dengan lig.
Cooper.
c. Lichtenstein : menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga
Hasselbach dan mempersempit anulus internus.
d. Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya
cara Bassini. seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus berada diluar
Apponeurosis M.O.E.
e. Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint
tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.13,15

26
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat dikelompokkan
dalam 4 kategori utama
o Kelompok 1: Open Anterior Repair 14,16,17
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus
spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis,
celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi.

4. Teknik Bassini 14,17

Komponen utama dari teknik bassini adalah:

· Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis ingunalis hingga


ke cincin ekternal.

· Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.

· Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia


transversalis).

· Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin.

· Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot transversalis


abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.

27
Gambar 15. Bassini technique dan McVay open anterior repair.

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi akibat
jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan
menyebakan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan

o Kelompok 2: Open Posterior Repair 13

Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis.
Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan
dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan

28
karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan
dengan anastesi regional atau anastesi umum.

o Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh 13,14

Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan


pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan
fascia untuk memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak
diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan disekitar fascia gambar 6. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan
angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.

Gambar 16. Open mesh repair

Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant


prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang
luas dengan mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus
populer.Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau general.

29
o Kelompok 4: Laparoscopic 14,15

Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,


tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia
diperbaiki dengan menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal diatas
peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentuka
fistel karena paparan usus terhadap mesh.

Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan


salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal
(TEP) . pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomendan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan
dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

Gambar 17. Laparoscopic mesh repair

30
2.12. Komplikasi

Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang
lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1% pada
pasien yang menjalani herriorraphy. Perbandingan komplikasi berat dan ringan dari teknik
open dan laparoscopic herniorrhaphies.6,8,9,10

2.13. Prognosis
Prognosis pada hernia tergantung pada keadaan umum dan penanganannya. Pada
umumnya, prognosisnya baik karena angka kekambuhan setelah operasi jarang terjadi.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa, angka kekambuhan hernia pada tempat yang sama
ataupun ditempat lainnya sekitar 10%. Oleh karena itu, untuk menghindarkan angka
terjadinya kekambuhan, pentingnya untuk menghindarkan dari faktor predisposisinya.

31
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan
melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju ke rongga lain, dapat
kongenital ataupun aquisita (didapat). Hernia disebut reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut
ireponibel. kekambuhan setelah operasi jarang terjadi. Oleh karena itu, untuk
menghindarkan angka terjadinya kekambuhan, pentingnya untuk menghindarkan diri dari
faktor predisposisinya.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Fkumyecase, 2010, Hernia Inguinalis Inkarserata, Available from:


http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Hernia+Inguinalis+Lateralis+dengan+Inkarse asi. (Accessed : 20 Agustus, 2017).

2. De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 1998., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3., EGC., Jakart.

3. Nicks, Bret A., 2010, Hernia, Available


from:http://emedicine.medscape.com/article/775630-overview. (Accessed : 20 Agustus,
2017).

4. Moore, dkk, 2007, Essential Clinical Anatomy, 3rd Edition, University of Toronto,
Faculty of Medicine.

5. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy and surface
markings, Bartleby. Philadelphia.350-351

6. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9

7. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery Institute.
New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 20 April 2017)
8. Townsend, Courtney M. 2012. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 19 th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
9. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal. 619-29

10. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356

11. Fahmi N.M., 2010. Presus Bedah "Hernia Inguinalis Lateral" . Available from
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=presus+BEDAH+
%22HERNIA+INGUINALIS+LATERAL%22+Moch.Nizam+Fahmi +20040310109
(Accessed : 20 Agustus, 2010).

12. A. Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317.

33
13. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias (Principles and
Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York. 2001. (Ebook, di akses 23
April 2017)

14. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005.

15. Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit Harwood Academic
Publishers. Amsterdam. 1997. (Ebook, diakses 28 April 2017)

16. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. GEM


Foundation: 2004. Hal 39-58

17. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Hamilton Bailey’s Emergecy surgery. 13th ed. Hodder
Arnold: 2006.

34

Anda mungkin juga menyukai