Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

“MAKANAN HARAM DAN KONSEKUENSI KRSEHATAN ”


Artikel ini di buat untuk memenuhi tugas Kajian Islam Profesi

Dosen Pengampu: Riza A Novanto., M. Pd

Disusun oleh :

Dwi ayu widiarini (191711001)

SEMESTER 5C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2021
Artikel

Pendahuluan

Islam merupakan agama yang mengatur segala sendi kehidupan manusia. Salah satunya mengenai
pemenuhan kebutuhan akan makanan. Selain mengenai faktor rasa, gizi, kebersihan dan keamanan
suatu makanan, terdapat aspek lain yang tidak kalah penting yaitu status halal dan haram makanan.
Islam memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap makanan halal, haram, atau syubhat
(meragukan). Memperhatikan sumber makanan, kabersihan, cara pengolahan, penyajian,sampai cara
membuang sisa makanan (Zulaekah dan Kusumawati 2005). Karena dalam ketentuan tersebut,
terkandung nilai spiritual serta mencerminkan keluhuran akhlak seseorang (Ali 2016).Perintah untuk
mengonsumsi makanan yang halal dan thoyyib telah dijelaskan dalam dua sumber utama rujukan umat
islam, yaitu Alquran dan Hadist. Salah satunya terdapat pada Surat Almaidah ayat 88 yang berbunyi
“Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu”.Pada dasarnya segala
makanan dan minuman yang berada di bumi adalah halal kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
Wilayah keharaman sangat sempit jika dibandingkan dengan wilayah kehalalan. Sehingga ketika tidak
ada dalil yang mengharamkan atau menghalalkan maka kembali pada hukum asal yaitu boleh (Ali 2016).
Dahulu, ketika ayat Al-Quran turun dengan membawa perintah yang berisi larangan mengonsumsi
makanan haram dan kewajiban mengonsumsi yang halal, umat islam menaati hal tersebut atas dasar
keimanan dan ketaatan. Seperti yang terdapat pada surat An-Nur ayat 51 berikut ini, “Hanya ucapan
orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan
(perkara) diantara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami patuh” Dan merekalah orang-
orang yang beruntung”.Berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan menjadikan semakin banyak
pula penelitian dibidang kedokteran, farmasi, dan sains. Termasuk mengenai dampak negatifnya
makanan yang tidak halal dan thoyyib. Di balik larangan yang tertera di dalam Al-Quran pasti terkandung
kebaikan dan manfaat bagi yang menaatinya. Al-Quran merevolusi konsep yang sudah baku dan menjadi
kebiasaan masyarakat kemudian mengganti dengan konsep baru yang mencerahkan dan membebaskan
(Riyani 2016). Peristiwa dan fenomena dalam Al-Quran yang diturunkan 14 abad yang lalu telah banyak
dibuktikan kebenarannya secara ilmiah pada masa sekarang. Seperti misalnya adanya sungai didasar laut
(Ar-Rahman: 19-20 dan Al-Furqon: 53), teori ledakan big bang (Al-Anbiya’: 30), dan tahap perkembangan
janin dalam rahim (Az-Zumar: 6). Selain itu, di dalam Al-Quran juga banyak diterangkan mengenai
larangan untuk mengonsumsi beberapa jenis makanan seperti bangkai, darah dan babi (Al-Baqarah:
173) serta khamr (Al-Maidah: 3) Begitu pula pula penelitian terkini mengenai makanan dan minuman
yang mempengaruhi aktivitas tubuh. Makanan dan minuman haram seperti babi, bangkai, darah dan
minuman keras merupakan makanan dan minuman yang dilarang dikonsumsi oleh seorang muslim.
Selain sebagai ujian keimanan, mengkonsumsi makanan dan minuman haram juga menimbulkan banyak
mudharat bagi tubuh manusia (Zulaekah dan Kusumawati 2005). Jurnal ini membahas mengenai
dampak negatif atau bahaya dari makanan haram yang dilarang dikonsumsi oleh umat muslim.
Kehalalan suatu makanan (hewan) juga ditentukan oleh tata cara penyembelihannya. Lebih lanjut, jurnal
ini juga membahas mengenai manfaat tata cara penyembelihan hewan yang sesuai dengan syariat islam.
Istilah halal dan haram merupakan istilah yang banyak digunakan salah satunya yang berkaitan dengan
makanan. Keduanya berasal dari Bahasa Arab yaitu halal yang artinya dibenarkan atau dibolehkan,
sedangkan haram berarti tidak dibenarkan atau dilarang (Ali 2016; Hussaini dan Sakr 1983). Sedangkan
definisi halal merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam syariat islam untuk dilakukan,
dipergunakan, atau diusahakan dan terbebas dari hal yang membahayakan dengan memperhatikan cara
memperoleh yaitu bukan berasal dari muamalah yang dilarang. Sedangkan haram berarti sesuatu yang
dilarang dengan larangan yang tegas untuk dilakukan atau dipergunakan baik disebabkan karena zatnya
maupun cara mendapatkannya (Ali 2016).Makanan halal memiliki beberapa kriteria yaitu tidak
mengandung bahan dari binatang yang haram dimakan atau tidak disembelih menurut hukum Islam,
tidak mengandung bahan yang najis, tidak diproses menggunakan bahan atau alat yang terkena najis,
serta pengolahan tidak bersentuhan dengan bahan najis dan haram (Zulaekah dan Kusumawati 2005).

Makanan Haram Dan konsekuensi bagi kesehatan

Konsep islam mengenai makanan sama dengan konsep yang lain yaitu dalam rangka menjaga
keselamatan jiwa, raga, dan akal. Makanan memiliki dampak yang besar dalam kehidupan seseorang,
baik itu makanan halal maupun yang haram. Seseorang yang setiap harinya selalu memakan yang halal,
maka akhlaknya akan baik, hatinya akan hidup, menjadi sebab dikabulnya doa, dan bermanfaat untuk
akal serta tubuh. Begitu pula sebaliknya, ketika terbiasa dengan yang haram, maka perilaku manusia
akan menjadi buruk, perasaan manusia akan mati, permohonan manusia akan sulit untuk dikabulkan,
dan merusak tubuh serta akal.Berikut ini ayat Al-Quran yang menerangkan diharamkannya beberapa
jenis makanan dan minuman, “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah,
daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah” (An-Nahl: 115)
“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) binatang
yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah” (Al-Baqarah: 173) “Diharamkan
bagimu(memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama)
Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu sembelih” (Al-Maidah: 3)“Katakanlah, ”Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan
yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang
disembelih bukan atas (nama) Allah...” (Al-Anam: 145) Berdasarkan penggalan empat ayat diatas,
terdapat beberapa jenis makanan yang haram untuk dikonsumsi yaitu bangkai, darah, daging babi, dan
hewan yang disembelih tidak dengan menyebut nama Allah. Dibalik larangan ini terdapat hikmah yang
bisa diambil. Pada setiap yang dilarang pasti mengandung mudharat dan pada suatu perintah pasti
terkandung manfaat. Walau bisa jadi sesuatu yang dibenci manusia belum tentu itu buruk untuk
manusia, dan sesuatu yang disenangi belum tentu baik seperti yang dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah
ayat 216 berikut ini, “Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu.dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu
tidak mengetahui”.Adanya klasifikasi makanan halal dan haram, kewajiban untuk mengonsumsi yang
halal dan larangan untuk memakan yang haram selain sebagai ujian keimanan bagi umat muslim juga
merupakan aturan demi kemaslahatan hidup manusia. Berikut ini beberapa makanan yang diharamkan
dalam Islam yang secara ilmiah mengandung beberapa mudharat (bahaya) apabila dikonsumsi manusia.

Makanan menurut bahasa adalah terjemahan dari kata tha'am bentuk tunggal dari athi'mah. Dalam
bahasa Indoensia makanan berarti segala yang boleh dimakan seperti penganan, lauk pauk dan kue-
kue.1Menurut al Khalil, seperti dikutip oleh Ibnu Faris dan Ibnu Manzhur, penggunaan kata
tha'am(makanan/ ‫ )طعام‬dalam percakapan orang Arab dikhususkan pada gandum, seperti sabda Nabi
Sawdari Abi Said al Khudry tentang zakat fitrah: "‫ = "طعام من صاعا‬satu sha gandum. Menurut
IbnuManzhur dan Ensiklopedia al-Qur'an, tha'am (‫ )طعام‬adalah kata yang digunakan untuk semua jenis
yang dimakan. Sebagian yang lain berpendapat semua yang diairi lalu tumbuh, sebab itu
tumbuhtanaman air tersebut menurut Ibnu Katsir, semua yang termasuk dalam kategori biji-bijian
sepertigandum dan kurma. Menurut al-Thabary, tha'am (‫ )طعام‬adalah apa yang dimakan dan diminum.2
Sedangkan pengertian makanan menurut istilah adalah apa saja yang dimakan oleh manusia dan
disantap, baik berupa barang pangan, maupun yang lainnya.3 Penggunaan kata tha'am (‫ )طعام‬dalam al-
Qur'an bersifat umum, yakni setiap yang dapat dimakan, baik makanan itu berasal dari darat dan laut,
maupun makanan yang belum diketahui hakikatnya. Dengan demikian kata al-tha'am ( ‫ = )لطعام‬makanan,
adalah menunjukan arti semua Makanan dan minuman adalah kebutuhan utama bagi manusia dalam
hidupnya. Makan menghilangkan lapar, untuk kelanjutan hidup dan kesanggupan bekerja untuk
menunaikan kewajiban. Sebab itu manusia bekerja keras, membanting tulang dan mencurahkan
keringat, untuk mencari makan supaya lanjut hidupnya. Walaupun bahan makanan manusia telah
tersedia di muka bumi ini, namun masih perlu juga berusaha mencari, mengumpulkan dan
mengolahnya, karena semua dalam keadaan masih mentah. Manusia memasak dan memberi bumbu
makanannya, supaya lebih lezat cita rasanya. Tuhan tidak menyediakan makanan yang telah terhidang
dengan siap disantap oleh manusia dengan seenaknya. Bukan hanya manusia biasa melainkan Rasul-
Rasul juga memerlukan makan dan minum. Al-Qur'an memberikan keterangan, bahwa makanan untuk
manusia dan hewan telah tersedia dibumi, tetapi memerlukan usah-usaha sebelum dimakan. Selain itu
manusia disuruh memakan makanan yang halal dan baik (tayib) dengan tiada berlebihan, atau
melampaui batas. Halal dalam hal mencari, mengambil dan mengumpulkannya dan tidaklah dengan cara
yang haram. Memakan yang haram itu terlarang, karena akibatnya dosa dan bahaya. Baik (tayib), artinya
berkhasiat kepada tubuh manusia, menjadikan tubuh manusia sehat dan kuat. Dilarang memakan
makanan yang merusak tubuh, akal dan pikiran. Makan dengan cara berlebihan atau melampaui batas,
akibatnya membahayakan kesehatan tubuh manusia. Berhubung karena ayat-ayat berkenaan dengan
makanan dan minuman itu sangat banyak, maka dalam pembahasan ini, penulis membatasinya hanya
pada penafsiran dan pembahasan terhadap ayat-ayat yang berkenaan dengan makanan dan minuman
yang baik dan halal serta thayyib dan ayat-ayat yang berkenaan dengan makanan dan minuman yang
diharamkan. Ayat-ayat berkenaan dengan hal ini antara lain : 1. Q.S. al-Baqarah [2]:57:“Dan Kami naungi
kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa".8Makanlah dari makanan yang
baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah merekaMenganiaya kami; akan tetapi
merekalah yang Menganiaya dirimereka sendiri Dari uraian tentang makanan yang halal dan baik ( ‫حالل‬
‫ )طیبا‬yang telah dipaparkan diatas,
maka dapat disimpulkan, bahwa makanan yang halal dan baik disebutkan dalam ayat 168 alBaqarah dan
ayat 88 al-Maidah itu mengandung makna dua aspek yang akan melekat pada rezeki makanan.
Pertama : hendaklah makanan didapatkan dengan cara yang halal yang sesuai dengan ketentuan syariat
Islam, yaitu dalam memperolehnya tidak dengan cara yang diharamkan oleh syariat Islam, seperti
dengan cara paksa, tipu, curi, korupsi dan lain-lain. Kedua; makanan yang dikonsumsi hendaklah baik (
‫)طیب‬, yaitu mengandung zat yang dibutuhkan oleh tubuh, baik jumlahnya, maupun mutunya hendaklah
berimbang gizinya. Menurut Tafsir Depag RI, makanan yang halal tetapi tidak “thayyib” dicontohkan
oleh Rasulullah saw seperti kepala, kulit, dan jeroan binatang sembelihan agar dibuang. Bahkan beliau
bersabda, jangan makan tulang karena tulang adalah makanan untuk saudaramu dari bangsa jin. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa bagian-bagian tersebut ternyata banyak mengandung zat penyebab
kadar kolesterol darah dalam tubuh manusia cepat meningkat. Perintah untuk memakan makanan yang
halal dan thayyib yang identik dengan ayat 168 al Baqarah dan ayat 88 al-Maidah adalah ayat 114 al-
Nahl. Dengan demikian, nampak jelas bahwa konsep dan dasar-dasar dalam memelihara kesehatan
sudah diatur dalam al-Qur'an yang diturunkan sejak 14 abad yang lampau. Ajaran Al-Qur'an dalam
pemeliharaan kesehatan tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran, bahkan justru ilmu kedokteran
itulah yang mengadopsi konsep-konsep dan nilai-nilai tentang pemeliharaan kesehatan yang
diisyaratkan oleh Al-Qur'an.
Halal

Halal secara etimologi dikenal dengan “halla” arti “lepas” atau “tidak terikat”. Halalan adalah segala
sesuatu yang diperbolehkan dan tidak terikat dengan berbagai macam ketentuan. Thayyib memiliki
arti“lezat, baik sehat, menentramkan”. Sedangkan apabila makanan yang baik dan tidak kotor baik dari
zat yang dikandungnya serta tidak tercampur benda yang najis maka dikenal dengan thayyib. Al-Quran
dan Hadis sudah mencantumkan keharusan bagi manusia agar memilih makanan yang halal dan thayyib
(baik) untuk dikonsumsi, salah satunya tercantum dalam surat Al-Baqarah [2]:168 yang artinya :

Artinya: “Wahai manusia! Makanlah yang halal lagi baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”

Haram Menurut hukum Islam, secara garis, perkara (benda) haram terbagi menjadi dua, haram li-zatih
dan haram li-gairih. Islam membagi haram menjadi dua, yaitu haramlidaztihi dan haram lighairihi. a.
Haram lidzatihi yaitu makanan yang sudah jelas diharamkan oleh Al-Qur’an dan hadist, seperti daging
babi, darah, serta semua jenis makanan yang membahayakan kesehatan manusia.

b. Haram lighairihi yaitu makanan yang awalnya halal namun karena faktor tertentu dapat menjadi
haram antara lain binatang yang disembelih untuk sesajian, binatang yang disembelih tanpa menyebut
nama Allah (Basmalah) dan sebagainya

Firman Allah pada QS. Al-Mâ’idah (5):

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah.
3. Syubhat (Samar) Syubhat adalah sesuatu yang masih belum memiliki kejelasan apakah makanan halal
atau haram hukumnya.
Makanan dalam Perspektif Islam dan Kesehatan

1. Makanan dan Gizi Seimbang Secara etimologi, gizi atau “ghidzdzi” berarti semua hal yang memiliki
kaitan dengan makanan.Sedangkan dalam perspektif kesehatan, gizi adalah zat yang dikandung
makanan dan diperlukan tubuh untuk dapat tumbuh dan berkembangGizi dan makanan tidak dapat
dipisahkan karena setiap makanan yang kita makan seharusnya memiliki kandungan gizi terutama zat
gizi esensial (makro dan mikro). Pemilihan makanan yang tepat, seimbang, cukup,dan tidak berlebihan
adalah kunci dari kesehatan tubuh. Apabila tubuh memiliki cukup gizi, maka akan mampu menurunkan
risiko terserang penyakit yang tidak diinginkan

2. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat

Status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh keberadaan penyakit infeksi. Hal ini dapat mempengaruhi
baik orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Bagi seseorang menderita penyakit infeksi, maka akan
mereduksi jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke dalam tubuhnya dan dapat menyebabkan hilangnya
nafsu makan. Seharusnya pada saat seseorang menderita infeksi, tubuh akan memerlukan lebih banyak
zat gizi untuk dapat memenuhi peningkatan metabolisme, terutama apabila infeksi yang diderita disertai
dengan panas. Pada penderita diare, kondisi akan semakin parah apabila asupan zat gizi dan cairan
menurun. Selain itu, kemungkinan untuk dapat terkena penyakit infeksi juga akan meningkat karena
dalam kondisi kekurangan gizi,kuman maupun bakteri pembawa penyakit akan bertambah jumlahnya
dan lebih mudah masuk ke dalam tubuh. Sehingga dapat ditarik benang merah, bawa ada hubungan
timbal balik antara kekurangan gizi dengan penyakit infeksi.
3. Melakukan aktivitas fisik
Dalam melakukan aktivitas fisik, seseorang memerlukan energi. Aktivitas fisik adalah segala kegiatan
tubuh manusia dalam rangka menjaga keseimbangan antara zat gizi baik yang keluar maupun masuk ke
dalam tubuh, khususnya sumber energi.Metabolisme zat gizi dalam tubuh manusia juga dapat
diperlancar dengan Dilakukannya aktivitas fisik.

DAFTAR PUSTAKA

Nashirudin M. Pandangan Majlis Tafsir AlQur’an (MTA) Tentang Makanan Halal dan Haram (Kajian Usul
Fikih). J Al-Manahij. 2016;10(2):235–52
PENDAPAT PRIBADI

Hukum Islam melalui al-Qur’an dan hadis telah menetapkan beberapa jenis makanan dan minuman yang
haram dikonsumsi umat Islam, antara lain bangkai, darah, babi, binatang yang disembelih dengan
menyebut nama selain Allah, serta khamar dan semua jenis minuman yang memabukkan. Sedangkan
makanan dan minuman yang tidak disebutkan sebagai makanan dan minuman haram dalam al-Qur’an
dan hadis, dan tidak menjijikkan atau membahayakan kesehatan (jiwa) manusia maka bisa dikategorikan
sebagai makanan dan minuman yang halal.
Dan Menurut hukum Islam makanan dan minuman yang dikonsumsi umat Islam, di samping
harusbberkualitas halal, juga harus thayyib, yaitu makanan yang berguna bagi tubuh, tidak
merusak,tidak menjijikkan, enak, tidak kadaluarsa dan tidak bertentangan dengan perintah Allah, karena
tidak diharamkan. Jadi, kata “thayyiban” menjadi illah (alasan dihalalkan sesuatu dari
makanan).Sebaliknya, jika tidak memiliki kualitas thayyiban, Menurut saya Makanan dan minuman
tersebut diharamkan karena mengancam jiwa manusia, bertentangan dengan pemeliharaan jiwa (hifz al-
nafs), pemeliharaan akal (hifz al-‘aql) dan pemeliharaan harta (hifz al-mal) dalam maqasid al-syari’ah.

Manusia mengonsumsi makanan dengan tujuan untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Makanan
yang baik adalah makanan yang memenuhi syarat higiene dan juga halal.Halal dalam hal ini sudah diatur
di dalam AlQur’an dan Hadis. Hal ini menunjukkan bahwa antara islam dan kesehatan pada dasarnya
memiliki satu tujuan yang sama demi kebaikan manusia. Oleh karena itu, dalam mengonsumsi makanan
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan benar-benar diperhatikan agar manusia terhindar dari
berbagai macam jenis penyakit yang bersumber dari makanan yang dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai