UNDANG-UNDANG
NARKOTIKA NOMER 35 Adam M. Ramadhan, M.Sc.,
Apt
TAHUN 2009
BAB 1 PASAL 1
❖ Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan- golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-
Undang ini.
❖ Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang
dibedakan dalam tabel sebagaimana terlampir dalam Undang-
Undang ini.
LANJUTAN
❖ Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan
hukum yang memiliki izin untuk melakukan kegiatan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran sediaan farmasi, termasuk Narkotika
dan alat kesehatan.
❖ Industri Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk melakukan kegiatan produksi serta penyaluran
obat dan bahan obat, termasuk Narkotika.
❖ Penyadapan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan
penyelidikan atau penyidikan dengan cara menyadap pembicaraan,
pesan, informasi, dan/atau jaringan komunikasi yang dilakukan
melalui telepon dan/atau alat komunikasi elektronik lainnya.
BAB II TENTANG TUJUAN
❖ Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
❖ Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika
❖ Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika
❖
PASAL 6 PENGGOLONGAN NARKOTIKA
❖ Narkotika Golongan 1
❖ Narkotika Golongan II
❖ Narkotika Golongan III
❖
❖ Lembaga ilmu pengetahuan yang berupa lembaga pendidikan dan
pelatihan serta penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan
oleh pemerintah ataupun swasta dapat memperoleh, menanam,
menyimpan, dan menggunakan Narkotika untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan teknologi setelah mendapatkan izin Menteri
❖ Narkotika yang berada dalam penguasaan Industri Farmasi, pedagang
besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan,
dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara khusus
❖ Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah
mendapatkan izin edar dari Menteri
PASAL 37
❖ Narkotika Golongan II dan Golongan III yang berupa bahan baku, baik
alami maupun sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur
dengan Peraturan Menteri
❖ Industri Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada:
PBF tertentu, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
tertentu dan rumah sakit
❖ Narkotika Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan
Narkotika kepada: pedagang besar farmasi tertentu lainnya, apotek,
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu, rumah sakit
dan lembaga ilmu pengetahuan
❖
PASAL 43