DI SUSUN OLEH :
Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang “ANALISIS PEWARNA & PEMUTIH”.
Dengan harapan makalah ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari
mata kuliah Analisis Makanan & Obat.
A. Latar Belakang
Perempuan Indonesia yang mengidamkan wajah cantik dan berkulit putih
mulus dengan jitu ditangkap berbagai produsen kosmetika lewat membanjirnya
berbagai produk kecantikan wajah belakangan ini tidak sedikit perempuan yang
tergiur iklan produk itu,dan mencoba menggunakannya. Namun, kenyataan
menunjukkan justru banyak pengguna krim pemutih misalnya bukan wajahnya
tambah putih malah meradang seperti udang rebus .
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap di gunakan pada bagian
luar badan (epidemis,rambut,kuku,bibir,dan organ kelamin luar),gigi dan rongga
mulut untuk membersihkan , menambah daya tarik ,mengubah menampakan,dan
melindungi kulit supaya tetap dalam keadaan baik. Kosmetik merupakan komponen
sandang yang sangat penting perananya dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
Masyarakat tertentu sangat bergantung pada sedian kosmetika pada setiap
kesempatan.
Untuk saat ini banyak kosmetik yang beredar di pasaran beruba jenis kosmetik
pemutih,pewarna bibir atau meronah wajah serta kosmetik yang berperan tentang
keindahan kulit wajah lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, suatu sediaan
kosmetik akan di tambahkan suatu zat untuk menambah nilai artistic dan daya jual
produknya,salah satu dengan penambahan bahan pewarna. Akan tetapi pemakaian zat
warna di atur sangat ketat berdasarkan aktivitas kimiawi bahan tersebut tarhadap
kualitas kesehatan kulit yang terpapar sedian kosmetik. Zat warna di nyatakan sebagai
bahan berbahaya dalam obat,makanan, dan kosmetik terdapat beberapa zat warna
yang di larang penggunaanya yang merupakan pewarna untuk testil.
”Penggunaan bahan-bahan ini dalam kosmetik dapat membahayakan
kesehatan, dan penggunaannya dilarang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.445 tahun 1998 tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet, dan
Tabir Surya pada Kosmetik, dan Keputusan Kepala Badan POM tentang Kosmetik,”
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Merkuri atau air raksa yang termasuk logam berat
berbahaya, yang dalam konsentrasi kecil pun dapat bersifat racun, dalam
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pewarnaan dan pemutih ?
2. Bagaimana cara menganalisis pewarna dan pemutih ?
3. Bagaimana prosedur kerjanya ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menganalisis pewarnaan dan pemutih
2. Agar mahasiswa dapat mempertahankan nilai kesehatan
3. Agar mahasiswa dapat revitalisasi nilai kesehatan kepada masyarakat luas
4. Agar mahasiswa dapat memberikan informasi pewarnaan yang dapat di
gunakan agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2) Prosedur Kerja
Analisis kualitatif Rhodamin B
1. Pembuatan Larutan Uji Sampel Perona Pipi
Sampel perona pipi ditimbang ± 500 mg dimasukkan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan 4 tetes asam klorida 4 N, dan ditambahkan 2 ml
metanol, dan dihomogenkan selanjutnya dicukupkan dengan metanol sampai
10 ml, kemudian diaduk hingga tercampur rata dan disaring dengan
menggunakan kertas saring.
2. Pembuatan Larutan baku
Sejumlah lebih kurang 5 mg Rhodamin B BPFI dilarutkan dengan
metanol, kemudian dikocok hingga larut.
3. Pembuatan Larutan Campuran
Sejumlah volume yang sama dari larutan A dan B dicampur, kemudian
dihomogenkan.
4. Identifikasi Sampel
Pada plat KLT berukuran 20 X 20 cm diaktifkan dengan cara
dipanaskan di dalam oven pada suhu 100 0C selama 30 menit. Larutan A, B,
dan larutan C, ditotolkan pada plat dengan menggunakan pipa kapiler pada
jarak 2 cm dari bagian bawah plat, kemudian dibiarkan beberapa saat sampai
mengering. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan kedalam
chamber yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan eluen dengan fase
gerak berupa N-butanol, etil asetat, dan amoniak (50 : 20 : 25), dibiarkan eluen
bergerak naik sampai hampir mendekati batas atas 39 plat.
Kemudian plat KLT diangkat dan dikeringkan diudara. Diamati noda
secara visual dan dibawah sinar UV 254 nm jika noda berflourosensi kuning
dengan lampu UV 254 nm menunjukkan adanya Rhodamin B jika secara
visual berwarna merah muda menunjukkan adanya Rhodamin B. Selanjutnya
dihitung nilai Rfnya, hasil dinyatakan positif jika bila warna bercak antara
sampel dengan baku sama atau saling mendekati dengan selisih harga ≤ 0,2
(Depkes, 1988).
Keterangan :
Sampel A : Cameo
Sampel B : Kai
Sampel C : Cosmic
Sampel D : Louvre
Sampel E : Cherveen
Sampel F : Kiss Beauti
Sampel G : M.A.C
Hasil dinyatakan positif bila warna bercak antara sampel dan baku sama dan harga Rf
antara sampel dengan baku sama atau saling mendekati
dengan selisih harga ≤ 0,2 cm (DepKes, 1988).
Gambar Hasil Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B pada Konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm,
8 ppm dan 10 ppm
A Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas ,maka disimpulkan bahwa :
1. Bahan Pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk
memberi dan/atau memperbaikiwarna pada kosmetik (Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 : Tentang
Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.
2. Pemutih adalah istilah yang mengacu kepada sejumlah bahan kimia yang
digunakan di bidang industri atau di rumah tangga untuk memutihkan pakaian,
mencerahkan warna rambut, dan untuk menghilangkan noda. Banyak pemutih yang
dapat membunuh bakteri, sehingga dapat digunakan untuk melakukan disinfeksi dan
sterilisasi.
3. Hasil Perhitungan sampel Perona Pipi yaitu :
Sampel yang mengandung rhodamin B adalah sampel dengan kode A dan
kode F
Rhodamin B pada Kosmetik Perona Pipi dengan Kode A sebesar 0,433 mg/g,
dan Pada Perona Pipi dengan Kode F sebesar 0,998 mg/g.
B. Saran
Kami mengharapkan kritikan agar kami bisa melengkapi makalah kami lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Karim. Adnan, M., Tekhnik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Penerbit
Andi Yogyakarta, 1997.
Anonim 2011. Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. Peringatan / Publik
Warning tentang Kosmetika Mengandung Bahan Berbahaya /Dilarang No.
HM.04.01.1.23.12.11.10567 Jakarta 27 Desember.
Jellink, SJ. 1970. Formulation and function of cosmetic. New York: Wiley
Intersience. Khopkar,S,M, 2008, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, jakarta.