Jenis Toksik
Jenis Toksik
Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk menetapkan potensi toksisitas akut LD50,
menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik, dan mekanisme kematian (Depkes, 2000).
Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi adanya toksisitas suatu zat, menentukan
organ sasaran dan kepekaannya, memperoleh data bahayanya setelah pemberian suatu
senyawa secara akut dan untuk memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk
menetapkan tingkat dosis yang diperlukan untuk uji toksisitas selanjutnya (Soeksmanto, dkk.
2010)
Metode kerja uji toksisitas akut antara lain (Soeksmanto, dkk. 2010) :
1. Disiapkan 40 ekor mencit (Mus musculus) dari strain balb/c jantan berumur sekitar 2 bulan
dengan berat ± 16 g
2. Kemudian ditempatkan mencit tersebut dalam 4 buah plastic dengan pemberian pakan dan
minum secara ad libitum.
3. Kepada mencit tersebut diberikan 3 tingkatan perlakuan dosis ekstrak yang di pakai, untuk
kelompok kontrol diberikan akuades4. Dilakukan pengamatan kerusakan pada hari ke 5, 12, 19
dan 26.
II.2.2 Uji Toksisitas Kronik
Uji toksisitas kronik pada tujuannya sama dengan uji toksisitas sub akut, tapi pengujianini
dilakukan selama 6 bulan pada hewan rodent (pengerat) dan non-rodent (bukan hewan
pengerat). Uji ini dilakukan apabila obat itu nantinya diproyeksikan akan digunakan dalam
jangka waktu yang ckup panjang (Murtini, 2007)
Adapun metode kerja uji toksisitas kronik adalah sebagai berikut (Wahyuningsihm, dkk. 2016) :
1. Digunakan 25 ekor mencit betina dewasa strain Balb/C, berumur 8-10 minggu dengan berat
badan berkisar 25-30 gr.
Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis
berulang pada hewan uji tertentu, selama 1 sampai 3 bulan. Pada uji toksisitas subkronik yang
diperhatikan adalah pengamatan pada fungsi organ seperti hati dan ginjal setelah pemberian
selama 60 hari (Huang, et all. 2010)
Metode kerja dari uji toksisitas subkronik antara lain (Wahyuni, dkk. 2017) :
1. Digunakan hewan coba mencit putih jantan yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-
30 gram sebanyak 25 ekor.
2. Hewan coba dibagi kedalam 4 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok uji dan 1 kelompok
kontrol.
3. Digunakan dosis sesuai dengan penelitian sebelumnya
4. Sediaan uji diberikan secara oral dengan frekuensi pemberian 1 kali sehari selama 60 hari
5. Kemudian di cek kreatinin serum, SGPT dilakukan pada hari ke-31 dan ke-61 serta diambil
organ hati dan ginjal untuk menentukan rasio berat organ.
4. Kemudian sebagian fetus direndam dengan larutan Bouin’s amati ada tidaknya kelainan
secara visual misalnya ekor, daun telinga, kelopak mata, jumlah jari kaki depan dan belakang,
sisanya direndam dengan larutan alizarin merah digunakan untuk mewarnai skeletal dan
pertulangan mencit, amati ada tidaknya kelainan tulang.